Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun
haruslah dipersiapkan dengan sebaik-baikanya. Pertolongan yang keliru atau
secara berlebihan justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi racun
merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat, atau obat yang diduga sebagai
penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan penganggulangannya dapat
dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa
keracunan, kita berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat terjadi dimana
dan kapan saja serta memerlukan kecepatan untuk bertindak dengan segera
dan juga mengamati efek dan gejala keracunan yang timbul.
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan
sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya
bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan
keracunan.
Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa
tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering
terjadi di daerah tropis dan subtropis. Bisa gigitan ular adalah kedaruratan
medis, 95% gigitan ular terjadi pada anggota badan sehingga tindakan
pertolongan pertama dapat mudah dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari keracunan?
2. Apakah penyebab dari keracunan?
3. Bagaimanakah patofisiologi dari keracunan?
4. Bagaimanakah komplikasi dari keracunan?
5. Bagaimanakah penatalaksanaan dari keracunan?
6. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang dari keracunan?
7. Bagaimanakah asuhan keperawatan dari keracunan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari keracunan?
2. Untuk mengetahui penyebab dari keracunan?
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari keracunan?
4. Untuk mengetahui komplikasi dari keracunan?
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari keracunan?
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari keracunan?
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari keracunan?
BAB II
KONSEP MEDIK

2.1 Definisi
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel
pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan
melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena
kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan
dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen
kedaruratan datang karena masalah toksik
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia
dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya. Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh
racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu
organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat
tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada
tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang
tidak diinginkan dalam jangka panjang.
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan
oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain.
Keracunan dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja,
tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu
yang merupakan tindakan kriminal. Keracunan yang tidak disengaja dapat
disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan rumah tangga maupun
lingkungan kerja.

2.2 Macam-macam Keracunan


Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang
mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-
penyebab tersebut antara lain:
1. Makanan
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme. Proses
pembusukan merupakan proses awal dari akibat aktivitas mikroorganisme
yang mempengaruhi langsung kepada nilai bahan makanan tersebut untuk
kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan dapat juga
disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang beracun, terkontaminasi
oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan kimia yang
bersifat racun.
Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering
mengakibatkan keracunan, antara lain :
a) Keracunan botolinum
Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara
anaerobik, yaitu di tempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman ini
mampu melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi dengan jalan
membentuk spora. Karena cara hidupnya yang demikian itu, kuman
ini banyak dijumpai pada makanan kaleng yang diolah secara kurang
sempurna.
Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36
jam sesudah memakan makanan yang tercemar. Gejala itu berupa
lemah badan yang kemudian disusul dengan penglihatan yang kabur
dan ganda. Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan saraf-
saraf otak lainnya, sehingga penderita mengalami kesulitan berbicara
dan susah menelan. Pengobatan hanya dapat diberikan di rumah sakit
dengan penyuntikan serum antitoksin yang khas untuk botulinum.
Oleh karena itu dalam hal ini yang penting ialah pencegahan.
Pencegahan : sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan
kemudian direbus bersama kalengnya di dalam air sampai mendidih.
b) Keracunan jamur
Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam
sesudah makan jamur yang beracun (Amanita spp). Gejala tersebut
berupa sakit perut yang hebat, muntah, mencret, haus, berkeringat
banyak, kekacauan mental dan pingsan.
Tindakan pertolongan : apabila tidak ada muntah-muntah,
penderita dirangsang agar muntah. Kemudian lambungnya dibilas
dengan larutan encer kalium permanganat (1 gram dalam 2 liter air),
atau dengan putih telur campur susu. Bila perlu, berikan napas buatan
dan kirim penderita ke rumah sakit.
c) Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam
jengkol dalam saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga
mempengaruhi timbulnya keracunan, yaitu: jumlah yang dimakan,
cara penghidangan dan makanan penyerta lainnya.
Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan
sakit perut, nyeri sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam jengkol
yang berwarna putih nampak keluar bersama air kencing, kadang-
kadang disertai darah.
Tindakan pertolongan : pada keracunan yang ringan, penderita
diberi minum air soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang
rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi sakitnya. Pada keracunan
yang lebih berat, penderita harus dirawat di rumah sakit.
d) Keracunan ikan laut
Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan.
Diduga racun tersebut terbawa dari ganggang yang dimakan oleh ikan
itu. Gejala-gejala keracunan berbagai binatang laut tersebut muncul
kira-kira 20 menit sesudah memakannya.
Gejala itu berupa : mual, muntah, kesemutan di sekitar mulut,
lemah badan dan susah bernafas. Tindakan pertolongan : usahakan
agar dimuntahkan kembali makanan yang sudah tertelan itu. Kalau
mungkin lakukan pula pembilasan lambung dan pernafasan buatan.
Obat yang khas untuk keracunan binatang-binatang laut itu tidak ada.
e) Keracunan singkong
Racun singkong ialah senyawa asam biru (cyanida). Singkong
beracun biasanya ditanam hanya untuk pembatas kebun, dan
binatangpun tidak mau memakan daunnya. Racun asam biru tersebut
bekerja sangat cepat. Dalam beberapa menit setelah termakan racun
singkong, gejala-gejala mulai timbul. Dalam dosis besar, racun itu
cepat mematikan.
2. Minyak Tanah
Penyebabnya karena meminum minyak tanah. Insiden Intoksikasi
minyak tanah :
a) Terutama pada anak-anak < 6 tahun. Khususnya pada negara-negara
berkembang.
b) Daerah perkotaan > daerah pedesaan
c) Umumnya terjadi karena kelalaian orang tua
Gejala dari meminum minyak tanah yaitu penderita akan segera
batuk, tersedak, dan mungkin muntah, meskipun jumlah yang tertelan
hanya sedikit. Sianosis, distress pernapasan, panas badan, dan batuk
persisten dapat terjadi kemudian. Pada anak yang lebih besar mungkin
mengeluh rasa panas pada lambung dan muntah secara spontan. Gejala
CNS termasuk lethargi, koma, dan konvulsi.
3. Baygon
Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang
berada dalam golongan propuxur. Penanganan keracunan Baygon dan
golongan propuxur lainnya adalah sama. Contoh golongan karbamat lain
adalah carbaryl (sevin), pirimicarb (rapid, aphox), timethacarb (landrin)
dan lainnya.
Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia
urin, miosis, fasikulasi otot, cemas dan kejang. Miosis, salvias, lakrimasi,
bronkospasme, keram otot perut, muntah, hiperperistaltik dan letargi
biasanya terlihat sejak awal. Kematian biasanya karena depresi pernafasan.
4. Ular berbisa
Ada tiga famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hydrophidae,
dan Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti
edema dan perdarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan lokal,
tetapi tetap di lokasi pada anggota badan yang tergigit. Beberapa bisa
Elapidae tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam. Untuk
sementara akan terakumulasi dengan kadar yang tinggi dalam kelenjar
getah bening, jika tidak dilakukan tindakan pertolongan pertama, dalam
waktu 2 jam setelah gigitan akan terdeteksi dalam plasma atau urin dengan
kadar tinggi. Balutan yang kuat dapat dilakukan beberapa jam tanpa
membahayakan peredaran darah keseluruhan anggota tubuh. Balutan yang
kuat membatasi perubahan lokal di daerah gigitan dan juga untuk
meningkatkan reaksi terhadap antibisa.
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur,
sifat bisa tersebut adalah:
a. Neurotoksin yang berakibat pada saraf perifer atau sentral.
b. Haemotoksin, berakibat haemolitik dengan zat antara fosfolipase dan
enzim lainnya yang mengaktifkan protombin.
c. Myotoksin, menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat
kerusakan sel-sel otot.
d. Kardiotoksin, merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan
kerusakan otot jantung.
5. Lebah
Akibat yang ditimbulkan oleh sengatan serangga biasanya ringan
dan tidak banyak bahayanya. Dasar timbulnya reaksi dari penderita adalah
suatu reaksi alergi. Reaksi alergi ini tergantung pada individu. Kematian
disebabkan reaksi anafilaksis dan timbul biasanya akibat sengatan.
Manfestasi klinis dalam bentuk urtikaria eksterna sampai reaksi alergi
kronis yang muncul hebat dengan reaksi anafilaksis didahului oleh reaksi
setempat berupa kemerahan, bengkak, rasa terbakar kemudian mual,
muntah dan kesadaran menurun.
Jika seseorang disengat lebah untuk pertama kali biasanya akan
menimbulkan rasa sakit lokal yang spontan, pembengkakan lokal, dan
pruritus. Setelah tersengat lebah, kelenjar bisa yang masih menempel
segera dibuang dengan ujung kuku atau dengan pisau, karena masih dapat
memompakan bisa. Selanjutnya jika reaksi yang timbul ringan, dapat
diberi obat golongan antihistaminika. Sedangkan jika timbul reaksi yang
berat, pemberian adrenalin sampai 0,5 mg secara IM. Dan jika terjadi
obstruksi saluran udara, pemberian adrenalin dapat dilakukan secara
inhalasi dengan inhaler yang terukur. Kolaps peredaran darah perifer,
selalu memerlukan pemberian adrenalin secara parenteral.

2.3 Etiologi
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai
yang ringan sampai yang berat. Secara umum yang banyak terjadi di
sebabkan oleh :
1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
a) Escherichia coli patogen
b) Staphilococus aureus
c) Salmonella
d) Bacillus Parahemolyticus
e) Clostridium Botulisme
f) Streptokkkus
2. Bahan Kimia
a) Peptisida golongan organofosfat
b) Organo Sulfat dan karbonat
c) Baygon
d) Minyak Tanah
3. Toksin
a) Jamur
b) Keracunan Jengkol
c) Gigitan Ular
d) Sengatan Lebah

2.4 Manifestasi
Gejala dan tanda klinis utama
Awalnya penderita akan segera batuk, tersedak, dan mungkin
muntah, meskipun jumlah yang tertelan hanya sedikit. Sianosis, distress
pernapasan, panas badan, dan batuk persisten dapat terjadi kemudian. Pada
anak yang lebih besar mungkin mengeluh rasa panas pada lambung dan
muntah secara spontan. Gejala CNS termasuk lethargi, koma, dan
konvulsi. Pada kasus yang gawat, pembesaran jantung, atrial fibrilasi, dan
fatal ventrikular fibrilasi dapat terjadi. Kerusakan ginjal dan sumsum
tulang juga pernah dilaporkan. Gejala lain seperti bronchopneumonia,
efusi pleura, pneumatocele, pneumomediastinum, pneumothorax, dan
subcutaneus emphysema. Tanda lain seperti rash pada kulit dan dermatitis
bila terjadi paparan pada kulit. Sedangkan pada mata akan terjadi tanda-
tanda iritasi pada mata hingga kerusakan permanen mata.
Keracunan ringan
1) Anoreksia (Penurunan nafsu makan)
Pada penderita keracunan, terjadi iritasi pada lambung akibat zat
beracun tersebut, yang menyebabkan rasa tidak enak pada saluran
pencernaan sehingga penderita enggan untuk makan
2) Nyeri kepala
Racun yang ada didalam tubuh penderita menyebar dan menyerang ke
sistem saraf otonom, sehingga terjadi vasokontriksi pada pembuluh
darah dikepala yang menyebabkan nyeri kepala

3) Rasa lemah
Racun yang ada didalam tubuh, menyebar dan menyerang sistem
pencernaan dan mengiritasi lambung sehingga terjadi mual dan
muntah yang menyebabkan penderita mengalami kelemahan
4) Tremor pada lidah dan kelopak mata
Racun yang ada di dalam tubuh akan menyerang SSP sehingga
menyebabkan tremor pada lidah dan kelopak mata
5) Pupil mengecil
Racun yang masuk kedalam tubuh dapat menyebabkan penurunan
kesadaran yang pada umunya mengakibatkan reaksi pada pupil
dimana pupil mengecil.
Keracunan sedang
1) Nausea
2) Muntah muntah
3) Kejang dan kram perut
Kejang : Banyak penderita keracunan mengalami kejang, karena zat
beracun yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan
pada SSP atau medula spinalis atau saraf-saraf otot.
Kram Perut: Racun yang masuk kedalam saluran penceraan akan
mengakibatkan gangguan pada gerakan peristaltik usus tidak teratur
dan menyebabkan klien merasakan keram pada bagian abdomen terasa
seperti bergelombang.
4) Peningkatan produksi air liur
Fungsi kelenjar air liur (saliva) untuk membunuh bakteri yang masuk
kedalam mulut sehingga racun yang masuk dianggap sebagai bakteri
yang mengakibtkan produksi air liur berlebih.
5) Keringat berlebihan tanpa sebab, sampai menembus pakaian dan
menetes ke tangan
6) Bradikardi (Nadi dibawah dibawah tekanan normal)

Keracunan berat
1) Diare
2) Sesak nafas
3) Sianosis
4) Edema laring
5) Inkontinensia urine dan feses (ketidakmampuan mengontrol urin dan
feses)
6) Kejang
7) Koma

2.5 Prognosis
Prognosis untuk keracunan, bila pengobatan baik, 4 sampai dengan 6
jam dapat tertolong. Namun apabila tidak segera ditangani maka akan
menyebabkan kematian.

2.6 Patofisiologi
Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu
faktor bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat
mempengaruhi vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi organ
organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual,
muntah, diare, perut kembung, gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi
darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan obat da bahan kimia ).
Terjadi mual, muntah di karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam
lambung meningkat . Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO)
dapat menghambat ( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE).
Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis
arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh KhE yang bersifat inakttif.
Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak
terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat tempat tertentu,
sehingga timbul gejala gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan
menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp ( menimbulkan stimulasi
kemudian depresi SSP )
2.7 Komplikasi
Keracunan dapat menyebabkan komplikasi seperti : Kejang, Koma,
Henti jantung, Henti napas dan Syok.
a) Kejang
Banyak penderita keracunan mengalami kejang, karena zat beracun yang
masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan pada SSP atau
medula spinalis atau saraf-saraf otot.
b) Koma
Racun dapat menyebabkan penderita koma karena racun yang masuk
kedalam tubuh sudah menyebar keorgan-organ vital khususnya pada
otak, serta menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat, Sehingga
aktivitas dari organ vital yang berfungsi pada kesadaran penderita
mengalami penurunan akibat aktivitas racun yang sudah berkembang
dalam tubuh pendeita.
c) Syok
Pada orang yang keracunan akan terjadi gangguan pada sistem
pernafasan yang akan menyebabkan suplai O 2 dan nutrisi di dalam
jaringan mengalami penurunan sehingga akhirnya oksigen dan nutrisi
yang dibawa oleh darah tidak sampai ke otak atau terhambat.
d) Henti Jantung
Penderita yang mengalami keracunan akan mengalami gangguan pada
sirkulasi darah akibat zat racun yang sudah masuk didalam tubuhnya,
yang menyebabkan darah tidak akan tersuplai dengan baik ke jantung
sehingga akan terjadi henti jantung.

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus keracunan adalah sebagai berikut :
1. Tindakan Emergenci
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas
spontan atau pernapasan tidak adekuat.
Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki
perfusi jaringan.
2. Identifikasi Penyebab Keracunan
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi
hendaknya usaha mencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda
usaha-usaha penyelamatan penderita yang harus segera dilakukan.
3. Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang
sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang
setelah 20 menit bila tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan
pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar.
Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya
menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif
bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila
keracunan terjadi kurang dari 4 6 jam . pada koma derajat sedang hingga
berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan
pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi
pnemonia.
4. Anti dotum (Penawar Racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi
Akh pada tempat penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk
gejala-gejala atropinisasi ( muka merah,mulut
kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 30 - 60 menit selanjutnya
setiap 2 4 6 8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian
yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema
paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.
2.9 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis pada keracunan diperoleh melalui analisis laboratorium. Bahan
analisis dapat berasal dari bahan cairan,cairan lambung atau urin.
2. Pemeriksaan khusus seperti
Pemeriksaan khusus seperti : kadar kholinesterase plasma sangat
membantu diagnosis keracunan IFO (kadarnya menurun sampai di bawah
50 %. Kadar meth- Hb darah : keracunan nitrit. Kadar barbiturat plasma :
penting untuk penentuan derajat keracunan barbiturate
3. Pemeriksaan toksikologi
Penting untuk kepastian diagnosis, terutama untuk visum et
repertum
Bahan diambil dari :
Muntuhan penderita / bahan kumbah lambung yang pertama
(100 ml)
Urine sebanyak 100 ml
darah tanpa antikoagulan sebanyak 10 ml.

BAB III
KONSEP KEPERWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN KERACUNAN

3.1 Pengkajian

1. Pengkajian
a. Aktifitas dan Istirahat
Gejala : Keletihan,kelemahan,malaise
Tanda : Kelemahan,hiporefleksi
b. Sirkulasi
Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi,hipotensi (pada kasus
berat) ,aritmia jantung,pucat, sianosis,keringat banyak.
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih,distensi vesika urinaria,bising
usus menurun,kerusakan ginjal.
Tanda : Perubahan warna urin contoh kuning pekat,merah,coklat
d. Makanan Cairan
Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia,nyeri uluhati
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban,berkeringat banyak
e. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala,penglihatan kabur,midriasis,miosis,pupil
mengecil,kram otot/kejang
Tanda : Gangguan status mental,penurunan lapang
perhatian,ketidakmampuan berkonsentrasi kehilangan
memori,penurunan tingkat kesadaran(azotemia), koma,syok.
f. Nyaman / Nyeri
Gejala : Nyeri tubuh,sakit kepala
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi,gelisah
g. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek,depresi napas,hipoksia
Tanda : Takipnoe,dispnoe,peningkatan frekuensi,kusmaul,batuk
produktif
h. Keamanan
Gejala : Penurunan tingkat kesadaran,koma,syok,asidemia
i. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat terpapar toksin(obat,racun),obat nefrotik
penggunaan berulang Contoh : Keracunan kokain dan amfetamin
serta derivatnya.
2. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan umum : Kesadaran menurun
b. Pernafasan : Nafas tidak teratur
c. Kardiovaskuler : Hipertensi, nadi aritmia
d. Persarafan : Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran,
kelemahan, paralise
e. Gastrointestinal : Muntah, diare
f. Integumen : Berkeringat
g. Muskuloskeletal : Kelelahan, kelemahan
h. Integritas Ego : Gelisah, pucat
i. Eliminasi : Diare
j. Selaput lender : Hipersaliva
k. Sensori : Mata mengecil/membesar, pupil miosis

3.2 . Diagnosa Keperawatan


1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031)
Domain 11 : Keamanan/Perlindungan
Kelas 2 : Cedera Fisik
2) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (00204)
Domain 4 : Aktivitas / Istrahat
Kelas 4 : Respon kardiovaskuler / pulmonal

3) Kekurangan Volume Cairan (00027)


Domain 2 : Nutrisi
Kelas 5 : Hidrasi
4) Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral (00201)
Domain 4 : Aktifitas/Istirahat
Kelas 4 : Respon Kardiovaskuler/Pulmonal
5) Gangguan eliminasi urine (00016)
Domain 3: Eliminasi dan pertukaran
Kelas 1: fungsi urinarius
6) Diare (00013)
Domain 3: Eliminasi Dan Pertukaran
Kelas 2 : Fungsi Gastrointestinal
7) Nyeri Akut (00132)
Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
8) Hambatan Mobilitas Fisik (00085)
Domain 4 : Aktivitas / Istrahat
Kelas 2 : Aktivitas / Olahraga
9) Intoleransi aktivitas (00092)
Domain 4 : Aktivitas / Istrahat
Kelas 4 : Respon kardiovaskuler / pulmonal
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan

3. 4. DIAGNOSA KEPERAWATAN 5. TUJUAN DAN 6. INTERVENSI 7. RASIONAL


N KRITERIA HASIL KEPERAWATAN

8. 9. Domain 11 : 16. NOC 19. NIC 21. Rasional


1 Keamanan/Perlindungan Respiratory status : 1) Observasi tanda-tanda 1) Posisi Untuk
10. Kelas 2 : Cedera Fisik Ventilation vital. mengetahui keadaan
Respiratory status : Airway 2) Berikan O2 sesuai
11. Diagnosa : Ketidakefektifan umum pasien dalam
patency anjuran dokter
bersihan jalan napas (00031) menentukan tindakan
3) Jika pernafasan depresi
12. Definisi : 17. Tujuan : Jalan napas selanjutnya
,berikan
efektif Kriteria hasil : 2) Terapi oksigen
13. Ketidakmampuan untuk
oksigen(ventilator) dan
meningkatkan suplai
membersihkan sekresi atau Menunjukkan jalan nafas lakukan suction.
oksigen ke jantung
obstruksi dari saluran napas untuk 4) Berikan kenyamanan
yang paten (klien tidak 3) Ventilator bisa
mempertahankan bersihan jalan dan istirahat pada
merasa tercekik, irama nafas, membantu
napas. pasien dengan
frekuensi pernafasan dalam memperbaiki depresi
14. Batasan Karakteristik: memberikan asuhan
rentang normal, tidak ada jalan napas
Suara napas tambahan keperawatan individual 4) Kenyamanan fisik
suara nafas abnormal).
Dispneu 20.
TTV dalam rentang normal akan memperbaiki
Sianosis 18.
Kesulitan berbicara/mengeluarkan kesejahteraan pasien
suara dan mengurangi
Gelisah
kecemasan,istirahat
15. Faktor yang berhubungan: mengurangi komsumsi
Spasme jalan napas oksigen miokard
Materi asing dalam jalan napas
infeksi
22. 23. Domain 4 : Aktivitas / Istrahat 30. NOC 33. NIC 36. Rasional
2 24. Kelas 4 : Respon kardiovaskuler / Circulation status 1) Kaji adanya perubahan 1) Data tersebut
pulmonal Tissue Perfusion : cerebral tanda-tanda vital berguna dalam
31. Tujuan : perfusi jaringan 2) Kaji daerah ekstremitas
25. Diagnosa : Ketidakefektifan perfusi menentukan
perifer efektif dingin,lembab,dan
jaringan perifer (00204) perubahan perfusi
32. Kriteria hasil : sianosis 2) Ekstremitas yang
26. Definisi :
3) Berikan kenyamanan
dingin,sianosis
27. Penurunan sirkulasi darah ke perifer Akral hangat
dan istirahat
Tanda vital dalam batas menunjukan
yang dapat mengganggu kesehatan. 4) Kolaborasi dengan
normal penurunan perfusi
28. Batasan Karakteristik: dokter dalam
Capillary fill time <2 jaringan
Tidak ada nadi Urin output 1 ml/kgBB/jam pemberian terapi
3) Kenyamanan fisik
Perubahan fungsi motorik Analisa Gas Darah normal antidotum
Perubahan karakter kulit memperbaiki
Perubahan tekanan darah di 34.
kesejahteraan pasien
ekstermitas 35.
istirahat mengurangi
Penurunan nadi
komsumsi oksigen
Warna kulit pucat saat elevasi 4) Obat antidot
29. Faktor yang berhubungan: (penawar) dapat
Kurang pengetahuan tentang faktor mengakumulasi
pemberat penumpukan racun
Kurang pengetahuan tentang proses 37.
penyakit.
38. 39. Domain 2 : Nutrisi 46. NOC 49. NIC 51. Rasional
3 40. Kelas 5 : Hidrasi Electrilit and acid base 1) Kaji tanda-tanda vital 52. Management
41. Diagnosa : Kekurangan Volume balance tiap 1 jam Konstipasi
Fluid balance 2) Monitor intake output
Cairan (00027) 1) Untuk
Hidration 3) Kaji adanya tanda-
42. Definisi : mengidentifikasi
47. Tujuan : kebutuhan tanda dehidrasi (haus,
43. Penurunan cairan intravascular, defisit volume
cairan dalam tubuh akral dingin, kelelahan,
intrastitial, dan/atau intra seluler, ini cairan
seimbang nadi cepat)
2) Mengidentifikasi
mengacu pada dehidrasi, 48. Kriteria hasil : 4) Kaji tetesan infus
5) Berikan cairan parental cairan yang keluar
kehilangan cairan saja tanpa
3) Untuk
Tanda-tanda vital stabil dan sesuai indikasi
perubahan pada natrium.
50. mengidentifikasi
44. Batasan Karakteristik: sesuai dengan
tanda dari dehidrasi
Perubahan status mental perkembangan dan usia 4) Untuk mendeteksi
Urine output 1ml/kgBB/jam
Penurunan tekanan darah konstipasi dan
Nadi perifer teraba besar dan
Penurunan tekanan nadi
Penurunan turgor kulit kuat pemulihan kepada
Membrane mukosa kering Tingkat kesadaran membaik
pola defekasi yang
Kulit kering Warna kulit normal, hangat
Kelemahan normal
dan kering (tidak lembab) 5) Cara parental
45. Faktor yang berhubungan:
membantu
Kehilangan cairan aktif
memenuhi
Kegagalan mekanisme regulasi
kebutuhan nutrisi
tubuh
53. 54. Domain 4 : Aktifitas/Istirahat 60. NOC 63. NIC 65. NIC
4 55. Kelas 4 : Respon Circulation status 1) Monitor vital sign tiap 1) Bila ada perubahan
Kardiovaskuler/Pulmonal Tissue Perfusion : cerebral 15 menit yang bermakna
61. Tujuan : gangguan 2) Catat tingkat kesadaran
56. Diagnosa : Risiko Ketidakefektifan merupakan indikasi
perfusi cerebri dapat pasien
Perfusi Jaringan Serebral (00201) penurunan
3) Kaji adanya tanda-tanda
57. Definisi : diatasi kesadaran
62. Kriteria hasil : distress pernapasan,nadi
2) Penurunan
58. Beresiko mengalami penurunan
cepat,sianosis dan
GCS 14-15 kesadaran sebagai
sirkulasi jaringan otak yang dapat
kolapsnya pembuluh
Tanda-tanda vital stabil indikasi penurunan
mengganggu kesehatan
Pupil : Ukuran (N), bereaksi darah
aliran darah otak
59. Faktor Risiko: 4) Monitor adanya
terhadap cahaya 3) Gejala tersebut
Penyempitan pembuluh darah serebral Tanda-tanda gejala tekanan perubahan tingkat
merupakan
Peningkatan tekanan vaskuler kesadaran
Penurunan kesadaran intra cranial (TIK) 5) Kolaborasi dengan tim manifestasi dari
Penyalahgunaan zat meningkat tidak ada, tidak medis dalam pemberian perubahan pada
Efek samping terkait terapi (bypass
didapat gejala; nyeri kepala anti dotum otak, ginjal, jantung
kardiopulmonal, obat)
hebat, penurunan 64. dan paru.
4) Tindakan umum
kesadaran,latergi,gelisah)
yang bertujuan
untuk keselamatan
hidup, meliputi
resusitasi : Airway,
breathing, sirkulasi
5) Dotum (penawar
racun) dapat
membantu
mengakumulasi
penumpukan racun
66.
67. 68. Domain 3: eliminasi dan pertukaran 76. NOC 79. NIC 81.
5 69. Kelas 1: fungsi urinarius Thermoregulation 1. lakukan penilaian kemih
70. Diagnosa : Gangguan eliminasi 77. Kriteria Hasil : yang komprehensif
2. memantau penggunaan
urine (00016) Suhu tubuh dalam
71. Definisi: rentang normal obat
Nadi dan RR dalam 3. monitor efek dari obat
72. Disfungsi pada eliminasi urine
rentang normal obatan
73. Batasan karakteristik:
Tidak ada perubahan 4. merangsang reflex kandung
disuria
warna kulit dan tidak kemih
nokturia 5. masukan kateter kemih
retensi ada pusing 6. anjurkan pasien atau
74. Faktor yang berhubungan: 78. keluarga untuk merekam
obstruksi anatomi output urine
75. 80.
82. 83. Domain 3: Eliminasi Dan 91. NOC 93. NIC 94.
6 Pertukaran Bowel elilmination 1) Kaji tanda-tanda vital
Fluid Balance 2) Identifikasi faktor
84. Kelas 2 : Fungsi Gastrointestinal
Hydration penyebab dari diare
85. Diagnosa : Diare (00013) Electrolyte and Acid base 3) Monitor tanda dan
86. Definisi: Balance gejala diare
87. Pasase feses yang lunak dan tidak 92. Kriteria Hasil : 4) Ukur diare/keluaran
berbentuk. Feses berbentuk BAB
Menjaga daerah sekitar 5) Observasi turgor kulit
88. Batasan karakteristik:
secara rutin
Nyeri abdomen rectal dari iritasi
Kram Tidak mengalami diare
Bisisng usus hiperaktif Mempertahankan turgor
89. Faktor yang berhubungan: kulit
Kontaminasi
Parasit
Proses infeksi
90.
95. 96. Domain 12 : Kenyamanan 104.NOC 106.NIC 108.
7 97. Kelas 1 : Kenyamanan Fisik Pain Level 1) Kaji karakteristik nyeri
98. Diagnosa : Nyeri Akut(00132) Pain control PQRST
Comfort level 2) Bantu melakukan
99. Definisi :
105.Kriteria Hasil : tehnik relaksasi
100. Pengalaman emosional dan sensori
Menurunya derajat nyeri 3) Batasi aktifitas
yang tidak menyenangkan yang muncul 4) Observasi reaksi
baik dari respon verbal
dari kerusakan jaringan secara aktual dan nonverbal dari
maupun pengukuran skala
potensial atau menunjukkan adanya ketidaknyamanan
nyeri 5) Berikan analgetik
kerusakan (Assosiation for Study of Pain) : Hilangnya indicator fiologis
untuk mengurangi
serangan mendadak atau perlahan dari
nyeri: Takikardia (-),
nyeri
intensitas ringan sampai berat yang
Takhipnue (-), diaphoresis 6) Tingkatkan instirahat
diantisipasi atau diprediksi durasi nyeri 7) Pilih dan lakukan
(-), tekanan darah normal.
kurang dari 6 bulan. Hilangnya tanda-tanda non penanganan nyeri
101.Batasan karakteristik : verbal karena nyeri : tidak (farmakologi, non
Laporan isyarat meringis, tidak menangis, farmakologi dan
Diaphoresis mampu menunjukkan posisi interpersonal)
Mengespresikan perilaku (mis, gelisah, 8) Kurangi faktor
yang nyaman.
merengek, menangis) presipitasi nyeri
Indikasi nyeri yang dapat diamati 107.
102. Faktor Ynag Berhubungan
Agen Cedera (mis.,biologi, zat kimia,
fisik, psikologis)
103.
109. 110. Domain 4 : Aktivitas / Istrahat 117. NOC 120.NIC 121.Rasional
8 111. Kelas 2 : Aktivitas / Olahraga Immune Status 1) Kaji kemampuan secar 1) untuk
112. Diagnosa : Hambatan Mobilitas Knowledge : Infection fungsional dengan cara mengidentifikasikan
Fisik (00085) control yang teratur kelemahan dan
113. Definisi : Risk Control klasifikasikan melalui dapat memberikan
114. Keterbatasan dalam gerakan fisik 118. Kriteria Hasil : skala 0-4. informasi mengenai
2) Lakukan gerakan ROM
atau satu atau lebih ekstremitas secara Meningkat dalam aktivitas pemulihan.
aktif dan pasif pada 2) meminimalkan
mandiri dan terarah fisik.
Mengerti tujuan dari semua ekstremitas. atropi otot,
115. Batasan Karakteristik :
3) Bantu mengembangkan
meningkatkan
Gangguan sikap berjalan peningkatan mobilitas.
keseimbangan duduk
Memverbalisasi kan sirkulasi dan
Keterbatasan rentang gerak seoerti meninggikan
perasaan dalam mencegah terjadinya
Ketidaknyamanan meningkatkan kekuatan dan bagian kepala tempat kontraktur.
3) membantu melatih
Penurunan kemampuan melakukan kemampuan berpindah. tidur, bantu untuk
kembali jaras
keterampilan motorik kasar 119. duduk di sisi tempat
saraf,meningkatkan
116. Faktor Yang Berhubungan : tidur.
4) Konsultasi dengan ahli respon proprioseptik
Gangguan musculoskeletal
fisiotrapi dan motorik.
Penurunan kekuatan otot 4) Program yang
khusus dapat di
kembangkan untuk
menemukan
kebutuhan klien.
122. 123.Domain 4 : Aktivitas / Istrahat 130.NOC 133.NIC 134.Rasional
9 124.Kelas 4 : Respon kardiovaskuler / Penyimpanan energy 1) Bantu klien untuk 1) Untuk memberi
pulmonal Toleransi aktivitas identifikasi aktivitas kesempatan pada
Self care : ADLs
125.Diagnosa :Intoleransi aktivitas yang mampu dilakukan pasien dalam
131. Kriteria Hasil : 2) Bantu klien untuk
(00092) berpartisipasi
membuat jadwal
126.Definisi : Berpartisipasi dalam terhadap aktivitas.
latihan diwaktu luang 2) Untuk menjaga
127.Ketidakcukupan energi psikologis aktivitas fisik tanpa disertai 3) Jelaskan pentingnya
pasien agar tidak
atau fisiologis untuk melanjutkan peningkatan TD,nadi dan RR istirahat dalam rencana
Mampu melakukan aktivitas melakukan aktivitas
aktivitas sehari-hari yang harus
pengobatan dan
dilakukan sehari-hari perlunya keseimbangan yang berlebihan atau
Sirkulasi status baik
128.Batasan Karakteristik: aktivitas dan istirahat. kurang
Energi psikomotor 4) Bantu pasien atau 3) Untuk menurunkan
Respon tekanan darah abnormal Mampu berpindah tanpa
keluarga untuk kebutuhan
terhadap aktivitas bantuan alat
Respon frekuensi jantung abnormal 132. mengidentifikasi metabolic,
terhadap aktivitas kekurangan dalam menghemat energy
Ketidaknyamanan setelah beraktivitas beraktivtas untuk
Menyatakan merasa letih 5) Kolaborasikan dengan
Menyatakan merasa lemah penyembuhan.
tenaga rehabiltasi 4) Untuk mendorong
129.Faktor yang berhubungan:
medik dalam aktivitas sambil
Tirah baring atau imobilisasi
merencanakan program memberikan
Kelemahan umum
Ketidakseimbangan antara suplay dan terapi kesempatan untuk
kebutuhan oksigen mendapatkan
istrahat yang
adekuat
5) Untuk
Meningkatkan
kemampuan
aktivitas pasien
sesuai kemampuan
maksimal
135.BAB IV
136.PENUTUP
137.
138.4.1 Kesimpulan
139. Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau
senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan
pada yang menggunakannya. Keracunan adalah keadaan sakit yang
ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat
langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan
lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh,
tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan
menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.
140. Gejala dari kercunan yaitu awalnya penderita akan segera
batuk, tersedak, dan mungkin muntah, meskipun jumlah yang tertelan hanya
sedikit. Sianosis, distress pernapasan, panas badan, dan batuk persisten dapat
terjadi kemudian. Pada anak yang lebih besar mungkin mengeluh rasa panas
pada lambung dan muntah secara spontan.
141.
142.4.2 Saran
143. Penulis menyadari dalam pembuatan Asuhan Keperawatan
ini tidaklah sempurna dan masih banyak yang harus diperbaiki. Oleh karena
itu, penulis memohon saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar
untuk di kemudian hari penulis dapat menyusun yang lebih baik lagi. Semoga
Asuhan Keperawatan ini bermanfaat untuk semua.
144.
145.
146.
147.

148.
149.
150.DAFTAR PUSTAKA
151.
152.Noer Syaifoellah,2006,Ilmu Penyakit Dalam,FKUI,Jakarta
153.
154. Mansjoer Arif,2009, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media
Aesculapius,FKUI,Jakarta
155.
156.Suzanne C. Brenda G.2011,Keperawatan Medikal Bedah,EGC,Jakarta
157.
158. Bunner and Suddarth.2010. Keperawatan Medikal Bedah, vol 3. EGC.
Jakarta
159.
160.Sartono. 2012. Racun dan Keracunan. Widya Merdeka. Jakarta.
161.
162.Widodo, Djoko. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Pustaka.
Jakarta
163.
164.Marillyn. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
165.
166. Fajri. (2012). Keracunan Obat dan bahan Kimia Berbahaya. Dari:
http://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-bahan-
kimia-berbahaya/.
167.
168. Indonesiannursing. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Luka Bakar
(Combustio).Dari:http://indonesiannursing.com/2008/10/asuhan-
keperawatan-pada-klien-dengan-luka-bakar-combustio/
169.
170. Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta:
Trans Info Media.
171.
172.Sartono. (2001). Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.
173.
174. Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan
Medikal Bedah, vol: 3. Jakarta: EGC.
175.
176. Syamsi. (2012). Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan
Serangga. Dari:http://nerssyamsi.blogspot.com/2012/01/konsep-
kegawatdaruratan-pada-pasien.html. Diakses tanggal 16 April 2012.
177.
178.

179.
180.
181.
182.

Anda mungkin juga menyukai