status kesehatan antara lain adalah angka kematian ibu, angka kematian bayi, status
gizi. Petunjuk atau indikator ini (angka kematian ibu) dapat diukur. Jadi indikator adalah
fenomena yang dapat diukur.
Mutu adalah tingkat kesempurnaan yang berupa sesuatu yang diobservasi atau tingkat
pemenuhan dengan standar yang ditentukan.
Manajemen mutu adalah sebuah upaya yang dilakukan terus menerus, sistematis,
objektif dan terintegrasi dalam identifikasi dan menentukan masalah dan penyebab
masalah berdasarkan standar yang ditetapkan, menetapkan dan mengimplementasikan
pemecahan masalah menurut kapasitas yang tersedia, dan mengkaji hasil dan
memberikan tindak lanjut saran untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan.
Indikator mutu asuhan kesehatan atau pelayanan kesehatan dapat mengacu pada
indikator yang relevan berkaitan dengan struktur, proses, dan outcomes. Sebagai
contoh, indikator struktur: Tenaga kesehatan profesional (dokter, paramedis, dan
sebagainya), Anggaran biaya yang tersedia untuk operasional dan lain-lain,
Perlengkapan dan peralatan kedokteran termasuk obat-obatan, Metode berupa adanya
standar operasional prosedur masing-masing unit, dan sebagainya; indikator proses
berupa memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan,
prosedur asuhan yang ditempuh oleh tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya,
Apakah telah sebagaimana mestinya sesuai dengan prosedur, diagnosa, pengobatan,
dan penanganan seperti yang seharusnya sesuai standar; indikator outcomes
merupakan indikator hasil daripada keadaan sebelumnya, yaitu Input dan Proses
seperti BOR, LOS, TOI, dan Indikator klinis lain seperti: Angka Kesembuhan Penyakit,
Angka Kematian 48 jam, Angka Infeksi Nosokomial, Komplikasi Perawatan , dan
sebagainya.
Selanjutnya Indikator dispesifikasikan dalam berbagai kriteria. Sebagai contoh: Indikator
status gizi dapat lebih dispesifikasikan lagi menjadi kriteria tinggi badan, berat badan
anak. Untuk pelayanan kesehatan, kriteria ini adalah fenomena yang dapat dihitung.
Setelah kriteria ditentukan dibuatlah standar-standar yang eksak dan dapat dihitung
kuantitatif, yang biasanya mencakup hal-hal yang standar baik, misalnya: panjang
badan bayi baru lahir yang sehat rata-rata (standarnya) adalah 50 cm; berat badan bayi
baru lahir yang sehat standar adalah 3 kg.
Mutu asuhan kesehatan suatu organisasi pelayanan kesehatan dapat diukur dengan
memperhatikan atau memantau dan menilai indikator, kriteria, dan standar yang
diasumsikan relevan dan berlaku sesuai dengan aspek-aspek struktur, proses, dan
outcome dari organisasi pelayanan kesehatan tersebut.
1) Input (struktur), ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan
pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi,
organisasi, informasi, dan lain-lain.
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit diawali dengan mengukur dan
memecahkan masalah pada tingkat input dan proses maupun output. Rumah sakit
diharuskan melakukan berbagai prosedur dan standar sehingga dapat menilai diri
sendiri (self-assesment). Untuk menilai keberhasilan rumah sakit dalam menjaga
maupun meningkatkan mutu diperlukan indikator-indikator tertentu. Indikator ini telah
disusun dengan WHO untuk menjadi modal bagi rumah sakit untuk melaksanakan self-
assesment tersebut.
8. Indikator tambahan
a. Angka Kematian di IGD (IGD).
b. Angka Perawatan Ulang (Rekam Medis).
c. Angka Infeksi RS.
d. Reject Analisis (Radiologi).
e. Angka Ketidaksesuaian Penulisan Diet (Gizi).
f. Angka Keterlambatan waktu pemberian makan (Gizi).
g. Angka Kesalahan Pembacaan Hasil (laboratorium).
h. Angka Waktu Penyelesain Resep (Farmasi).
Sumber :
https://viesaputri.wordpress.com/2010/07/10/indikator-mutu-rumah-sakit/
http://ppmrs.org/indikator-mutu-rumah-sakit/
http://bp-creator.com/manajemen-mutu-rumah-sakit/
http://klikharry.com/2012/03/30/model-manajemen-mutu-rumah-sakit/
Instalasi Gizi Medik merupakan instalasi yang menyediakan kebutuhan
gizi dan melakukan terapi gizi di rumah sakit.
Kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat inap merupakan salah satu kegiatan yang dimulai
dari upaya perencanaan penyusunan diit pasien hingga pelaksanaan evaluasi di ruang perawatan.
Tujuan kegiatan pelayanan gizi tersebut adalah untuk memberi terapi diit yang sesuai dengan
perubahan sikap pasien. Pelayanan gizi untuk pasien rawat jalan dilakukan apabila pasien
tersebut masih ataupun sedang memerlukan terapi diit tertentu. Pelayanan gizi penderita rawat
jalan juga dilakukan melalui penyuluhan gizi di poliklinik gizi (Depkes RI, 1992). Sasaran
penyelenggaraan makanan dirumah sakit adalah pasien. Sesuai dengan kondisi Rumah Sakit
dapat juga dilakukan penyelenggaraan bagi pengunjung (pasien rawat jalan atau keluarga
pasien). Pemberian makanan yang memenuhi gizi seimbang serta habis termakan merupakan
salah satu cara untuk mempercepat penyembuhan dan memperpendek hari rawat inap (Depkes,
2006).
1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Tersedianya pelayanan gizi yang berdaya guna dan berhasil guna, serta terintegrasi dengan
pelayanan kesehatan lainnya untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan gizi
rumah sakit.
Tujuan Khusus
1. Tersedianya kebutuhan bahan makann sesuai jumlah dan jenis yang direncanakan.
2. Tersedianya makanan sesuai kebutuhan gizi pasien berdasarkan standar yang ditetapkan, cita
rasa makanan,dan standar sanitasi makanan.
3. Tersedianya pengkajian dietetik dan preskripsi diit serta pola makanan berdasarkan anamnesa
diet dan pola makan.
BAB II
PEMBAHASAN
Makanan merupakan salah satu komponen penting dalam rantai penyembuhan pasien
di RS. Makanan yang diberikan tidak hanya harus memenuhi unsur gizi tetapi juga
unsur keamanannya, dalam arti harus bebas dari komponen-komponen yang
menyebabkan penyakit. Sesuai dengan (Peraturan Pemerintah Nomor 28
Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Makanan)
Secara umum tempat penyimpanan harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai
berikut :
1) Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi
baik oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya maupun bahan berbahaya.
2) Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first
expired first out (FEFO) yaitu bahan makanan yang disimpan terlebih dahulu dan
yang mendekati masa kadaluarsa dimanfaatkan/digunakan lebih dahulu.
3) Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan makanan
contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin dan
bahan makanan kering disimpan ditempat yang kering dan tidak lembab.
4) Ketebalan dan bahan padat tidak lebih dari 10 cm
5) Kelembaban penyimpanan dalam ruangan : 80% 90%
6) Penyimpanan bahan makanan olahan pabrik
7) Makanan dalam kemasan tertutup disimpan pada suhu + 10 oC.
8) Penyimpanan bahan makanan harus memperhatikan suhu sebagai berikut :
Lama Waktu Penyimpanan
No Jenis bahan makanan
< 3hari 1minggu > 1minggu
Daging, ikan, udang, dan
1 -5 0C -10 50C < -10C
hasil olahnya
Telur, buah dan hasil
2 5 7C -5 0C < -5C
olahnya
3 Sayur, buah, dan minuman 10C 10C 10C
Peralatan
a. Peralatan yang kontak dengan makanan
Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari bahan tara makanan (food
grade) yaitu peralatan yang aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan.
Lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa atau garam
yang lazim terdapat dalam makanandan tidak mengeluarkan bahan berbahaya dan
logam berat beracun seperti Timah Hitam (Pb), Arsenikum (As), Tembaga
(Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd), Antimon (Stibium) dan lainlain.
Talenan terbuat dari bahan selain kayu, kuat dan tidak melepas bahan beracun.
Perlengkapan pengolahan seperti kompor, tabung gas, lampu, kipas angin harus
bersih, kuat dan berfungsi dengan baik, tidak menjadi sumber pencemaran dan tidak
menjadi sumber bencana (kecelakaan).
Peralatan bersih yang siap pakai tidak boleh dipegang dibagian yang kontak langsung
dengan makanan atau yang menempel di mulut.
Kebersihan alat artinya tidak boleh mengandung Eschericia
coli dan kuman lainnya.
Keadaan peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak
gompal dan mudah dibersihkan.
b. Wadah penyimpanan makanan
Wadah yang digunakan harus mempunyai tutup yang dapat
menutup sempurna dan dapat mengeluarkan udara panas
dari makanan untuk mencegah pengembunan (kondensasi).
Terpisah untuk setiap jenis makanan, makanan jadi/masak
serta makanan basah dan kering.
5. Persiapan pengolahan harus dilakukan dengan menyiapkan semua
peralatan yang akan digunakan dan bahan makanan yang akan
diolah sesuai urutan prioritas.
6. Pengaturan suhu dan waktu perlu diperhatikan karena s
Biaya merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam menentukan
pelayanan gizi di rumah sakit. Biaya harus diperhitungkan setepat mungkin,
sehingga secara ekonomi dapat dipertanggungjawabkan dan dikendalikan
seefisien dan seefektif mungkin.
Biaya adalah suatu pengorbanan sumber ekonomi diukur dalam satuan
uang, yang telah dan akan terjadi untuk mendapatkan barang/ jasa yang
diharapkan akan memberikan keuntungan/manfaat saat ini atau masa yang
akan datang.
Dari pengertian diatas maka biaya pelayanan gizi rumah sakit adalah biaya
yang telah atau akan dikeluarkan dalam rangka melaksanakan kegiatan
pelayanan gizi di rumah sakit. Biaya tersebut meliputi biaya untuk kegiatan
asuhan gizi, biaya untuk kegiatan penyelenggaraan makanan.