Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tantangan terhadap peningkatan mutu, relevansi, dan efektivitas

pendidikan sebagai tuntutan nasional sejalan dengan perkembangan dan kemajuan

masyarakat, berimplikasi secara nyata dalam program pendidikan dan kurikulum

sekolah. Tujuan dari program kurikulum dapat tercapai dengan baik jika

programnya didesain secara jelas dan aplikatif. Dalam hubungan inilah para guru

dituntut untuk memiliki kemampuan mendesain programnya dan sekaligus

menentukan strategi instruksional yang harus ditempuh. Para guru harus memiliki

ketrampilan memilih dan menggunakan metode mengajar untuk diterapkan dalam

sistem pembelajaran yang efektif (Hamalik, 2001).

Oleh karena itu, guru dipandang sebagai agen modernisasi dalam

segala bidang. Usaha utama yang dapat dilakukan oleh guru adalah melalui

program pendidikan bagi para siswa. Dalam melakukan usaha pencapaian tujuan

pendidikan di sekolah tersebut, guru berperan penting dalam rnenggunakan metode

dan cara untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk mencapai tujuan

tersebut sangat didukung oleh strategi yang digunakan guru dalam proses belajar

mengajar.

Menurut Usman (2002) mengatakan bahwa proses belajar mengajar

merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa

atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

1
mencapai tujuan tertentu. Interaksi dan hubungan timbal balik antara guru dan

siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat tersebut Kusaeri (2001), mengatakan bahwa guru sebagai

pelaksana terdepan, harus dapat mengantisipasi perkembangan ini, dengan

memberikan materi pembelajaran dengan strategi pengajaran yang diinginkan oleh

siswa. Sehingga materi yang dipelajari akan dapat diterima dengan baik oleh siswa

dan guru dapat memberikan dengan baik pula. Hal ini akan dapat terlaksana apa

bila guru dapat menyesuaikan dengan perkembangan jaman dalam menyampaikan

materi dengan strategi belajar yang dapat meningkatkan kreativitas siswa juga.

Sebab jika tidak dibarengi dengan pengetahuan guru yang baik, tidak menutup

kemungkinan bahwa pengetahuan guru akan kalah dan tertinggal dari pengetahuan

siswa.

Artinya dengan menggunakan strategi pembelajaran yang benar akan

mengarahkan siswa pada ketercapaian tujuan pendidikan yang dirumuskan.

Sebagai contoh adalah mata pelajaran IPA untuk siswa Sekolah Dasar Negeri Jetis

IV Lamongan Kelas VI. Ada beberapa temuan yang dialami oleh peneliti bahwa

salah satu indikator rendahnya prestasi siswa Sekolah Dasar ini adalah kurangmya

partisipasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran ini. Siswa cenderung pasif,

keberanian untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan juga kurang. Sehingga

proses kegiatan belajar mengajar terkesan kurang menunjukkan aktivitas yang

berarti. Akhirnya guru terlihat aktif dalam proses belajar mengajar, sedangkan

siswanya pasif. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan guru lebih senang

menggunakan strategi belajar yang cepat dan praktis untuk mentransfer ilmu

2
pengetahuan kepada siswa, sementara siswa sudah bosan dengan strategi yang

diberikan oleh guru. Kondisi seperti ini jelas berakibat pada prestasi belajar

siswa dalam mata pelajaran IPA sangat rendah.

Dewasa ini telah dikembangkan suatu pendekatan pembelajaran

kooperatif untuk menghasilkan tujuan belajar yang baik. Mengapa harus

kooperatif? Menurut Nurhadi (2002) sejauh ini pendidikan di Indonesia

masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat

fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai

sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadikan pilihan utama

strategi belajar. Untuk itu diperlukan sebuah strategi baru yang lebih

memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan

siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa

mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.

Kenyataan di lapangan pendidikan proses pencapaian

pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Jetis IV Lamongan Kelas VI, masih

menggunakan paradigma lama walaupun sekarang kurikulum telah

berkembang menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi. Sehingga tidak

menutup kemungkinan hasil belajar yang dicapai oleh siswapun terkesan

monoton, karena hanya menghafal suatu fakta dan guru dipandang sebagai

sumber utama dalam belajar. Salah satu hasil belajar yang diperoleh adalah

mata pelajaran IPA untuk kelas VI. Belajar IPA lebih mengutamakan pada

kemampuan berpikir logika, tidak menghafalkan suatu fakta. Namun

3
kenyataan ini masih terlihat dalam pencapaian hasil belajar di kelas VI

Sekolah Dasar Jetis IV Lamongan.

Berdasarkan pada fenomena tersebut, peneliti akan melakukan

suatu penelitian tindakan kelas dengan melakukan perubahan strategi

belajar mengajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas VI Sekolah Dasar

Dasar Jetis IV Lamongan dengan menggunakan teknik Jigsaw.

Menurut Suhardi (2001) mengatakan bahwa teknik Jigsaw

adalah suatu teknik belajar kelompok yang digambarkan sebagai berikut:

(a) Satu kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, banyaknya anggota

kelompok disesuaikan dengan banyaknya masalah/problem yang

ditawarkan guru. Kelompok-kelompok ini disebut dengan home group

(b) Setiap anggota home group diberi problem yang berbeda-beda, tapi

masing-masing home group di beri persoalan yang sama. Dengan

batasan waktu tertentu masing-masing anggota menyelesaikan problem

secara individu,

(c) Anggota home group akan berpencar dan membentuk kelompok baru

yang membawa persoalan sama. Kelompok ini disebut expert group

(kelompok ahli). Di kelompok inilah mereka berdiskusi untuk

menyamakan persepsi atas jawaban mereka, dan

(d) Setelah selesai mereka kembali ke home group dan anggota-anggota

mensosialisasikan hasil/jawaban dari kelompok ahli.

Dengan menggunakan strategi belajar teknik jigsaw ini

diharapkan hasil belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas VI Sekolah

4
Dasar Negeri Dasar Jetis IV Lamongan mencapai suatu hasil yang optimal.

Beberapa alasan peneliti mengembangkan teknik jigsaw pada pembelajaran

mata pelajaran IPA disebabkan karena didalam kurikulum mata pelajaran

IPA dapat membantu siswa untuk:

(1) menjalani kehidupan sehari-hari secara efektif,(2)

memahami dunianya dan hal-hal yang mempengaruhinya.(3) memanfaatkan

kesempatan untuk mengembangkan kemampuan bertikir kreatif, fleksibel,

dan inovatif, (4) mengembangkan pengertian tentang konsep-konsep IPA,

(5) menilai dan menggunakan produk teknologi, (6) memahami bahwa karir

dalam sains dan teknologi cocok bagi pria dan wanita, (7) membuat

penilaian tentang isu-isu yang berkenaan dengan lingkungan alam dan

buatan, (8) bertanggung jawab terhadap perbaikan kualitas lingkungan, (9)

memberikan pemecahan pada dilema moral sehubungan dengan isu-isu sains

dan teknologi, dan (10) menyiapkan diri untuk studi pada tingkatan yang lebih

lanjut.

Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, peneliti bermaksud

melakukan suatu penelitian tindakan (action research) tentang strategi

pernbelajaran dengan menggunakan teknik jigsaw dalam menyampaikan materi

pelajaran IPA pada siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Dasar Jetis IV

Lamongan, dengan harapan penggunaan teknik jigsaw ini dapat rnembantu

meningkatkan prestasi siswa dalam belajar mata pelajaran IPA.

5
B. Fokus Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan

beberapa permasalahan sebagai berikut:

l. Bagaimanakah proses pembelajaran mata pelajaran IPA di kelas VI Sekolah

Dasar Negeri Jetis IV Lamongan?

2. Apakah prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA dipengaruhi oleh

strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru?

3. Bagaimanakah dampak penggunaan strategi pembelajaran dengan teknik jigsaw

terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas VI Sekolah Dasar

Negeri Jetis IV Lamongan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada fokus penelitian tersebut, dapat dirumuskan beberapa

tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui dan mendeskripsikan proses pembelajaran mata pelajaran IPA di

kelas VI Sekolah Dasar Negeri Jetis IV Lamongan.

2. Mengetahui dan mendeskripsikan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran

IPA dengan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

3. Mengetahui dan mendeskripsikan dampak penggunaan strategi pembelajaran

dengan teknik jigsaw terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPA pada siswa

kelas VI Sekolah Dasar Negeri Jetis IV Lamongan.

6
D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian tersebut, penelitian Meningkatkan

Prestasi Belajar Dengan Teknik Jigsaw Dalam Pembelajaran IPA Pada Kelas VI

Sekolah Dasar Negeri Jetis IV Lamongan, dan diharapkan dapat menghasilkan

temuan-temuan mengenai strategi pembelajaran dengan teknik jigsaw pada mata

pelajaran IPA pada siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Jetis IV lamongan. Disisi

lain diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi :

1. Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas

pendidikan mata pelajaran IPA pada siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Jetis IV

lamongan dengan strategi pembelajaran teknik jigsaw, dan pada Sekolah Dasar

pada umumnya.

2. Sekolah Dasar

a. Memberikan bahan masukan dalam rangka pengembangan kurikulum sekolah

agar tidak terpaku dengan cara-cara konvensional yang mapan, namun perlu

disesuaikan dengan perubahan atau inovasi penyelenggaraan proses

pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan perkembangan zaman.

b. Sebagai sarana untuk mengetahui atau menemukan hambatan dan kelemahan

penyelenggaraan pembelajaran serta sebagai upaya memperbaiki dan

mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi di kelas, sehingga

dapat menemukan cara yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah.

7
3. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kesamben

Sebagai masukan dalam proses pelaksanaan pembelajaran agar

mengikuti, memperhatikan, dan menerapkan hasil yang diperoleh dari penelitian

ini, sehingga kelemahan pelaksanaan pembelajaran di lapangan pendidikan

dapat diperbaiki sesuai dengan saran dan rekomendasi dari hasil-hasil penelitian

tindakan kelas.

4. Literatur

Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain, yang melakukan penelitian

sesuai dengan konteks penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

E. Hipotesis Tindakan

Dalam penelitian Meningkatkan Prestasi Belajar Dengan Teknik

Jigsaw Dalam Pembelajaran IPA, PTK Pada Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Jetis

IV lamongan, hipotesis tindakan dirumuskan sebagai berikut. Menggunakan

strategi pembelajaran dengan teknik Jigsaw dimungkinkan dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Jetis IV lamongan tahun

pelajaran 2016/2017.

F. Rencana Tindakan

Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Meningkatkan Prestasi

Belajar Dengan Teknik Jigsaw Dalam Pembelajaran IPA PTK Pada Kelas VI

Sekolah Dasar Negeri Jetis IV lamongan, merumuskan suatu rencana tindakan

sebagai berikut. Rencana tindakan yang dilakukan peneliti dalam penelitian

8
tindakan kelas (action research) ini terbagi menjadi 4 siklus kegiatan penelitian,

sesuai dengan rancangan penelitian meliputi planning, acting, observing, dan

reflecting, yang dikelompokkan pada kegiatan yang dinamakan siklus.

Siklus 1 planning menentukan materi pembahasan dalam pokok

bahasan yang akan dibahas adalah Makanan dan Kesehatan dengan sub

pembahasan: (1) makanan kita, (2) makanan bergizi, (3) empat sehat lima

sempurna, dan (4) bahan makanan tambahan. Siklus 2 acting membahas dan

melakukan refleksi pada kegiatan siklus 1, dengan melengkapi/menambahkan

sarana penunjang keberhasilan belajar yang telah dilakukan pada kegiatan

pembelajaran pada siklus l. Siklus 3 observing melakukan kegiatan yang

merupakan follow up dari kegiatan siklus 1 dan siklus 2, berupa diskusi

kelompok dalam memecahkan masalah materi pelajaran, berdasarkan observasi

dan pengalaman kegiatan pada siklus sebelumnya, dan Siklus 4 reflecting

berupa kegiatan refleksi pada kegiatan siklus l, siklus 2, dan siklus 3. Dalam

siklus ini tujuan utamanya adalah untuk mengatasi kesulitan yang muncul dalam

proses pembelajaran.

Pada akhir kegiatan pembelajaran dengan strategi pembelajaran

menggunakan teknik jigsaw guru melakukan evaluasi. Hal ini dimaksudkan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan prestasi belajar siswa dalam mengikuti

kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi pembelajaran teknik

jigsaw pada mata pelajaran IPA kelas VI Sekolah Dasar.

9
Setelah melakukan evaluasi pembahasan berdasarkan siklus

tersebut, diharapkan peneliti dapat mengetahui dampak yang diperoleh

dengan strategi pembelajaran dengan menggunakan teknik jigsaw ini.

G. Penegasan Istilah

Beberapa istilah yang harus ditegaskan dalam penelitian ini,

agar dalam pembahasan hasil penelitian akan mengarah pada uraian yang

lebih spesifik sesuai dengan ruang lingkup penelitian. Diantaranya:

l. Prestasi belajar

Prestasi belajar yang dimaksudkan adalah prestasi belajar yang

diperoleh siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Jetis IV lamongan dalam

mata pelajaran IPA. Prestasi belajar yang ditegaskan dalam penelitian ini

adalah hasil belajar yang diperoleh siswa dalam melakukan proses

pembelajaran dalam bentuk nilai atau angka. Semakin tinggi angka atau

nilai yang didapatkan, maka dapat dipastikan bahwa prestasi belajarnya

baik

2. Teknik Jigsaw

Teknik ini adalah salah satu pengembangan dari pembelajaraan

kooperatif langkah-langkah penggunaan model pembelajaran kooperatif

dengan teknik jigsaw adalah sebagai berikut: (a) Satu kelas dibagi dalam

kelompok-kelompok kecil, banyaknya anggota kelompok disesuaikan,

dengan banyaknya masalah/problem yang ditawarkan guru. Kelompok-

kelompok ini disebut dengan home group, (b) Setiap anggota home group

10
diberi problem yang berbeda-beda, tapi masing-masing home group di

beri persoalan yang sama. Dengan batasan waktu tertentu masing-masing

anggota menyelesaikan problem secara individu, (c) Anggota home group

akan berpencar dan membentuk kelompok baru yang membawa persoalan

sama. Kelompok ini disebut expert group (kelompok ahli). Di kelompok

inilah mereka berdiskusi untuk menyamakan persepsi atas jawaban mereka,

dan (d) Setelah selesai mereka kembali ke home group dan anggota-anggota

akan mensosialisasikan hasil/jawaban dari kelompok ahli.

3. Mata Pelajaran IPA

Mata pelajaran IPA ini untuk kelas VI Sekolah Dasar dan

difokuskan pada pokok bahasan yang dibahas atau dipelajari dengan

menggunakan teknik jigsaw, yaitu pokok bahasan populasi dengan sub

pembahasan: (1) berubahkah populasi itu?, (2) populasi dan lingkungan, (3)

bertambah teruskah populasi itu?, dan (4) pengendalian penduduk.

11
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas tentang: (a) prestasi belajar, (b) teknik

jigsaw, (c) strategi pembelajaran, dan (d) mata pelajaran IPA. Adapun

penjabarannya sebagai berikut:

A. Prestasi Belajar

l. Belajar

Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara

sadar oleh siswa untuk mencapai tujuan. Winkel (1984) mengatakan bahwa

belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikhis yang berlangsung dalam

interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan

pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap.

Selanjutnya Sukirin (1984) mengatakan bahwa belajar adalah suatu

kegiatan yang disengaja untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh

kecakapan baru.

Hilgard yang dikutip oleh Pasaribu (1983) berpendapat bahwa

Learning in the process by wich an activity oreginites or is changed trough

responding to a situation provided the changed can not be attributed to

growth or the temporary sate of the organisme as in futique or under druges.

Artinya belajar adalah suatu proses kegiatan yang menghasilkan aktivitas baru

atau perubahan kegiatan karena reaksi lingkungan. Perubahan itu tidak dapat

disebut belajar apabila disebabkan oleh perubahan atau kesadaran sementara

12
orang tersebut karena kelelahan atau karena obat-obatan, sehingga orang

tersebut tidak sadar terhadap keadaan dirinya. Perubahan yang dimaksud adalah

perubahan pengetahuan, kecakapan dan tingkah laku. Perubahan itu diperoleh

dengan latihan dan pengalaman bukan perubahan dengan sendirinya.

Menurut Hamalik (2001) belajar merupakan suatu proses, suatu

kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan

tetapi lebih luas dari pada hal itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu

penguasaan hasil latihan, melainkan pengubahan kelakuan. Selanjutnya Hamalik

(2002) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif

mantap berkat latihan dan pengalaman.

Masalah pokok yang dihadapi dalam belajar adalah bahwa proses

belajar tidak dapat diamati secara langsung dan kesulitan untuk menentukan

kepada terjadinya perubahan tingkah laku belajarnya. Untuk dapat mengamati

terjadinya perubahan tingkah laku tersebut hanya dapat diketahui bila telah

mengadakan penilaian. Itulah sebabnya pengadilan dan pengontrolan proses

belajar dapat dilakukan bila proses belajar tersebut direncanakan dalam desain

sistem belajar yang cermat.

Dan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sadar, baik itu

perubahan pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan, dan perubahan tersebut

dilakukan secara berkesinambungan.

13
2. Prestasi Belajar

Dalam Ensiklopedia (1971), prestasi merupakan kata yang berdiri

sendiri yang berarti produksi yang dicapai oleh tenaga atau daya kerja seseorang

dalam kurun waktu tertentu.

Pendapat lain disampaikan oleh Woodworth (1951) mengatakan

bahwa prestasi (achivement) adalah actual ability and can be measured

directly by use of test. Artinya prestasi menunjukkan suatu kemampuan

aktual yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

prestasi merupakan hasil kerja seseorang yang dapat dilihat secara nyata

oleh orang lain dan hasil kerja tersebut dapat diukur secara langsung

dengan tes.

Berkaitan dengan prestasi belajar, belajar akan lebih mudah dan

dapat dirasakan bila belajar tersebut mengetahui hasil yang diperoleh.

Kalau belajar berarti perubahan-perubahan yang terjadi pada individu,

maka perubahan-perubahan itu harus dapat diamati dan dinilai. Hasil dan

pengamatan dan penilaian inilah umumnya diwujudkan dalam bentuk

prestasi belajar.

Menurut Gagne yang dikutip oleh Badawi (1987) mengatakan

bahwa hasil belajar dapat diukur dengan menggunakan tes karena hasil

belajar berupa ketrampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,

ketrampilan, dan nilai dan sikap.

14
Dalam penelitian Meningkatkan Prestasi Belajar Dengan Teknik

Jigsaw Dalam Pembelajaran IPA PTK Pada Kelas VI Sekolah Dasar

Negeri Kesamben 03 Blitar, yang dimaksudkan prestasi belajar adalah

hasil belajar yang dicapai dalam bentuk angka atau nilai pada mata

pelajaran IPA kelas VI. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka

semakin baik prestasi belajar yang didapatkan.

B. Teknik Jigsaw

1. Definisi Jigsaw

Teknik Jigsaw adalah suatu teknik belajar kelompok yang

digambarkan sebagai berikut: (a) Satu kelas dibagi dalam kelompok-

kelompok kecil, banyaknya anggota kelompok disesuaikan dengan

banyaknya masalah/problem yang ditawarkan guru. Kelompok-kelompok

ini disebut dengan home group, (b) Setiap anggota home group diberi

problem yang berbeda-beda, tapi masing- masing home group di beri

persoalan yang sama. Dengan batasan waktu tertentu masing-masing

anggota menyelesaikan problem secara individu, (c) Anggota home group

akan berpencar dan membentuk kelompok baru yang membawa persoalan

sama. Kelompok ini disebut expert group (kelompok ahli). Di kelompok

inilah mereka berdiskusi untuk menyamakan persepsi atas jawaban

mereka, dan (d) Setelah selesai mereka kembali ke home group dan

anggota-anggota akan mensosialisasikan hasil/jawaban dari kelompok

ahli.

15
Teknik jigsaw merupakan salah satu dari strategi pembelajaran

kooperatif yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. Menurut Suryanto

(1999) pembelajaran kooperatif adalah salah satu jenis belajar kelompok

dengan kekhususan sebagai berikut: (a) kelompok terdiri atas anggota

yang hiterogen, (b) ada ketergantungan positif diantara anggota

kelompok, karena masing-masing individu memiliki rasa tanggung

jawab, (c) kepemimpinan dipegang bersama, (d) guru mengamati kerja

kelompok dan melakukan intervensi bila perlu, dan (e) setiap anggota

kelompok harus siap menyajikan hasil kerja kelompok. Dari kelima

kekhususan tersebut, juga dimiliki oleh karakteristik dari teknik jigsaw.

2. Karakteristik Pelaksanaan Teknik Jigsaw

a. Tinjauan Kurikulum

Tujuan Teknik Jigsaw Relevansi pada Kurikulum


a. Memperkaya variasi teknik Pemilihan pendekatan/metode, media

pembelajaran dan sumber belajar hendaknya

disesuaikan dengan karakteristik

materi
b. Memupuk rasa kebergan- Strategi yang melibatkan siswa aktif

tungan positif dalam belajar baik secara mental, fisik,

kelompok ataupun sosial.

c. Memberi kesempatan ber-

latih memahami konsep

dengan teman-temannya

16
d. Berlatih menyampaikan Sikap kritis, terbuka, dan konsisten

informasi kepada rekannya

b. Tinjauan Praktek

Secara praktek, keberhasilan dan kegagalan belajar dapat dilihat

dari nilai yang diperoleh siswa. Ditinjau dari komponen-komponen

penilaian, hampir seluruhnya diambil dari faktor kognitif siswa.

Sebaliknya penerapan jigsaw bertujuan tidak hanya melatih kognitif saja,

tetapi juga afektif dan psikomotor. Menurut Ibrahim (2000) bahwa

manfaat pembelajaran kooperatif termasuk teknik jigsaw : (1)

meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, (2) rasa harga diri menjadi

lebih tinggi, (3) memperbaiki sikap terhadap IPA, (4) memperbaiki

kehadiran, (5) penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih

besar, (6) perilaku mengganggu lebih kecil, (7) konflik antar pribadi

berkurang, dan (8) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

Untuk mengukur kemajuan belajar siswa tersebut, tampaknya

pedoman penilaian untuk rapor belum dapat mencakup semua aspek

secara keseluruhan. Satu-satunya peluang untuk memasukkan nilai

kemajuan belajar siswa dari hasil pengamatan teknik jigsaw adalah nilai

tugas. Bila diperhatikan rumus-rumus tadi, peranan nilai tugas sangat

kecil, sehingga kemajuan-kemajuan belajar yang bukan bersifat kognitif

cenderung diabaikan pada penilaian rapor.

17
c. Tinjauan Pengalaman

Beberapa pengalarnan penerapan teknik jigsuw pada

pembelajaran IPA dapat dikelompokkan menjadi dua hal sebagai berikut:

1) Tahap Pemahaman Konsep

Pelaksanaan teknik jigsaw pada tahap ini sangat sukar. Tidak

semua pokok bahasan dapat dengan mudah disajikan dengan

menggunakan teknik ini, sebab pokok bahasan tersebut dapat dibagi-

bagi menjadi beberapa beberapa bagian yang setara, pada hal materi

IPA kebanyakan bersifat hirarki.

Beberapa prilaku siswa yang terjadi pada saat proses

pembelajaran antara lain: (a) motivasi belajar lebih tinggi, (b)

kepedulian terhadap teman meningkat, (c) memperbaiki kehadiran, (d)

berusaha sampai dapat memahami tugasnya, dan (e) sedikit demi

sedikit mau membuka diri.

Setelah akhir pembelajaran dilakukan ulangan, harian yang

ternyata hasilnya menunjukkan nampak ada peningkatan yang

signifikan jika dibanding dengan pembelajaran klasikal.

2) Tahap Pemantapan/Drill

Pada tahap ini, pelaksanaan Jigsaw lebih sering dilakukan

karena guru lebih mudah merencanakan problem-problem (kuis).

Siswa memiliki informasi. Selain itu, motivasi siswa cukup tinggi

karena mereka akan menghadapi ulangan harian. Pelaksanaan teknik

18
jigsaw pada tahap ini siswa lebih aktif, hal ini dapat dilihat dari

meningkatnya frekwensi siswa yang berinteraksi dengan sesamanya.

Keterbukaan siswa juga semakin meningkat, misalnya ada siswa yang

mengakui bahwa dirinya salah. Meningkatnya kepercayaan diri siswa

juga ada. Hal ini terbukti dengan adanya siswa yang berani

menyalahkan hasil kerja siswa lain. Suasana kerjasama betul-betul

tampak saling membantu dan hasil ulangan harian terbukti ada

peningkatan.

C. Strategi Pembelajaran

Menurut Hamalik (2002), mengatakan bahwa strategi merancang

sistem pengajaran adalah suatu rencana untuk mengerjakan prosedur merancang

sistem secara efisien. Strategi dasar dalam perencanaan meliputi: (1) menganalisa

tuntutan sistem, (2) mendesain sistem, dan (3) mengevaluasi dampak sistem.

Strategi merupakan suatu upaya, cara ataupun langkah-langkah

pendekatan untuk mencapai sesuatu tujuan secara optimal. Strategi pembelajaran

merupakan cara-cara yang dilakukan untuk menghasilkan pembelajaran tersebut

tercapai sesuai dengan pendekatan tujuan yang direncanakan.

Berdasarkan pada konteks penelitian ini strategi pembelajaran

diarahkan pada strategi yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual.

Diantaranya: (1) pengajaran berbasis masalah, (2) pengajaran kooperatif, (3)

pengajaran berbasis inquiry, (4) pengajaran berbasis tugas/proyek, (5) pengajaran

19
berbasis kerja, dan (6) pengajaran berbasis jasa layanan. (Nurhadi & Senduk,

2003).

1. Pengajaran Berbasis Masalah

Pengajaran berbasis masalah (Problem-Bused Learning)

adalah suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata

sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan

ketrampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep

yang esensial dari materi pembelajaran (Nurhadi & Senduk, 2003).

Pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir

tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk didalamnya belajar

bagaimana belajar. Menurut Ibrahim dan Nur (2000) mengatakan bahwa

pengajaran berbasis masalah dikenal dengan nama lain: pembelajaran proyek,

pembelajaran berdasarkan pengalaman, pembelajaran autentik, dan

pembelajaran berakar pada kehidupan nyata. Peran guru dalam pengajaran

berbasis masalah ini adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan

memfasilitasi penyelidikan dan dialog.

Ada beberapa cirri-ciri pengajaran berbasis masalah, diantaranya: (a)

pengajuan pertanyaan atau masalah, (b) berfokus pada keterkaitan antar disiplin,

(c) penyelidikan autentik, dan (d) menghasilkan produk/karya dan

memamerkannya. Pembelajaran berbasis masalah dirancang untuk membantu

guru dalam memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.

Pengajaran berbasis masalah dikembangkan terutama untuk membantu siswa

20
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan

intelektual.

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

pengajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pengajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk

belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta

memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pembelajaran dan

untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah.

2. Pengajaran Kooperatif

Pengajaran kooperatif (cooperative Learning) memerlukan

pendekatan melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Holubec, 2001

yang dikutip oleh Nurhadi & Senduk, 2003).

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan

sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari

ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja

menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa. Abdurrahman

dan Bintoro (2000) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang

silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di

dalam masyarakat nyata.

21
Menurut Suryanto (1999), pembelajaran kooperatif adalah salah satu

jenis belajar kelompok dengan kekhususan sebagai berikut: (a) kelompok terdiri

atas anggota yang heterogen (kemampuan, jenis kelamin, dsb), (b) ada

ketergantungan yang positif diantara anggota-anggota kelompok bertanggung

jawab atas keberhasilan melaksanakan tugas kelompok dan akan diberi tugas

individual, (c) kepemimpinan dipegang bersama, tetapi ada pembagian tugas

selain kepemimpinan, (d) guru mengamati kerja kelompok dan melakukan

intervensi bila perlu, dan (e) setiap anggota kelompok harus siap menyajikan

hasil kerja kelompok.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem yang didalamnya

terkandung elemen-elemen yang saling terkait. Diantaranya: (a) saling

ketergantungan positif, (b) interaksi tatap muka, (c) akuntabilitas individual,

dan (d) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau ketrampilan

sosial yang sengaja diajarkan.

Meskipun kerja sama merupakan kebutuhan manusia dalam

kehidupan sehari-hari, untuk mengaktualisasikan konsep tersebut kedalam

bentuk perencanaan pembelajaran atau program suatu pelajaran bukanlah suatu

pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan peranan guru dan siswa yang optimal

untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang benar-benar berbasis kerja sama.

3. Pengajaran Berbasis Inquiry

22
Dalam pembelajaran dengan penemuan (inquiry), siswa di dorong

untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan

konsep-konsep dan prinsip-prinsip sendiri (Nurhadi & Senduk, 2003).

Pembelajaran dengan penemuan (inquiry) merupakan suatu

komponen penting dalam pendekatan konstruktivistik yang telah memiliki

sejarah panjang dalam inovasi atau pembaharuan pendidikan. Belajar dengan

penemuan mempunyai beberapa keuntungan. Pembelajaran dengan inquiry

memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk

melanjutkan pekerjaannya hingga mereka menemukan jawabannya. Siswa juga

belajar memecahkan masalah secara mandiri dan memiliki ketrampilan kritis

karena mereka harus selalu harus menganalisis dan menangani infomasi.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

pengajaran berbasis inquiry adalah salah satu komponen dari penerapan

pendekatan CTL (Cunlexluul Teaching And Learning), yang berarti

menemukan dan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran

berbasis CTL (Contextual Teaching And Learning). Pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat

seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.

4. Pengajaran Berbasis Tugas/Proyek

Pengajaran berbasis proyek/tugas terstruktur membutuhkan

suatu pendekatan pengajaran komprehensif dimana lingkungan belajar

siswa di desain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap

masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dalam suatu topik

23
mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini

memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkonstruk

(membentuk) pembelajarannya, dalam produk nyata.

Ada empat prinsip yang membantu siswa dalam perjalanan

menjadi pembelajar mandiri yang efektif. Diantaranya: (a) membuat tugas

bermakna, jelas, dan menantang, (b) menganekaragamkan tugas-tugas, (c)

menaruh perhatian pada tingkat kesulitan, dan (d) memonitor kemajuan

siswa.

5. Pengajaran Berbasis Kerja

Pengajaran berbasis kerja memerlukan suatu pendekatan

pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja

untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana

materi tersebut digunakan kembali di dalam tempat kerja.

Mengajar siswa di kelas adalah suatu bentuk pemagangan.

Pengajaran berbasis kerja menganjurkan pentransferan model pengajaran dan

pembelajaran yang efektif kepada aktivitas sehari-hari di kelas, baik dengan

cara melibatkan siswa dalam tugas-tugas kompleks maupun membantu siswa

dalam mengatasi tugas.

6. Pengajaran Berbasis Jasa Layanan

Pengajaran berbasis jasa layanan memerlukan penggunaan

metodelogi pengajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat

dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa layanan

24
tersebut, jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa layanan dan

pembelajaran akademis.

Strategi pembelajaran ini berpijak pada pemikiran bahwa semua

kegiatan kehidupan dijiwai oleh kemampuan melayani.

D. Mata Pelajaran IPA

Didalam kurikulum, mata pelajaran IPA dapat membantu siswa

untuk: (1) menjalani kehidupan sehari .-hari secara efektif, (2) memahami

dunianya dan hal-hal yang mempengaruhinya, (3) memanfaatkan kesempatan

untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, fleksibel, dan inovatif, (4)

mengembangkan pengertian tentang konsep-konsep IPA, (5) menilai dan

menggunakan produk teknologi, (6) memahami bahwa karir dalam sains dan

teknologi cocok bagi pria dan wanita, (7) membuat penilaian tentang isu-isu

yang berkenaan dengan lingkungan alam dan buatan, (8) bertanggungjawab

terhadap perbaikan kualitas lingkungan, (9) memberikan pemecahan pada

dilema moral sehubungan dengan isu-isu sains dan teknologi, dan (l0)

menyiapkan diri untuk studi pada tingkatan yang lebih lanjut.

Mata pelajaran IPA yang dimaksudkan dalam penelitian tindakan

ini, adalah mata pelajaran IPA untuk kelas VI Sekolah Dasar yang difokuskan

pada pokok bahasan yang dibahas atau dipelajari dengan menggunakan

teknik jigsaw, yaitu pokok bahasan populasi dengan sub pembahasan: (1)

berubahkah populasi itu?, (2) populasi dan lingkungan, (3) bertambah

teruskah populasi itu?, dan (4) pengendalian penduduk.

25
Berikut ini akan peneliti jabarkan alur pemikiran dalam upaya

pencapaian indikator tujuan pembelajaran dalam mata pelajaran IPA ini.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

26
Dalam bab ini dibahas: (a) Pendekatan dan Jenis Penelitian, (b) Subyek

Penelitian, (c) Langkah-langkah Penelitian, (d) Instrumen Penelitian, dan (e) Teknik

Analisis Data

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Rancangan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian

tindakan. Menurut Waseso (1994) penelitian tindakan merupakan proses daur

ulang, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pemantauan, refleksi

yang mungkin diikuti dengan perencanaan ulang.

Penelitian tindakan merupakan merupakan intervensi skala kecil

terhadap tindakan dunia nyata dan pemeriksaan cermat terhadap pengaruh

intervensi tersebut (Cohen dan Mantion, (1980) yang dikutip oleh Zuriah, (2003)

Rancangan dalam penelitian ini direncanakan melalui beberapa

tahap perencanaan, diantaranya: (1) refleksi awal, (2) peneliti merumuskan

permasalahan secara operasional, (3) peneliti merumuskan hipotesis tindakan, dan

(4) menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan.

Rancangan penelitian tindakan ini dilakukan secara kolaboratif

antara peneliti dengan guru mata pelajaran IPA pada sekolah lain yang berada di

lingkup Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kesamben. Dengan

kolaboratif ini diharapkan terjadi interaksi antara peneliti dengan guru IPA untuk

siswa Sekolah Dasar kelas VI, dalam rangka mencapai kesempurnaan hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

27
B. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri

Jetis IV lamongan Tahun Pelajaran 2016/2017 semester l. Subjek penelitian ini

sejumlah 35 siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Jetis IV lamongan. Tindakan

yang dilakukan adalah penerapan strategi pembelajaran dengan teknik jigsaw,

pada proses pembelajaran mata pelajaran IPA.

C. Langkah-langkah Penelitian

Rencana penelitian tindakan kelas (action research) ini, terbagi rnenjadi 4

tahap. Yaitu, planning, acting, observating, dan reflection. Adapun langkah-

langkah perencanaan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Merumuskan tujuan penelitian. Tujuan penelitian yang dimaksud adalah tujuan

meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan menggunakan teknik

jigsaw. Selanjutnya memberikan materi yang akan dipelajari sebagai persiapan

awal dalam penelitian ini. Dengan memberikan materi ini diharapkan siswa

akan mempelajari lebih dahulu materi dan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai.

2. Setelah memberikan materi pada siswa, selanjutnya guru melakukan proses

pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran dengan teknik

jigsaw pada pelajaran IPA untuk siswa kelas VI. Tahap ini peneliti sudah

masuk kelas sebagai subyek penelitian dengan menyampaikan pokok

permasalahan mata pelajaran IPA. Peneliti membagi siswa menjadi beberapa

28
kelompok dengan berdasar pada keheterogenan siswa (usia, gender, agama,

dan kemampuan)

3. Selama melakukan kegiatan pertama dan kedua, hal yang terpenting adalah

observasi objek penelitian dengan tujuan untuk mengenal segala unsur

lingkungan fisik dan alam sekitar khususnya kelas yang digunakan sebagai obyek

penelitian. Menurut Nasution (1988) yang dimaksud dengan observasi adalah

dasar semua ilmu pengetahuan selama di lapangan, peneliti berusaha berinteraksi

dengan subjek secara aktif, sebab observasi adalah kegiatan selektif dari suatu

proses aktif, untuk rnengetahui keadaan obyek penelitian sebelum peneliti

melakukan penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada.

4. Pengumpulan data awal untuk pemfokusan masalah penelitian dilakukan peneliti

dengan mengadakan pengamatan langsung. Hal ini dimaksudkan, agar

mendapatkan data yang valid dan reliable sesuai dengan kondisi obyek

penelitian. Dengan melakukan pengamatan langsung, maka peneliti akan

memperoleh catatan lapangan yang dapat dipertanggungjawabkan. Moleong

(1995) menyebutkan bahwa catatan lapangan merupakan jantungnya penelitian

kualitatif. Selanjutnya Moleong (1995) mengatakan bahwa penelitian kualitatif

memposisikan manusia sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data.

Kehadiran peneliti di lapangan sangat diutamakan, sebab dalam pengumpulan

data harus dilakukan dalam situasi yang sebenarnya.

Menurut Lincoln dan Guba (1981) menyebutkan pentingnya pengamatan dalam

penelitian kualitatif, diantaranya: 1) pengamatan ini didasarkan pada pengamatan

langsung, 2) dapat mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada kondisi yang

29
sebenarnya, 3) memungkinkan mencatat situasi yang berkaitan dengan

pengetahuan proposisional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari

data, 4) menghindari bias pada saat wawancara, 5) peneliti mampu memahami

situasi rumit, dan 6) membantu bila tidak memungkinkan menggunakan

teknik komunikasi.

5. Melakukan kegiatan pada setiap siklus yang dimulai dari siklus 1 dan

seterusnya, dengan membahas pokok bahasan populasi.

6. Melakukan proses kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPA dengan

teknik jigsaw melalui diskusi antara siswa dengan siswa, siswa dengan

guru.

7. Mengumpulkan data dari hasil pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti, berdasarkan pada pelaksanaan proses belajar mengajar dan hasil

belajar obyek penelitian yaitu siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Jetis IV

lamongan.

8. Setelah data terkumpul selanjutnya mengidentifikasi, dan langkah

selanjutnya adalah mendeskripsikan hasil identifikasi. Utamanya adalah

tinjauan dari hasil belajar yang diperoleh siswa dari kegiatan evaluasi

yang dilakukan oleh guru.

Langkah terakhir melakukan refleksi terhadap hasil penelitian

tindakan yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran pada tahap-tahap

sebelumnya. Selanjutnya mendeskripsikan dan memaparkan hasil penelitian

secara kualitatif sesuai dengan fokus penelitian. Pada akhirnya hasil

30
deskripsi tersebut dibuktikan dengan pembuktian hipotesis yang diajukan

oleh peneliti dari penelitian tindakan kelas ini.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Zuriah (2003), ada 5 jenis instrumen yang digunakan

dalam penelitian tindakan. Diantaranya observasi, wawancara, catatan

lapangan, angket, dan dokumentasi.

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan meliputi: (1)

observasi, (2) wawancara, dan (3) dokumentasi

1. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003).

Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau

berlangsungnya peristiwa.

Ada dua jenis observasi yang dilakukan, diantaranya: (a) Observasi

langsung, yaitu observasi yang dilakukan dimana observer berada bersama objek

yang diselidiki, dan (b) Observasi tidak langsung, yaitu observasi atau

pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang

akan diteliti. Dengan menggunakan teknik ini, melakukan catatan terhadap hasil

observasi dengan menggunakan daftar cek (chek list)

Dalam penelitian ini metode observasi yang dilakukan oleh peneliti

adalah pengamatan berperan serta. Menurut Bogdan & Biklen (1982) ketiga

31
teknik tersebut merupakan teknik-teknik dasar yang digunakan dalam penelitian

kualitatif.

Menurut Bogdan (1973) dalam Moleong (2001) mendefinisikan

bahwa secara tepat pengamatan berperanserta sebagai penelitian yang bercirikan

interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek

dalam lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan

dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan.

Spradley (1980) membagi tiga tahap pengamatan berperan serta

dalam penelitian kualitaif, diantaranya; (a) Dimulai dari pengamatan-pengamatan

yang bersifat memeriksa (descriptive observations) secara luas, dengan

melukiskan situasi sosial secara umum yang ada di lokasi penelitian, (b)

kemudian dilanjutkan dengan pengamatan-pengamatan yang lebih terfokus

(focused observations) untuk menemukan kategori-kategori utama tentang

fokus penelitian, dan (c) setelah itu diadakan pengamatan-pengamatan yang

bersifat selektif (selective observations) untuk menemukan kategori-kategori

yang lebih rinci tentang sub-sub fokus penelitian.

Tiga tahap tersebut juga dilakukan oleh peneliti dalam penelitian

Pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw Sebagai Upaya Meningkatan

Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA pada siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri

Jetis IV lamongan.

Selanjutnya Spradley (1980) menjabarkan lima tipe keterlibatan

peneliti dalam partisipasi observasi yang terbuat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1

32
Tipe Keterlibatan Peneliti dalam Partisipasi Observasi

(Surnber: Spradley, 1980:58)

DEGREE OF TYPE OF

INVOLVEMENT PARTICIPATION
High Complete
Active
Moderate
Passive
(No involvement) Nonparticipation

a) tidak berpartisipasi (non participation)

Pada tipe ini peneliti dalam melakukan penelitian tidak

berpartisipasi. Artinya peneliti hanya melakukan pengamatan (melihat)

secara pasif dan menjauhi agar tidak terlibat dalam aktivitas obyek

penelitian.

b) partisipasi pasif (passive participation)

Tahap ini peneliti ikut atau berada dalam obyek penelitian, tetapi

tidak berpartisipasi atau interaksi dengan obyek penelitian. Peneliti hanya

mondar-mandir sebagai penonton saja.

c) partisipasi moderat (moderat participation)

Peneliti sudah pada konteks untuk menjaga keseimbangan antara

seseorang yang berada di dalam (insider) dan menjadi seseorang yang

berada di luar (outsider) ataupun terlibat dan mengamati.

d) partisipasi aktif (active participation)

Pada tahap ini peneliti secara aktif melakukan apa yang dilakukan

oleh personal-personal sekolah.

33
e) Partisipasi secara total (complete or ordinary participation)

Tipe ini merupakan tahap tertinggi dalam keterlibatan peneliti

sebagai observer purtisipant. Peneliti total melakukan seperti apa yang

dikerjakan oleh personal-personal sekolah dalam memperoleh data

penelitian.

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang

menghendaki komunikasi langsung antara peneliti dengan responden (Zuriah,

2003) Wawancara merupakan salah satu prosedur terpenting untuk

mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, sebab banyak inforrnasi yang

diperoleh peneliti melalui wawancara. Menurut Arifin (1998) yang dimaksud

dengan wawancara adalah suatu percakapan yang bertujuan memperoleh

konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas,

organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan dan sebagainya.

Menurut Lincoln dan Guba yang dikutip oleh Moleong (2000), maksud

mengadakan wawancara antara lain untuk mengkonstruksi mengenai

orang, kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan

kepedulian dan lain-lain.

Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh data sesuai

dengan kenyataan pada saat peneliti melakukan wawancara. Wawancara

dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa Sekolah Dasar Negeri Jetis IV

lamongan dan guru mata pelajaran IPA di sekolah dasar lainnya.

Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara mendalam

34
yang tidak terstruktur. Sebab dalam wawancara tidak terstruktur akan

diperoleh informasi sebanyak-banyaknya yang rahasia, dan sensitif

sifatnya sekalipun serta memungkinkan sekali dicatat semua respons

afektif informan yang tampak selama wawancara berlangsung (Bafadal,

1994). Namun dalam pelaksanaan wawancara tersebut tetap mengacu pada

Guba dan Lincoln (Bafadal, 1994) bahwa sebelum melakukan wawancara

terlebih dahulu disusun garis-garis besar pertanyaan yang disampaikan

kepada informan berdasarkan pada fokus dan sub fokus penelitian.

3. Dokumentasi

Menurut Zuriah (2003) teknik ini adalah cara mengumpulkan

data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan

termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum

lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Guba & Lincoln (1981) mengatakan bahwa dokumen dan record

dapat digunakan untuk keperluan penelitian karena: (1) merupakan sumber

yang stabil, kaya dan mendorong, (2) berguna sebagai bukti untuk suatu

pengujian, (3) sifatnya alamiah sesuai dengan konteks, (4) hasil pengkajian akan

membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan yang diselidiki.

E. Teknik Analisis Data

Analisis menurut Patton (1980) adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola kategori dan satuan uraian dasar.

35
Analisis data adalah proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan

tema dan merumuskan hipotesis sesuai dengan arah dan saran data yang ada.

Menurut Nasution (1992) Analisis adalah proses penyusunan data agar dapat

ditafsirkan.

Bogdan dan Biklen (1982), mengatakan analisis data merupakan

proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip wawancara, catatan

lapangan dan bahan-bahan lain yang telah dihimpun oleh peneliti. Pekerjaan analisis

meliputi kegiatan mengerjakan data, manata, membagi menjadi satuan-satuan yang

dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari pola, menemukan apa yang penting dan

apa yang akan peneliti laporkan. Miles dan Hubermen (1984) mengatakan analisi

data perlu dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung.

Selanjutnya Nasution (1988) mengatakan bahwa analisis data adalah proses

menyusun, mengkategorikan data, mencari pola atau tema dengan maksud untuk

memahami maknanya.

Moleong (1995:103) mengemukakan, "analisis data adalah proses

pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian

dasar, sehingga dapat ditemukan tema seperti yang disarankan oleh data." Teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Dengan

maksud bahwa penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi

tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Setelah data hasil

penelitian terkumpul maka, selanjutnya data tersebut disusun secara

sistematis. Dengan cara diorganisir, kemudian dikerjakan yang akhirnya data

36
tersebut diungkap permasalahan yang penting sesuai dengan topik yang

sesuai dengan permasalahan.

Selanjutnya Miles & Hubermen (1984) menerapkan tiga alur

kegiatan dalam analisis deskriptif yang menjadi satu kesatuan yang tak dapat

terpisahkan, yaitu: (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan

kesimpulan atau verifikasi.

PENYAJIAN
DATA

PENGUMPULAN
DATA
PENARIKAN
KESIMPULAN/
REDUKSI VERIFIKASI
DATA

Gambar 3.1 Komponen-kumponen Analisis Data; Model Interaktif (Sumber:

Miles & Hubennen, 1984:20)

Reduksi data, pada teknik ini peneliti melakukan proses

pemilahan, pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, pengabstrakan, dan

transformasi data mentah atau data kasar yang muncul dan catatan-catatan di

lapangan (Miles & Hubermen, 1984).

Laporan lapangan sebagai bahan mentah direduksi, diringkas,

ditonjolkan pokok-pokoknya dan disusun lebih sistematis, sehingga lebih

mudah dikendalikan. Data yang direduksi dapat memberikan gambaran yang

lebih jelas tentang hasil pengamatan, juga memberikan kemudahan bagi

peneliti dalam mendapatkan kembali data yang diperoleh jika diperlukan.

37
Penyujian data, teknik ini memaparkan hasil temuan secara

narasi.

Penarikan kesimpulan atau verifikasi, teknik ini peneliti berusaha

agar dapat menggambarkan kerepresentatifan suatu peristiwa, kejadian atau

suatu subjek.

Teknis analisis data dalam penelitian ini, adalah analisis data

kualitatif yang dilakukan dalam tiga tahap, diantaranya: (1) analisis data pada

saat melakukan refleksi pada setiap siklus penelitian tindakan, (2) analisis data

terhadap hasil belajar atau prestasi belajar siswa dalam bentuk kuantitatif, dan

(3) analisis data berupa prosentase hasil belajar atau prestasi belajar yang

diperoleh siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA untuk kelas VI,

yang menggunakan strategi pembelajaran Jigsaw.

Dalam kegiatan analisis data tersebut, akan didapatkan dua jenis

data yaitu, data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil

observasi yang dilakukan pada setiap siklus kegiatan, dan data kuantitatif

berupa hasil belajar atau prestasi belajar yang didapatkan oleh siswa dalam

melakukan proses pembelajaran IPA dengan menggunakan strategi

pembelajaran konsep. Dari hasil belajar tersebut selanjutnya diprosentase

ketercapaian hasil belajar dalam proses pembelajaran tersebut.

BAB IV

PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

38
Dalam bab ini dibahas: (a) paparan data, (b) refleksi, (c) hasil penelitian, dan

(d) pembahasan. Adapun penjabarannya sebagai berikut:

A. Paparan Data

Paparan data merupakan deskripsi penjabaran kegiatan penelitian

yang dilakukan oleh peneliti selama melakukan penelitian. Dalam paparan data

hasil penelitian ini, peneliti akan menjabarkan kegiatan yang direncanakan oleh

peneliti dengan menjabarkan kegiatan per siklus yang dilaksanakan selama

penelitian berlangsung. Penjabarannya adalah sebagai berikut: (a) siklus 1, (b)

siklus 2, (c) siklus 3, dan (d) siklus 4.

a. Siklus 1

Inti kegiatan pada siklus 1 adalah planning. Artinya perencanaan

secara umum kegiatan pembelajaran dengan cara menyampaikan materi-

materi yang akan dipelajari dalam proses belajar. Namun dalam kegiatan

siklus 1 ini sudah dilakukan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh

peneliti sebagai guru mata pelajaran IPA kelas VI. Adapun kegiatannya

sebagai berikut:

Pada siklus ini rencana tindakan dilakukan selama 2 jam pertemuan

dengan alokasi waktu 2 x 40 menit setiap pertemuan. Dalam

melaksanakan strategi pembelajaran, guru mengemukakan orientasi dan

prosedur kerja siswa sebagai kegiatan pembuka dengan memberikan

materi pelajaran yang akan dipelajari. Pada kegiatan inti pelajaran, guru

39
memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran IPA dengan pokok

bahasan populasi dengan sub pembahasan: (l) berubahkah populasi itu?,

(2) populasi dan lingkungan, (3) bertambah teruskah populasi itu?, dan

(4) pengendalian penduduk. Sedangkan kegiatan penutup siswa

dengan diskusi kelas bersama guru menyimpulkan hasil pembahasan

dari kegiatan siswa sebagai pemantapan. Adapun proses kegiatannya

adalah sebagai berikut :

Pertemuan I

a. Apersepsi dan apresiasi selama 10 menit oleh guru dengan

penjelasan sesuai dengan pokok bahasan yang akan dibahas yaitu

populasi dengan sub pembahasan: (1) berubahkah populasi itu?,

(2) populasi dan lingkungan, (3) bertambah teruskah populasi

itu?, dan (4) pengendalian penduduk.

b. Kegiatan pokok siswa diberi kesernpatan menyampaikan

tanggapan pendapat sesuai dengan pokok bahasan yang dibahas

berdasarkan pengalaman yang dialami dalam kehidupan

bermasyarakat.

c. Siswa dibentuk kelompok berdasarkan perbedaan kemampuan

dan jenis kelamin. Masing-masing kelompok berjumlah 6 siswa

dari 24 siswa. Kelompok l, dan kelompok 2 membahas

permasalahan sesuai dengan indikator pertama yaitu populasi

dengan sub pembahasan: (1) berubahkah populasi itu?, dan (2)

populasi dan lingkungan.

40
d. Masing-masing kelompok berdiskusi bersama kelompoknya,

dengan menyampaikan pengalaman individu di masyarakat

sesuai dengan masalah yang didiskusikan.

e. Diskusi kelompok telah dilakukan, dilanjutkan dengan diskusi

kelas yang langsung dipandu oleh perwakilan dari siswa, dengan

menyampaikan hasil diskusi kelompok, dan kelompok lainnya

menanggapi dan memberikan contoh pembahasan kelompok yang

menampilkan. Pada pertemuan pertama ini yang mengemukakan

hasil diskusi adalah kelompok 1, dan kelompok 2, yang

membahas populasi dengan sub pembahasan: (1) berubahkah populasi

itu?, dan (2) populasi dan lingkungan.

f. Guru memperhatikan tanggapan dan sanggahan dari siswa.

g. Diskusi selesai kegiatan penutup selama 10 menit. Kegiatan ini

merupakan penyimpulan hasil belajar dengan diskusi dan selanjutnya

kegiatan ditutup oleh guru.

Pertemuan II

a. Kegiatan pokok siswa diberi kesempatan menyampaikan tanggapan

pendapat sesuai dengan pokok bahasan yang dibahas.

b. Melanjutkan diskusi kelompok dengan membahas pokok bahasan

populasi dengan sub pembahasan: (1) berubahkah populasi itu?, (2)

populasi dan lingkungan, (3) bertambah teruskah populasi itu?, dan

(4) pengendalian penduduk.

41
c. Masing-masing kelompok berdiskusi bersama kelompoknya, dengan

menyampaikan pengalaman individu di masyarakat sesuai dengan

masalah yang didiskusikan.

d. Diskusi kelompok telah dilakukan, dilanjutkan dengan diskusi kelas

yang langsung dipandu oleh perwakilan dari siswa, dengan

menyampaikan hasil diskusi kelompok, dan kelompok lainnya

menanggapi dan memberikan contoh pembahasan kelompok yang

menampilkan. Pada pertemuan kedua ini yang mengemukakan hasil

diskusi adalah kelompok 3, dan kelompok 4, yang membahas populasi

dengan sub pembahasan: (3) bertambah teruskah populasi itu?, dan

(4) pengendalian penduduk.

e. Guru memperhatikan tanggapan dan sanggahan dari siswa.

f Diskusi selesai kegiatan penutup selama 10 menit. Kegiatan ini

merupakan penyimpulan hasil belajar dengan diskusi dan

selanjutnya kegiatan ditutup oleh guru.

Berdasarkan pada kegiatan siklus 1 tersebut, peneliti melakukan

refleksi dari hasil kegiatan tersebut. Berdasarkan pada observasi pada

siklus 1 didapatkan temuan sebagai berikut: (1) siswa masih mengalami

kebingungan dalam mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, (2)

siswa takut menyampaikan pendapat, dan (3) kegiatan diskusi kurang

berjalan, masih didominasi oleh siswa yang pandai.

Tabel 4.1

Siklus I Prosentase Keaktifan Siswa Dalam Diskusi Kelas

42
JUMLAH SISWA PRESENTASE
KELOMPOK PROSENTASE
SISWA AKTIF PENINGKATAN
K elompok 1 8 2 33,33% -

Kelompok 2 9 I 16,67% -

Kelompok 3 9 1 16,67% -

Kelompok 4 9 1 16,67% -
Jumlah semua
35 5 20,83% -
Kelompok

Berdasarkan tabel keaktifan dalam diskusi tersebut, menunjukkan

bahwa situasi belajar di kelas kurang menunjang keberhasilan belajar

siswa. Sebab dari 35 siswa, diketahui yang aktif dalam diskusi hanya 5

anak dengan prosentase 20,83%.

2. Siklus 2

Inti kegiatan pada siklus 2 adalah acting. Artinya pada proses

pembelajaran ini sudah rnendalam pada kegiatan proses belajar mengajar

dengan teknik jigsaw. Secara umum kegiatan pembelajaran dengan cara

menyampaikan materi-materi yang akan dipelajari dalam proses belajar.

Kegiatan pada siklus 2 ini merefleksi pada kegiatan siklus l yang sudah

melakukan proses belajar mengajar mata pelajaran IPA kelas VI. Adapun

kegiatannya sebagai berikut:

Pada siklus ini rencana tindakan dilakukan selama 2 jam pertemuan

dengan alokasi waktu 2 x 40 menit setiap pertemuan. Dalam melaksanakan

strategi pembelajaran, guru mengemukakan orientasi dan prosedur kerja

43
siswa sebagai kegiatan pembuka dengan memberikan materi pelajaran yang

akan dipelajari. Pada kegiatan inti pelajaran, guru memberikan penjelasan

tentang tujuan pembelajaran IPA dengan pokok bahasan populasi dengan

sub pembahasan: (1) berubahkah populasi itu?, (2) populasi dan lingkungan,

(3) bertambah teruskah populasi itu?, dan (4) pengendalian penduduk.

Sedangkan kegiatan penutup siswa dengan diskusi kelas bersama guru

menyimpulkan hasil pembahasan dari kegiatan siswa sebagai pemantapan.

Adapun proses kegiatannya adalah sebagai berikut :

Pertemuan I

a. Apersepsi dan apresiasi selama 10 menit oleh guru dengan penjelasan

sesuai dengan pokok bahasan yang akan dibahas yaitu populasi dengan

sub pembahasan: (1) berubahkah populasi itu?, (2) populasi dan

lingkungan, (3) bertambah teruskah populasi itu?, dan (4) pengendalian

penduduk.

b. Kegiatan pokok siswa diberi kesempatan menyampaikan tanggapan

pendapat sesuai dengan pokok bahasan yang dibahas berdasarkan

pengalaman yang dialami dalam kehidupan bennasyarakat.

c. Siswa dikelompokkan sama dengan kelompok pada kegiatan siklus l,

berdasarkan perbedaan kemampuan dan jenis kelamin. Masing-masing

kelompok berjumlah 6 siswa dari 24 siswa. Kelompok 1, dan

kelompok 2 membahas permasalahan sesuai dengan indikator pertama

yaitu populasi dengan sub pembahasan: (1) berubahkah populasi itu?,

dan (2) populasi dan lingkungan.

44
d. Masing-masing kelompok berdiskusi bersama kelompoknya, dengan

menyampaikan pengalaman individu di masyarakat sesuai dengan

masalah yang didiskusikan.

e. Diskusi kelompok telah dilakukan, dilanjutkan dengan diskusi kelas

yang langsung dipandu oleh perwakilan dari siswa, dengan

rnenyampaikan hasil diskusi kelompok, dan kelompok lainnya

menanggapi dan memberikan contoh pembahasan kelompok yang

menampilkan. Pada pertemuan pertama ini yang mengemukakan hasil

diskusi adalah kelompok l, dan kelompok 2, yang membahas populasi

dengan sub pembahasan: (1) berubahkah populasi itu?, (2) populasi

dan lingkungan,

f. Guru memperhatikan tanggapan dan sanggahan dari siswa. Diskusi

selesai kegiatan penutup selama 10 menit. Kegiatan ini merupakan

penyimpulan hasil belajar dengan diskusi dan selanjutnya kegiatan

ditutup oleh guru.

Pertemuan II

a. Kegiatan pokok siswa diberi kesempatan menyampaikan tanggapan

pendapat sesuai dengan pokok bahasan yang dibahas.

b. Melanjutkan diskusi kelompok dengan membahas pokok populasi

dengan sub pembahasan: (3) bertambah teruskah populasi itu?, dan

(4) pengendalian penduduk.

45
c. Masing-masing kelompok berdiskusi bersama kelompoknya,

dengan menyampaikan pengalaman individu di masyarakat

sesuai dengan masalah yang didiskusikan.

d. Diskusi kelompok telah dilakukan, dilanjutkan dengan diskusi

kelas yang langsung dipandu oleh perwakilan dari siswa, dengan

menyampaikan hasil diskusi kelompok, dan kelompok lainnya

menanggapi dan memberikan contoh pembahasan kelompok yang

menampilkan. Pada pertemuan kedua ini yang mengemukakan

hasil diskusi adalah kelompok 3, dan kelompok 4, yang

membahas populasi dengan sub pembahasan: (3) bertambah

teruskah populasi itu'?, dan (4) pengendalian penduduk.

e. Guru memperhatikan tanggapan dan sanggahan dari siswa.

f. Diskusi selesai kegiatan penutup selama 10 menit. Kegiatan ini

merupakan penyimpulan hasil belajar dengan diskusi dan

selanjutnya kegiatan ditutup oleh guru.

Setelah melakukan kegiatan siklus 2 tersebut, peneliti

melakukan refleksi dari hasil kegiatan tersebut. Berdasarkan pada

observasi pada siklus 2 didapatkan temuan sebagai berikut: (1)

sebagian siswa sudah ada peningkatan dalam memahami isi materi

yang disampaikan oleh guru dibandingkan dengan kegiatan pada

siklus l, (2) beberapa siswa mulai berani menyampaikan pendapat

dan tidak lagi didominasi oleh anak yang pandai, dan (3) kegiatan

46
diskusi dapat berjalan lebih baik dibandingkan dengan kegiatan pada

siklus l, masih didominasi oleh siswa yang pandai.

Tabel 4.2

Sklus 2 Prosentase Keaktifan Siswa Dalam Diskusi Kelas

KELOMPO JUMLAH SISWA PRESENTASE


PROSENTASE
K SISWA AKTIF PENINGKATAN
Kelompok 1 8 2 33,33% 0%

Kelompok 2 9 2 33,33% 16,67%

Kelompok 3 9 1 16,67% 0%

Kelompok 4 9 2 33,33% 16,67%


Jumlah semua
35 7 29,17% 8,33%
Kelompok

Berdasarkan tabel keaktifan dalam diskusi tersebut, menunjukkan

bahwa situasi belajar di kelas sedikit ada peningkatan keaktifan

dibandingkan dengan kegiatan pada siklus l. Kondisi demikian diharapkan

akan menunjang keberhasilan belajar siswa. Dari 35 siswa, yang diketahui

aktif dalam diskusi ada 7 anak dengan prosentase 29,17%. Hal ini

menunjukkan antara kegiatan siklus 1 dan kegiatan siklus 2, ada

peningkatan 2 siswa yang aktif dengan prosentase 8,33%.

3. Siklus 3

lnti kegiatan pada siklus 1 adalah observating. Artinya dalam kegiatan

pada siklus ke 3 ini adalah melakukan serangkaian proses belajar mengajar

47
dengan cara mengobservasi dan mencatat hasil refleksi dari kegiatan pada siklus

sebelumnya. Adapun kegiatannya sebagai berikut:

Pada siklus ini rencana tindakan dilakukan selama 2 jam pertemuan dengan

alokasi waktu 2 x 40 menit setiap pertemuan. Dalam melaksanakan strategi

pembelajaran, guru mengemukakan orientasi dan prosedur kerja siswa

sebagai kegiatan pembuka dengan memberikan materi pelajaran yang akan

dipelajari. Pada kegiatan inti pelajaran, guru memberikan penjelasan

tentang tujuan pembelajaran IPA dengan pokok bahasan populasi dengan

sub pembahasan: (1) berubahkah populasi itu?, (2) populasi dan lingkungan,

(3) bertambah teruskah populasi itu?, dan (4) pengendalian penduduk.

Sedangkan kegiatan penutup siswa dengan diskusi kelas bersama guru

menyimpulkan hasil pembahasan dari kegiatan siswa sebagai pemantapan.

Adapun proses kegiatannya adalah sebagai berikut :

Pertemuan I

a. Apersepsi dan apresiasi selama 10 menit oleh guru dengan penjelasan

sesuai dengan pokok bahasan yang akan dibahas yaitu populasi dengan

sub pembahasan: (1) berubahkah populasi itu?, (2) populasi dan

lingkungan, (3) bertambah teruskah populasi itu?, dan (4) pengendalian

penduduk,

b. Kegiatan pokok siswa diberi kesempatan menyampaikan tanggapan

pendapat sesuai dengan pokok bahasan yang dibahas berdasarkan

pengalaman yang dialami dalam kehidupan bermasyarakat.

48
c. Kelompok sesuai dengan kelompok yang dibentuk pada kegiatan siklus

sebelumnya berdasarkan perbedaan kemampuan dan jenis kelamin.

Masing-masing kelompok berjumlah 6 siswa dari 24 siswa. Kelompok

1, dan kelompok 2 membahas permasalahan sesuai dengan indikator

pertama yaitu populasi dengan sub pembahasan: (l) berubahkah

populasi itu?, (2) populasi dan lingkungan.

d. Masing-masing kelampok berdiskusi bersama kelompoknya, dengan

menyampaikan pengalaman individu di masyarakat sesuai dengan

masalah yang didiskusikan.

e. Diskusi kelompok telah dilakukan, dilanjutkan dengan diskusi kelas

yang langsung dipandu oleh perwakilan dari siswa, dengan

menyampaikan hasil diskusi kelompok, dan kelompok lainnya

menanggapi dan memberikan contoh pembahasan kelompok yang

menampilkan. Pada pertemuan pertama ini yang mengemukakan hasil

diskusi adalah kelompok 1, dan kelompok 2, yang membahas populasi

dengan sub pembahasan: (1) berubahkah populasi itu?, (2) populasi

dan lingkungan.

f. Guru memperhatikan tanggapan dan sanggahan dari siswa.

g. Diskusi selesai kegiatan penutup selama 10 menit. Kegiatan ini

merupakan penyimpulan hasil belajar dengan diskusi dan selanjutnya

kegiatan ditutup oleh guru.

Pertemuan II

49
a. Kegiatan pokok siswa diberi kesempatan menyampaikan tanggapan

pendapat sesuai dengan pokok bahasan yang dibahas.

b. Melanjutkan diskusi kelompok dengan membahas pokok bahasan

populasi dengan sub pembahasan: (3) bertambah teruskah populasi

itu?, dan (4) pengendalian penduduk.

c. Masing-masing kelompok berdiskusi bersama kelompoknya, dengan

menyampaikan pengalaman individu di masyarakat sesuai dengan

masalah yang didiskusikan.

d. Diskusi kelompok telah dilakukan, dilanjutkan dengan diskusi kelas

yang langsung dipandu oleh perwakilan dari siswa, dengan

menyampaikan hasil diskusi kelompok, dan kelompok lainnya

menanggapi dan memberikan contoh pembahasan kelompok yang

menampilkan. Pada pertemuan kedua ini yang mengemukakan hasil

diskusi adalah kelompok 3, dan kelompok 4, yang membahas

populasi dengan sub pembahasan: (3) bertambah teruskah populasi

itu?, dan (4) pengendalian penduduk.

e. Guru memperhatikan tanggapan dan sanggahan dari siswa.

f. Diskusi selesai kegiatan penutup selama 10 menit. Kegiatan ini

merupakan penyimpulan hasil belajar dengan diskusi dan

selanjutnya kegiatan ditutup oleh guru.

Berdasarkan pada kegiatan observating siklus 3 tersebut, peneliti

melakukan refleksi dari hasil kegiatan tersebut. Berdasarkan pada

observasi pada siklus 3 didapatkan temuan sebagai berikut: (l) siswa

50
sudah mengalami kemajuan yang baik dalam menerima dan menangkap

materi yang disampaikan oleh guru, (2) banyak siswa yang sudah berani

menyampaikan pendapat ketika diskusi kelas berlangsung, dan (3)

kegiatan diskusi berjalan dengan baik, dan penyampaian pendapat tidak

lagi didominasi oleh siswa yang pandai, mereka yang mempunyai

kemampuan sedangpun berani menyampikan pendapatnya. Hal ini

didorong oleh motivasi guru pada kegiatan siklus 3 ini, dari pengalaman

hasil refleksi kegiatan pada siklus sebelumnya.

Tabel 4.3

Siklus 3Prosentase Keaktifan Siswa Dalam Diskusi Kelas

JUMLAH SISWA PRESENTASE


KELOMPOK PROSENTASE
SISWA AKTIF PENINGKATAN
Kelompok I 8 3 50% 16,67%

Kelompok 2 9 2 33,33% 16,67%

Kelompok 3 9 2 33,33% 16,67%

Kelompok 4 9 4 66,67% 50%


Jumlah semua
35 11 45,83% 25%
Kelompok

Berdasarkan tabel keaktifan dalam diskusi tersebut, menunjukkan

bahwa situasi belajar di kelas mengalami peningkatan keaktifan

dibandingkan dengan kegiatan pada siklus 1 dan siklus 2. Kondisi demikian

diharapkan akan menunjang keberhasilan belajar siswa. Dari 24 siswa, yang

diketahui aktif dalam diskusi ada 11 anak dengan prosentase 45,83%. Hal

51
ini menunjukkan antara kegiatan siklus sebelumnya dengan siklus 3, ada

peningkatan 6 siswa yang aktif dengan prosentase 25%.

4. Siklus 4

Inti kegiatan pada siklus 4 adalah reflecting. Artinya dalam kegiatan

siklus 4 ini materi-materi yang akan dipelajari dalam proses belajar, sudah

direfleksi berdasarkan kegiatan siklus sebelumnya. Kegiatan pada siklus 3 ini

tetap melakukan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh peneliti sebagai

guru mata pelajaran IPA kelas VI. Adapun kegiatannya sebagai berikut:

Pada siklus ini rencana tindakan dilakukan selama 2 jam pertemuan dengan

alokasi waktu 2 x 40 menit setiap pertemuan. Dalam melaksanakan strategi

pembelajaran, guru mengemukakan orientasi dan prosedur kerja siswa

sebagai kegiatan pembuka dengan memberikan materi pelajaran yang akan

dipelajari. Pada kegiatan inti pelajaran, guru memberikan penjelasan

tentang tujuan pembelajaran IPA pokok bahasan populasi dengan sub

pembahasan: (I) berubahkah populasi itu?, (2) populasi dan lingkungan, (3)

bertambah teruskah populasi itu?, dan (4) pengendalian penduduk.

Sedangkan kegiatan penutup siswa dengan diskusi kelas bersama guru

menyimpulkan hasil pembahasan dari kegiatan siswa sebagai pemantapan.

Adapun proses kegiatannya adalah sebagai berikut:

Pertemuan 1

a. Apersepsi dan apresiasi selama 10 menit oleh guru dengan penjelasan

sesuai dengan pokok bahasan yang akan dibahas yaitu populasi

52
dengan sub pembahasan: (1) berubahkah populasi itu?, (2) populasi

dan lingkungan.

b. Kegiatan pokok siswa diberi kesempatan menyampaikan tanggapan

pendapat sesuai dengan pokok bahasan yang dibahas berdasarkan

pengalaman yang dialami dalam kehidupan bermasyarakat.

c. Kelompok berdasarkan perbedaan kemampuan dan jenis kelamin,

telah dibentuk pada kegiatan siklus sebelumnya. Dengan demikian

anggota kelompok tetap sama dengan anggota kelompok pada

kegiatan siklus 1, siklus 2, dan siklus 3. Masing-masing kelompok

berjumlah siswa dari 24 siswa. Kelompok 1, dan kelompok 2

membahas permasalahan sesuai dengan indikator pertama yaitu

populasi dengan sub pembahasan: (1) berubahkah populasi itu?, (2)

populasi dan lingkungan.

d. Masing-masing kelompok berdiskusi bersama kelompoknya, dengan

menyampaikan pengalaman individu di masyarakat sesuai dengan

masalah yang didiskusikan.

e. Diskusi kelompok telah dilakukan, dilanjutkan dengan diskusi kelas

yang langsung dipandu oleh perwakilan dari siswa, dengan

menyampaikan hasil diskusi kelompok, dan kelompok lainnya

menanggapi dan memberikan contoh pembahasan kelompok yang

menampilkan. Pada pertemuan pertama ini yang mengemukakan hasil

diskusi adalah kelompok 1, dan kelompok 2, yang membahas populasi

53
dengan sub pembahasan: (1) berubahkah populasi itu'?, (2) populasi

dan lingkungan.

f. Guru memperhatikan tanggapan dan sanggahan dari siswa.

g. Diskusi selesai kegiatan penutup selama 10 menit. Kegiatan ini

merupakan penyimpulan hasil belajar dengan diskusi dan selanjutnya

kegiatan ditutup oleh guru.

Pertemuan II

a. Kegiatan pokok siswa diberi kesempatan menyampaikan tanggapan

pendapat sesuai dengan pokok bahasan yang dibahas.

b. Melanjutkan diskusi kelompok dengan membahas pokok bahasan

populasi dengan sub pembahasan: (3) bertambah teruskah populasi itu?,

dan (4) pengendalian penduduk.

c. Masing-masing kelompok berdiskusi bersama kelompoknya, dengan

menyampaikan pengalaman individu di masyarakat sesuai dengan

masalah yang didiskusikan.

d. Diskusi kelompok telah dilakukan, dilanjutkan dengan diskusi kelas

yang langsung dipandu oleh perwakilan dari siswa, dengan

menyampaikan hasil diskusi kelompok, dan kelompok lainnya

menanggapi dan memberikan contoh pembahasan kelompok yang

menampilkan. Pada pertemuan kedua ini yang mengemukakan hasil

diskusi adalah kelompok 3, dan kelompok 4, yang membahas populasi

54
dengan sub pembahasan, (3) bertambah teruskah populasi itu?, dan (4)

pengendalian penduduk.

e. Guru memperhatikan tanggapan dan sanggahan dari siswa.

f. Diskusi selesai kegiatan penutup selama 10 menit. Kegiatan ini

merupakan penyimpulan hasil belajar dengan diskusi dan selanjutnya

kegiatan ditutup oleh guru.

Berdasarkan pada kegiatan siklus 4 tersebut, peneliti melakukan

refleksi berdasarkan dari hasil kegiatan siklus sebelumnya. Berdasarkan

pada observasi yang dilakukan pada siklus sebelumnya dan pada siklus 4

didapatkan temuan sebagai berikut: (1) siswa sudah memahami dan siap

dalam mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, (2) sebagian

besar dari siswa, sudah berani menyarnpaikan pendapat pada saat diskusi

kelas berlangsung, dan (3) kegiatan berjalan dengan baik, suasana kelas

lebih hidup, sehingga dalam proses pembelajaran terkesan

menyenangkan.

Tabel 4.4

Siklus 4 Prosentase Keaktifan Siswa Dalam Diskusi Kelas

PRESENTASE

JUMLAH SISWA PENINGKATAN


KELOMPOK PROSENTASE
SISWA AKTIF DAR SIKLUS

SEBELUMNYA

55
Kelompok 1 8 3 50% 16,67%

Kelompok 2 9 4 66,67% 50%

Kelompok 3 9 3 50% 33,33%

Kelompok 4 9 4 66,67% 50%


Jumlah semua
35 14 58,33% 37,5%
kelompok

Berdasarkan tabel keaktifan dalam diskusi tersebut, menunjukkan

bahwa situasi belajar dl kelas mengalami peningkatan keaktifan yang

signifikan dibandingkan dengan kegiatan pada siklus sebelumnya.

Kondisi demikian diharapkan akan menunjang keberhasilan belajar siswa

dalam meningkatkan motivasi dan prestasi siswa dalam belajar. Dari 24

siswa, yang diketahui aktif dalam diskusi ada 14 anak dengan prosentase

58,33%. Hal ini menunjukkan antara kegiatan siklus sebelumnya dengan

siklus 4, ada peningkatan 9 siswa yang aktif dengan prosentase 37,5%.

Berdasarkan pada (planning, acting, ohservating, dan reflecling)

yang dilakukan dalam bentuk kegiatan siklus 1, siklus 2, siklus 3, dan

siklus 4 tersebut secara rinci akan dipaparkan dari refleksi evaluasi dari

kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa

kelas VI Sekolah Dasar Negeri Jetis IV Lamongan dengan menggunakan

strategi pembelajaran dengan teknik jigsaw adalah sebagai berikut:

NO NAMA SISWA HASIL BELAJAR

56
1. Sela Atmaja 9,13

2. Inna Sulistiani 8,73

3. Nurul Mahdalena 9,58

4. Septi Rinjani 8,58

5. Linda Amalia 8,25

6. Liana Putri Dewi 7,58


7. Sifak Astama 7,70

8. Egoh Radja 8,68

9. Huda Maftuh 8,95

10. Yayan Wibisono 6,55

11. Debi Anggraita 7,50

12. Candra Kurniawan 8,25

13. Agung M. 8,38

14. Jamah Sari 7,25

15. Minuk Sholikhah 7,75

16. Qusnul Qothimah 6,63

17. Happy oktaviana 9,25

18. Ita Sari 8,00

19. Indra Permana 8,15

20. Agung Gunawan 9,50

21. Arif Wibowo 7,55

22. Dedi Dias Cahyo 8,88

23. I Yusi Defri Yndana 7,75

24. Mudiatun Ni'mah 6,85

57
Dari data hasil belajar tersebut dapat didistribusikan frekuensi

prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Jetis IV Lamongan

sebagai berikut:

INTERVAL Kategori
NO Frekwensi Frekwensi %
NILAI Prestasi
1. 9,01 - 100 8 16,67% Sangat Tinggi

2. 8,01 - 9,00 12 37,5% Tinggi

3. 7,01 - 8,00 9 33,33% Cukup Tinggi

4. 6,01 - 7,00 6 12,5% Sedang

5. 5,01 - 6,00 0 0% Cukup


Total : 35 100%

58
Dari frekuensi data tersebut diketahui nilai terendah interval nilai

adalah 6,01-7,00 dengan frekuensi 6 dengan prosentase 12,5%, dan nilai

tertinggi interval 9,01-100 dengan frekuensi 8 dengan prosentase

16,67%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa nilai di atas rata-rata

(tergolong nilai tinggi) adalah nilai 7,01-8,00 dengan frekuensi 9 dengan

prosentase 33,33%, nilai 8,01-9,00 frekuensi 12 dengan prosentase

37,5%. Sedangkan kategori sedang nilai 6,01-7,00 frekuensi 6 dengan

prosentase 12,5%.Dan tergolong nilai cukup apalagi rendah (kurang) dari

prestasi tersebut tidak diperoleh oleh siswa.

Dan prosentase hasil belajar tersebut menunjukkan bahwa prestasi

belajar siswa dengan strategi pembelajaran dengan teknik jigsaw

menunjukkan peningkatan basil yang positif. Hal ini membuktikan

bahwa dengan strategi ini, motivasi belajar siswa bisa didapatkan dengan

baik sehingga mempengaruhi hasil belajar yang didapatkan. Dengan

hasil 16,67% tergolong nilai sangat tinggi, 37,5% nilai tinggi, 33,33%

cukup tinggi, dan 12,5% sedang.

Peningkatan prestasi belajar siswa ini menunjukkan bahwa prestasi

belajar dipengaruhi oleh strategi belajar yang diberikan guru. Bagaimana

guru dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar, maka

strategi yang cocok harus diterapkan oleh guru tersebut, sehingga dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar dapat baik bila strategi yang

diberikan oleh guru belajarnya juga baik.

59
B. Refleksi

Refleksi merupakan salah satu bagian penting dalam pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual (contextual learning and teaching). Refleksi

adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang

tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa

yang baru dipelajarinya, sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang

merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi

merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru

diterima.

Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan

yang dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian

diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat hubungan

pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan

begitu siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa

yang dipelajarinya. Kunci dari semua itu adalah bagaimana pengetahuan itu

mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajarinya, dan

bagaimana merasakan ide-ide baru.

Berdasar dari kegiatan penelitian dan hasil penelitian tindakan

kelas, maka dalam pencapaian hasil belajar, ada beberapa peran yang dimiliki

guru dalam upaya menyampaikan desain strategi pembelajaran dengan teknik

jigsaw. Diantaranya: (1) membantu menciptakan lingkungan, sehingga siswa

merasa bebas dalam berpikir dan menduga tanpa takut salah atau mendapat

60
kritik, (2) menjelaskan dan mengilustrasikan bagaimana model dilaksanakan,

membimbing ketrampilan proses, membantu siswa menyatakan dan menganalisis

hipotesis, serta mengartikulasi berpikir pada siswa, (3) mencatat proses untuk

memonitor keputusan yang diambil oleh siswa dalam membuktikan hipotesisnya

diterima atau tidak. Berkaitan dengan kegiatan guru dalam membimbing siswa, ada

tiga cara penting yang harus dilakukan, (1) guru mendorong siswa berpikir yang

dinyatakan dalam dalam bentuk hipotesis, (2) guru membantu membimbing

berpikir siswa, seperti mereka membuktikan bahwa hipotesis diterima atau tidak,

dan (3) guru menyuruh siswa untuk menjelaskan alasan pembuktian hipotesis.

Dan beberapa pernyataan tersebut di atas, berkaitan dengan penelitian

tindakan kelas ini, yang memfokuskan pada peningkatan prestasi belajar siswa

dengan strategi pembelajaran dengan teknik jigsaw, maka refleksi yang harus

dipahami adalah menyadari bahwa teknik dapat dijadikan sebagai sebuah strategi

pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan kreatif, sehingga

memungkinkan siswa untuk memunculkan motivasi siswa dalam mengikuti

pelajaran dan pada akhirnya akan memperoleh hasil belajar yang optimal sesuai

dengan tujuan pembelajaran. Namun keandalan teknik pembelajaran ini masih

perlu dibuktikan dengan beberapa kali pengulangan dengan obyek yang berbeda,

oleh karena itu percobaan dan penerapan model ini perlu dilakukan oleh berbagai

pihak khususnya dalam bidang pengajaran.

Dengan proses pembelajaran tersebut ada beberapa hal yang dapat

dilakukan guru untuk mengembangkan motivasi siswa secara optimal, diantaranya:

61
l. Siswa akan belajar jika mendapatkan motivasi dari guru. Hal itu dapat dilakukan

oleh apabila guru: (a) menyediakan kegiatan yang menyenangkan, (b)

memperhatikan keinginan mereka, (c) membangun pengertian melalui apa yang

diketahui, (d) menciptakan suasana kelas yang mendukung dan merangsang

belajar, (e) memberikan kegiatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, (f)

memberikan kegiatan yang menantang, (g) memberikan kegiatan yang memberi

harapan keberhasilan, dan (h) menghargai setiap pencapaian siswa.

2. Karena siswa mempunyai cara belajar yang berbeda, maka guru perlu: (a)

berusaha mengetahui kelebihan dan kekurangan siswa, (b) merencanakan

kegiatan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, (c) membangun

pengetahuan dan ketrampilan siswa yang diperoleh dari rumah maupun sekolah,

dan (d) merencanakan dan menggunakan catatan kemajuan siswa.

3. Siswa belajar secara mandiri dan melalui kerjasama, untuk itu dalam mengemas

pembelajaran guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk: (a)

belajar dalam kelompok sehingga siswa dapat terlatih kerjasama, (b) belajar

secara klasikal memberikan kesempatan untuk saling menentukan gagasan, (c)

memberikan kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan secara mandiri, (d)

melibatkan siswa dalam mengambil keputusan tentang kegiatan yang akan

dilakukan, dan (e) belajar bagaimana cara belajar.

4. Siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda dalam belajarnya, untuk itu

dalam mengemas pembelajarannya guru harus: (a) menyediakan dan

menggunakan berbagai alat peraga, (b) membelajarkan siswa untuk belajar IPA

diberbagai tempat dan kesempatan, (c) membelajarkan siswa menggunakan IPA

62
untuk berbagai keperluan, (d) mengembangkan sikap siswa untuk menggunakan

IPA sebagai alat untuk memecahkan masalah baik di rumah maupun di sekolah,

dan (e) membantu siswa merefleksi kegiatan IPAnya.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang dilakukan aleh peneliti,

maka dapat direfleksikan proses kegiatan pembelajaran tersebut, dengan refleksi

sebagai berikut:

l. Berdasarkan pada observasi pada siklus 1 didapatkan temuan sebagai berikut:

(a) siswa masih mengalami kebingungan dalam mempelajari materi yang

disampaikan oleh guru, (b) siswa takut menyampaikan pendapat, dan (c)

kegiatan diskusi kurang berjalan, masih didominasi oleh siswa yang pandai.

2. Berdasarkan pada observasi pada siklus 2 didapatkan temuan sebagai berikut: (a)

siswa sudah ada peningkatan dalam memahami isi materi yang disampaikan

oleh guru dibandingkan dengan kegiatan pada siklus l, (b) beberapa siswa mulai

berani menyampaikan pendapat dan tidak lagi didominasi oleh anak yang

pandai, dan (c) kegiatan diskusi dapat berjalan lebih baik dibandingkan dengan

kegiatan pada siklus l, masih didominasi oleh siswa yang pandai.

3. Berdasarkan pada observasi pada siklus 3 didapatkan temuan sebagai berikut: (a)

siswa sudah mengalami kemajuan yang baik dalam menerima dan menangkap

materi yang disampaikan oleh guru, (b) banyak siswa yang sudah berani

menyampaikan pendapat ketika diskusi kelas berlangsung, dan (c) kegiatan

diskusi berjalan dengan baik, dan penyampaian pendapat tidak lagi didominasi

oleh siswa yang pandai, mereka yang mempunyai kemampuan sedangpun berani

63
menyampikan pendapatnya. Hal ini didorong oleh :motivasi guru pada kegiatan

siklus 3 ini, dari pengalaman hasil refleksi kegiatan pada siklus sebelumnya.

4. Berdasarkan pada observasi yang dilakukan pada siklus sebelumnya dan pada

siklus 4 didapatkan temuan sebagai berikut: (a) siswa sudah memahami dan siap

dalam mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, (b) sebagian besar dari

siswa, sudah berani menyampaikan pendapat pada saat diskusi kelas

berlangsung, dan (c) kegiatan berjalan dengan baik, suasana kelas lebih hidup,

sehingga dalam proses pembelajaran terkesan menyenangkan.

C. Hasil Penelitian

Dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh

peneliti menunjukkan bahwa Strategi Pembelajaran dengan teknik jigsaw dapat

meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas VI Sekolah

Dasar Negeri Jetis IV Lamongan. Hal ini ditunjukkan oleh prestasi siswa tersebut

dalam mempelajari mata pelajaran IPA pokok bahasan populasi dengan sub

pembahasan: (1) berubahkah populasi itu?, (2) populasi dan lingkungan, (3)

bertambah teruskah populasi itu?, dan (4) pengendalian penduduk.

Hasil belajar (prestasi) yang diperoleh sangat menunjukkan hasil yang

signifikan dengan menggunakan strategi pembelajaran teknik jigsaw. Dengan hasil

belajar yang baik menunjukkan prestasi siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Jetis

IV Lamongan, dengan menggunakan strategi pembelajaran teknik jigsaw pada

mata pelajaran IPA untuk meningkatkan prestasi belajar pada kelas VI Sekolah

Dasar.

64
D. PEMBAHASAN

Lebih lanjut peneliti akan membahas beberapa fokus penelitian

tindakan kelas yang telah dirumuskan, diantaranya:

1. Proses pembelajaran IPA kelas VI Sekolah Dasar Negeri Jetis IV Lamongan.

Kenyataan di lapangan pendidikan Sekolah Dasar Negeri Jetis IV

lamongan, proses belajar mengajar yang digunakan dalam proses kegiatan

belajar mengajar mata pelajaran IPA masih menggunakan strategi

pembelajaran yang konvensional. Artinya kegiatan yang dilakukan oleh

guru, belum menarik minat siswa dalam mencapai hasil belajar yang

optimal.

Dengan fenomena tersebut, ada upaya yang dilakukan oleh

beberapa guru agar hasil belajar siswa Sekolah Dasar Negeri Jetis IV

Lamongan, khususnya kelas VI dan umumnya kelas lainnya, yaitu dengan

meningkatkan kualitas guru pengajar dan lebih menggunakan strategi

belajar yang lebih bervariatif. Diantaranya menggunakan strategi

pembelajaran dengan teknik jigsaw.

2. Prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPA dengan menggunakan teknik

jigsaw.

Upaya yang dilakukan guru dalam kegiatan belajar mengajar

dengan menggunakan strategi pembelajaran dengan teknik jigsaw tersebut,

ternyata membawa dampak yang positif terhadap prestasi belajar yang

65
didapatkan oleh siswa, khususnya siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri

Jetis IV Lamongan.

Hasil ini ditunjukan oleh peneliti, dari hasil penelitian tindakan

kelas yang dilakukan. Dan hasil penelitian itu terdapat peningkatan hasil

belajar yang signifikan yang didapatkan oleh siswa dalam belajar.

3. Dampak penggunaaan strategi teknik jigsaw dengan Prestasi Belajar.

Berdasarkan pada penjabaran fokus penelitian tersebut di atas,

menunjukkan bahwa dampak yang diperoleh siswa dalam belajar IPA

dengan menggunakan strategi pembelajaran teknik jigsaw sangat terlihat

positif. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa semakin kreatif guru

dalam menggunakan strategi dalam kegiatan belajar mengajar, cenderung

akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, sehingga akan

menghasilkan prestasi belajar yang optimal.

BAB V

PENUTUP

Dalam bab ini diuraikan: (a) kesimpulan, dan (b) saran-saran

berdasarkan pada penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar

Dengan Teknik Jigsaw Dalam Pembelajaran IPA PTK Pada Kelas VI Sekolah Dasar

Negeri Jetis IV Lamongan.

66
A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian ini, dapat peneliti rumuskan

beberapa kesimpulan, diantaranya:

1. Strategi pembelajaran dengan teknik jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar

Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Jetis IV Lamongan. Peningkatan prestasi

belajar siswa ini menunjukkan bahwa motivasi belajar dipengaruhi oleh strategi

belajar yang diberikan guru. Motivasi belajar yang tinggi cenderung akan

mempengaruhi prestasi belajar yang tinggi pula.

2. Bukti peningkatan prestasi belajar siswa dari kegiatan pembelajaran dapat

dijabarkan pada hasil kegiatan siklus 4. Berdasarkan pada observasi yang

dilakukan pada siklus sebelumnya dan pada siklus 4 didapatkan temuan sebagai

berikut: (1) siswa sudah memahami dan siap dalam mempelajari materi yang

disampaikan oleh guru, (2) sebagian besar dari siswa, sudah berani

menyampaikan pendapat pada saat diskusi kelas berlangsung, dan (3) kegiatan

berjalan dengan baik, suasana kelas lebih hidup, sehingga dalam proses

pembelajaran terkesan menyenangkan.

3. Teknik Jigsaw salah satu komponen Contekstual Teaching and Learning

(CTL). Strategi ini dapat dilakukan pada semua mata pelajaran.

4. Strategi pembelajaran dengan menggunakan teknik Jigsaw dimungkinkan

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Jetis

IV Lamongan pada mata pelajaran IPA.

B. Saran

67
Berdasarkan kesimpulan yang tersebut, maka dapat dirumuskan

saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada guru Sekolah Dasar agar mempertimbangkan pemberian materi

pembelajaran dengan mengenalkan kepada siswa dengan menggunakan

berbagai macam strategi. Salah satunya adalah strategi pembelajaran yang

digunakan adalah teknik jigsaw.

2. Kepada guru yang mengajarkan mata pelajaran IPA, hendaknya selalu

mempunyai kreativitas dalam menggunakan strategi belajar yang diberikan

kepada siswa.

3. Penggunaan teknik jigsaw dalam pembelajaran IPA sangat menguntungkan

siswa.

4. Penggunaan teknik jigsaw pada tahap pemantapan, sangat bermanfaat untuk

meningkatkan nilai-nilai ulangan harian.

5. Sistem dan cara penilaian yang dilakukan saat ini, kurang menguntungkan

bagi pelaksanaan teknik jigsaw.

68
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, I. 1998. Kepemimpinun Kepala Sekolah dalam Mengelola Madrasah

Ibtidaiyauh dan Sekolah Dasar Berprestasi . Desertasi Tidak

Dipublikasikan. Program Pascasarjana IKIP Malang

Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Bumi

Aksara

Bafadal, I. 1994. Proses Perubahan di sekolah. Desertasi Tidak Dipublikasikan.

Program Pascasarjana IKIP Malang

69
Bogdan, R. C., & Biklen, S. K. 1982. Qualitative Research In Educution. Boston:

Allyn & Bacon

Depdikbud, (1990). Peraturan Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:

Armas Duta Jaya.

Guba, E. G., & Lincoln, Y. S. 1981. Effective Evaluation. San Fransisco: Jossey-

Bass Publishers

Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta:PT Bumi Aksara

Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Jakarta: PT Bumi Aksara

Miles, M. B., & Hubermen, A.M. 1984. Analisis Data Qualitatif. Terjemahan oleh

Tjetjep Rohendi Rohidi. Universitas Indonesia, Jakarta

Moleong, L. J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Nasution, S. 1988. Metode Penelitian Naturulistik Kualitatif. Bandung: Penerbit

Tarsito

Nurhadi, & Senduk, G., A., 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya

dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Patton, Q. M. 1980. Qualitative Evaluations Methods. London: Sage Publications

Purwanto, Ngalim, M. 1995. llmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Edisi Kedua.

Bandung : PT Remaja Rosdakarya

fuskur, 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Balitbang Depdiknas

70
Santoso, B. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi Jenjang SLTP. Interpretasi

Kegiatan Belajar Mengajar. Forum Pendidikan Dasar dan

Menengah. Vol. 4 No. 3 & 4:15-24

Sidi, Djati, I. 2001. Menuju Masyarakat Belaja. Menggagas Paradigma Baru

Pendidikan. Jakarta: Radar Jaya Offset.

Spradley, J., P. 1980. Participant Observation. New York: Holt, Rinehart and

Winston

Sukmadinata, N.S. 2001. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung :

PT Remaja Rosdakarya.

Zuriah, N. 2003. Penelitian Tindakan dalam Bidang Pendidikan dan Sosial. Edisi

Pertama. Malang: Bayu Media Publishing

71

Anda mungkin juga menyukai