Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
CORRYANTI
dan
FRIDA E.ASTANTI
CORRYANTI
dan
FRIDA E.ASTANTI
Penulis :
Corryanti dan Frida E. Astanti
ISBN : 978-602-0853-02-4
Penerbit :
Puslitbang Perum Perhutani Cepu
Redaksi :
Jl. Wonosari Batokan Tromol Pos 6
Cepu 58302 Jawa Tengah
Telp : 0296 - 421233
Fax : 0296 - 422439
Web : www.puslitbangperhutani.com
Email : puslitbang_dokinfo@yahoo.co.id
puslitbang.dokinfo@ gmail.com
Dilarang menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini, tanpa seijin Puslitbang Perhutani.
i
PENGANTAR KAPUSLITBANG
Mengenalkan cuka (asap cair) kepada pembaca, sesungguhnya bukan merupakan hal yang
baru, karena teknologi cuka kayu, yaitu cairan hasil proses kondensasi (pengembunan) ini mulai
banyak dikenali orang di lapangan, dan disadari sebagai bio-teknis yang ramah lingkungan.
Upaya Puslitbang dalam memproduksi dan mengujicobakannya pada semai dan bibit tanaman
kehutanan perlu diinfo-tularkan kepada petugas di lapangan, sehingga harapan mengelola hutan
secara lestari dan ramah lingkungan ini secara praktis teknis menjadi bagian budaya penyiapan
tanaman yang sehat dan kuat.
Semoga bermanfaat.
Kepala Puslitbang
SUWARNO
ii
PENGANTAR PENULIS
Buku cuka kayu dalam terbitan pertama mendapatkan respon yang baik dari masyarakat
pengguna di lapangan. Dalam bahasa sehari hari, pemahaman cuka kayu ini ternyata lebih pas bila
diganti dengan asap cair. Dengan demikian terbitan kedua ini mengganti istilah cuka kayu dengan
asap cair.
Asap cair mengandung asam yang memiliki multi-fungsi bagi tanaman, baik sebagai biopestisida
maupun menambah hara tertentu. Teknik memproduksi cuka kayu kami adopsi dari inovasi peneliti
Puslitbang Keteknikan Pengolahan Hasil Hutan Kementerian Kehutanan.
Produk asap cair merupakan obsesi kami kelak dapat menjadi bagian dari manajemen, persemaian
hingga pengelolaan tanaman hutan di lapangan. Pengenalan asap cair menjadi penting, ketika
inovasi ini mulai dikenal luas di kalangan petugas lapangan di persemaian di wilayah kerja
Perhutani.
Buku ini memberikan sekelumit pencerahan tentang asap cair, agar bekerja dengannya dapat
dibekali pemahaman tentang fungsi, manfaat, memproduksi dan menggunakannya.
Salam
Penulis
Corryanti
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN
DAFTAR TABEL........................................................................................................ v
BAB 01.PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
BAB 03. PENYIAPAN BAHAN DAN ALAT PEMRODUKSI CUKA (ASAP CAIR)...... 6
BAB 04. UJI COBA PENGGUNAAN CUKA (ASAP CAIR) PADA TANAMAN
KEHUTANAN ............................................................................................. 9
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 01. Macam-macam bahan baku input membuat Cuka (Asap Cair).................. 4
Gambar 04. Tampilan bibit penyakit dumping off dan bercak daun ............................... 9
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 01. Senyawa kimia cuka (asap cair) asal kayu pinus (pinus merkusii) ................................ 3
Tabel 02. Hara dalam cuka (asap cair) asal kayu pinus (pinus merkusii) ..................................... 3
Tabel 03. Contoh manfaat cuka (asap cair) dalam kehidupan ..................................................... 5
Tabel 04. Analisa biaya pembuatan instalasi cuka (asap cair) ...................................................... 6
v
1 Pendahuluan
01. PENDAHULUAN
Pengalaman mengusahakan tanaman selalu saja menyisakan pekerjaan rumah menghadapi masalah
kesehatan tanaman. Adalah menjadi tanggungjawab kita bersama secara terus menerus, tiada pernah
berhenti untuk menemukan cara paling efektif mengatasi hama dan penyakit pada tanaman kehutanan.
Dinamika lingkungan hidup memicu terjadinya perubahan iklim, dilanjutkan dengan perubahan cuaca,
sehingga memicu perubahan siklus hidup hama dan penyakit, bahkan meningkatkan keragaman hama
dan penyakit yang muncul di sekitar tanaman kita. Salah satu cara paling bijak mengatasi hama dan
penyakit pada tanaman adalah mencari potensi alam di sekitar tanaman untuk dijadikan penawar (obat)
bagi kesehatan tanaman.
Penggunaan bahan-bahan kimiawi berbahaya dan beracun, dewasa ini tidak saja membahayakan
tanaman dan tanah tempat tumbuh, tetapi juga mengancam kesehatan manusia. Oleh karena itu,
pendekatan yang bersikap ramah terhadap lingkungan kini menjadi trend yang disukai masyarakat.
Asap Cair adalah salah satu potensi yang terdapat di sekitar tanaman, yang dapat dimanfaatkan untuk
mengatasi masalah kesehatan tanaman. Asap Cair diharapkan akan bisa menjadi bagian dari prosedur
kerja dalam pembibitan di persemaian.
Bahan dasar untuk membuat asap cair ini bisa divariasikan, tergantung limbah yang tersedia di
sekitar. Misalnya, konus buah pinus, tempurung kelapa, limbah kayu gergajian, daun kayu putih
limbah, dan sebagainya, maka bisa saja menamakannya berturut-turut cuka konus, cuka tempurung
kelapa, cuka kayu gergajian, cuka limbah kayu putih, dan lain-lain.
Asam asetat dalam sehari-hari digunakan sebagai pengawet makanan, sehingga dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme yang berkembang. Alkohol merupakan senyawa yang berfungsi
sebagai denaturasi protein, sehingga dapat merusak membran sel. Sementara fenol adalah senyawa
desinfektan yang dapat menghambat aktivitas enzim. Dengan memahami manfaat senyawa kimia
yang ada dalam asap cair, memungkinkan asap cair ini berfungsi dalam banyak kegunaan, mulai dari
bahan kesehatan tanaman, meningkatkan produktivitas ternak, pembasmi bau tak sedap, kesehatan,
farmasi dan kecantikan.
Di Jepang, pengembangan teknologi pembuatan asam kayu semakin pesat, dan dimanfaatkan
dalam keseharian hidup masyarakatnya, dari sebagai pengawet makanan hingga pengobatan
sejumlah penyakit. Sifat asam cuka dapat menjadi inhibitor (penghambat) pertumbuhan
mikroorganisme yang mengancam tanaman, seperti fungi, bakteri dan lainnya; di sisi lain asap cair
mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman, sehingga dapat menggantikan (alternatif)
penambah hara makro dan mikro bagi tanaman. Sebuah penelitian, dilakukan oleh mahasiswa S3 di
IPB, asap cair dapat dijadikan pilihan stimulan untuk memproduksi getah pada tanaman pinus.
Walau hasil produksi getahnya belum sebesar diberi stimulansia anorganik, penggunaan asap cair
dapat diandalkan sebagai bagian dari mengelola hutan secara ramah lingkungan dan lestari
(berkesinambungan).
Apa itu Cuka (Asap Cair)?
Tabel 01.
Senyawa kimia cuka (asap cair) asal kayu pinus (Pinus merkusii)
Tabel 02.
Hara dalam cuka (asap cair) asal kayu pinus (Pinus merkusii)
Pupuk cair
Par
ameter Suhu Suhu Suhu Suhu
organik
pupuk cair - 200
<100 100 - >350
(SK Mentan Th
organik 200 350 2006)
pH 3,62 3,74 3,91 4,16 4-8
C-organik (%)
0,71 0,99 1,11 1,06 > 4,5
N (%) 0,01 0,02 0,04 0,10
P (ppm) 4,26 1,91 1,91 2,24 < 5
K (ppm) 8,34 6,14 7,19 10,04 <5
Na (ppm) 7,70 5,67 5,70 6,50
Ca (ppm) 36 31,8 23,08
71,12
Mg (ppm) 6,5 6,53 3,19 14,80
S 58,66
93,86
32,54
35,34
Fe (ppm) 27,9 3,90 4,10 3,19 Mak 0,0400
Mn (ppm) 5,38 7,2 8,12 7,54 Mak 0,2500
Cu (ppm) 3,49 3,34 4,76 5,04 Mak 0,2500
Zn (ppm) 0,78 0,89 1,30 1,73 Mak 0,2500
Sumber : Hasil analisis hara Puslitbang Hasil Hutan Bogor , Nomor KT.9/VIII/P3KKPHH-6/2011
3
Apa itu Cuka (Asap Cair)?
Memproduksi asap cair dapat dilakukan bersamaan dalam proses membuat arang (pengarangan). Asap
cair dapat berasal dari materi berupa kayu-kayu limbah atau sebetan (potongan kayu) yang tak terpakai,
seperti dari bahan bangunan, limbah industri gergajian, ranting-ranting kayu yang terbuang sebagai
limbah, konus (rumah buah), tempurung kelapa limbah, dan lain-lain.
Gambar 01.
Macam - macam bahan baku input membuat cuka (asap cair)
Dengan bahan baku yang berasal dari limbah, pembuatan asap cair akan mudah dipraktikkan di tengah
kegiatan sehari-hari masyarakat, dan dapat menghasilkan pendapatan dengan cepat. Dari sisi modal dan
penyiapan bahan baku, memproduksi asap cair tidaklah semahal membuat pestisida, misalnya. Karena bahan
baku asap cair berasal dari materi di sekitar, maka pemanfaatannya pun dijamin aman akan bahan berbahaya
dan beracun (B3).
Cuka kayu mulai banyak dimanfaatkan di dunia pertanaman, karena telah terbukti mampu meningkatkan
kesehatan tanaman, dan dapat menggantikan pupuk kimia dengan dosis tertentu. Secara umum asap cair
yang bersifat asam ini dapat berfungsi sebagai anti-bakteri, anti-fungi, anti-metanogenesis, dan anti-oksidan.
4
Apa itu Cuka (Asap Cair)?
Tabel 3.
Contoh manfaat cuka (asap cair) dalam kehidupan
Sumber : N.Jaojah, Teknologi Pembuatan Arang & Cuka Kayu (Wood Vinegar), 2012.
5
Penyiapan bahan dan alat pemroduksi cuka (asap cair)
6
Dimulai dari menyiapkan satu drum (bekas) yang sudah dilubangi bagian dasarnya dengan
diameter lubang sekitar 1,5 cm. Untuk komponen proses pendinginan disiapkan cerobong atau
sungkup yang anti-karat, dan pipa besi atau paralon berdiameter 3 cm sepanjang 6 m. Tungku
pembakar kayu atau materi input terbuat dari batu bata. Bahan-bahan tersebut tidaklah memakan
biaya yang tinggi, terhitung menghabiskan tidak lebih dari 1,7 juta rupiah.
Tabel 04.
Biaya penyiapan instalasi cuka (asap cair)
6
7
8
Dengan menggunakan drum dapat menampung volume input sekitar 0,2 m3, dan akan menghasilkan asap cair
sekitar 12 liter. Bila teknik ini dikembangkan lebih efisien, produktivitas cuka bisa lebih banyak.
Penyiapan bahan dan alat pemroduksi cuka (asap cair)
Cerobong bawah
Drum
Gambar 02.
Komponen instalasi membuat cuka (asap cair)
7
Penyiapan bahan dan alat pemroduksi cuka (asap cair)
Gambar. 03
Tahap kerja membuat cuka (asap cair)
Kayu yang sudah kering disusun dalam drum sampai terisi hampir penuh.
Pipa yang menempel pada drum dihubungkan dengan cerobong, dan cerobong ini dihubungkan dengan
pipa pendingin.
Setelah semua pekerjaan di atas siap, tungku mulai dinyalakan. Setelah tungku mengeluarkan asap tebal
sekitar 5 menit drum ditutup dan diatur sedemikian rupa, agar asap tidak ke luar. Biasanya dicukupi dengan
tanah lempung.
Sekitar 25 menit akan ke luar cairan bewarna bening, secara berangsur angsur cairan yang ke luar
berwarna hitam. Warna cairan hitam ini menandakan asap cair telah ke luar semua dari pengasapan kayu.
Tumpukan kayu didalam drum dapat dijadikan arang, dengan menutup tungku rapat.
8
Uji coba penggunaan cuka (asap cair) pada tanaman kehutanan
9
04. UJI COBA PENGGUNAAN CUKA (ASAP CAIR) PADA TANAMAN KEHUTANAN
Praktik memanfaatkan asap cair sudah mulai dikenalkan sejak tahun 2008 kepada petugas
persemaian di lapangan wilayah Perhutani yang memiliki persemaian pinus.
Ancaman pembibitan pinus sejak dulu hingga hari ini masih berkutat pada penyakit lodoh (damping off)
dan penyakit bercak daun. Serangan besar-besaran kedua penyakit ini mampu mematikan bibit pinus
hingga 50 per sen (akibat lodoh), misal kasus di persemaian di KPH Kedu Utara, tahun 2010; dan
bercak daun hingga 75 persen, contoh di KPH Banyumas Barat, tahun 2014.
Gambar. 04
Tampilan bibit terkena penyakit damping off (gambar kiri)
dan bercak daun (gambar kanan)
Pemberian asap cair pada benih dan media tabur bahkan dapat menurunkan kematian semai pinus akibat
lodoh hingga 45 persen.
Pemberian asap cair menunjukkan aksi solusi yang bersifat multi level pengendalian; tidak hanya
mencegah, tetapi juga mengendalikan dan memberantas ancaman hama dan penyakit.
Pengamatan hasil aplikasi penyemprotan asap cair menumbuhkan kecambah benih pinus dalam waktu
serempak.
Uji coba penggunaan cuka (asap cair) pada tanaman kehutanan
Hasil pemberian asap cair sejak awal kegiatan penyapihan secara rutin dapat menekan kematian semai di
bedeng pemeliharaan. Kematian pada awal sapihan disebabkan oleh penyakit lodoh, sedangkan kematian
setelah semai berkayu disebabkan oleh penyakit bercak daun. Efektivitas perlakuan asap cair dibandingkan
perlakuan rutin (kontrol): menekan kematian sebesar 75%.
Penyiraman asap cair pada media sapih secara rutin dapat menurunkan kematian semai pinus hingga siap
tanam mencapai 15 per sen. Perlakuan ini ditandai mampu menandingi perlakuan pembanding yang
menggunakan Dithane. Di sisi lain, fungisida dithane seyogyanya sudah dilarang beredar memakainya,
karena bahan aktif yang dikandungnya termasuk bahan kimia berbahaya dan beracun (B3).
Kegiatan penyemprotan disarankan dicampur dengan perekat (dosis 1 cc/L) bila dilakukan musim hujan.
Pencampuran komponen ini dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas perlakuan.
Gambar. 05
Bibit terserang bercak
Tampilan bibit pinus sebelum (kiri) dan sesudah di beri perlakuan cuka (asap cair) (kanan)
Efektivitas asap cair terhadap kesehatan bibit yang menjanjikan ini, memicu peneliti mencobanya pada bibit
jenis lain, seperti jati dan kayu putih dan ditambah dengan pupuk hayati yang sangat ramah terhadap lingkungan.
10
11 Penutup
05. PENUTUP
Pemanfaatan asap cair untuk menyehatkan bibit tanaman di persemaian dapat dijadikan alternatif solusi
mengatasi ancaman hama dan penyakit serta menambah hara pada proses pembibitan tanaman
kehutanan.
Semangat mengelola hutan berbasis pada tindakan yang ramah lingkungan semakin disukai masyarakat
dan menjadi keharusan dalam standar pengelolaan hutan sejak dari persemaian. Oleh karena itu temuan-
temuan inovatif yang bersahabat dengan lingkungan diharapkan bisa menjadi kebijakan operasional.
Pada saatnya kebiasaan berperilaku ramah lingkungan akan berdampak pada efisiensi biaya pembibitan
dengan hasil yang lebih menjanjikan.
BAHAN BACAAN
Anonimus, 2008. Laporan Penelitian 'Penanganan penyakit bercak daun bibit Pinus merkusii (aplikasi cuka kayu
dan daconyl)'. Puslitbang Perhutani Tahun 2008.
Anonimus, 2009. Laporan Penelitian 'Aplikasi cuka kayu untuk optimalisasi persemaian pinus'. Puslitbang
Perhutani Tahun 2009.
Anonimus, 2011. Laporan Penelitian 'Pengendalian hama dan penyakit dengan cuka kayu pada semai Pinus
merkusii'. Puslitbang Perhutani Tahun 2011.
Corryanti, 2014. Jangan tunda lagi, Menggunakan Cuka kayu. Majalah Bina Edisi 08 Oktober 2014.
12
SEKILAS TENTANG PENYUSUN
CORRYANTI