Anda di halaman 1dari 7

1.1.1.

Transformator
Transformator atau trafo adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah
energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui suatu
gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

Gambar 2.18 Transformasi energi pada trafo.


Transformator menggunakan prinsip hukum induksi faraday dan hukum lorentz dalam
menyalurkan daya, dimana arus bolak balik yang mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti
besi itu akan berubah menjadi magnet. Apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu belitan
maka pada kedua ujung belitan tersebut akan terjadi beda potensial. Arus yang mengalir pada
belitan primer akan menginduksi inti besi transformator sehingga didalam inti besi akan mengalir
flux magnet dan flux magnet ini akan menginduksi belitan sekunder sehingga pada ujung belitan
sekunder akan terdapat beda potensial. (PLN Buku Petunjuk Transformator Tenaga, 2010). Pada
tugas akhir ini transformator difungsikan sebagai transformator step up yang berfungsi untuk
menaikan tegangan AC. Ada beberapa jenis transformator berdasarkan perubahan tegangannya
yaitu sebagai berikut :
a. Tipe penaik tegangan (step-up)
Dilakukan dengan membuat N2 > N1, sehingga V2 akan > V1 (V = tegangan kumparan)
karena N2/N1 = V2/V1.

Gambar 2.19 Trafo step-up.


b. Tipe penurun tegangan (step-down)
Dilakukan dengan membuat N2 < N1, maka V2 akan < V1.
Gambar 2.20 Trafo step-down.

Keadaan operasi transformator dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:


a. Keadaan transformator tanpa beban
Bila kumparan primer suatu trafo dihubungkan dengan sumber V1 yang sinusoidal, akan
mengalirkan arus primer I0 yang juga sinusoidal dan dengan menganggap belitan N 1 reaktif
murni. I0 akan tertinggal 90 dari V1. Arus primer I0 menimbulkan fluks () yang sefasa dan juga
berbentuk sinusoidal. Rangkaian trafo dalam keadaan tanpa beban dapat dilihat pada Gambar
2.21.

Gambar 2.21.a Trafo dalam keadaan tanpa beban.

Gambar 2.21.b Rangkaian ekivalen trafo dalam keadaan tanpa beban.


Gambar 2.21.c Gambar gelombang I0 tertinggal 90 dari V1
= max sin t (weber ) (2-1)

Fluks yang sinusoidal ini akan menghasilkan tegangan induksi e1 (Hukum Faraday):
d
e 1=N 1 (2-2)
dt

d ( max sin t )
e 1=N 1 (2-3)
dt

e 1=N 1 max cos t (Volt ) (2-4)

e 1=N 1 max sin ( t90 )( tertinggal 90 dari ) (2-5)

Dengan:
e1 = gaya gerak listrik (Volt)
N1 = jumlah belitan di sisi primer
= kecepatan sudut putar (rad/sec)
= fluks magnetik (weber)

Gambar 2.21.d Gelombang e1 tertinggal dari .


N 1 max
E 1= (2-6)
2
N 1 2 f max
E 1= (2-7)
2
N 1 2 3,14 f max
E 1= (2-8)
2
N 1 6,28 f max
E 1= (2-9)
2
E1=4,44 N 1 f max ( Volt) (2-10)

Pada rangkaian sekunder, fluks () bersama juga menimbulkan:


d
e 2=N 2 (2-11)
dt

e 2=N 2 max cos t (Volt ) (2-12)

E2=4,44 N 2 f max (Volt) (2-13)

Sehingga perbandingan antara rangkaian primer dan rangkaian sekunder adalah:


E1 N1
= =a (2-14)
E2 N2

Dengan:
E1 = ggl induksi di sisi primer (Volt)
E2 = ggl induksi di sisi sekunder (Volt)
N1 = jumlah lilitan sisi primer
N2 = jumlah lilitan sisi sekunder
a = faktor transformasi

b. Keadaan transformator berbeban


Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban ZL, I2 mengalir pada kumparan

V2
sekunder, dengan I2 =
Z L . Rangkaian trafo dalam keadaan berbeban dapat dilihat pada

Gambar 2.22.
Gambar 2.22.a Trafo dalam keadaan berbeban.

Gambar 2.22.b Rangkaian ekivalen trafo dalam keadaan berbeban.


Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2I2 yang cenderung
menentang fluks () bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan. Agar fluks bersama itu
tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir I2, yang menentang fluks yang
dibangkitakan oleh arus beban I2 hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer
menjadi:
I 1 =I 0 + I 2 (Ampere ) (2-15)

Bila komponen arus rugi inti (Ic) diabaikan, maka I0 = Im, sehingga:
I 1 =I m + I 2 ( Ampere) (2-16)

Dengan:
I1 = arus pada sisi primer (A)
I2 = arus yang menghasilka 2 (A)
I0 = arus penguat (A)
Im = arus pemagnetan (A)
Ic = arus rugi-rugi inti (A)
Untuk menjaga fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihassilkan oleh arus
pemagnetan Im, maka berlaku hubungan:
N 1 I m=N 1 I 1N 2 I 2 (2-17)

N 1 I m=N 1 ( I m + I 2 ' ) N 2 I 2 (2-18)


'
N 1 I 2=N 2 I 2 (2-19)

Karena Im dianggap kecil, maka I2 = I1. Sehingga:


N 1 I 1=N 2 I 2 (2-20)
I1 N 2
= (2-21)
I2 N 1

Rugi-rugi Pada Transformator

Gambar 2.23 Rugi-rugi pada trafo.


a. Rugi tembaga (Pcu)
Rugi tembaga adalah rugi yang disebabkan oleh arus yang mengalir pada kawat tembaga
yang terjadi pada kumparan sekunder. Dinyatakan dengan:
2
Pcu=I R (2-22)

b. Rugi besi (Pi)


Rugi inti besi terdiri dari:
Rugi histerisis (Ph), yaitu rugi yang disebabkan oleh fluks boak-balik pada inti besi yang
dinyatakan sebagai:
1,6
Ph=kh f B maks (watt) (2-23)

Dengan:
Ph= Rugi arus pusar (watt)
kh= Konstanta material inti
f = frekuensi (Hz)
Bmax = fluks maksimum (weber)
n= Nilai eksponensial, tergantung material dan Bmax
Rugi arus eddy (Pe)
Rugi arus eddy (Pe) adalah rugi yang disebabkan oleh arus pusar pada inti besi. Arus
pusar adalah arus yang mengalir pada material inti karena tegangan yang diinduksi oleh
fluks. Rugi arus eddy dinyatakn dengan:
Pe =ke f 2 B2maks( watt) (2-24)
Dengan:
Pe = Rugi arus pusar (watt)
ke = Konstanta material inti
f = frekuensi (Hz)
Bmax = fluks mksimum (weber)
Jadi, rugi inti besi adalah:
Pi=Ph + Pe ( watt ) (2-25)

Anda mungkin juga menyukai