Anda di halaman 1dari 8

Gambaran Tingkat Kecemasan Perawat dalam

merawat pasien dengan kondisi Intensif di rumah


sakit Jiwa Propinsi Jawa Barat

a. Latar belakang
Hasil survei kesehatan mental rumah tangga yang dilakukan pada 11

kotamadya oleh The Indonesians Psychiatric Epidemiologic network pada tahun

1995 dimana ditemukan 185 per 1000 penduduk rumah tangga dewasa yang

mengalami gangguan jiwa (Prasetyo, 2006). Ini berarti di setiap rumah tangga yang

terdiri dari 5-6 anggota keluarga terdapat satu orang yang mengalami gangguan jiwa.

Penelitian terakhir menunjukkan, 37% warga Jawa Barat mengalami gangguan jiwa,

mulai dari tingkat rendah sampai tinggi. Bahkan, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Departemen

Kesehatan (2007) menyebutkan, prevalensi warga Jabar mengalami gangguan

mental emosional tertinggi se-Indonesia dengan kisaran 20%. Artinya, satu dari lima

orang dewasa mengalami gangguan jiwa.

Keberadaan Rumah Sakit Jiwa Propinsi Jawa Barat yang terletak di jalan

Kolonel Masturi Km 7 Cisarua Kabupaten Bandung Barat terdiri dari Ruang Rawat

Jalan dan rawat inap. Ruang rawat inap juga terbagi lagi menjadi ruang Rawat Inap

Intensif dan Ruang Rawat Jiwa tenang. Peranan perawat tentu sangat signifikan

mencakup kebutuhan ADL/PH, perkembangan fisik dan psikisnya.


Tabel perbandingan perawatan pasien ruang tenang dan intensif pada

periode semester pertama januari s/d Juni 2012

No Jenis perawatan/ Ruang tenang Ruang intensif

implementasi
1 fixatie
2 Pasien dgn

infus,ngt cateter
Dari tabel tersebut di atas maka tampak sekali perbedaan perawatan Dalam

pelaksanaan pelayanan keperawatan di ruangan Intensif dan Tenang berbeda baik

dalam seting maupun perawatan, tentu hal tersebut akan sangat berpengaruh

terhadap peranan dan juga tingkat kecemasan perawat tersebut dalam menangani

pasien yang dengan kondisi intensif dan pasien yang dalam kondisi tenang. Dan

hasil dari studi pendahuluan dari 10 orang perawat yang diberi pertanyaan

bagaimana jika saudara dipindah ke ruang Intensif 6 orang menjawab merasa lebih

cemas jika dipindah ke ruang intensif.

Menurut Roy 1974 mengatakan manusia adalah mahluk yang unik karenanya

memiliki respon yang berbeda terhadap kecemasan sangat tergantung pada

kemampuan adaptasi ini dipengaruhi oleh pengalaman yang berubah dan

kemampuan koping individu. Koping adalah mekanisme mempertahankan

keseimbangan dalam menghadapi stress. Selanjutnya Roy menerangkan proses

adaptasi itu sendiri dipengaruhi oleh 2 aspek yaitu masing masing individu dan

kemampuan adaptasi ini dipengaruhi oleh pengalaman yang berubah dan

kemampuan koping individu tersebut. Faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan

nya adalah stressor (semua rangsang yang dihadapi dan memerlukan respon

adaptasi dan mediator terdiri dari stimulus internal (faktor dari dalam yang dimiliki

individu seperti keyakinan, pengalaman masa lalu, sikap dan kepribadian. Dan dari

stimulus eksternal (faktor dari luar yang berkontribusi atau melatarbelakangi dan

mempengaruhi respon adaptasi yang individu terhadap stressor yang dialami.

Di Rumah sakit jiwa Propinsi jawa barat sesuai dengan peraturan / SK


direktur tentang mutasi dan program dari Sub Bid SDM dan Bidang keperawatan

bahwa mulai satu juli 2012 terdapat mutasi perawat dan selanjutnya akan

diusahakan untuk dilakukan setiap dua tahun sekali dimana menurut kami jika

seorang perawat dlm menghadapi mutasi akan menemukan lingkungan baru dan

orang orang yang baru akan sangat dibutuhkan proses adaptasi, terutama jika

perawat tersebut dimutasikan ke ruang rawat intensifdimana penanganan pasien di

ruang rawat Jiwa Intensif sangat berbeda dengan penanganan pasien di ruang rawat

jiwa tenang.

Oleh karena hal tersebut kami tertarik untuk melakukan penelitian Gambaran

tingkat kecemasan perawat dalam melaksanakan pelayanan keperawatan pada

pasien intensif di rumah sakit jiwa propinsi jawa barat.

b. Tujuan penelitian
Tujuan umum
1. Untuk menggambarkan tingkat kecemasan perawat dalam melaksanakan

pelayanan keperawatan pada pasien intensif di Rumah sakit Jiwa propinsi

Jawa barat
Tujuan khusus
1. Untuk menggambarkan tingkat kecemasan perawat dalam melaksanakan

pelayanan keperawatan pada pasien intensif di Rumah sakit Jiwa

propinsi Jawa barat berdasarkan pendidikan


2. Untuk menggambarkan tingkat kecemasan perawat dalam melaksanakan

pelayanan keperawatan pada pasien intensif di Rumah sakit Jiwa

propinsi Jawa barat berdasarkan usia


3. Untuk mengetahui pasien dengan kondisi bagaimana yang

mempengaruhitingkat kecemasan perawat dan keterampilan apa yang

paling diperlukan perawat dalam melaksanakan pelayanan keperawatan

pada pasien intensif di Rumah sakit Jiwa propinsi Jawa barat


c. Manfaat penelitian
1. Sebagai gambaran tingkat kecemasan perawat dalam menghadapi pasien

dengan kondisi intensif


2. Sebagai gambaran keterampilan apa saja yang sangat diperlukan perawat dalam

menangani pasien dengan kondisi intensif


3. Sebagai data awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
d. Metode penelitian
Metode penelitian adalah usaha untuk menjawab suatu permasalahan membuat

suatu yang masuk akan memahami peraturan dan memprediksi keadaan dimasa

yang akan datang (nursalam,2008).


Desain penelitian yang diambil adalah deskriptif yaitu metoda penelitian yang

bertujuan untuk menggambarkan atau membuat suatu keadaan secara objektif

(notoatmojo,2003).
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep pengertian

tertentu misal usia, jenios kelamin dll (notoatmojo,2010)


Variabel yang digunakan adalah tingkat kecemasan perawat dalam melaksanakan

pelayanan keperawatan kepada pasien intensif di Rumah Sakit jiwa propinsi Jawa

Barat.
Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh perawat Rumah Sakit Jiwa

Propinsi Jawa Barat yaitu 205 orang.Sampel merupakan bagian populasi yang akan

diteliti atau sebagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007).

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakandiambil secara nonprobability

samplingdengan teknik accidental sampling .untuk menetapkan jumlah sampling

dengan menggunakan rumus :

N= N/1+ N(d2)

Keterangan :

n : besarnya sampel

N : besarnya populasi

d : taraf significancy (derajat kesalahan yang dapat ditolelir 10%) (Arikunto,2006)

n = 205/1+205(0,1)2

n = 67,2

n = di bulatkan menjadi 67 orang


Dengan demikian jumlah sampel yang akan diambil pada penelitian ini adalah 67

orang.

Tehnik Pengumpulan data yang digunakan adalah dengan pengisian

kuesioner oleh responden. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam dari laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang diketahui(Arikunto, 2006).

Adapun penentuan kategori penelitian menurut Hawari (2001) sesuai total nilai
(score) menurut HARS sebagai berikut :
1. Kurang dari 14 = Tidak Ada kecemasan
2. 14 20 = Kecemasan Ringan
3. 21 27 = Kecemasan Sedang
4. 28 41 = Kecemasan Berat
5. 42 56 = Kecemasan Berat Sekali
Pengolahan Data
Teknik analisa data ini menggunakan beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Pengeditan (editing) Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan
dilakukan dengan memeriksa kelengkapan data, memeriksa
kesinambungan data, dan keseragaman data.
2. Pengkodean (Coding) Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan
data, semua jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu dengan
simbol-simbol tertentu, untuk setiap jawaban (pengkodean). Yang
dipergunakan untuk pengkodean ini yaitu pada kalimat yang bersifat
positif
3. Pemprosesan ( processing)Penelitian melakukan proses data agar dapat
di analisis dengan cara memasukan data hasil kuesioner ke dalam kolom-
kolom yang telah disediakan terlebih dahulu dan dihitung hasilnya secara
manual.
4. Pembersihan (cleaning)Selanjutnya peneliti melakukan pembersihan data
dengan mengecek kembali data yang sudah di hitung kemudian di
masukan ke dalam komputer.
5. Tabulating Data Setelah selesai pembuatan kode selanjutnya dengan
pengolahan data kedalam satu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki yang
mana sesuai dengan tujuan penelitian.
e. Hasil penelitian
Grafik tingkat kecemasan perawat dalam menghadapi pasien intensif di rumah sakit
jiwa propinsi Jawa Barat
Tabel 1 perbandingan tingkat kecemasan perawat berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit
Jiwa Propinsi Jawa barat

tingkat kecemasan Total

ggn cemas
normal ggn ringan sedang ggn cemas berat

jenis kelamin laki-laki 10 4 1 2 17

perempuan 17 16 6 11 50

Total 27 20 7 13 67

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa perawat dengan jenis kelamin
perempuan tingkat kecemasannya lebih tinggi dari perawat yang berjenis kelamin
laki laki
Tabel 2 kecemasan perawat meningkat ketika dihadapkan pada klien intensif dengan
diagnosa perawatan.

jenis pasien

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid pk 31 46.3 46.3 46.3

rbd 31 46.3 46.3 92.5

waham 5 7.5 7.5 100.0

Total 67 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata rata kecemasan perawat akan
bertambah ketika menghadapi pasien dengan diagnosa keperawatan prilaku
kekerasan dan resiko bunuh diri masing masing sebanyak 46,3 %.

Tabel 3. Jenis keterampilan yang dibutuhkan oleh perawat dalam menghadapi


pasien intensif

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid PPGD 40 59.7 59.7 59.7

PICU 23 34.3 34.3 94.0

K3 4 6.0 6.0 100.0

Total 67 100.0 100.0


Berdasarkan tabel diatas ternyata kebanyakan keterampilan yang dipilih perawat
dalam menghadapi pasien intensif adalah PPGD yaitu sebanyak 59,7 %

f. Kesimpulan
Dari hasil penelitian diatas dapat kami sian besar perawat disimpulkan bahwa
sebagian besar perawat yang bertugas di Rumah sakit Jiwa Propinsi Jawa barat
mengalami kecemasan ketika berhadapan dengan pasien dengan kondisi intensif
yaitu sebanyak 60% dengan tingkat kecemasan yang berbeda beda. Dan
kecemasan terhadap perawat tersebut meningkat ketika dihadapkan dengan klien
dengan diagnosa Prilaku Kekerasan, Resti Bunuh Diri dan ADL total care sedangkan
keterampilan yang paling diperlukan adalah PPGD dan PICU.
g. Saran
Melihat dari hasil penelitian ada beberapa saran yang berusaha kami
mengajukan kepada Rumah Sakit Dalam hal ini untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan sehingga tingkat kecemasan pada perawat dalam menghadapi
pasien intensif berkurang yaitu dengan lebih ditingkatkan lagi pelatihan pelatihan
yang berhubungan dengan kegawatdarudatan baik fisik maupun psikiatri.

Anda mungkin juga menyukai