Unit 8
Unit 8
LATAR BELAKANG
Walter H. Brattain dan John Bardeen pada akhir Desember 1947 di Bell Telephone
Laboratories berhasil menciptakan suatu komponen yang mempunyai sifat menguatkan yaitu
yang disebut dengan Transistor. Keuntungan komponen transistor ini dibanding dengan
pendahulunya, yakni tabung hampa, adalah ukuran fisiknya yang sangat kecil dan ringan.
Bahkan dengan teknologi sekarang ini ratusan ribu transistor dapat dibuat dalam satu keping
silikon. Disamping itu komponen semikonduktor ini membutuhkan sumber daya yang kecil
serta efesiensi yang tinggi.
Pada bab ini akan dibahas struktur transistor bipolar dan karakteristiknya. Pemberian
bias yang benar akan dapat menentukan daerah kerja transistor. Beberapa macam konfigurasi
transistor juga dikenalkan, sebelum nanti pada materi berikutnya akan sampai pada analisis
yang lebih mendetail.
TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan eksperimen ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Memahami metode pemberian bias tegangan dan arus pada transistor bipolar
2. Membedakan karasteristik output dan factor penguat tegangan
3. Mengeinterpretasikan kurva karasteristik output transistor bipolar
4. Mengetahui titik kerja dan garis beban berdasarkan kurva pada karasteristik output
transistor bipolar
KAJIAN TEORI
Transistor dikutub dibuat dengan menggunakan semikonduktor ekstrinsik jenis p dan
jenis n, yang disusun seperti pada gambar 7.1 berikut. (Bakri,Haris, M.Saleh,2015: 59)
B (Base) B (Base)
Gambar 7.1. Susunan Transistor Dwikutub (a) Transistor pnp (b) Transistor
npn
Ketiga bagian transistor ini disebut emitter, base, dan collector. Pada dasarnya ada
tiga jenis rangkaian dasar (yang disebut konfigurasi) untuk mengoperasikan transistor.
(Bakri,Haris, M.Saleh,2015: 60)
1. Basis ditanahkan (Common Base CB)
2. Emiter ditanahkan (Common Emitter CE)
3. Kolektor ditanahkan (Common Collector - CC)
Karakteristik dari transistor biasanya disebut juga karakteristik statik, yang
digambarkan dalam suatu kurva yang menghubungkan antara selisih arus dc dan tegangan
pada transistor. Kurva karakteristik statik tersebut sangat membantu dalam mempelajari
operasi dari suatu transistor ketika diterapkan dalam suatu rangkaian. Ada tiga karakteristik
yang sangat penting dari suatu transistor, yaitu :
1. Karakteristik input.
2. Karakteristik output.
3. Karakteristik transfer arus konstan.
Dengan notasi atau simbol, skema dasar bias transistor bipolar dalam konfigurasi
emitter ditanahkan ditunjukkan pada Gambar 7.2 berikut. (Bakri,Haris, M.Saleh,2015: 60)
(a) (b)
Gambar 7.2. Rangkaian bias transistor, (a) transistor NPN, (b) transistor
Terminologi common-base diturunkan PNPdari kenyataan bahwa base meng ground
kan sisi input dan output dari konfigurasi. Catatan bahwa huruf B pada kedua sumber
tegangan menunjukkan bahwa base ditanahkan. Dalam kasus ini, semua arah arus mengacu
pada arah arus konvensional (aliran hole) dari pada aliran elektron. Untuk konfigurasi
common base, potensial yang diterapkan dituliskan dengan mengacu pada potensial base VEB
dan VCB. Pada semua kasus, subskribt pertama diposisikan sebagai titik berpotensial lebih
tinggi. Untuk transistor PNP, VEB adalah positif dan VCB adalah negatif (jika sumber VCB
diatur pada potensial yang lebih rendah). Untuk transistor NPN, VEB adalah negatif dan VCB
adalah positif. (Bakri,Haris, dkk,2015: 207)
IE = ( +1) IB IC [7.2]
IC = IB [7.3]
Berdasarkan Pers. [7.1], 7.2] dan [7.3], nilai IB, IC dan IE sangat bergantung pada nilai ,
yaitu faktor penguatan arus BJT. Dalam mode dc, nilai IC dan IB dihubungkan oleh kuantitas
ini dan didefinisikan sebagai berikut. (Bakri,Haris, M.Saleh,2015: 61)
IC
dc [7.4]
IB
di mana nilai IB dan IC ditentukan dari titik operasi pada kurva karakteristik. Untuk
penggunaan praktis, nilai untuk berbagai jenis transistor berkisar dari 50 sampai 400.
Untuk transistor dengan nilai sebesar 200, arus kolektor sebesar 200 kali dari pada arus
basis berdasarkan Pers. [7.3]. Untuk mode ac, beta didefinisikan sebagai :
IC
ac [7.5]
IB VCE Tetap
Penamaan formal untuk ac adalah emitter ditanahkan (common emitter), arus arah
maju (forward current), faktor penguatan. Pada lembar data spesifikasi transistor, dc
biasanya dinyatakan dengan hFE dan ac dengan hfe. (Bakri,Haris, M.Saleh,2015: 61)
Alpha ()
Pada tabel data transistor (databook) sering dijumpai spesikikasi dc(alpha dc) yang tidak
lain adalah :
dc = IC/IE ..............(3)
Defenisinya adalah perbandingan arus kolektor terhadap arus emitor.
Karena besar arus kolektor umumnya hampir sama dengan besar arus emiter maka idealnya
besar dc adalah = 1 (satu). Namun umumnya transistor yang ada memiliki dc kurang lebih
antara 0.95 sampai 0.99.
Beta ()
Beta didefenisikan sebagai besar perbandingan antara arus kolektor dengan arus base.
= IC/IB
Dengan kata lain, adalah parameter yang menunjukkan kemampuan penguatan arus
(current gain) dari suatu transistor. Parameter ini ada tertera di databook transistor dan
sangat membantu para perancang rangkaian elektronika dalam merencanakan rangkaiannya.
Common Emitter (CE), Rangkaian CE adalah rangkain yang paling sering digunakan untuk
berbagai aplikasi yang mengunakan transistor. Dinamakan rangkaian CE, sebab titik ground
atau titik tegangan 0 volt dihubungkan pada titik emiter.
B (Base) B (Base)
Gambar 8.1. Susunan Transistor Dwikutub (a) Transistor pnp (b) Transistor
npn
Ketiga bagian transistor ini disebut emitter, base, dan collector. Pada dasarnya ada
tiga jenis rangkaian dasar (yang disebut konfigurasi) untuk mengoperasikan transistor.
4. Basis ditanahkan (Common Base CB)
5. Emiter ditanahkan (Common Emitter CE)
6. Kolektor ditanahkan (Common Collector - CC)
Disamping itu yang perlu diperhatikan adalah bahwa ukuran basis sangatlah tipis
dibanding emitor dan kolektor. Perbandingan lebar basis ini dengan lebar emitor dan
kolektor kurang lebih adalah 1 : 150. Sehingga ukuran basis yang sangat sempit ini nanti
akan mempengaruhi kerja transistor. Simbol transitor bipolar ditunjukkan pada gambar 8.1.
Pada kaki emitor terdapat tanda panah yang nanti bisa diketahui bahwa itu merupakan arah
arus konvensional. Pada transistor npn tanda panahnya menuju keluar sedangkan pada
transistor pnp tanda panahnya menuju kedalam.
IC : arus kolektor
IB : arus base
IE : arus emitor
VC : tegangan kolektor
VB : tegangan base
VE : tegangan emitor
VCC : tegangan pada kolektor
VCE : tegangan jepit kolektor-emitor
VEE : tegangan pada emitor
VBE : tegangan jepit base-emitor
ICBO : arus base-kolektor
VCB : tegangan jepit kolektor-base
Perlu diingat, walaupun tidak perbedaan pada doping bahan pembuat emitor dan
kolektor, namun pada prakteknya emitor dan kolektor tidak dapat
dibalik.
Dari satu bahan silikon (monolitic), emitor dibuat terlebih dahulu, kemudian base
dengan doping yang berbeda dan terakhir adalah kolektor. Terkadang dibuat juga efek dioda
pada terminal-terminalnya sehingga arus hanya akan terjadi pada arah yang dikehendaki.
Dalam kurva output ditunjukkan adanya tiga daerah kerja transistor, yaitu daerah
aktif, daerah jenuh (saturasi) dan daerah mati (cut-off). Daerah kerja transistor ini ditentukan
berdasarkan pemberian tegangan bias pada masing-masing persambungannya. Tabel 8.1
menunjukkan kaitan daerah kerja dan tegangan bias tersebut. Agar dapat digunakan sebagai
penguat linier transistor perlu diberi tegangan bias sedemikian rupa sehingga bekerja pada
daerah aktif.
Daerah Aktif
Daerah
Jenuh
Daerah cut-off
(daerah mati)
Pada daerah aktif, kurva terlihat mendatar dan lurus. Hal ini sesuai dengan kurva
input bahwa kenaikan tegangan VCB akan berpengaruh sedikit sekali terhadap arus IE.
Padahal arus IE adalah hampir sama dengan arus IC yaitu IC/IE = , dimana bernilai
hampir satu. Dengan demikian pada masing-masing kurva dengan harga IE tertentu besarnya
arus IC terlihat sama dengan IE tersebut.
Transistor silikon akan mati (cut-off) apabila tegangan VBE = 0 Volt atau basis
dalam keadaan hubung singkat (dengan emitor). Pada saat ini pada kolektor mengalir arus
bocor sebesar ICES. Apabila basis terbuka (tergantung) yang berarti IB = 0 dimana
sebenarnya VBE = 0.06 Volt, maka pada kolektor mengalir arus bocor sebesar ICEO. Dalam
gambar terlihat bahwa ICES dan ICEO hampir sama. Dan bahkan karena kecilnya nilai arus
bocor ini, biasanya dalam perhitungan praktis sering diabaikan.
Tegangan cut-in V adalah tegangan VBE yang menyebabkan arus kolektor kira-
kira mengalir sebesar 1 persent dari arus maksimum. Besarnya V ini untuk silikon adalah
0.5 Volt dan untuk germanium adalah 0.1 Volt. Besarnya arus kolektor pada saat VBE belum
mencapai tegangan cut-in adalah sangat kecil, yakni dalam orde nanoamper untuk silikon
dan mikroamper untuk germanium.
Setelah VBE mencapai tegangan cut-in ini transistor masuk ke daerah aktif dimana
arus IC mulai naik dengan cepat. Untuk silikon daerah aktif ini antara 0.5 - 0.8 Volt, dan
pada umumnya tegangan VBE aktif dianggap sebesar 0.7 Volt. Tegangan VBE lebih besar
dari 0,8 Volt (atau 0,3 Volt untuk germanium) menyebabkan transistor masuk daerah jenuh
(satu rasi). Tabel 8.2 memberikan beberapa tegangan pada persambungan transistor baik
untuk germanium maupun silikon.
METODELOGI EKSPERIMEN
Alat dan Bahan
a. Power Supply 12 Vdc, 2 buah sebagai sumber tegangan pada rangkaian
b. Voltmeter 0 10 Vdc, 1 buah untuk mengukur tegangan pada arus keluaran dan arus
input pada rangkaian
c. Amperemeter 0 1 Adc, 1 buah untuk mengukur arus keluaran dan arus input pada
rangkaian
d. Transistor Bipolar NPN, 1 buah berfungsi sebagai jangkar rangkaian
e. Kabel penghubung beberapa buah berfungsi untuk menghubungkan komponen yang satu
dengan komponene lainnya dalam sebuah rangkaian
f. Resistor 100 ohm berfungsi untuk menghambat arus yang masuk pada rangkaian
Identifikasi variable
Kegiatan I : Karakteristik output
a. Variabel Manipulasi : Tegangan Collector-Emitter (VCE), (Volt (V)).
b. Variabel Respon : Arus Collector (IC), (milli Ampere (mA)).
c. Variabel Kontrol :Arus Basis (IB), mikro Ampere (A), Resistansi Resistor
(R),
(Ohm () ) dan Tegangan Sumber (VS), (Volt (V)).
Prosedur Kerja
Awal praktikum kami Merangkai dan mempelajari kit percobaan Common
Emitter (CE) berikut.
Hasil analisis
Kegiatan II : Karakteristik Output
Titik kerja transistor
Untuk Tegangan pada diode (VD)
= +
=
= =0
=
Untuk arus yang melalui transistor (ID)
= +
= =0
=
10
= = = 10
100
Menentukan faktor penguatan arus () transistor
I
=
I
dimana diketahui
Ic1 = 0,95 10 A
Ic2 = 2.40 10 A
IC3= 3.95 10 A
1) Untuk IB1 = 0 A dan IB2 = 20 A
I I
=
I I
(0.95 0) 10 A
=
(20 0) A
0.95
= 10 = 47,5
20
2) Untuk IB2 = 20 A dan IB3 = 40 A
I I
=
I I
(2.40 0.95) 10 A
=
(20 0) A
1.45
= 10 = 72,5
20
3) Untuk IB3 = 40 A dan IB3 = 60 A
I I I
= =
I I I
( 3.90 2.40) 10 A
=
(60 40) A
1.50
= 10 = 75
20
Jadi diperoleh nilai penguatan arus sebesar :
47.5 + 72.5 + 75
=
3
195
=
3
= 65
Analisis grafik
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
1. Metode pemberian bias tegangan dan arus pada transistor bipolar yakni untuk transistor
NPN, tegangan bias pada basis harus lebih positif dari emitor. Semakin tinggi arus bias
pada basis, maka transistor semakin jenuh dan tegangan kolektor-emitor (VCE) semakin
rendah.
2. Karakteristik output adalah keadaan dimana arus dan tegangannya sealu be suatu
kondisi reverse bias. Pada eksperimen ini dilakukan pula pengamatan dengan
memanipulasi , mengonstankan dan yang menjadi respon adalah . Dan
berkebalikan dengan itu karasteristik input selalu berada pada kondisi forward bias.
Sedangkan transfer arus konstan memiliki karakteristik yang sebagai variable
manipulasi adalah dan variabel responnya adalah .
3. Kurva karakteristik output suatu transistor bipolar dinyatakan dalam grafik yang
menyatakan hubungan antara tegangan kolektor-emitor dan arus kolektor untuk
beberapa nilai arus basis yang konstan, semakin besar dan ternyata semakin
besar pula nilai .
REFERENSI
Bakri. A.H, Martawijaya.M.A, Saleh. M. 2015. Dasar-dasar elektronika. UNM Makassar:
Edukasi Mitra Grafika.
Sutrisno. (1986). Elektronika, Teori dan Penerapannya, Jilid 1. Bandung: Penerbit ITB.
Tim Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Elektronika Dasar I. Makassar: FMIPA UNM.