IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. BF
Umur : 55 tahun
Agama : Kristen
Alamat : Sindulang
No. Register : 41.10.**
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan suami pasien
di Poliklinik Mata RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
Status Praesens
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis GCS=15
Tanda vital : TD : 120/70 mmHg Suhu : 360C
Nadi :68x/menit RR : 18x/menit
Pemeriksaan fisik : Kepala : Mesosefal
Thoraks : Cor : tidak ada kelainan
Paru : tidak ada kelainan
Abdomen : tidak ada kelainan
Ekstremitas Dekstra : Ulkus DM (+)
Status Oftalmologis
OD OS
RESUME
Seorang wanita 55 tahun datang ke Poliklinik Mata RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur sejak + 2 tahun lalu. Pasien mengaku
penglihatan kabur memberat sejak + 2 bulan yang lalu. Pasien mengeluh penglihatan kedua
mata kabur seperti berkabut, semakin parah. Penglihatan kabur dirasakan terus menerus
sepanjang hari, saat melihat dekat maupun jauh.
+ 2 sekitar tahun yang lalu sebelum masuk rumah sakit, penglihatan kedua mata mulai
menurun. Pasien belum mengobati kedua matanya dan keluhan dirasa semakin memberat saat
+ 2 bulan yang lalu hingga pasien merasa terganggu untuk beraktivitas. Riwayat DM tipe II
(+), riwayat hipertensi disangkal . Pada pemeriksaan fisik, inspeksi didapatkan ODS tampak
keruh pada lensa, pemeriksaan visus didapatkan VOD: 1/ dan VOS: 1/ , pemeriksaan
dengan slit lamp ODS keruh padat pada lensa.
Status Genaralisata :
Status Ofthalmologis :
Oculus Dexter Oculus Sinister
1/ LPB VISUS 1/ LPB
Keruh merata LENSA Keruh merata
(-) FUNDUS REFLEKS (-)
V. DIAGNOSIS KERJA
Katarak Senilis Stadium Matur ODS + Diabetes Melitus Tipe II.
VI. TERAPI
Rencana OD ekstraksi katarak.
VII. PROGNOSIS
OD OS
Quo ad visam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad sanam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad vitam Ad bonam
Quo ad cosmeticam Ad bonam
VIII. SARAN
Pemeriksaan pre-operasi
a. Pemeriksaan mata : retinometri, keratometri, tonometri, USG B Scan, USG
Biometri, spoeling test, pemeriksaan sekret mata
b. Pemeriksaan sistemik : tanda vital, EKG, pemeriksaan darah (darah rutin,
kadar gula darah, PTT dan PTTK), elektrolit, ureum, kreatinin.
IX. EDUKASI
1. Menjelaskan pada pasien bahwa pandangan kedua mata yang kabur disebabkan
katarak pada kedua lensa mata,
2. Menjelaskan pada pasien bahwa katarak tidak dapat diobati dengan obat tetapi dapat
disembuhkan dengan operasi dan pemberian lensa tanam pada mata,
3. Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya operasi ekstraksi katarak, jenis
tindakan, persiapan, kelebihan dan kekurangan,
4. Menjelaskan tentang komplikasi yang akan terjadi apabila tidak dioperasi,
kemungkinan lensa akan mencair, isi lensa akan keluar, menimbulkan reaksi
peradangan dan peningkatan tekanan bola mata,
5. Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin timbul selama operasi dan
pascaoperasi.
BAB III
PEMBAHASAN
X. DISKUSI
Katarak adalah suatu keadaan kekeruhan lensa. Penuaan adalah sebab paling
umum dari katarak, namun beberapa faktor lain dapat terlibat, termasuk trauma,
toksin, penyakit sistemik (diabetes mellitus), merokok, dan keturunan. Katarak dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat
kedua-duanya. Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan
perkembangan masing-masing jarang sama. Kekeruhan lensa tersebut dapat
menyebabkan lensa menjadi tidak transparan sehingga pupil akan berwarna putih atau
abu-abu. Kekeruhan ini dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti pada
korteks, nucleus, subkapsular. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak
meliputi pemeriksaan tajam pengelihatan, slit lamp, funduskopi, serta tonometri bila
memungkinkan. Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam: 1,2
1. Katarak kongenital (usia <1 tahun)
2. Katarak juvenile (usia >1 tahun)
3. Katarak senile (usia >50 tahun)
Tatalaksana katarak
Tidak ada terapi medis untuk katarak. Ekstraksi lensa diindikasikan apabila penurunan
penglihatan mengganggu aktivitas normal penderita. Indikasi pembedahan pada katarak
senilis :
- Bila katarak menimbulkan penyulit seperti uveitis atau glukoma, meskipun visus masih
baik untuk bekerja, dilakukan operasi juga setelah keadaan menjadi tenang.
- Bila sudah masuk dalam stadium matur karena dapat meninmbulkan penyulit
- Bila visus meskipun sudah dikoreksi, tidak cukup untuk melakukan pekerjaan sehari-hari
atau visus < 6/12.
Terapi pembedahan :
1. EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler)
Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK. Pada EKIK
dilakukan pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa. Pada teknik ini dilakukan
sayatan 12-14 mm, lebih besar dibandingkan dengan teknik EKEK. Dapat dilakukan
pada zonula zinn yang telah rapuh/ berdegenerasi/ mudah diputus.2
a. Keuntungan :
- Tidak timbul katarak sekunder
- Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi, cryoprobe, forsep
kapsul)
b. Kerugian :
Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :
- Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
- Astigmatisma yang signifikan
- Inkarserasi iris dan vitreus
- Lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis, endolftalmitis.
3. Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran-getaran
ultrasonik untuk mengangkat nucleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (2-5
mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi, disamping perbaikan
penglihatan juga lebih baik. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik
dan kebanyakan katarak senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis yang
padat, dan keuntungan insisi limbus yang kecil agak berkurang kalau akan dimasukkan
lensa intraokuler. Kerugiannya kurve pembelajaran lebih lama, biaya tinggi, dan
komplikasi saat operasi bisa lebih serius.1,4
Teknik ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang lebih rendah, proses
penyembuhan dan rehabilitasi visual lebih cepat. Teknik ini membuat sistem yang relatif
tertutup sepanjang fakoemulsifikasi dan aspirasi, oleh karenanya mengontrol kedalaman
COA sehingga meminimalkan risiko prolaps vitreus.5
Persiapan operasi :
1. Status oftalmologik
Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi
TIO normal
Saluran air mata lancar
2. Keadaan umum/sistemik
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan, waktu
perdarahan, kadar gula darah dalam batas normal
Tidak dijumpai batuk produktif
Pada penderita DM atau hipertensi, keadaan penyakit tersebut harus
terkontrol.
Komplikasi operasi katarak bervariasi berdasarkan waktu dan luasnya. Komplikasi dapat
terjadi intra operasi atau segera sesudahnya atau periode pasca operasi lambat. Oleh
karenanya penting untuk mengobservasi pasien katarak paska operasi dengan interval waktu
tertentu yaitu pada 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, dan 3 bulan setelah operasi katarak. Angka
komplikasi katarak adalah rendah. Komplikasi yang sering terjadi endoftalmitis, ablasio
retina, dislokasi atau malposisi IOL, peningkatan TIO, dan edema macula sistoid.5
Pasien ini didiagnosis sebagai ODS katarak senilis matur dengan dasar pemikiran sebagai
berikut:
1. Anamnesis:
- Pasien berusia 55 tahun katarak senilis,
- Penglihatan kedua mata kabur seperti tertutup kabut, perlahan-lahan semakin kabur
dengan kondisi mata tenang.
2. Pemeriksaan oftalmologis:
- Visus ODS 1/ LPB
- Pada pemeriksaan lensa didapatkan kekeruhan merata pada ODS ODS katarak
senilis matur.
Dalam kasus ini, pasien disarankan untuk dilakukan operasi katarak untuk
mencegah terjadinya komplikasi yang dapat terjadi yaitu glaucoma sekunder, uveitis,
dan endoftalmitis. Operasi katarak yang dianjurkan untuk dipilih adalah EKEK
(Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler) dan pemasangan Intra Ocular Lens (IOL) pada
OD dengan pertimbangan bahwa derajat kekeruhan lensa pasien sudah merata
sehingga nukleus lentis tergolong keras. Apabila dilakukan teknik Fakoemulsifikasi,
beresiko lebih besar untuk terjadinya robekan pada kapsula posterior. Untuk operasi
katarak mata kiri dilakukan setelah luka post operasi mata kanan sembuh terlebih
dahulu.