(SAP)
CA RECTI
DI RUANG 17 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Oleh:
KELOMPOK 7
PAOZATUN ULFA
BAIQ DIAN SASTRILALA
JEMI SAPUTRA
SANANTIMUTMAINNAH
Topik : Onkologi
Pokok Bahasan : Ca Recti
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien di Ruang 17 RSSA Malang
Tempat : Ruang 17 RSUD Saiful Anwar Malang
Waktu : Jumat, 16 Desember 2016 pukul 09.00 WIB
Alokasi Waktu : 30 menit
Pemberi Materi : STIKES Mataram
Metode : Ceramah dan diskusi
Media : Leaflet dan LCD
A. Latar Belakang
Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar atau rektum relatif
umum. Pada kenyataannya, kanker kolon dan rektum sekarang adalah tipe paling
umum kedua dari kanker internal di Amerika Serikat.Ini adalah penyakit budaya
barat.Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal di diagnosis di
negara ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar
dibanding kan kanker rektal. Insidensnya meningkat sesuai dengan usia
(kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada
individu dengan riwayat keluarga mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi
kronis atau polip. Perubahan pada persentase distribusi telah terjadi pada tahun
terakhir.Insidens kanker pada sigmoid dan area rektal telah menurun, sedangkan
insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat.
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari
jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien
dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan
hidup di bawah lima tahun adalah 40% sampai 50%, terutama karena terlambat
dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimtomatis dalam
jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan
perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko
telah teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip dalam
keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak, rotein dan
daging serta rendah serat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan peserta dapat mengetahui
tentang kanker rectum.
2. Tujuan Khusus
a. Peserta mampu menjelaskan pengertian ca recti
b. Peserta mampu menjelaskan faktor resiko ca recti
c. Peserta mampu menjelaskan tanda dan gejala ca recti
d. Peserta mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang ca recti
e. Peserta mampu menjelaskan penatalaksanaan medis ca recti
C. Materi : (terlampir)
Penyajian :
D. Evaluasi
1. Evaluasi Terstruktur
a. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan
saat penyuluhan
b. Pelaksanaan penyuluhan sesuai yang telah dirumuskan pada SAP
c. Kesiapan penyuluh termasuk kesiapan modul dan media yang akan
digunakan
d. Kesiapan peserta meliputi kesiapan menerima penyuluhan
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan
c. Peserta mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang disampaikan
penyuluh
d. Penyuluh menjelaskan atau menyampaikan materi dengan jelas dan
dengan suasana yang rileks.
3. Evaluasi Hasil: Sebanyak 70% Peserta dapat menjawab benar pertanyaan post
test terkait ca recti
MATERI CA RECTI
B. DEFINISI
1. Ca. Recti adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum.
2. Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum
yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi
sel epitel yang tidak terkendali.
3. Karsinoma rekti merupakan keganasan visera yang sering terjadi yang biasanya
berasal dari kelenjar sekretorik lapisan mukosa sebagian besar kanker kolostomy
berawal dari polip yang sudah ada sebelumnya.
4. Karsinoma Rektum merupakan tumor ganas yang berupa massa polipoid besar,
yang tumbuh ke dalam lumen dan dapat dengan cepat meluas ke sekitar usus
sebagai cincin anular (Price and Wilson, 1994, hal 419).
C. ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko
telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga,
riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging
serta rendah serat. ( Brunner& Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal.
1123 ).
1. Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam
kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas.
Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip
(adenoma) dapat menjadi kanker.
2. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang
menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit
Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.
3. Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal
dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan
riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai
tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.
4. Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker
colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih
besar, khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda.
5. Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi
lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih
besar terkena kanker colorectal.
6. Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih
tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah
usia 50 tahun ke atas.
D. GEJALA KLINIS
1. Perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit/konstipasi)
2. Usus besar terasa tidak kosong seluruhnya
3. Ada darah (baik merah terang atau kehitaman) di kotoran
4. Kotoran lebih sempit dari biasanya
5. Sering kembung atau keram perut, atau merasa kekenyangan
6. Kehilangan berat badan tanpa alasan
7. Selalu merasa sangat letih
8. Mual atau muntah-muntah.
Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan, obstruksi
bila membesar atau invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar
regional.Kadang-kadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses dalam
peritoneum.Keluhan dan gejala sangat tergantung dari besarnya tumor.
Tumor pada Recti dan kolon asendens dapat tumbuh sampai besar sebelum
menimbulkan tanda-tanda obstruksi karena lumennya lebih besar daripada kolon
desendens dan juga karena dindingnya lebih mudah melebar.Perdarahan biasanya
sedikit atau tersamar. Bila karsinoma Recti menembus ke daerah ileum akan terjadi
obstruksi usus halus dengan pelebaran bagian proksimal dan timbul nausea atau
vomitus. Harus dibedakan dengan karsinoma pada kolon desendens yang lebih cepat
menimbulkan obstruksi sehingga terjadi obstipasi.
E. FAKTOR RESIKO
Kanker yang ditemukan pada kolon dan rektum 16 % di antaranya
menyerangrecti terutama terjadi di negara-negara maju dan lebih tinggi pada laki-
laki daripada wanita. Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kebiasaan diet rendah serat.
2. Mengkonsumsi diet tinggi lemak dan rendah serat.
3. Menahan tinja / defekasi yang sering.
4. Faktor genetic
F. KLASIFIKASI
Stadium 0: Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau
rektum. Carcinoma in situ adalah nama lain untuk kanker colorectal Stadium 0.
Stadium I: Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum. Tumor belum
tumbuh menembus dinding.
Stadium II: Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding kolon
atau rektum. Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan di sekitarnya, tapi sel-
sel kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening,
Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, tapi
belum menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Stadium IV: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati atau
paru-paru.
Kambuh: Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh kembali
setelah periode tertentu, karena kanker itu tidak terdeteksi. Penyakit ini dapat
kambuh kembali dalam kolon atau rektum, atau di bagian tubuh yang lain.
Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel karsinoma dibagi
menjadi:
Kelas A : Tumor dibatasi mukosa dan submukosa.
Kelas B : Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus.
Kelas C : Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional.
Kelas D : Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas.
( Brunner& Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1126 ).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Dengan "RECTAL TOUCHER" biasanya diketahui :
a. Tonus sfingterani keras/lembek.
b. Mukosa kasar,kaku biasanya tidak dapat digeser.
c. Ampula rektum kolaps/kembung terisi feses atau tumor yang dapat teraba
ataupun tidak.
2. Foto sinar X Pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada pemeriksaan ini
akan tampak filling defect biasanya sepanjang 5 6 cm berbentuk anular atau
apple core. Dinding usus tampak rigid dan gambaran mukosa rusak.
3. Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA)Pemeriksaan CEA dapat
dilakukan, meskipun antigen CEA mungkin bukan indikator yang dapat
dipercaya dalam mendiagnosa kanker karena tidak semua lesi menyekresi CEA.
4. Tes-tes Khusus
a. Proktosigmoidoskopi Dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai menderita
karsinoma usus besar. Jika tumor terletak di bawah, bisa terlihat
langsung.Karsinoma kolon di bagian proksimal sering berhubungan dengan
adanya polip pada daerah rektosigmoid.
b. Sistoskopi Indikasi sistoskopi adalah adanya gejala atau pemeriksaan yang
mencurigai invasi keganasan ke kandung kencing.
5. Tes darah samar pada feses/kotoran (Fecal Occult Blood Test
FOBT):Terkadang kanker atau polip mengeluarkan darah, dan FOBT dapat
mendeteksi jumlah darah yang sangat sedikit dalam kotoran. Karena tes ini
hanya mendeteksi darah, tes-tes lain dibutuhkan untuk menemukan sumber
darah tersebut.Kondisi jinak (seperti hemoroid), juga bisa menyebabkan darah
dalam kotoran.
6. Sigmoidoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan bagian bawah kolon dengan
tabung cahaya (sigmoidoskop). Jika ditemukan polip (pertumbuhan jinak yang
dapat menjadi kanker), maka polip bisa diangkat.
7. Kolonoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan seluruh kolon dengan
menggunakan tabung panjang bercahaya (kolonoskop). Jika ditemukan polip
(pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa diangkat.
8. Enema barium kontras ganda (Double-contrast barium enema): Prosedur ini
mencakup pengisian kolon dan rektum dengan bahan cair putih (barium) untuk
meningkatkan kualitas gambar sinar X. Dengan demikian, ketidaknormalan
(seperti polip) dapat terlihat dengan jelas.
9. Pemeriksaan rektal secara digital: Pemeriksaan rektal seringkali menjadi bagian
pemeriksaan (check-up) fisik rutin. Dokter akan memasukkan jari dengan sarung
tangan yang telah dilumasi ke dalam rektum, untuk merasakan
ketidaknormalan.
H. PENATALAKSANAAN
Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum menurut Mansjoer, et al, (2000) adalah :
1. Low anterior resection / anterior resection. Insisi lewat abdomen.kolon kiri atau
sigmoid dibuat anastomosis dengan rektum.
2. Prosedur paliatif, dibuat stoma saja.
3. Reseksi abdomino perineal / amputasi rekti (Milles Procedure). Bagian Distal
sigmoid, rektosigmoid, dan rektum direseksi, kemudian dibuat end kolostomi.
4. Pull through operation. Teknik ini sulit, bila tidak cermat dapat menyebabkan
komplikasi antara lain inkontinensia alvie.
5. Fulgurasi (elektrokogulasi) untuk tumor yang keluar dari anus dan unresektabel.
6. Pengobatan medis untuk karsinoma kolorektal paling sering dalam bentuk
pendukung/terapi ajufan yang mencakup kemoterapi, radiasi dan atau
imunoterapi (Brunner & Suddart, 2002, hal 1128).
Pengobatan pada stadium dini memberikan hasil yang baik.
1. Pilihan utama adalah pembedahan
2. Radiasi pasca bedah diberikan jika:
a.sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria
b. metastasis ke kelenjar limfe regional
c.masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada metastasis
jauh.(Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).
3. Obat sitostatika diberikan bila:
a.Inoperable
b. operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah
menembus tunika muskularis propria atau telah dioperasi kemudian residif
kembali.
4. Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
a.Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut.
Pemberian berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total
6 siklus.
b. Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
c.Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
d. Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus
operabel hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif.
Selama pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit
darah.Pada stadium lanjut obat sitostatika tidak meberikan hasil yang
memuaskan.
I. EPIDEMIOLOGI
Insiden karsinoma kolon dan rektum di Indonesia cukup tinggi demikian juga
angka kematiannya.Insiden pada pria sebanding dengan wanita, dan lebih banyak
pada orang muda.Sekitar 75 % ditemukan di rektosigmoid. Di negara barat,
perbandingan insiden pria : wanita = 3 : 1 dan kurang dari 50 % ditemukan di
rektosigmoid dan merupakan penyakit orang usia lanjut. Pemeriksaan cocok dubur
merupakan penentu karsinoma rektum.
J. KOMPLIKASI
Komplikasi karsinoma rektum menurut Schrock (1991) adalah:
1. Obstruksi usus parsial
2. Obstruksi usus adalah penyumbatan parsial atau lengkap dari usus yang
menyebabkan kegagalan dari isi usus untuk melewati usus.
3. Perforasi atau perlobangan
4. Perdarahan
5. Syok
6. Syok merupakan keadaan gagalnya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat
gangguan peredaran darah atau hilangnya cairan tubuh secara berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA