Anda di halaman 1dari 28

Organisasi internasional adalah suatu organisasi yang dibuat oleh anggota

masyarakat internasional secara sukarela atau atas dasar kesamaan yang


bertujuan menciptakan perdamaian dunia dalam tata hubungan internasional.
Pada hakikatnya organisasi internasional memiliki arti luas dan sempit. Secara
luas, organisasi internasional meliputi organisasi publik (public international
organization), organisasi privat (privat international organitation), organisasi
regional, organisasi subregional, dan organisasi bersifat universal (organization of
universal character). Secara sempit hanya meliputi organisasi internasional
publik. PBB juga merupakan organisasi internasional yang memiliki tujuan utama
dalam perjanjian Atlantic Charter. contoh lain adalah MEE,OPEC,dan ASEAN.
Organisasi Internasional ~ Hubungan kerja sama internasional dapat
dilakukan melalui berbagai cara. Perjanjian internasional atau saling
menukar pengiriman korps diplomati atau konsuler seperti dijelaskan di
atas termasuk cara melakukan hubungan internasional. Selain itu, kerja
sama juga dapat dilakukan melalui organisasi-organisasi internasional.
Nah, pada kesempatan kali ini Zona Siswa akan mencoba menghadirkan
penjelasan secara lengkap mengenai organisasi internasional. Semoga
bermanfaat. Check this out!!!

A. Pengertian Organisasi Internasional

Ada banyak tokoh hukum yang memberikan pendapat tentang pengertian


organisasi internasional. Beberapa di antaranya sebagai berikut.

1. D.W. Bowett
Organisasi internasional adalah organisasi permanen (misalnya di bidang
postel atau administrasi kereta api) yang didirikan atas dasar suatu
traktat yang lebih bersifat multilateral daripada yang bersifat bilateral dan
dengan kriteria tujuan tertentu.

2. N.A. Maryam Green


Organisasi internasional adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan
suatu perjanjian ketika tiga atau lebih negara menjadi peserta.

3. Boer Mauna
Organisasi internasional adalah suatu perhimpunan negara-negara yang
merdeka dan berdaulat yang bertujuan untuk mencapai kepentingan
bersama melalui organ-organ dari perhimpunan itu sendiri.

4. J. Pariere Mandalangi
Organisasi internasional adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan
suatu perjanjian tertulis yang dilakukan oleh sekurang-kurangnya tiga
negara atau pemerintah maupun organisasi-organisasi internasional yang
telah ada.

Itulah beberapa pendapat tentang pengertian organisasi internasional.


Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa organisasi
internasional pada umumnya lahir berdasarkan perjanjian internasional
yang bersifat multilateral.
B. Macam-macam Organisasi Internasional

Di dunia ini ada banyak organisasi internasional. Contohnya ASEAN,


Konferensi Asia Afrika (KAA), dan PBB. Setiap organisasi tersebut
mempunyai tujuan masing-masing. Meskipun demikian, organisasi-
organisasi tersebut sama-sama berperan dalam meningkatkan hubungan
internasional. Berikut adalah beberapa macam organisasi Internasional

1. ASEAN
ASEAN merupakan singkatan dari Association of South East Asia Nations.
ASEAN ini merupakan organisasi internasional yang bersifat regional, yaitu
hanya beranggotakan negara-negara Asia Tenggara. ASEAN lahir pada
tanggal 8 Agustus 1967 berdasarkan Deklarasi Bangkok.

ASEAN mempunyai semboyan Mitreka Satata yang terdiri atas penggalan


kata-kata: Mitra yang berarti teman atau sahabat, Ika yang berarti satu,
dan Satata yang berarti sederajat. Dengan demikian, semboyan Mitreka
Satata berarti selalu bersahabat atau bersahabat yang sederajat.
Semboyan ini sebagai lambang persatuan untuk membina persahabatan
antarnegara-negara anggota ASEAN.

Peran ASEAN dalam meningkatkan hubungan internasional tampak dari


upaya kerja sama yang dikembangkan negara-negara ASEAN. Upaya kerja
sama yang dikembangkan negara-negara ASEAN meliputi bidang
ekonomi, politik, sosial, dan budaya.

2. Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non-Blok


Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung merupakan proses awal lahirnya
Geakan Non-Blok (GNB). KAA tersebut diselenggarakan pada tanggal 18
24 April 1955 dan dihadiri oleh 29 kepala negara dan kepala
pemerintahan dari Benua Asia dan Afrika yang baru saja mencapai
kemerdekaannya.
Lahirnya Konfrensi Asia Afrika dan Gerakan Non-Blok dilatarbelakangi oleh
beberapa hal. Pertama, suasana makin meningkatnya perjuangan bangsa-
bangsa terjajah untuk memperoleh kemerdekaan dan usaha-usaha
menggalang persatuan di antara negara-negara merdeka. Kedua, adanya
perlombaan pembuatan senjata modern antara Blok Barat (Amerika
Serikat dan sekutunya) dengan Blok Timur (Uni Soviet dan sekutunya)
mengakibatkan situasi dunia saat itu diliputi oleh kecemasan akan terjadi
perang bom atom.

Keadaan yang demikian mendorong negara-negara berkembang mencari


pemecahan untuk meredakan ketegangan dunia dan memelihara
perdamaian dunia. Tujuan utama KAA adalah menciptakan perdamaian
dan ketenteraman hidup bangsa-bangsa yang ada di kawasan Asia Afrika.

3. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)


Perserikatan Bangsa-Bangsa atau disingkat PBB secara resmi berdiri pada
tanggal 24 Oktober 1945. Pemrakarsa berdirinya PBB adalah Presiden
Amerika Serikat, Franklin Delano Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris
Sir Winston Churchill. Kedua tokoh tersebut pada awalnya mengadakan
pertemuan di atas kapal di Laut Atlantik yang menghasilkan Atlantic
Charter (Piagam Atlantik) pada tanggal 14 Agustus 1941. Salah satu isi
piagam tersebut adalah adanya cita-cita untuk menciptakan perdamaian
dunia. Isi piagam itulah yang melandasi lahirnya PBB.

Sebagai upaya mencapai cita-cita perdamaian dunia maka


diselenggarakan berbagai pertemuan antarnegara di dunia atau berbagai
konferensi. Salah satu konferensi tersebut adalah Konferensi San Francisco
yang diselenggarakan pada tanggal 25 April26 Juni 1945. Dalam
konferensi ini, wakil-wakil negara Barat menerima pola umum League of
Nations atau Liga Bangsa-Bangsa (LBB) dengan perubahan-perubahan
dan nama baru, yaitu United Nations Organizations (UNO) atau
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sekaligus menyetujui isi Piagam PBB.
Konferensi San Francisco tersebut diikuti oleh 50 negara, yaitu 47 negara
penanda tangan Declaration of United Nations ditambah Ukraina, Belarus,
dan Argentina.

Adapun badan khusus PBB antara lain sebagai berikut.

1. FAO (Food and Agriculture Organization) adalah organisasi pangan


dan pertanian.
2. GATT (General Agreement on Tariff and Trade) adalah persetujuan
umum tarif dan perdagangan.
3. IAEA (International Atomic Energy Agency) adalah badan tenaga
atom internasional.
4. IBRD (International Bank of Recontruction and Development) adalah
bank rekonstruksi dan pembangunan internasional.
5. ICAO (International Civil Aviation Organization) adalah organisasi
penerbangan sipil internasional.
6. IDA (International Development Association) adalah perhimpunan
pembangunan sipil internasional.
7. IFC (International Finance Corporation) adalah koperasi keuangan
internasional.
8. ILO (International Labour Organization) adalah organisasi
perburuhan internasional.
9. IMCO (Intergovernment Maritime Consultative Organization) adalah
organisasi konsultasi maritim antarpemerintah.
10. IMF (International Monetary Fund) adalah lembaga dana
internasional.
11. ITU (International Telecomunication Union) adalah uni
telekomunikasi internasional.
12. UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development)
adalah konferensi perdagangan dan pembangunan PBB.
13. UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural
Organization) adalah organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan.
14. UNICEF (United Nations Childrens Fund) adalah organisasi
Perserikatan Bangsa- Bangsa yang khusus menangani masalah
anak-anak.
15. UNDP (United Nations Development Programme) adalah program
pembangunan PBB.
16. UNHCR (United Nations High Commisioner for Refuges) adalah
komisi tinggi PBB urusan pengungsian.
17. WHO (World Health Organization) adalah organisasi kesehatan
internasional.

C. Tujuan Organisasi Internasional

Tujuan organisasi internasional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan


umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah tujuan yang ingin dicapai
oleh setiap organisasi internasional pada umumnya. Tujuan khusus adalah
tujuan spesifik yang ingin dicapai oleh tiap-tiap tipe organisasi
internasional.

Tujuan umum organisasi internasional seperti berikut.

1. Mewujudkan dan memelihara perdamaian dunia, serta keamanan


internasional dengan berbagai variasi cara yang dipilih oleh
organisasi internasional yang bersangkutan di antara cara dan
upaya yang disediakan hukum internasional.
2. Mengatur serta meningkatkan kesejahteraan dunia maupun negara
anggota, melalui berbagai cara yang dipilih dan sesuai dengan
organisasi internasional yang bersangkutan.

Tujuan khusus organisasi internasional untuk menjadikan organisasi


internasional sebagai wadah, forum, atau alat untuk mencapai tujuan
bersama yang merupakan karakteristik tiap-tiap organisasi.

Semoga artikel Kewarganegaraan di atas tentang Pengertian dan


Macam-macam Organisasi Internasional dapat bermanfaat bagi
Sobat sekalian. Apabila ada kesalahan baik berupa penulisan maupun
pembahasan dari artikel di atas, mohon kiranya kritik dan saran yang
membangun untuk kemajuan bersama. Jangan lupa like dan share nya ya
Sobat. Terima kasih... ^^ Maju Terus Pendidikan Indonesia ^^
PERAN, TUJUAN, DAN FUNGSI
ORGANISASI INTERNASIONAL
Klasifikasi Aktor HI:
Aktor Supra State IGOs: PBB, Uni Eropa, ASEAN
Aktor State: Indonesia, Malaysia, etc.
Aktor Sub State: NGOs, INGOs, MNCs/ TNCs, Individual, Ethnic &
National Liberation Organization, Teroris, Pergerakan
Keagamaan, Partai Politik, Kelompok2 Kepentingan, dan LSM
I. PERAN DAN TUJUAN OI
Sejak pertengahan abad ke-17, perkembangan OI diwujudkan dalam
berbagai konferensi internasional yang melahirkan sejumlah
persetujuan melembaga dalam berbagai variasi, yakni, mulai dari
Komisi (Commission), Perserikatan Bangsa2 (United Nations),
Persemakmuran (Commonwealth), Masyarakat (Community), Kerjasama
(Cooperation), dll.

Oleh karena itu, fenomena berkembangnya peran dan tujuan OI juga


terkait dengan perkembangan hubungan antarnegara. Melalui OI,
negara2 berusaha untuk mencapai tujuan yang menjadi kepentingan
bersama terkait dengan bidang2 maupun isu2 ttt dalam HI.

Di bidang perhubungan:
1. Negara2 Eropa tahun 1815 telah mengatur hubungan pelayaran
melalui Sungai Rhine (Central Commission for Navigation of the
Rhine).
2. Dalam Kongres Paris 1856 juga telah disepakati suatu
persetujuan pelayaran melalui Sungai Danube bagi negara2 yang
dilalui oleh sungai ini (Danube Commission).

Di bidang perdagangan:
1. Pada 1933 telah ada International Wheat Agreement yang
mengatur produksi dan pemasaran gandum internasional.
2. Tahun 1934 beberapa negara telah menyetujui pengaturan
produksi dan eksport karet melalui Regulation of the
Production and Export of Rubber.
3. Havana Charter 1948 untuk membentuk International Trade
Organization, terutama yang mengatur tentang komoditi.
4. Di bidang moneter ketika negara2 Amerika Selatan pada 1865
membuat peraturan bersama melalui Latin Monetary Union.

Peran OI
PERAN UTAMA OI:
Peran utama OI sbb:
instrumen foreign policy as a selective
instruments for gaining foreign policy
objectives..,
arena dan berbagai forum arenas or forums
within which actions taken place, dan
aktor can act in world scene without being
significatly affected by outside forces
neither do many independent sovereign states.
Peran OI dalam HI:
1. Membedakan disiplin Ilmu HI dari fenomena HI.
2. Penengah yang menjembatani kelancaran suatu HI, baik dalam
memberikan informasi maupun dalam prosedur pelaksanaannya.
3. Penghubung dalam hubungan international guna mempermudah dan
mempercepat proses, prosedur, dan penyelesaian berbagai urusan
internasional.

Peran OI terkait dengan kedudukannya sebagai suatu instrumen dalam


HI, di mana OI memiliki peran ganda sbb:
1. Menegakkan ketertiban internasional.
2. Namun, OI di sisi lain juga berperan mewujudkan kepentingan
politik nasional para anggotanya.

Semakin sedikit OI yang menyinggung posisi kekuasaan negara2, maka


semakin besar kemungkinan state maupun nonstate actor bersedia
bekerjasama dan bergabung dalam OI tsb.

Tujuan OI
Tujuan OI diklasifikasikan berdasarkan:
1. Kegiatan (aktivitasnya).
2. Tujuan dari kegiatan suatu OI tsb.
Pada dasarnya, tujuan setiap OI telah dibuat sejak awal OI berdiri.
Namun, seiring dengan perkembangannya memungkinkan OI tsb menambah
tujuannya melalui sejumlah program kerja. Artinya, masih ada
kemungkinan terjadinya berbagai manuver.
Tujuan suatu OI bisa sangat umum dan luas, namun juga bisa lebih
spesifik dan tertentu. Begitu pula dengan aktivitasnya terkait
dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan tujuan pembentukan suatu OI, ada tiga (3) kemungkinan
hubungan yang akan terbentuk dalam suatu OI sbb:
1. Menciptakan suatu bentuk hubungan
yang co-operative antaranggotanya,
yakni melalui berbagai aspek,
seperti, perdagangan dan sosial.
2. Meminimalisir atau mencegah
kemungkinan terjadinya conflict
dengan kerjasama sehingga akan
menimbulkan rasa saling menghormati
kepentingan nasional masing2
negara.
3. Merangsang timbulnya confrontation
karena ternyata pada akhirnya
organisasi tsb justru merangsang
terjadinya konflik.

Tujuan Umum OI:


1. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional.
2. Memajukan kepentingan umum dan kesejahteraan umum umat
manusia.
3. Mengembangkan hubungan persahabatan dan kerjasama di segala
bidang.
4. Mengembangkan penghormatan terhadap HAM.
Menurut Couloumbis dan Wolfe, tujuan OI merupakan salah satu dari
tiga (3) pendekatan dalam memahami OI:
1. Adanya regulasi (peraturan) HI, terutama melalui teknik2
penyelesaian pertikaian antarnegara secara damai bidang
perdamaian.
2. Meminimalisir/mengendalikan konflik atau perang internasional
bidang perdamaian.
3. Memajukan kegiatan2 kerjasama dan pembangunan antarnegara demi
keuntungan2 sosial dan ekonomi di kawasan ttt dan untuk
seluruh umat manusia bidang kesejahteraan.
4. Terdapat pertahanan kolektif kelompok negara untuk menghadapi
ancaman eksternal bidang keamanan.

II. PERAN DAN FUNGSI OI DALAM BIDANG POLITIK


SERTA PEMELIHARAAN PERDAMAIAN DAN KEAMANAN
Peran PBB dalam bidang Politik serta Pemeliharaan Perdamaian dan
Keamanan Internasional adalah:
1. Menciptakan keamanan kolektif
2. Membangun diplomasi preventif
3. Meredakan ketegangan (detente)
4. Mencegah kekerasan dengan meningkatkan
kesejahteraan.
5. Meningkatkan kekebalan terhadap intervensi.
Keanggotaan OI PBB bersifat global yang
dirancang untuk memperkuat kerjasama
internasional dan mengurangi konflik.
Pada awalnya, PBB dibentuk untuk berperan
dalam membangun keamanan kolektif yang
idealnya diharapkan mampu mencegah
agresor. Namun, peran PBB tsb mengalami
pergeseran, terutama sejak pasca Perang
Dingin.

III. PERAN DAN FUNGSI OI DALAM BIDANG EKONOMI


Dalam bidang ekonomi, OI pada umumnya berperan sbb:
1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial.

IV. CONTOH OI DALAM BIDANG POLITIK (PBB, ASEAN,


OKI)
4.1. PBB
Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB (United Nations/UN) adalah suatu OI
yang anggotanya terdiri dari hampir seluruh negara di dunia.
Pendirian organisasi antarbangsa ini pada tahun 1945 bertujuan
melindungi perdamaian di dunia. Hingga 2007, jumlah negara yang
tergabung sebagai anggota PBB terdiri dari 192 negara.
PBB dibentuk untuk memfasilitasi hukum internasional, pengamanan
internasional, lembaga ekonomi, dan perlindungan sosial.
Semua negara yang tergabung dalam wadah PBB menyatakan
independensinya masing-masing selain Vatikan dan Takhta Suci serta
Republik Cina (Taiwan) yang tergabung dalam wilayah Cina pada 1971.
PBB didirikan di San Fransisco pada tanggal 24 Oktober 1945
--setelah Konferensi Dumbarton Oaks di Washington DC. Namun, Sidang
Umum (SU) pertama PBB dihadiri perwakilan dari 51 negara dan
berlangsung pada 10 Januari 1946 di Church House, London.
Sekretaris Jendral PBB saat ini adalah Ban Ki-Moon asal Korea
Selatan yang menjabat sejak 1 Januari 2007.
Jerman, anggota PBB sejak tahun 1973, adalah pembayar iuran terbesar
ketiga setelah Amerika Serikat dan Jepang.
Sejak 1996, kantor Sekretariat Perubahan Iklim PBB (UNFCCC)
berkedudukan di Bonn, Jerman.
4.2. ASEAN
Association of South East Asian Nations (ASEAN) adalah OI di kawasan
Asia Tenggara. Selama ini, ASEAN dikenal sebagai suatu organisasi
yang dekat dengan penciptaan ide suatu masyarakat global di
kawasan.
Jumlah anggota ASEAN saat ini terdiri dari 10 negara, yaitu,
Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei
Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam. Jadi, seluruh
negara di kawasan Asia Tenggara telah menjadi anggota ASEAN.
Dasar berdirinya ASEAN adalah Deklarasi Bangkok yang dicetuskan pada
8 Agustus 1967.
Prinsip2 Utama ASEAN adalah:
Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesamaan, integritas
wilayah nasional, dan identitas nasional setiap negara.
Hak setiap negara untuk memimpin kehadiran nasional yang bebas
dari campur-tangan, subversif, atau koersif pihak luar.
Tidak mencampuri urusan dalam negeri sesama negara anggota.
Menyelesaikan perbedaan atau perdebatan dengan cara damai.
Menolak penggunaan kekuatan yang mematikan.
Kerjasama efektif di antara negara2 anggota.
Tujuan pembentukkan ASEAN adalah memperkuat kerjasama regional di
bidang:
1. Politik,
2. Ekonomi,
3. Sosial, dan
4. Budaya
Guna memperkuat ketahanan nasional tiap negara anggotanya
yang pada akhirnya ASEAN berdampak positif bagi ketahanan
regional.
Latar Belakang ASEAN
ASEAN merupakan organisasi negara2 di kawasan Asia Tenggara yang
tidak membeda-bedakan sistem politik dan ideologi negara anggotanya.
Ide dasar pembentukan ASEAN adalah kerja sama di bidang ekonomi,
sosial, dan budaya.
Latar belakang didirikannya ASEAN disebabkan adanya persamaan di
antara negara2 Asia Tenggara sbb:
1. Persamaan letak geografis di kawasan Asia Tenggara.
2. Persamaan budaya, yaitu budaya Melayu Austronesia.
Persamaan nasib dalam sejarahnya, yaitu sama2 merupakan negara
3.
bekas jajahan bangsa asing (Eropa).
4. Persamaan kepentingan untuk menjalin hubungan dan kerja sama
di bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
5. Kesamaan sikap yang nonkomunis karena komunis terbukti telah
menimbulkan ketidakstabilan dalam negeri (domnestik) negara2
ASEAN.
Dengan demikian, dalam perkembangannya, organisasi ini bertekad
menjamin stabilitas dan keamanan tanpa campur tangan bangsa asing.
Sejarah Berdirinya ASEAN
Sebelum ASEAN dibentuk, ada dua (2) organisasi yang lahir lebih dulu
sebagai pendorong realisasi didirikannya ASEAN, yaitu:
1. ASA (Association of Southest Asia) yang dibentuk berdasarkan
Deklarasi Bangkok pada 1961, yakni Asosiasi di antara
Malaysia, Thailand, dan Filipina.
2. Maphilindo yang beranggotakan Malaysia, Filipina, dan
Indonesia pada 1963.
Penggabungan (integrasi) wilayah Kalimantan Utara sebagai bekas
wilayah jajahan Inggris ke dalam teritori Malaysia, mengakibatkan
ketidakpuasan Indonesia dan Filipina. Akibatnya, ASA dan Maphilindo
diganti menjadi satu organisasi regional Asia Tenggara, yaitu ASEAN
pada tahun 1967. Pembentukan ASEAN ini juga menyusul terjadinya
perubahan di Indonesia akibat peristiwa G 30 S/PKI pada 1965.
Lima Menlu negara2 Asia Tenggara lalu menandatangani Deklarasi
Bangkok yang meresmikan berdirinya ASEAN pada 8 Agustus 1967.
OI ini mengadakan pertemuan setiap tahun pada bulan November.

Kelima Menlu Penandatangan Deklarasi Bangkok tsb adalah:


1. Adam Malik, Menteri Luar Negeri Indonesia.
2. Tun Abdul Razak, Wakil Perdana Menteri/Menteri Pembangunan
Nasional Malaysia.
3. S. Rajaratnam, Menteri Luar Negeri Singapura.
4. Narsisco Ramos, Menteri Luar Negeri Filipina.
5. Thanat Koman, Menteri Luar Negeri Thailand.
Tujuan ASEAN sebagai OI kawasan adalah:
1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi dan sosial budaya.
2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional.
3. Meningkatkan kerja sama dengan saling membantu di bidang
ekonomi, sosial budaya, teknik, ilmu pengetahuan, dan
administrasi.
4. Bekerja sama dalam meningkatkan sektor pertanian dan industri,
perluasan perdagangan, penyempurnaan fasilitas komunikasi,
serta meningkatkan taraf hidup rakyat masing2 negara anggota
ASEAN.
5. Meningkatkan pengkajian mengenai wilayah Asia Tenggara.
6. Memelihara kerja sama yang erat dan berguna dengan organisasi
internasional dan regional lainnya.
Struktur Organisasi ASEAN
Struktur organisasi ASEAN mengalami perubahan yang membedakan
struktur ASEAN antara sebelum dan setelah Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) ASEAN di Bali tahun 1976.
A. Sebelum KTT ASEAN di Bali 1976:
1. Annual Ministreal Meeting (AMM) adalah sidang tertinggi yang
dihadiri para Menlu.
2. Standing Committee (SC) bertanggung jawab terhadap jalannya
organisasi ASEAN serta dalam mempersiapkan AMM berikutnya.
Dalam hal ini, SC bertugas merekomendasikan dan melaksanakan
program yang telah disepakati dalam melaksanakan AMM.
3. Permanent Committee (PC) merupakan Komisi2 Tetap yang bertugas
merekomendasikan rencana program ASEAN dan melaksanakan
program tsb.
4. Komisi Khusus tugasnya mengoordinasikan tanggapan nasional
terhadap hasil yang telah dicapai ASEAN dan menyiapkan agenda
pertemuan Standing Committee.
Sebelum KTT ASEAN di Bali 1976, ASEAN memiliki:
a. Lima (5) Komisi Khusus Bidang Ekonomi
b. Tiga (3) Komisi Khusus Bidang Nonekonomi
Lima (5) Komisi Khusus Bidang Ekonomi sbb:
1. Komite Perdagangan dan Pariwisata (Committee on Trade and
Tourism/COTT) yang berkedudukan di Singapura.
2. Komite Industri Perdagangan dan Energi (Committee on
Industry Mineral and Energy/COMT) yang berkedudukan di
Filipina.
3. Komite Keuangan dan Perbankan (Committee on Finance and
Bank/COFAB) yang berkedudukan di Thailand.
4. Komite Pangan, Pertanian, dan Kehutanan (Committee on
Food, Agriculture, and Foresty/COFAF) yang berkedudukan
di Indonesia.
5. Komite Transportasi dan Komunikasi (Committee on
Transportation and Communication/COTAT) yang berkedudukan
di Malaysia.
Tiga (3) Komisi Khusus Bidang Nonekonomi sbb:
1. Komite Kebudayaan dan Penerangan (Committee on Culture and
Information/COCI).
2. Komite Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Committee on Science
and Technology/COST).
3. Komite Pembangunan Sosial (Committee on Sosial
Development/COSD)
Kedudukan tiap Komite Khusus Bidang Nonekonomi ini dilakukan
secara bergilir setiap tiga (3) tahun sekali.
B. Setelah KTT ASEAN di Bali 1976:
Susunan instansi ASEAN mulai dari tingkat tertinggi hingga
terendah sbb:
1. Summit Meeting Pertemuan Kepala Negara
2. Annual Ministreal Meeting/AMM
3. Standing Committee/SC
4. Permanent Committee Komisi Tetap
5. Komisi Khusus
6. Sekretaris Nasional ASEAN.
Sekretariat ASEAN dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal
ASEAN yang berkedudukan di Jakarta.
Jabatan Sekjen ASEAN ini dipegang secara bergilir dengan masa
jabatan selama dua (2 tahun).
Sekjen I ASEAN adalah Letjen H.R. Sudharsono dari Indonesia
yang diangkat pada 7 Juni 1976.
Bentuk Kerjasama dalam ASEAN
1. Kerjasama di bidang Politik
1. Lahirnya Deklarasi Zone of Peace, Freedom, and Neutrality
(ZOPFAN) yang dicanangkan pada 27 November 1971.
Deklarasi ini menyatakan bahwa ASEAN akan:
a. Mengusahakan pengakuan dan penghormatan atas wilayah Asia
Tenggara sebagai wilayah (zona) yang damai, bebas, dan netral dari
kekuatan luar, serta
b. Memperluas kerjasama yang penuh solidaritas.
2. Mencetuskan South East Asian Nuclear Weapon Free Zone
(SEANWFZ) yang menyatakan bahwa Asia Tenggara adalah kawasan yang
bebas dari senjata nuklir.
2. Kerjasama di bidang Ekonomi
2.1.Di bidang perdagangan:
Ditandatanganinya ASEAN Preferential Trading Arrangement
(PTA) pada 24 Februari 1977 di Manila, Filipina. ASEAN PTA
dirancang untuk memberi kemudahan, mempromosikan, dan
memperluas perdagangan antarnegara anggota ASEAN. Aturan
dalam ASEAN PTA memberlakukan pengurangan tarif atas berbagai
barang yang disepakati bersama.
1. Di bidang industri:
ASEAN telah menyetujui kerjasama dalam membangun sejumlah
proyek bersama negara2 anggota ASEAN, yaitu:
1. Proyek pabrik pupuk urea/amoniak di Indonesia dan
Malaysia.
2. Proyek industri tembaga di Filipina.
3. Proyek pabrik mesin diesel di Singapura.
4. Proyek pabrik superfosfat di Thailand.
3. Kerjasama di bidang Sosial dan Budaya
1. Pembentukan Panitia Tetap Sosial Budaya pada 1972 untuk
memasyarakatkan ASEAN di kalangan remaja, seniman, dan
cendekiawan.
2. Pertukaran seni dan budaya melalui Festival Lagu Populer
dan Festival Film ASEAN.
3. Pertukaran pelajar dan mahasiswa.
4. Pemberantasan buta huruf.

Peran Indonesia di ASEAN


Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam ASEAN, di
antaranya:
a. Indonesia sebagai salah satu negara pelopor berdirinya ASEAN
dan turut menandatangani Deklarasi Bangkok yang menandai berdirinya
ASEAN.
b. Indonesia beberapa kali dipercaya sebagai tempat
penyelenggaraan KTT ASEAN.
c. Indonesia aktif dalam menyempurnakan struktur organisasi ASEAN
ketika KTT di Bali tahun 1976.
d. Memainkan peran aktif dalam penyelesaian konflik di Kamboja.
Indonesia menyelenggarakan Jakarta Informal Meeting (JIM) tahun
1988. Pertemuan ini dilanjutkan dengan Konferensi Internasional di
Paris tahun 1989 yang diketuai bersama oleh Prancis dan Indonesia -
> Indonesia diwakili oleh mantan Menlu RI Ali Alatas.
e. Jakarta merupakan kedudukan kantor Sekretariat Tetap ASEAN.
f. Letnan Jenderal H.R. Sudharsono (Indonesia) adalah Sekretaris
Jenderal I ASEAN.
g. Indonesia aktif membantu penyelesaian konflik Moro di
Filipina.

Pada 26 Agustus 2007, ASEAN telah mencanangkan Perjanjian


Perdagangan Bebas dengan Cina, Jepang, Korea Selatan, India,
Australia, Selandia Baru yang akan dilaksanakan pada 2013 dan
diikuti oleh pengukuhan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015.
4.3. Organisasi Konferensi Islam (OKI)
OKI adalah suatu organisasi antarpemerintahan yang keanggotaannya
terdiri dari 57 negara di dunia.
OKI didirikan di Rabat, Maroko, pada 25 September 1969 dalam
Pertemuan Pertama para Pemimpin Dunia Islam yang diselenggarakan
sebagai reaksi terhadap peristiwa pembakaran Masjid Al Aqsa pada 21
Agustus 1969 oleh pengikut fanatik Kristen dan Yahudi di Yerusalem.

V. CONTOH OI DALAM BIDANG PERTAHANAN DAN


KEAMANAN (GNB, NATO)
5.1. Gerakan Nonblok (GNB)
Latar Belakang GNB
Tujuan pembentukan Gerakan Nonblok (GNB) adalah untuk mempertahankan
diri dengan jalan mempersatukan diri di antara negara2 netral guna
menghadapi intervensi negara adikuasa (Blok Barat yang dipimpin USA
dan Blok Timur di bawah pimpinan USSR).
Konsep Nonblok adalah tidak berpihak pada salah satu blok, baik itu
blok Barat maupun blok Timur.
Faktor pendorong berdirinya GNB:
1. Persamaan nasib bangsa2 yang pernah dijajah telah menimbulkan
penggalangan solidaritas untuk mengenyahkan kolonialisme.
2. Terjadinya Perang Dingin dan ketegangan dunia akibat
persaingan antara blok barat dan blok Timur.
3. Terjadinya Krisis Kuba yang mengancam perdamaian dunia.
4. Pertemuan di Kairo pada 1961 untuk mempersiapkan KTT I GNB.
Landasan Keputusan GNB:
Kebebasan dan ketidaktergantungannya berdasarkan kepentingan
nasional dan internasional.
Beberapa tujuan GNB sebagai suatu organisasi adalah:
1. Mendukung perjuangan dekolonisasi.
2. Memegang teguh perlawanan terhadap imperialisme,
neokolonialisme, dan rasialisme.
3. Sebagai wadah perjuangan bagi negara2 berkembang dalam
mencapai tujuannya.
4. Mengurangi ketegangan antara blok Barat dan blok Timur.
5. Mengadakan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan kekerasan.
Prinsip2 GNB sbb:
1. Tidak memihak pada salah satu blok dalam persaingan antara
blok Barat dan blok Timur.
2. Berpihak pada perjuangan antikolonialisme.
3. Menolak ikut serta dalam berbagai bentuk aliansi militer.
4. Menolak aliansi bilateral dengan negara super power.
5. Menolak pendirian basis militer negara super power di wilayah
masing2.
Prinsip dasar dan tujuan GNB adalah mewujudkan perdamaian dunia
berdasarkan prinsip universal mengenai:
1. Kesamaan kedaulatan,
2. Hak dan martabat negara2 di dunia,
3. Menghormati HAM, dan
4. Kemerdekaan yang fundamental.
GNB menentang:
1. Imperialisme,
2. Kolonialisme,
3. Neokolonialisme,
4. Perbedaan warna kulit, dan
5. Segala bentuk ekspansi, dominasi, serta menolak segala
pemusatan kekuasaan.

Lima (5) Tokoh Pelopor Berdirinya GNB:


1. Presiden Ir. Soekarno (Indonesia)
2. Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia)
3. Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir)
4. Perdana Menteri Jawaharlal Nehru (India)
5. Perdana Menteri Kwame Nkrumah (Ghana)
Sejarah Berdirinya GNB
Berakhirnya Perang Dunia II telah melahirkan dua blok
kekuatan dunia, yaitu blok Barat dan blok Timur Blok
Barat yang beraliran Liberal dipimpin Amerika Serikat
(USA), sedangkan blok Timur yang berideologi komunis
dipimpin Uni Soviet (USSR).
Kelahiran dua blok kekuatan tsb merupakan ancaman serius
bagi perdamaian. Oleh karena itu, lahirlah Gerakan
Nonblok (GNB) yang dianggap sebagai solusi bagi negara2
yang ingin tetap netral dan bebas dari pengaruh salah
satu blok.
Dalam hal ini, Konferensi Asia Afrika (KAA) dianggap
sebagai pendahulu bagi berdirinya GNB karena KAA telah
melahirkan prinsip2 perdamaian, kerja sama internasional,
kebebasan, kemerdekaan, dan hubungan antarbangsa.
Pada tahun 1956, Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir),
Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia), dan PM Jawaharlal
Nehru (India) mengadakan pertemuan di Brioni.
Pada September 1960, ketiga tokoh tersebut mengadakan
pertemuan dengan Ir. Soekarno dan Nkrumah dari Ghana.
Pertemuan ini lalu diikuti dengan Pertemuan Persiapan
Konferensi GNB di Kairo pada Juni 1961 yang merumuskan
kriteria negara yang akan diundang dalam KTT GNB I dan
prinsip2 GNB.
KTT GNB
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) GNB adalah forum tertinggi
organisasi tersebut.
Konferensi ini dihadiri oleh para kepala negara maupun kepala
pemerintahan dari negara2 anggota.
Hingga tahun 2006, KTT GNB telah dilaksanakan 14 kali:
1. KTT I GNB : Di Beograd, Yugoslavia (1-6 September 1961)
Hasil konferensi:
Membahas upaya penghentian praktik imperialisme dan
kolonialisme,
Mencegah percobaan senjata nuklir, serta
Mendamaikan blok Barat dan blok Timur.
2. KTT II GNB : Di Kairo, Mesir (5-10 Oktober 1964)
Hasil konferensi:
Membahas tentang usaha perdamaian dunia dan
Membahas kerjasama ekonomi.
3. KTT III GNB : Di Lusaka, Zambia (8-10 September 1970)
Hasil konferensi:
Membahas tentang usaha perdamaian dunia serta
Membahas peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran negara2
berkembang.
4. KTT IV GNB : Di Aljir, Aljazair (5-9 September 1973)
Hasil konferensi:
Membahas tentang usaha peningkatan kerjasama dan saling
pengertian antarnegara berkembang,
Meredakan ketegangan di Timur Tengah dan pergolakan di
Rhodesia, serta
Membahas diskriminasi ras di Afrika Selatan.
5. KTT V GNB : Di Kolombo, Srilangka (16-19 September 1976)
Hasil konferensi:
Membahas tentang usaha menghindari ancaman perang nuklir serta
Memperkokoh persatuan dan kesatuan antarnegara berkembang.
6. KTT VI GNB : Di Havana, Kuba (16-19 September 1979)
Hasil konferensi:
Membahas tentang usaha mewujudkan tatanan ekonomi dunia baru
untuk negara berkembang dan
Mengusulkan negosiasi global untuk membentuk kerjasama yang
bersifat global.
7. KTT VII GNB : Di New Delhi, India (7-12 Maret 1983)
Hasil konferensi:
Menghasilkan The New Delhi Message yang berisi dukungan
terhadap perjuangan rakyat Palestina dan Namibia serta
Berusaha memecahkan krisis ekonomi dunia dengan membentuk
Tatanan Ekonomi Dunia Baru.
8. KTT VIII GNB : Di Harare, Zimbabwe (1-6 September 1986)
Hasil konferensi:
Membahas tentang usaha mengakhiri pertikaian antara Irak dan
Iran.
9. KTT IX GNB : Di Beograd, Yugoslavia (4-7 September 1989)
Hasil konferensi:
Membahas tentang usaha memperjuangkan kerjasama dan dialog
antarnegara Selatan.
10. KTT X GNB : Di Jakarta, Indonesia (1-6 September 1992)
Hasil konferensi:
Menghasilkan Jakarta Message atau Pesan Jakarta yang
berisi tentang pembahasan:
masalah kependudukan,
penyelesaian utang luar negeri,
pembentukan cadangan pangan bersama,
peningkatan kerjasama negara Utara-Selatan, serta
peningkatan kerjasama antarnegara Selatan.
11. KTT XI GNB : Di Kartagena, Kolombia (16-22 Oktober 1995)
Hasil konferensi:
Membahas tentang usaha penataan kembali dan demokrasi di forum
PBB.
12. KTT XII GNB : Di Durban, Afrika Selatan (1-6 September 1998)
Hasil konferensi:
Membahas tentang usaha demokratisasi dalam hubungan
antarnegara di seluruh dunia.
13. KTT XIII GNB : Di Kuala Lumpur, Malaysia (20-25 Februari 2003)
Hasil konferensi:
Membahas tentang revitalisasi GNB dan usaha meredakan Perang
Teluk III.
14. KTT IV GNB : Di Havana, Kuba (1-6 September 2006)
Hasil konferensi:
Menghasilkan Deklarasi yang Mengutuk Serangan Israel atas
Lebanon,
Mendukung program Nuklir Iran,
Mengritik kebijakan negara Amerika Serikat,
Menyerukan pada PBB agar lebih berpihak kepada negara kecil
dan negara berkembang.
Perkembangan GNB
Setelah Perang Dingin berakhir, negara2 anggota GNB masih
bersemangat dalam bekerjasama.
Pasca Perang Dingin, semangat kerja sama di anggota GNB masih
tinggi. Ketika itu, kepemimpinan GNB pasca Perang Dingin dipegang
oleh Indonesia (1992- 1995), di mana Indonesia memprakarsai
kerjasama teknis di beberapa bidang sbb:
1. Pelatihan tenaga kesehatan dan Keluarga Berencana,
2. Studi banding para petugas pertanian, dan
3. Menghidupkan kembali dialog Utara-Selatan untuk meringankan
hutang luar negeri negara berkembang.
Setelah kepemimpinan GNB diganti oleh Kolombia, kerjasama
antaranggota GNB mulai menurun. Oleh karena itu, semangat kerjasama
perlu dihidupkan kembali melalui revitalisasi yang dilakukan saat
KTT GNB ke-13 tahun 2003 di Malaysia dan KTT GNB ke-14 di Kuba tahun
2006. Akan tetapi, upaya revitalisasi tersebut hingga kini masih
belum berhasil. Bahkan, semangat kerjasama di antara anggota GNB
semakin menurun tajam.
Peran Indonesia dalam GNB
Faktor utama keikutsertaan Indonesia bergabung dalam GNB adalah
karena adanya kesesuaian prinsip GNB dengan politik luar negeri
Indonesia yang bebas dan aktif.
Dalam hal ini, Indonesia yakin bahwa perdamaian dapat tercipta jika
tidak ada negara yang mendukung suatu pakta militer atau aliansi
militer ttt.
Peran Indonesia dalam GNB adalah:
1. Indonesia berperan sebagai pelopor berdirinya GNB yang dimulai
sejak menggagas pembentukan GNB. Gagasan pembentukan GNB ini
dikemukakan oleh Presiden Soekarno bersama PM Jawaharlal Nehru
(yang juga pelopor KAA). Akhirnya, bersama empat pemimpin
negara India, Ghana, Yugoslavia, dan Mesir, Indonesia
mendeklarasikan berdirinya GNB. Indonesia bahkan juga aktif
dalam persiapan penyelenggaraan KTT GNB di Beograd.
2. Dalam KTT X GNB tahun 1992, Indonesia berperan sebagai tuan
rumah penyelenggaraan KTT di mana Presiden Soeharto ketika itu
bertindak sebagai ketua GNB.
3. Indonesia memprakarsai kerja sama teknis di beberapa bidang,
seperti, bidang pertanian dan kependudukan.
4. Indonesia mencetuskan upaya untuk menghidupkan kembali dialog
Utara-Selatan.
5.2. NATO
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty
Organisation/NATO) didirikan pada tahun 1949 dan kini
beranggotakan 26 negara.
NATO adalah suatu OI untuk keamanan bersama yang didirikan
sebagai bentuk dukungan terhadap Persetujuan Atlantik Utara
yang ditandatangani di Washington, DC pada 4 April 1949.
Nama resmi lain dari NATO adalah dalam bahasa Perancis:
lOrganisation du Trait de lAtlantique Nord (OTAN).
Pasal utama persetujuan NATO terdapat dalam Pasal V Piagam NATO,
yang intinya
Para anggota setuju bahwa suatu serangan bersenjata terhadap
salah satu atau lebih dari anggota NATO di Eropa maupun di
Amerika Utara akan dianggap sebagai serangan terhadap semua
anggota NATO.
Mereka juga setuju bahwa jika serangan bersenjata seperti itu
terjadi, maka setiap anggota --dalam menggunakan hak untuk
mepertahankan diri secara pribadi maupun bersama2 seperti yang
tertuang dalam Pasal ke-51 dari Piagam PBB-- akan membantu
anggota yang diserang jika penggunaan kekuatan tersebut dirasa
perlu --baik sendiri maupun bersama2-- termasuk penggunaan
pasukan bersenjata guna mengembalikan dan menjaga keamanan
wilayah Atlantik Utara.
Jerman bergabung dalam NATO pada tahun 1955. Sejak Maret 1999,
Angkatan Bersenjata Jerman turut mengerahkan pasukan
perdamaian di bawah pimpinan NATO dengan menempatkan 2.230
prajurit (akhir 2007).
NATO berkedudukan di Brussel, Belgia.
Badan pimpinan tertinggi NATO adalah Dewan NATO.
VI. CONTOH OI DALAM BIDANG EKONOMI (WTO, C-
AFTA, OPEC)
6.1. WTO
Tujuan Organisasi Perdagangan Sedunia (World Trade Organization/WTO)
yang didirikan pada tahun 1995 ini adalah:
1. Mengatur pelaksanaan perjanjian mengenai perdagangan
internasional yang ada.
2. Menjadi forum bagi perundingan mengenai liberalisasi
perdagangan global.
3. Dalam perundingan mengenai liberalisasi perdagangan global,
Jerman menjadi pendukung kuat peningkatan integrasi negara2
berkembang ke dalam perdagangan sedunia.

Akan tetapi, ketidakseimbangan kedudukan negara berkembang dan


negara maju dalam suatu OI juga tampak nyata dalam WTO. Dalam
organisasi ekonomi global pendukung perdagangan bebas dan adil ini
terjadi perbedaan sikap yang ditunjukkan oleh negara2 maju-kapitalis
terhadap negara berkembang.
Contohnya terjadi dalam proses perundingan untuk menentukan
keputusan selama Konferensi Tingkat Menteri (KTM) berlangsung. KTM
sebagai badan pembuat keputusan tertinggi di WTO ternyata tak mampu
menghasilkan keputusan yang menguntungkan bagi semua pihak, baik
negara maju maupun negara berkembang akibat ketidakterbukaan
informasi dalam penyelenggaraan KTM.

Hira Jhamtani melalui bukunya WTO dan Penjajahan Kembali Dunia


Ketiga menyebutkan bahwa banyak perundingan yang dilakukan dalam
ruangan tertutup secara informal, tetapi hasilnya dipaksakan
menjadi keputusan formal. Ketika delegasi negara2 berkembang diberi
naskah deklarasi pada malam hari sebelum penutupan sidang, banyak
yang mengeluh akan proses yang tidak transparan dan tidak demokratis
tersebut.
Radha Sinha, seorang developmentalis yang pendapatnya dikutip oleh
Clive Archer dalam International Organization Second Edition
berpendapat bahwa posisi negara industri memiliki kapabilitas lebih
besar dalam menentukan arah kebijakan suatu OI, seperti, IMF dan
IBRD.
Kenyataan ini muncul sejak KTM I di Singapura di mana negara2 maju,
seperti, Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, dan Kanada secara tiba-
tiba mengusulkan lima (5) klausul baru untuk dibahas dalam
perundingan yaitu mengenai:
1. Isu penanaman modal,
2. Kebijakan persaingan,
3. Pembelanjaan pemerintah,
4. Fasilitasi perdagangan, serta
5. Pengaturan tenaga kerja.
Kelima usul baru ini sebelumnya tidak diagendakan dalam KTM
Singapura. Walaupun klausul mengenai tenaga kerja akhirnya
tidak dibahas dalam sidang, tetap saja empat usul lainnya
dimasukkan ke dalam agenda kerja WTO.
Oleh karena itu, Hira Jhamtani berpendapat bahwa WTO menjadi alat
untuk memajukan agenda globalisasi korporasi menuju dominasi
perusahaan2 multinasional (Multinational Corporations/MNC) atas
kehidupan masyarakat biasa.
Berarti, WTO hanyalah suatu cara baru bagi negara maju untuk
mengeksploitasi negara berkembang. Jadi, walaupun era kolonialisme
dan imperialisme sudah berakhir, tetapi kondisi ekonomi politik
internasional masih menyisakan struktur kelas antara core dan
periphery.
Eksploitasi ini terjadi karena adanya sejumlah kemungkinan yang
dialami oleh negara berkembang sbb:
1. Tidak begitu memahami fenomena eksploitasi ini,
2. Tidak sadar bahwa negaranya sedang dieksploitasi, atau
3. Justru merasa diuntungkan oleh organisasi tersebut.
6.2. CHINA-ASEAN FREE TRADE AGREEMENT (C-AFTA)
Perubahan orientasi pembangunan ekonomi yang terjadi dalam
masyarakat internasional dimulai sejak berakhirnya Perang Dunia II.
Sebelumnya, masyarakat internasional masih dikendalikan oleh
dominasi sistem kolonial Eropa. Ketika itu, pembangunan ekonomi
suatu bangsa sangat ditentukan oleh dominasi kekuasaan negara
kolonialnya.
Setelah akhir PD II, muncul tuntutan keseimbangan hubungan
antarnegara di dunia. Secara faktual, tuntutan ini mendorong
terjadinya perubahan dalam tatanan ekonomi global Perubahan tata
ekonomi global ini ditandai oleh terjalinnya kerjasama global,
regional, dan bilateral yang cenderung diarahkan pada kerjasama di
bidang pembangunan ekonomi bangsa2.

Dalam tingkat regional, negara2 Asia Tenggara menyatukan visi


pembangunan ekonomi ke dalam organisasi Asean Free Trade Area
(AFTA). Contoh terkini adalah berlakunya C-AFTA per 1 Januari 2010.

Begitu pula pada kawasan regional Asia Pasifik, mereka menyatukan


diri dalam lembaga yang kemudian dikenal dengan Asia Pasific
Economic Cooperation (APEC).

Sementara itu pada level global, negara2 di dunia menyepakati


dibentuknya suatu lembaga organisasi perdagangan dunia (World Trade
Organisation/WTO).

Dalam hal ini, Indonesia harus mampu mengimplementasikan ketentuan2


CAFTA, AFTA, APEC, dan WTO ke dalam ketentuan hukum nasional,
termasuk peraturan daerah (Perda) tanpa harus menimbulkan benturan
kepentingan (conflict interest). Hal ini sangat penting karena
liberalisasi perdagangan membatasi peran negara, baik sebagai
regulator maupun sebagai pelaku ekonomi.

Liberalisasi perdagangan menimbulkan kekhawatiran karena peran


negara sebagai regulator ekonomi dikurangi, peranan sektor negara
dan koperasi relatif menurun serta berhadapan langsung dengan sektor
swasta yang memberi jalan bagi masuknya kekuatan ekonomi asing guna
mendominasi perekonomian Indonesia serta menimbulan kesenjangan yang
makin lebar antarpelaku ekonomi.
Sebulan setelah pemberlakuan C-AFTA pada tanggal 1 Januari 2010,
pemerintah Indonesia memperoleh penolakan dari banyak kalangan,
terutama dari pelaku2 usaha yang belum siap bersaing dengan produk2
dari luar. Mereka meminta pemerintah melakukan berbagai proteksi
terhadap produk pelaku usaha kecil, mulai dari pemberian subsidi
hingga pada penundaan pelaksanaan C-AFTA tersebut.

Dampak Sosial Penerapan C-AFTA


Penerapan C-AFTA banyak memberi dampak terhadap kehidupan sosial
masyarakat sbb:
1. Di satu sisi, dunia yang tanpa batas, keluar masuknya barang
yang intens, serta interaksi dengan dunia luar memberikan
dampak positif bagi perkembangan masyarakat.
2. Di sisi lain, pemberlakuan C-AFTA ini semakin menambah
penderitaan sebagian besar masyarakat Indonesia yang masih
berada di bawah garis kemiskinan. Mereka digiring kepada
sebuah dunia di mana kekuatan pasar yang menjadi panglimanya,
hilangnya subsidi dan peran negara dalam bidang ekonomi,
sehingga multi player effect dari kemiskinan meningkat yang
ditunjukkan oleh tingginya angka kriminal.
3. Skenario liberalisasi melalui perjanjian perdagangan bebas
memberi dampak ke seluruh pelosok negeri. Hal ini disebabkan
oleh serbuan barang2 impor China dan negara2 lain anggota
ASEAN yang menyerbu sampai ke pelosok desa. Sedangkan berbagai
upaya protektif terhadap produk2 lokal berupa pemberian
subsidi merupakan hal yang dilarang dalam perjanjian C-AFTA
tersebut. Akibatnya, akan banyak pengusaha kecil yang akan
gulung tikar karena digilas oleh serbuan produk2 dari negara
lain yang murah meriah dan berteknologi tingggi.
4. Sejumlah praktisi di bidang industri dan kalangan, asosiasi
pun sepakat menolak penandatanganan perjanjian tsb karena akan
mengancam kestabilan industri nasional.
5. Jika pemerintah sampai membebaskan pajak impor hingga nol
persen, maka bisa mengakibatkan defisit perdagangan. Sebab,
industri manufaktur nasional terancam gulung tikar yang akan
disusul oleh ancaman PHK dan deindustrialisasi.

Dalam hal ini, pemerintah harus menyikapi secara bijak mengenai


berbagai dampak sosial perdagangan bebas. Sebab, masalah sosial
sangat penting karena terkait dengan tingginya angka kemiskinan,
melonjaknya angka pengangguran, serta tingginya tingkat kriminalitas
dan penyakit2 sosial lainnya. Pemulihan kehidupan sosial yang hancur
akibat kemiskinan membutuhkan waktu lama dan biaya besar.
Mantan Wapres RI, Yusuf Kalla, mengatakan bahwa Indonesia sekarang
ini berada didalam kondisi yang sangat terbuka dan sangat bersaing.
Namun kenyataannya, ekonomi Indonesia berkembang agak lembat setelah
krisis dibandingkan negara2 lainnya. Sebab, Indonesia sedang
mengerjakan dua hal, yakni perbaikan ekonomi sekaligus mereformasi
berbagai persoalan masalah sosial.
Beberapa langkah konstruktif yang harus dilakukan dalam menghadapi
era pasar bebas:
1. Melakukan pemberdayaan ekonomi di tingkat masyarakat kecil dan
menengah.
2. Membangun SDM yang handal sehingga mampu menangkap peluang2
dari globalisasi serta mampu mengubah ancaman menjadi peluang
ekonomi bagi masyarakat.
6.3. Organisasi Negara2 Pengekspor Minyak Bumi
(Organization of the Petroleum Exporting
Countries/OPEC)
OPEC adalah organisasi yang bertujuan menegosiasikan masalah2
mengenai produksi, harga, dan hak konsesi minyak bumi dengan
berbagai perusahaan minyak.
OPEC didirikan pada 14 September 1960 di Baghdad, Irak. Saat itu,
anggota OPEC hanya lima negara. Sejak 1965, markas OPEC bertempat di
Wina, Austria.
Negara anggota OPEC terdiri dari:
Afrika
Aljazair (1969)
Angola (1 Januari 2007)
Libya (Desember 1962)
Nigeria (Juli 1971)
Asia
Arab Saudi (negara pendiri, September 1960)
Iran (negara pendiri, September 1960)
Irak (negara pendiri, September 1960)
Kuwait (negara pendiri, September 1960)
Qatar (Desember 1961)
Uni Emirat Arab (November 1967)
Amerika Selatan
Ekuador (19731993, kembali menjadi anggota sejak tahun 2007)
Venezuela (negara pendiri, September 1960)
Anggota yang keluar
Gabon (keanggotaan penuh dari 19751995)
Indonesia (anggota dari Desember 1962Mei 2008)
Pada Mei 2008, Indonesia mengumumkan telah mengajukan surat untuk
keluar dari OPEC pada akhir 2008. Sebab, Indonesia sejak 2003 telah
menjadi negara importir minyak (net importer) dan tidak mampu
memenuhi kuota produksi yang telah ditetapkan.
Negara2 yang kemungkinannya akan menjadi Anggota Baru OPEC:
Suriah, Sudan, dan Bolivia (ketiga negara ini sudah diundang
oleh OPEC untuk bergabung)
Brasil (ingin bergabung setelah ditemukan cadangan minyak yang
sangat besar di wilayah Atlantik.

Konferensi Tingkat Tinggi AsiaAfrika (disingkat KTT Asia Afrika atau KAA; kadang
juga disebut Konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan
Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh
Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan
dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara
18 April-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan
mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme
atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.

Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu
mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai
ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan dengan mereka tentang
keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia pada masa Perang Dingin; kekhawatiran
mereka mengenai ketegangan antara Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat;
keinginan mereka untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok
dengan mereka dan pihak Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya
pengaruh Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan kolonial perancis di Aljazair; dan keinginan
Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai
Irian Barat.

Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa yang disebut Dasasila
Bandung, yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kerukunan dan kerjasama
dunia". Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-
prinsip Nehru. Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya Gerakan Non-Blok
pada 1961.

Sejarah
23 Agustus 1953 - Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo (Indonesia) di Dewan
Perwakilan Rakyat Sementara mengusulkan perlunya kerjasama antara negara-negara
di Asia dan Afrika dalam perdamaian dunia.
25 April2 Mei 1954 - Berlangsung Persidangan Kolombo di Sri Lanka. Hadir dalam
pertemuan tersebut para pemimpin dari India, Pakistan, Burma (sekarang Myanmar),
dan Indonesia. Dalam konferensi ini Indonesia memberikan usulan perlunya adanya
Konferensi AsiaAfrika.
2829 Desember 1954 - Untuk mematangkan gagasan masalah Persidangan Asia-
Afrika, diadakan Persidangan Bogor. Dalam persidangan ini dirumuskan lebih rinci
tentang tujuan persidangan, serta siapa saja yang akan diundang.
1824 April 1955 - Konferensi AsiaAfrika berlangsung di Gedung Merdeka,
Bandung. Persidangan ini diresmikan oleh Presiden Soekarno dan diketuai oleh PM
Ali Sastroamidjojo. Hasil dari persidangan ini berupa persetujuan yang dikenal
dengan Dasasila Bandung.
72 Negara Pastikan Hadiri Peringatan KAA ke-60

Terkait kepastian para kepala negara yang akan hadir dalam KAA, sampai saat ini
sudah ada 72 kepala negara yang menyatakan kesiapan hadir dalam KAA.
Kementerian Luar Negeri memastikan 72 negara telah mengonfirmasi
kehadirannya. KAA ke-60 akan dilaksanakan di 2 kota yaitu Jakarta pada 19-23
April dan Bandung pada 24 April. Agenda KAA meliputi "Asia-Africa Business
Summit" dan "Asia-Africa Carnival". Tema yang dibawa Indonesia dalam acara
yang akan dihadiri 109 pemimpin negara dan 25 organisasi internasional tersebut
adalah peningkatan kerja sama negara-negara di kawasan Selatan, kesejahteraan,
serta perdamaian. Pengertian, Sejarah, Fungsi dan Tujuan
serta Isi Konferensi Asia Afrika (KAA)
Pokok pembahasan pada kali ini adalah tentang pengertian konferensi asia afrika,
sejarah konferensi asia afrika, fungsi dan tujuan konferensi asia afrika dan isi
konferensi asia afrika serta isi dari dasa sila Bandung.

Tidak satu pun negara di dunia ini yang sanggup hidup sendirian. Bahkan,
semenjak kelahirannya pun suatu negara telah membutuhkan negara lain. Saat
Indonesia tengah menghadapi revolusi fisik, pada tanggal 20 Agustus 1946 kita
telah mengirim bantuan 500.000 ton beras untuk negara India yang dilanda
kelaparan.

Sebaliknya, tanggal 14 Maret 1947 utusan Mesir Mohammad Abdul Mounim


datang ke Indonesia untuk menyampaikan dukungan dan pengakuan dari Liga
Arab terhadap berdirinya negara Indonesia.

Begitulah, hubungan diplomasi antara Indonesia dengan negara-negara lain bisa


terjalin dalam berbagai bentuk. Nah, sekarang mari kita deskripsikan bersama
berbagai kerja sama yang terjalin antara Indonesia dengan negara-negara lain.

Konferensi Asia-Afrika (KAA) dan Peran Indonesia


Solidaritas dan persahabatan kadang bisa terbentuk dari sebuah persamaan.
Begitulah yang terjadi dengan negara-negara di Benua Asia dan Afrika.

Negara-negara yang ada di kedua benua itu memang sama-sama menderita lahir
batin, akibat cengkeraman kuku-kuku imperialisme dan kolonialisme Barat.

Salah satu bentuk solidaritas terhadap perjuangan di antara bangsa-bangsa di


kedua kawasan adalah dengan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika.

Kepentingan Konferensi Asia-Afrika diselenggarakan dua konferensi pendahuluan,


yaitu Konferensi Kolombo dan Konferensi Bogor.
Negara-negara yang tergabung dalam Asia-Afrika terbukti telah mampu mengembangkan hubungan
internasional yang damai dan menguntungkan negara-negara anggota.

Pada mulanya gerakan ini dimaksudkan sebagai imbangan negara-negara berkembang (Asia dan
Afrika) dalam berkompetisi dengan dua kekuatan besar waktu itu, yaitu Amerika Serikat dan Uni
Soviet. Mereka tidak ingin terlibat dalam perseteruan dan ingin netral dari kedua kekuatan tersebut.

Di sisi lain, negara-negara anggota berkeinginan besar untuk tetap berdaulat, berkembang, maju, dan
bisa menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya.

"Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-weight: bold;">Asia-Afrika mampu


menumbuhkan hubungan damai dan kerja sama yang saling bermanfaat, khususnya bagi
negara-negara anggota. Bersamaan dengan berakhirnya Perang Dingin, peran Asia-Afrika
seakan menjadi berkurang. Namun dewasa ini, telah dijalin hubungan dan kerja sama
ekonomi dalam upaya saling memenuhi kebutuhan dalam rangka kesejahteraan rakyat.

Hal ini dibuktikan dengan menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT). Konferensi Tingkat
Tinggi lebih membicarakan masalah pembangunan dan kerja sama yang saling menguntungkan
antarnegara-negara anggota.

Adanya Konferensi Asia-Afrika menunjukkan hubungan yang semakin erat antarbangsa-bangsa di


wilayah Asia dan Afrika. Bagi Indonesia sebagai pelopor Konferensi Asia-Afrika, keikutsertaan dalam
pertemuan tersebut merupakan wujud nyata dari tujuan nasional, yaitu ikut serta menciptakan
perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan berkeadilan sosial.

Tokoh Konferensi Asia Afrika (KAA)


Konferensi Kolombo diselenggarakan pada tanggal 28 April2 Mei 1954 di Sri
Lanka. Hadir pada saat itu Shri Pandit Jawaharlal Nehru (PM India), Mohammad Ali
Jinna (PM Pakistan), Sir John Kotelawala (PM Sri Lanka), U Nu (PM Burma), dan Ali
Sastroamidjojo (PM Indonesia).

Keputusan yang berhasil dicapai dalam konferensi ini antara lain


sebagai berikut.

a. Indo-Cina harus dimerdekakan dari imperialisme Prancis.

b. Kemerdekaan bagi Tunisia dan Maroko.

c. Menyetujui dan mengusahakan adanya Konferensi Asia Afrika dan memilih


Indonesia sebagai penyelenggaranya.

Konferensi Bogor diselenggarakan pada tanggal 2829 Desember 1954. Hadir


pada saat itu adalah semua peserta Konferensi Kolombo.

Maksud konferensi ini adalah membahas pelaksanaan Konferensi Asia Afrika


antara lain apa tujuan Konferensi Asia Afrika, siapa yang akan diundang, dan atas
tingkatan apa Konferensi Asia Afrika itu akan diadakan.
Dalam komunike bersama yang disepakati para perdana menteri itu disepakati
bahwa Konferensi Asia Afrika akan diadakan di Kota Bandung pada tahun 1955.

Konferensi Asia Afrika di Bandung 1955


Konferensi Asia Afrika pun dilaksanakan di Bandung tanggal 1824 April 1955.
Delegasi Indonesia terdiri atas 17 orang, 16 orang penasihat dan sekretariat 7
orang.

Ketua konferensi adalah Mr. Ali Sastroamidjojo, ketua panitia kebudayaan adalah
Mr. Muh. Yamin, dan ketua panitia bagian perekonomian adalah Prof. Ir. Roosseno.
Sekretaris jenderal konferensi dipegang oleh Ruslan Abdul Gani.

Konferensi yang dibuka secara resmi oleh Presiden Ir. Soekarno itu
berlangsung di dua tempat, yaitu di gedung Merdeka dan gedung Dwi Warna.
Selama konferensi terjadi perbedaan pendapat yang mengkristal menjadi tiga
kelompok.

Pertama, kelompok yang pro-Barat yang meliputi Filipina, Thailand,


Pakistan, Irak, dan Turki. Kedua, kelompok komunis yang terdiri atas Cina
dan Vietnam Utara.
Ketiga, kelompok netral yang terdiri atas India, Burma, Sri Lanka, dan
Indonesia.

Sementara itu negara lainnya tidak menampilkan pendirian yang jelas.


Suasana konferensi sempat panas saat kelompok pro-Barat yang
antikomunis mengkritik secara tajam komunisme.

Namun, bisa reda setelah Chou En Lai dengan tenang memberi jawaban,
We come here to seek common ground, not to create divergence. We
come here to seek unity and not to quarrel.

Memang, sebuah konferensi yang diikuti beberapa negara dengan


beragam latar belakang dan ideologi, apabila tidak dikelola secara baik,
bisa tidak menghasilkan apa-apa.

Konferensi Asia-Afrika pun berjalan lancar. Konferensi ini menghasilkan


keputusan yang fenomenal. Keputusan tersebut sering kita dengar dengan
istilah dasasila Bandung.

Pengertian, Fungsi Dan Tujuan Konferensi Asia-Afrika (KAA) Konferensi


Asia-Afrika adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang
kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh
Indonesia, Myanmar (Burma), Sri Lanka (Ceylon), India dan Pakistan, dan
dikoordinasikan oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia Sunario.

Konferensi Asia-Afrika (KAA)

Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955 pada Gedung Merdeka, Bandung,
Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika
dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara
imperialis lainnya.
Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu
mengirimkan wakilnya. Konferensi ini mencerminkan apa yang mereka lihat sebagai
kekuatan Barat keengganan untuk berkonsultasi dengan mereka tentang keputusan yang
mempengaruhi Asia selama perang dingin, kekhawatiran mereka tentang ketegangan antara
Republik Rakyat Cina dan Amerika Serikat.

Keinginan mereka untuk menyebarkan hubungan damai antara Cina dan Barat, penentangan
mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan
kolonial Perancis di Aljazair, Indonesia dan keinginan untuk mempromosikan hak-hak
mereka dalam konflik dengan Belanda di Irian Barat.

Sepuluh poin hasil dari pertemuan ini kemudian terkandung dalam apa yang disebut Dasasila
Bandung, yang berisi pernyataan dukungan untuk kerusuhan dan kerjasama dunia. Dasasila
Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip
Nehru. Konferensi ini akhirnya menyebabkan pembentukan Gerakan Non-Blok pada tahun
1961.

Sejarah Singkat Konferensi Asia-Afrika


23 Agustus 1953 Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo (Indonesia) di DPR Sementara
mengusulkan perlunya kerjasama antara negara-negara di Asia dan Afrika di
perdamaian dunia.
25 April 2 Mei 1954 Pengadilan Berlangsung Colombo di Sri Lanka. Hadir pada
pertemuan para pemimpin India, Pakistan, Burma (sekarang Myanmar), dan
Indonesia. Dalam konferensi ini Indonesia mengusulkan perlunya setiap
Konferensi Asia Afrika.
28-29 Desember 1954 Untuk menyelesaikan ide masalah Percobaan Asia-Afrika,
yang diselenggarakan Pengadilan Bogor. Dalam uji coba ini dirumuskan secara lebih
rinci tentang tujuan persidangan, serta siapa yang akan diundang.
18-24 April 1955 Konferensi Asia Afrika berlangsung di Gedung Merdeka,
Bandung. Sidang ini diresmikan oleh Presiden Soekarno dan dipimpin oleh Perdana
Menteri Ali Sastroamidjojo. Hasil uji coba ini dalam bentuk perjanjian yang dikenal
sebagai Prinsip Sepuluh Bandung.

Untuk memperingati lima puluh tahun sejak pertemuan bersejarah, Kepala negara negara
Asia dan Afrika telah diundang untuk menghadiri pertemuan baru di Bandung dan Jakarta
antara 19-24 April 2005. Sebagian besar pertemuan yang diadakan di Gedung Merdeka,
lokasi pertemuan berusia 50 tahun yang lalu. Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan juga
menghadiri pertemuan ini.

Fungsi Konferensi Asia-Afrika

Meninjau kedudukan Asia-Afrika serta rakyatnya, serta memberikan sumbangan


untuk meningkatkan perdamaian dan kerja sama internasional.
Meninjau masalah-masalah hubungan sosial, ekonomi dan kebudayaan dalam
hubungannya dengan negara-negara peserta.
Mengembangkan saling pengertian dan kerja sama antara bangsa-bangsa Asia-Afrika,
serta untuk menjajagi dan melanjutkan kepentingan timbal balik maupun kepentingan
bersama.
Meninjau kedudukan Asia-Afrika serta rakyatnya, serta memberikan sumbangan
untuk meningkatkan perdamaian dan kerja sama internasional.

Tujuan Konferensi Asia-Afrika

Memajukan kerja sama, persahabatan, perhubungan antara bangsa-bangsa Asia dan


Afrika untuk menyelenggarakan kepentingan bersama.
Kerja sama dalam bidang sosial, ekonomi, kebudayaan di antara bangsa-bangsa Asia-
Afrika.
Memecahkan bersama soal-soal khusus dan penting bagi bangsa-bangsa Asia-Afrika,
seperti: menjamin kedaulatan, melenyapkan deskriminasi ras dan penjajahan.
Memperbesar peranan Asia-Afrika dalam dunia sekarang dan ikut serta
mengusahakan perdamaian dunia.

Bidang Pelaksanaan Kerja Sama Konferensi Asia-Afrika

Kerja sama ekonomi.


Kerja sama kebudayaan.
HAM dan hak menentukan nasib sendiri.
Masalah negara-negara yang belum merdeka.
Peningkatan kerja sama dunia.

Pelopor Konferensi Asia-Afrika

Ali Sastroamidjojo
Mohammad Ali Bogra
Jawaharlal Nehru
John Kotelawala
U Nu

Lihat Juga Artikel Berikut :

6 Pengertian Polotik Dan Ilmu Politik Menurut Para Ahli


10 Pengertian Ilmu Menurut Para Ahli
Pengertian, Konferensi Tingkat Tinggi Dan KTT Non-Blok
Pengertian, Konferensi Tingkat Tinggi Dan KTT Non-Blok

Demikian Ulasan Tentang Pengertian, Fungsi Dan Tujuan Konferensi Asia-Afrika


(KAA) Semoga Dapat Bermanfaat Bagi Sahabat Setia DosenPendidikan.Com Amin

Konferensi Asia-Afrika
Pemerintah Indonesia berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika
(KAA) pada tanggal 18-24 April 1955 di Bandung. Keberhasilan itu merupakan
suatu prestasi besar karena diselenggarakan di tengah-tengah maraknya
gerakan separatis dan keadaan pemerintahan yang tidak stabil.
Penyelenggaraan KAA didasarkan pada beberapa kejadian yang melanda
dunia, sekaligus sebagai latar belakang pelaksanaan KAA sebagai berikut:
a. Pertentangan antara Blok Barat (kapitalis) dan Blok Timur (komunis) yang
mengancam ketertiban dan perdamaian dunia.
b. Sebagian besar negara-negara Asia dan Afrika yang menjadi korban
imperialisme-kolonialisme negara-negara Barat.
c. Perlunya kerjasama antara negara-negara Asia dan Afrika dalam menghadapi
masalah pembangunan ekonomi, sosial, pendidikan, dan kebudayaan.
d. Pelaksanaan politik aparheid (diskriminasi) di beberap negara, terutama di Afrika Selatan.
Pada tanggal 25 Agustus 1953, PM Ali Sastroamidjojo menyatakan pentingnya
kerjasama negara-negara Asia dan Afrika di depan DPR. Kerja sama itu akan
memperkuat usaha ke arah terciptanya perdamaian dunia yang kekal. Kerjsama
antara negara-negara Asia dan Afrika tersebut sesuai dengan aturan-aturan PBB.
Pernyataan Ali Sastroamdjojo tersebut mencerminkan bahwa prakarsa
penyelenggaraan KAA adalah Indonesia. Ide tersebut mendapat sambutan yang
positif dari negara-negara India, Pakistan, Sri Langka, dan Birma (Myanmar).
Kelima negara itu, kemudian menjadi sponsor penyelenggaraan KAA.
Untuk mempersiapkan KAA, kelima negara di atas menyelenggarakan
konferensi pendahuluan, yaitu:
a. Konferensi Kolombo
Konferensi Kolombo dilaksanakan di Sri Langka pada tanggal 28 April s/
d 2 Mei 1954. Tujuannya adalah membahas masalah Vietnam dalam
menghadapi Konferensi Jenewa pada tahun 1954. Kemudian berkembang
gagasan baru, setelah Indonesia melontarkan pentingnya menyelenggarakan
KAA. Meskipun diwarnai sikap yang agak ragu-ragu, konferensi berhasil
memutuskan hal-hal sebagai berikut:
Indocina harus dimerdekakan dari penjajahan Perancis.
Menuntut kemerdekaan bagi Tunisia dan Marroko.
Menyetujui dilaksanakannya KAA dan menugaskan Indonesia untuk
menyelidiki kemungkinan KAA itu.
b. Konferensi Bogor (Pancanegara)
Sesuai hasil putusan Konferensi Kolombo, Indonesia kemudian
melakukan pendekatan diplomatik kepada 18 negara Asia dan Afrika.
Pemerintah Indonesia ingin mengetahui tanggapan negara-negara tersebut
terhadap ide penyelenggaraan KAA. Ternyata, negara-negara yang dihubungi
menyambut baik dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumahnya.
Sebagai tindak lanjut, Indonesia mengadakan Konferensi Bogor pada
28-29 Desember 1954 dengan mengundang peserta Konferensi Kolombo.
Konferensi Bogor dihadiri tokoh-tokoh penting, yaitu:
Mr. Ali Sastroamidjojo (PM Indonesia),
Pandit Jawaharlal Nehru (PM India),
Mohammad Ali (PM Pakistan),
U Nu (PM Birma/Myanmar), dan
Sir John Kotelawala (PM Sri Langka).
Konferensi tersebut membicarakan persiapan-persiapan terakhir
pelaksanaan KAA. Kesepakatan yang dihasilkan dalam Konferensi Bogor
adalah sebagai berikut:
KAA akan diselenggarakan di Bandung pada 18-24 April 1955.
KAA akan diikuti oleh 30 negara sebagai peserta.
Menetapkan rancangan agenda KAA.
Merumuskan tujuan-tujuan pokok KAA.
KAA dilaksanakan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955 dan dibuka
oleh Presiden Soekarno. Setelah Presiden Soekarno mengakhiri pidatonya,
para peserta secara aklamasi menyetujui pimpinan rapat sebagai berikut:
Ketua Konferensi : Mr. Ali Sastroamidjojo
Sekretaris Jenderal : Ruslan Abdulgani
Ketua Komite Politik : Mr. Ali Sastroamidjojo
Ketua Komite Ekonomi : Prof. Ir. Roeseno
Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Muhammad Yamin.
Adapun tujuan dilaksanakan KAA adalah sebagai berikut:
1) Mewujudkan kehendak baik, kerjasama, persahabatan, dan hubungan
antar bangsa Asia dan Afrika.
2) Mempertimbangkan masalah-masalah sosial, ekonomi, dan
kebudayaan bangsa-bangsa Asia dan Afrika.
3) Mempertimbangkan masalah-masalah khusus, seperti kedaulatan
nasionalisme, rasialisme, dan kolonialisme.
4) Meningkatkan peran Asia dan Afrika dalam memajukan kerjasama dan
perdamaian dunia.
Secara umum, KAA berjalan lancar,
meskipun ada beberapa kendala yang telah
diduga sebelumnya. Kendala itu sebagai akibat
perbedaan sistem politik masing-masing
peserta. Filipina, Thailand, Pakistan, dan Turki
adalah negara-negara yang pro Barat. Cina dan
Vietnam Utara adalah negara-negara yang pro
komunis. Sedangkan Indonesia, India, Mesir, dan
Birma adalah negara-negara yang bersikap
netral. Pada tanggal 24 April 1955, konferensi
berhasil mengeluarkan kesepakatan yang berisi
lima butir pernyataan:
1) Kerjasama di bidang ekonomi,
2) Kerjasama di bidang kebudayaan,
3) Hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri,
4) Masalah segenap rakyat terjajah, serta
5) Masalah perdamaian dan kerjasama dunia.
Di samping itu, konferensi berhasil merumuskan sepuluh prinsip yang
dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung, yaitu:
1) Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan, serta asasasas
yang termuat dalam piagam PBB.
2) Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsabangsa,
baik besar maupun kecil.
3) Mengakui persamaan semua suku-suku bangsa dan persamaan
semua bangsa-bangsa besar maupun kecil.
4) Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal dalam
negeri negara lain.
5) Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri
secara sendirian atau secara kolektif, yang sesuai dengan piagam PBB.
6) (a) Tidak mempergunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif
untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu dari negaranegara
besar. (b) Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
7) Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman-ancaman agresi
ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas territorial atau
kemerdekaan politik sesuatu negara.
8) Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai,
seperti perundingan, arbitrase atau penyelesaian hakim sesuai dengan
piagam PBB.
9) Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.
10) Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
Pelaksanaan KAA membawa beberapa perubahan, baik bagi Indonesia,
negera-negara Asia dan Afrika, maupun dunia.
1) Bagi Indonesia
a) Indonesia mendapat dukungan dari negara-negara Asia dan Afrika dalam
merebut kembali Irian Barat.
b) Politik luar negeri bebas aktif Indonesia mulai diikuti oleh negara-negara
yang memihak blok Barat atau Timur.
2) Bagi negara-negara Asia dan Afrika
a) Perjuangan negara-negara Asia dan Afrika untuk memperoleh kemerdekaan
semakin meningkat.
b) Kedudukan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika semakin meningkat dalam
percaturan politik internasional.
c) Terciptanya hubungan dan kerjasama antara bangsa-bangsa dan
negara-negara Asia dan Afrika dalam bidang ekonomi, sosial, dan
kebudayaan.
3. Bagi dunia
a. Berkurangnya ketegangan antara blok Barat dan blok Timur.
b. Amerika Serikat dan Australia mulai menghapus politik ras diskri-minasi.
c. Negara-negara imperialis-kolonialis mulai melepaskan negara-negara
jajahannya.
KAA telah berhasil menggalang solidaritas
antara bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Dasasila
Bandung berhasil membakar semangat dan
memperkuat moral bangsa-bangsa Asia dan
Afrika yang sedang berjuang mencaai
kemerdekaan. Sebelum KAA, di Afrika hanya
terdapat lima negara yang merdeka, yaitu Mesir,
Libya, Ethiopia, Liberia, dan Afrika Selatan. Setelah KAA sampai tahun 1965, tercatat 33
negara di
Afrika memperoleh kemer-dekaannya.

Anda mungkin juga menyukai