Anda di halaman 1dari 13

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA REFERAT &

FAKULTAS KEDOKTERAN LAPORAN KASUS


UNIVERSITAS HASANUDDIN JULI 2016

REFERAT : NARKOLEPSI
LAPORAN KASUS : SKIZOFRENIA YTT

Oleh:

Gabriella Jabir
C11112012

Residen Pembimbing :
dr. Balgis

Supervisor :
Dr. dr. Faisal Idrus,Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

1
2
DAFTAR ISI

SAMPUL 1
HALAMAN PENGESAHAN 2
DAFTAR ISI 3
I. BAB PENDAHULUAN 4
a. Defenisi 5
b. Epidemiologi 5
II. BAB ISI 7
a. Etiologi 7
b. Gambaran Klinis 7
c. Kriteria Diagnosis 8
d. Diagnosa Banding 9
e. Penatalaksanaan 10
f. Prognosis 11
III.BAB PENUTUP 12
Kesimpulan 12
DAFTAR PUSTAKA 13
STATUS PASIEN 14

BAB I

3
PENDAHULUAN

Edisi kelima Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders (DSM-5) dari daftar
American Psychiatric Association (APA) menyebutkan sepuluh kelompok gangguan tidur.
DSM 5 mengklasifikasikan gangguan tidur atas dasar kriteria klinis diagnostik dan dugaan
etiologi. Gangguan yang dijelaskan dalam DSM-5 hanya sebagian kecil dari gangguan tidur yang
dikenal; mereka menyediakan kerangka kerja untuk penilaian klinis. Klasifikasinya antara lain :1

1. Insomnia Disorder

2. hipersomnolen Disorder

3. Narkolepsi

4. Gangguan Pernapasan-Terkait Tidur:

a. Obstructive Sleep Apnea Hypopnea

b. Central Sleep Apnea

i. apnea sleep central idiopatik

ii. Cheyne-Stokes respiratory


iii. Central sleep apnea komorbiditas dengan penggunaan opioid

c. Tidur-Terkait Hipoventilasi

5. Circadian Rhythm Sleep-Wake Disorders:

a. Jenis fase tidur tertunda

b. Jenis fase tidur canggih

c. Tipe bangun tidur teratur

d. Jenis bangun tidur non 24 jam

e. Jenis kerja shift

f. Jenis yang ticepat tidur tidak ditentukan

6. Parasomnia

7. Gangguan Gairah yang Non Eye Movement :

a. Type of sleepwalking

b. Jenis teror tidur

4
8. Nightmare Disorder

9. Rapid Eye Movement Sleep Behavior Disorder

10. Restless Legs Syndrome

11. Drug-Induced Sleep Disorder

a. Defenisi

Narkolepsi dikaitkan dengan angka lima gejala: 1) yang berlebihan kantuk di siang hari,
ditandai dengan tak tertahankan "serangan" tidur dalam situasi yang tidak pantas seperti
mengendarai mobil, berbicara dengan supervisor,atau acara sosial; 2) cataplexy, yang merupakan
kerugian bilateral mendadak otot, biasanya detik abadi untuk menit, umumnya diendapkan oleh
emosi yang kuat seperti tertawa, marah, atau kejutan; 3) miskin atau susah tidur di malam hari;
4) halusinasi hypnagogic, mimpi bervariasi di onset tidur; dan 5) kelumpuhan tidur, periode
singkat kelumpuhan terkait dengan transisi ke dalam, dan keluar dari, tidur. Gangguan ini bisa
seumur hidup. Gejala biasanya berupa kantuk yang berlebihan, biasanya berkembang selama
remaja akhir dan awal usia dua puluhan. Sindrom penuh Kataplexi dan gejala lain terungkap
dalam beberapa tahun.2

Narkolepsi bukanlah hal yang langka. Hal ini diperkirakan terjadi pada 0,02-0,16 persen
dari orang dewasa dan menunjukkan beberapa insiden pada keluarga. Narkolepsi bukan
merupakan jenis epilepsi atau gangguan psikogenik. Ini adalah kelainan tidur yang memiliki
mekanisme yang special. REM-inhibiting mechanism-dan itu telah dipelajari pada anjing,
domba, danmanusia. Narkolepsi dapat terjadi pada semua usia, tetapi paling sering dimulai pada
masa remaja atau dewasa muda, umumnya sebelum usia 30. Kelainan baik berlangsung lambat
atau cepat yang bertahankan seumur hidup.1

b. Epidemiologi

Narcolepsi bukanlah suatu kondisi yang jarang, tetapi sering salah didiagnosis dan tidak
juga dipahami sebagai gangguan lain.Pada tahun 2013, insidennya terjadi sekitar 1 dari setiap
2.000 orang di seluruh dunia dan ada sebanyak 200.000 kasus di Amerika Serikat. Hanya
seperempat dari kasus tersebut yang terdiagnosis, dan tidak jarang selama enam sampai delapan

5
tahun berlalu sebelum diagnosa yang tepat dibuat. Sedangkan, prevalensi narkolepsi pada
populasi Caucasian 20 40 per 100.000 populasi.7

Gangguan tersebut jumlah insidennya sama untuk laki-laki dan perempuan. Pada tahun 2013 ada
sekitar 3 juta kasus di seluruh dunia. Negara-negara tertentu memiliki insiden kejadian yang
lebih tinggi, seperti Jepang yang insidennya mencapai 1 : 500. Padahal negara-negara lain seperti
Israel, memiliki insiden yang sangat rendah.

Narkolepsi dapat terjadi ketika dewasa maupun di masa kecil, tetapi sebagian besar kasus mulai
menunjukkan gejala antara usia 11 dan 17. Bahkan Anak-anak telah didiagnosa sejak usia 3
tahun11

6
BAB II

ISI

a. Etiologi

Narkolepsi adalah contoh kantuk prototipikal yang dihasilkan oleh disfungsi mekanisme
sistem dasar saraf pusat tidur. etiologinya berasal dari disfungsi dan defisit hypocretin yang
dipicu genetik. Telah jelas bahwa sistem hypocretin memainkan peran penting dalam narkolepsi.
Dalam model anjing narkolepsi, mutasi dari hypocretin reseptor-2 teridentifikasi yang
menyebabkan kerusakan reseptornya. Pada manusia, dengan HLA-DQB1 * 0602-individu yang
positif, tingkat hypocretin reseptor-1 yang tidak terdeteksi di cairan serebrospinal (CSF). Sebuah
hubungan yang kuat antara narkolepsi dan proses autoimun HLA spesifik menunjukkan bahwa
kerusakan sel hypocretin yang terkandung di sistem saraf pusat (SSP).1

Tabel 1. Penyebab primer dan sekunder narkolepsi8

b. Gambaran Klinis

Gejala yang paling umum adalah serangan tidur: Pasien tidak dapat menghindari jatuh
tertidur. Sering dikaitkan dengan masalah (Hampir 50 persen kasus lama) Kataplexi, tiba-tiba
kehilangan tonus otot, seperti rahang yang turun ke bawah, kepala tidak tegak, kelemahan lutut,

7
atau kelumpuhan semua otot rangka dan kolaps.9 Pasien sering tetap terjaga selama episode
kataplectik singkat; episode panjang biasanya menyatu dengan tidur dan menunjukkan tanda-
tanda fase tidur REM pada elektroensfalografik . Gejala lain termasuk halusinasi hypnagogic
atau hypnopompic, disertai pengalaman persepsi yang jelas, baik pendengaran atau visual,
terjadi pada onset tidur atau saat bangun. Pasien sering takut sejenak, tapi dalam 1 atau 2 menit
mereka kembali ke pikiran normal dan menyadari bahwa sesuatu itu tidak ada.1

Bentuk klasik narkolepsi (Narcolepsi dengan kataplexi) ditandai dengan 4 gejala gejala: 1

(1) kantuk di siang hari yang berlebihan,

(2) cataplexy,

(3) tidur kelumpuhan, dan

(4) halusinasi hypnagogic

(5) Kurang tidur atau susah tidur di malam hari;

Pasien dengan narkolepsi sering memiliki tidur yang abnormal pola di mana tidur REM
terjadi segera setelah onset tidur di malam hari dan selama tidur siang.1

c. Kriteria Diagnosis

Berdasarkan edisi kelima Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders (DSM-
5), maka kriteria diagnosis narkolepsi adalah sebagai berikut.7,3

A. Peride rekurren dari sebuah rasa kantuk yang tak tertahankan, kemuadian tertidur, atau
tidur sejenak yang terjadi dalam hari yang sama. Hal ini telah terjadi setidaknya 3 kali
seminggu dalam 3 bulan terakhir.
B. Ditemukan setidaknya 1 dari gejala berikut :
1. Episode kataplexi, didefinisikan sebagai salah satu (a) atau (b), terjadi setidaknya
beberapa kali dalam sebulan:
a. Pada individu dengan gangguan yang sudah berlangsung lama, episode singkat
(detik sampai menit) dari hilangnya tonus otot bilateral secara tiba tiba dimana
pasien masih dalam kondisi sadar yang muncul saat tertawa atau melucu.

8
b. Pada anak-anak atau individu yang onsetnya masih 6 bulan, muncul tiba-tiba wajah
menyeringai atau terbukanya rahang dengan terjulurnya lidah atau sebuah hipotonia
global tanpa adanya pencetus emosional yang jelas
2. Defisiensi hipokretin, yang mengukur nilai hypocretin-1 immunorectivity melalui
cairan serebrospinal (kurang dari atau sama dengan 1/3 dari nilai rujukan individu
normal dengan menggunakan metode yang sama, atau kurang dari atau sama dengan
110 pg/mL). Nilai hypocretin-1 yang rendah pada CSF tidak harus diamati pada kasus
acute brain injury, inflamasi atau infeksi.
3. Nocturnal sleep polysomnography menunjukkan latensi tidur rapid eye movement
(REM) kurang dari atau sama dengan 15 menit, atau sebuah tes latensi tidur multiple
menunjukkan sebuah latensi tidur rata-rata kurang dari atau sama dengan 8 menit dan
2 atau lebih periode onset tidur REM.

Untuk memperjelas diagnostis maka kita bisa melakukan pemeriksaan penunjang berupa
tes polysomnogram (PSG) dan tes multiple sleep latency test (MSLT). Tes PSG adalah tes yang
dilakukan sepanjang malam yang secara berkesinambungan dilakukan ketika individu itu
mengantuk untuk merekam abnormalitas silus tidurnya. Tes ini merekam denyut jantung, jumlah
pernapasannya, aktivitas listrik otak menggunakan EEG dan aktivitas saraf otot menggunakan
elektromyografi.6,10

Tes MSLT dilakukan untuk mengukur kecenderungan sesseorang untuk tertidur dan
memutuskan apakah fase tidur REM terisolasinya mengganggu waktu terjaganya. Tes latensi
tidur ini mengukur berapa kali seseorang merasa mengantuk. Pada bagian dalam es ini, individu
diminta melakukan tidur sejenak sebanyak empat sampai lima kali yang dijadwalkan 2 jam
dalam sehari. Karena periode latensi tidur normalnya 12 menit atau lebih, maka sebuah periode
latensi tidur selama 8 menit atau kurang bisa disebut sebagai gangguan tertidur yang hebat.6

d. Diagnosa Banding
Adapun diagnose banding narkolepsi adalah sebagai berikut:8
1. Gangguan mood juga umumnya mirip dengan narkolepsi yakni hasil polysomnografi
ditemukan penurunan latensi fase tidur REM hal ini terjadi ketika pasien belum
mengkonsumsi antidepresan.
2. Gangguan psikotik juga kadang dijadikan diagnosis banding karena adanya halusinasi
hipnagogik atau hipnopompik pada narkolepsi.

9
3. ADHD (Attention eficit Hyperactivity Disorder) bisa dijadikan pembanding karena pada
anak dengan narkolepsi bisa didapatkan gangguan kognitif.
e. Penatalaksanaan

Tujuan utama dari pengobatan narkolepsi meliputi: 1) untuk meningkatkan kualitas


hidup, 2) untuk mengurangi berlebihan kantuk di siang hari (EDS), dan 3) untuk mencegah
serangan kataplektik.2

Tabel 2. Obat-obatan untuk mengurangi gejala narkolepsi5

Tidak ada obat untuk narkolepsi, tetapi manajemen gejala mungkin. Sebuah rejimen
paksa tidur siang pada waktu yang teratur per hari kadang-kadang membantu pasien dengan
narkolepsi dan dalam beberapa kasus, rejimen saja, tanpa obat, bisa hampir menyembuhkan
kondisinya. Kapan obat diperlukan, stimulan yang paling sering digunakan. Modafinil, reseptor
agonis 1-adrenergik, telah disetujui oleh FDA untuk mengurangi jumlah serangan tidur dan
untuk meningkatkan kinerja psikomotor di narkolepsi. Pengamatan ini menunjukkan keterlibatan
mekanisme noradrenergik di gangguan tersebut. Modafinil tidak memiliki beberapa efek
merugikan psikostimultan alami. Meskipun begitu, klinisi harus memonitor penggunaannya dan
memperhatikan toleransi pasien. Spesialis tidur sering meresepkan obat trisiklik atau SSRI untuk
mengurangi cataplexy. Ini Pendekatan mengkapitalisasi pada sifat inhibisisi mekanisme tidur
REM karena cataplexy diduga akibat penyusupan dari fenomena tidur REM ke fase terjaga.
Banyak laporan menunjukkan bahwa imipramine, modafinil, dan fluoxetine yang efectif dalam
mengurangi atau menghilangkan cataplexy. Meskipun terapi obat adalah pengobatan pilihan,
perlu dilakukan terapi supportif berupa pendekatan terapi tidur siang, penyesuaian gaya hidup,
konseling psikologis, bebas obat untuk mengurangi toleransi, dan hati-hati pemantauan
pengguanaan obat kembali, kesehatan umum, dan kondisi jantung.1

10
Tabel 3. Penatalaksanaan beavioural dan farmakologis untuk rasa kantuk yang berlebihan
dan kataplexi8

Obat bangun mempromosikan utama adalah: modafinil, amfetamin, dextraamphetamine


dan methylphenidate. Modafinil lebih disukai dengan alasan Manfaat inisiasi, keselamatan,
ketersediaan, dan risiko rendah penyalahgunaan dan penyelewengan. Pengobatan farmakologis
dari cataplexy, kelumpuhan tidur dan halusinasi hypnogogic termasuk administrasi mengaktifkan
SSRI seperti fluoxetine dan antidepresan trisiklik seperti protriptyline. lain baru obat, natrium
oxybate xyrem, tampaknya ditoleransi dengan baik dan benefit resmi untuk pengobatan
cataplexy, kantuk di siang hari dan serangan tidur.1

f. Prognosis

Belum ada pengobatan narkolepsi yang mampu menghentikan gejalanya secara


konsisten. Tetapi gejala kaplexi dan EDS yang menyertai kataplexi bisa dikontrol bila pasien
rutin mengkonsumsi obatnya. Banyak orang tua menemukan gejala yang ada pada dirinya
menurun tingkat keparahannya pada usia setelah berusia 60 tahun.11

BAB III

11
PENUTUP

Kesimpulan

Narkolepsi dikaitkan dengan angka lima gejala: 1) yang berlebihan kantuk di siang hari,
ditandai dengan tak tertahankan "serangan" tidur dalam situasi yang tidak pantas seperti
mengendarai mobil, berbicara dengan supervisor,atau acara sosial; 2) cataplexy, yang merupakan
kerugian bilateral mendadak otot, biasanya detik abadi untuk menit, umumnya diendapkan oleh
emosi yang kuat seperti tertawa, marah, atau kejutan; 3) miskin atau susah tidur di malam hari;
4) halusinasi hypnagogic, mimpi bervariasi di onset tidur; dan 5) kelumpuhan tidur.

Dalam menegakkan diagnosis narkolepsi kita bisa mengguanakan kriteria DSM-5 dan
pemeriksaan penunjang berupa tes polysomnogram (PSG) dan tes multiple sleep latency test
(MSLT).

Adapun diagnose banding narkolepsi bisa disandingkan dengan gangguan mood, gangguan
psikotik dan ADHD (Attention eficit Hyperactivity Disorder) .

Tujuan utama dari pengobatan narkolepsi meliputi: 1) untuk meningkatkan kualitas


hidup, 2) untuk mengurangi berlebihan kantuk di siang hari (EDS), dan 3) untuk mencegah
serangan kataplektik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan & Sadock. 2015. Synopsis of Psychiatry 11th Edition. Wolter Kluwer. Pg.1184-
1188

12
2. Kay J & Tasman A. 2006. Essential of psychiatry. John Wiley & Sons Publisher. Pg 741-
742
3. Maslim R. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5.
Jakarta: Nuh Jaya. Pg 268
4. www.Sleephealyhfoundation.org.au/Narcolepsy diakases pada 26 Juli 2016
5. Christian R & Thomas E. 2012.Narcolepsy: Neural Mechanisms of Sleepiness and
Cataplexy.The Journal of Neuroscience, September 5, 2012.32(36):1230512311
6. W.T. Longstreth et al.2007. The Epidemiology of Narcolepsy. SLEEP, Vol. 30, No. 1,
2007 Publication September 3, 2006
7. M. Billiard et al.2011.Management of narcolepsy in adults. M. Billiard, European
Handbook of Neurological Management: Volume 1, 2nd Edition. Blackwell Publishing
Ltd.
8. J Peacock & M. Benca. 2010. Narcolepsy: Clinical features, co-morbidities & treatment.
Department of Psychiatry, University of Wisconsin-Madison, USA.Indian J Med Res 131,
February 2010, pp 338-349
9. Narcolepsy. 2013. U.S. DEPARTMENT OF HEALTH AND HUMAN SERVICES Public Health
Service National Institutes of Health. NIH Publication No. 13 1637
10. A Review of Changes in DSM-5 Sleep-Wake Disorders Published on Psychiatric Times
(http://www.psychiatrictimes.com) diakses 26 Juli 2016
11. www.ninds.nih.gov/disorder/narcolepsy/narcolepsy.htm diakses 26 Juli 2016

13

Anda mungkin juga menyukai