Anda di halaman 1dari 6

Tiroiditis Hashimoto (TH)

Definisi
Tiroiditis Hashimoto (TH) merupakan kelainan endokrin yang paling sering
terjadi akibat kelainan autoimun (autoimmune thyroid disease/AITD) yang
ditandai dengan degenerasi epithelial kelenjar tiroid dan digantikan dengan
jaringan limfoid dan fibrosa. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Dr.
Hakaru Hashimoto pada tahun 1912 yang mengamati spesimen kelenjar tiroid
dari 4 perempuan yang berusia 40-an yang mengalami tiroidektomi akibat
gejala kompresif.

Epidemiologi
2 % dari seluruh populasi manusia
Insidensi 0,3 1,5 kasus per 1.000 penduduk
Perempuan : Pria = 8 10 : 1
Ras kulit putih dan Asia lebih banyak daripada ras Afrika
Merokok menurunkan risiko tiroiditis Hashimoto

Klasifikasi
1. Primer paling sering dan disebabkan kerena penyebab yang tidak
diketahui. Terbagi menjadi 6 jenis, yaitu:
a. Isolated
Bentuk Klasik
Varian Fibrosa
Varian terkait IgG4
Bentuk Juvenil
Varian Hashitoksikosis
Tiroiditis silent/sub akut limfositik
b. Asosiasi dengan penyakit lain
Penyakit tiroid lain
Penyakit autoimun lain
2. Sekunder penyebab tersering akibat iatrogenik karena obat-obatan
imunomodulator untuk penyakit hepatitis C atau kanker
IFN- untuk infeksi hepatitis C
CTLA-4 blocking antibody untuk tumor solid
Vaksinasi kanker

Patogenesis dan Patofisiologi


Patogenesis
Etiologi penyakit tiroiditis Hashimoto adalah
1. Genetik
Gen HLA
Gen CTL-4
Gen PTPN22
Gen Tiroglobulin
Gen Reseptor Vitamin D
Gen Sitokin dan gen yang terkait dengan sistem imun
2. Lingkungan
Asupan Iodine 1) asupan iodine 10 kali lipat menyebabkan
peningkatan kadar autoantibodi tiroid (TAbs) 4 kali lipat. Iodine
yang tinggi menyebabkan peningkatan iodinasi Tg sehingga
menyebabkan peningkatan imunogenisitas. 2) Peningkatan
iodine juga menyebabkan peningkatan ROS yang dihasilkan
saat oksidasi TPO sehingga menyebabkan peningkatan ICAM-1
pada sel folikular tiroid yang menyebabkan sel-sel
immunocompetent menyerang kelenjar tiroid. 3) Iodine yang
tinggi menyebabkan kerusakan tirosit sehingga melepaskan
autoantigen. 4) Iodine yang berlebih menyebabkan apoptosis
sel folikular tiroid. 5) Iodine mempengaruhi sel-sel sistem imun
termasuk menyebabkan terhentinya maturasi sel dendritic (DC),
meningkatkan jumlah sel T dan merangsang produksi
immunoglobulin.
Obat-obatan obat-obatan seperti IFN- yang banyak
digunakan untuk mengobati hepatitis C kronis dilaporkan
menyebabkan peningkatan penyakit autoimun tiroid. Pemakaian
IL-2 untuk penyakit melanoma dan karsinoma ginjal juga
dilaporkan hal yang serupa.
Senyawa Kimia paparan senyawa kimia seperti hidrokarbon
dan bifenil polihalogenasi yang banyak digunakan dalam
industry diketahui menyebabkan penyakit autoimun tiroid.
Infeksi bukan hanya pengobatan dengan IFN-ternyata
infeksi hepatitis C sendiri juga menyebabkan penyakit autoimun
tiroid dan hipotiroidisme. Beberapa mekanisme yang
memungkinkan adalah karena adanya molecular mimicry antara
virus dan self-antigen yang mana terjadi pelepasan mediator
proinflamasi sehingga menyebabkan aktivasi sel T yang
autoreaktif. Beberapa infeksi virus lain yang menyebabkan hal
serupa antara lain adalah parvovirus, rubella, herpes simplex,
EBV dan HTL tipe 1.
3. Endogenus
Perempuan berkaitan dengan kromosom X yang membawa
sejumlah gen yang terkait dengan jenis kelamin dan imun yang
bertanggung jawab terhadap toleransi imunologi.
Kehamilan dan post partum kehamilan menyebabkan
toleransi semi-allograf yang menyebabkan status imunosupresi
akibat perubahan hormonal dan ekspresi trofoblas. Selama
kehamilan Treg meningkat dengan cepat sehingga imunitas
humoral lebih dominan daripada cell-mediated immunity yang
menyebabkan toleransi imun terhadap jaringan konseptus dan
menekan autoimunitas. Selama kehamilan konsentrasi TPOAb
dan TgAb menurun dan mencapai nilai paling rendah pada
kehamilan trimester ketiga. Saat post partum, terjadi penurunan
Treg secara cepat dan terjadi re-establishment respon imun ke
status sebelum hamil yang dapat menyebabkan kejadian
penyakit autoimun tiroid.
Fetal mikrochimerisme merupakan sel-sel fetal ditransfer
melalui sirkulasi maternal selama kehamilan. Sel-sel imun fetal
yang terdapat di kelenjar tiroid maternal dapat teraktivasi
selama masa post partum saat toleransi imunologik turun
sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyakit autoimun
tiroid.

Etiologi di atas menyebabkan terjadinya peningkatan presentasi antigen oleh


APC dan sel-sel folikular tiroid sehingga menyebabkan proliferasi limfosit Th1
dan disekresinya sitokin sehingga menyebabkan ratio Th1:Th2 dan Th3/Th17
meningkat. Peningkatan proliferasi limfosit menyebabkan peningkatan sekresi
sitokin proinflamasi seperti TNF- dan IFN- yang selanjutnya menyebabkan
terjadinya aktivasi sel T CD8, apoptosis tirosit dan sel-sel folikular tiroid,
perubahan cell junctions dan aktivasi komplemen sehingga terjadi destruksi
kelenjar tiroid dan menyebabkan terjadinya kondisi hipotiroidisme.

Gambar 1. Patogenesis Penyakit Tiroiditis Hashimoto


Gambar 2. Patogenesis Molekuler Penyakit Tiroiditis Hashimoto

Patofisiologi
Pembesaran kelenjar tiroid menyebabkan kompresi struktur di daerah
servikal yaitu terjadi disfoni (akibat kompresi. laringeus rekurens),
dyspnea (akibat restriksi trakea) dan dysphagia (akibat kompresi
esophagus).
Kondisi hipotiroidisme menyebabkan kelainan GIT seperti konstipasi,
peristaltik usus menurun, terjadi pseudo-ileus, hipotonus kandung
empedu dan perubahan komposisi cairan empedu sehingga dapat
menyebabkan peningkatan pembentukkan batu empedu.
Kulit kering, dingin, kekuning-kuningan dan menebal, rambut rontok
dan kuku menipis dan rapuh akibat akumulasi mukoprotein hidrofilik
(seperti asam hialuronat) pada dermis dan juga terjadi atrofi kelenjar
keringat.
Kelainan sistem kardiovaskuler seperti bradikardi, penurunan
kontraktilitas ventricular dan peningkatan resistensi perifer
menyebabkan penurunan cardiac output. Dapat terjadi kardiomegali
dan efusi pericardial.
Terjadi hipertrofi otot akibat infiltrasi myxedematous pada jaringan ikat.
Waktu kontraksi dan relaksasi mengalami gangguan sehingga dapat
terjadi nyeri dan kram otot.
Bradipnea dan hipoksia terjadi akibat obstruksi saluran napas bagian
atas akibat kompresi kelenjar tiroid yang membesar, kelemahan otot-
otot pernapasan, penurunan dinding dada dan compliance paru-paru
dan akibat efusi pleura.
Anemia yang terjadi dapat anemia normokromik normositer akibat
penurunan sekresi eritropoetin di ginjal, anemia hipokromik mikrositer
akibat gangguan absorbs besi atau anemia megaloblastik akibat
malabsorpsi vitamin B12.
Dapat terjadi oligomenorrhea dan/atau menometrorrhagia, siklus
menstruasi anovulatoar akibat gangguan konversi prekursor estrogen.
Gangguan neurologis seperti gangguan konsentrasi, gangguan
memori, depresi bahkan dapat terjadi ensefalopati Hashimoto.

Daftar Pustaka:
Caturegli P, De Remigis A, Rose NR. Hashimotos thyroiditis: Clinical and diagnostic
criteria. Autoimmun Rev 2014.
Dimitry AC. Immunogenetics of Hashimotos thyroiditis. Journal of Autoimmune
Diseases 2005; 2 (1).
Dimitry AC. New advances in the immunogenetics of Hashimotos thyroiditis. ASHI
Quartely 2006.
Hiromatsu Y, Satoh H, Amino N. Hashimotos thyroiditis: History and future outlook.
Hormones 2013; 12 (1): 12-8.
Truter I. Clinical review: Hyper- and hypothyroidism. S. Afr Pharm J 2011;78 (6).
Zaletel K, Gaberscek S. Hashimotos thyroiditis: From genes to the disease. Current
Genomics 2011; 12: 576-88.

Anda mungkin juga menyukai