Standar Kompetensi
Pendidikan Kedokteran Dasar Indonesia
(KIPDI III)
Pedoman Nasional
Penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Untuk Fakultas Kedokteran/Program Studi Kedokteran Dasar
di Indonesia
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 1 09/02/2017 1
2
Daftar Isi:
KATA PENGANTAR..........................................................................................................4
BAB I...................................................................................................................................7
PENDAHULUAN..............................................................................................................7
Tujuan Pendidikan Dokter di Indonesia..........................................................................9
Kompetensi Utama dan Pendukung...............................................................................10
BAB II...............................................................................................................................15
KOMPETENSI................................................................................................................15
1. Area kompetensi (Area of competence) 1..........................................................15
2. Area Kompetensi (Area of competence) - 2..........................................................17
3. Area Kompetensi (Area of competence) - 3..........................................................20
4. Area Kompetensi (Area of competence) - 4..........................................................22
5. Area Kompetensi (Area of competence) - 5..........................................................24
6. Area Kompetensi (Area of competence) - 6..........................................................26
7. Area Kompetensi (Area of competence) - 7..........................................................28
BAB III.............................................................................................................................30
A. Dasar Pengetahuan (Knowledge base)...................................................................30
1. Basic biology of cells.............................................................................................30
2. Health of the family...............................................................................................31
3. Community............................................................................................................34
4. Lingkup ilmu kedokteran (medical encounters)....................................................35
5. Coordinating functions of family doctors..............................................................41
6. Knowledge base for area of competence 5:...........................................................41
7. Knowledge base for area of competence 6............................................................42
8. Knowledge base for area of competence 7............................................................42
9. Effective communication.......................................................................................44
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 2 09/02/2017 2
3
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku Standar Kompetensi sebagai pedoman
untuk menyusun kurikulum Fakultas Kedokteran/Program Pendidikan Kedokteran Dasar (KIPPDI III, KBK)
telah dapat disempurnakan. Proses penyempurnaannya dilakukan dengan melakukan revisi buku yang
sebelumnya yang telah disepakati bersama oleh para Dekan FK/PSKD di Denpasar bulan Desember 2004.
Revisi ini telah menampung masukan dari banyak pihak antara lain: konsultan Bank Dunia dan tim KBK-
HWS serta sejumlah Dekan Fakultas Kedokteran/Program Studi Kedokteran Dasar. Revisi ini dirasakan
perlu untuk mengakomodasi keluhan sebagian FK yang kesulitan menjabarkannya menjadi kurikulum
FK/PSKD karena berbagi alasan. Penyempurnaan ini sama sekali tidak mengubah tujuan utamanya yaitu
memfasilitasi pendidikan kedokteran dasar yang menghasilkan tenaga dokter yang bermutu tinggi sebagai
dokter layanan primer yang tanggap akan dan segera dapat menyesuaikan diri dengan perubahan ilmu dan
teknologi kedokteran yang demikian cepat berkembang belakangan ini.
Agar dapat mencetak dokter yang benar-benar bermutu tinggi dan siap terjun bekerja di masyarakat secara
mandiri diperlukan pentahapan atau penjejangan dalam pendidikannya. Untuk itu pendidikan kedokteran
dasar dibagi dalam dua tahap yaitu:
1. Tahap pendidikan kedokteran dasar yang berujung dengan gelar dokter
2. Tahap internship atau latihan kerja dalam rangka pemahiran kompetensi yang telah dicapai
sebagai dokter baru untuk mendapatkan sertifikat kompetensi dan melakukan praktik mandiri.
Tahap pendidikan kedokteran dasar sebagai pendidikan universitas lebih diarahkan untuk melatih
kemampuan berpikir, daya analisis, dan berpikir kritis dengan menggunakan kurikulum berbasis
kompetensi. Hasil yang diharapkan adalah dokter layanan primer yang mampu menerapkan pendekatan
kedokteran keluarga dengan ilmu kedokteran dan keterampilan dasar yang handal.
KIPDI III yang berisi kompetensi utama profesi dokter ini berlaku secara nasional dan telah disepakati
bersama pada pertemuan Dekan Fakultas Kedokteran dan Ketua Program Studi Kedokteran Dasar dan
Ketua P2KF (MEU) se-Indonesia pada bulan Desember 2004 untuk dilaksanakan mulai tahun 2005.
Sekalipun sebagian institusi pendidikan kedokteran dasar telah mulai melaksanakannya tetap dirasakan
perlu untuk segera merevisinya untuk mempermudah upaya penjabarannya menjadi kurikulum FK/PSKD.
Selanjutnya setiap instutusi pendidikan kedokteran dasar diharapkan lebih mudah menyusun kurikulumnya
masing-masingf yang mencakup:
1. Kurikulum fakultas/ptogram studi untuk mencapai komptensi utama (standar minimal, berupa
tujuh area kompetensi) yang disyaratkan oleh KIPDI III ini dan
2. Kurikulum fakultas/program studi untuk mencapai kompetensi pendukung (menjabarkan muatan
lokal) yang mengacu pada kondisi wilayah, renstra universitas dan atau fakultas/program studi
untuk ditambahkan atau diintegrasikan dengan butir 1 oleh masing-masing fakultas/program studi.
Dengan selesainya revisi kurikulum inti (KBK) ini saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tim penyusun KBK yang tersusun dan ke-3 pengandil (stakeholder) utama pendidikan dokter dan
yang telah menyusun buku ini dalam waktu yang relatif singkat.
2. Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI), Departemen Kesehatan dan
Perhimpunan Profesi, yang telah memberikan asupan bagi penyusunan KBK ini.
3. Wakil dari Konsil Kedokteran Indonesia
4. Ketua KDI
5. Ketua IRSPI
6. Unsur PUSRENGUN DEPKES RI
7. Ketua BAN PT
8. Ketua AIPKI
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 3 09/02/2017 3
4
Untuk kita ketahui bersama, KIPDI III yang awalnya berarti Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia
sekarang kepanjangannya adalah Standar Kompetensi Pendidikan Dokter Indonesia. Kata Kurikulum
diganti dengan Standar Kompetensi karena kurikulum dianggap berarti perangkat rancanangan proses
pendidkan yang langsunjg dapat dilaksanakan, sementara KIPDI III hanya berisi Kompetensi utama dan
jabarannya secara garis besar yaitu: Kompetensi inti, Komponen kompetensi, dan Sasasaran penunjang,
serta garis besar lingkup bahasannya. Namun demikian karena mempunyai nilai sejarah perkembangan
kurikulum pendidikan kedokteran di Indonesia maka nama KIPDI tetap dipertahankan sebagai nama dan
bukan lagi singkatan.
Dokumen yang berlaku umum secara nasional ini bukan dimaksudkan untuk langsung diterapkan di suatu
program studi. Kompetensi utama berserta jabarannya adalah pedoman yang harus diikuti karena menjadi
bagian (80%) kurikulum FK/PSKD; sedangkan yang 20% lainya merupakan muatan lokal yang berisi
kompetensi pendukung. Kurikulum fakultas adalah kurikulum yang langsung dapat diterapkan di
fakultas/program studi dan disusun oleh fakultas/program studi bersangkutan. Warna atau kompetensi
penunang yang 20% dapat ditambahkan atau diintegrasikan oleh setiap fakultas/program studi sesuai
dengan tujuan pendidikanya masing-masing
Tentu saja KBK ini bersifat dinamis sehingga tetap terbuka untuk penyempurnaan dan perubahan kapan
pun atau paling lama setelah berjalan 10 tahun.
Semoga pedoman ini dapat segera dijabarkan ke kurikulum fakultas/program studi kedokteran dasar,
sehingga tercapai kesetaraan pendidikan dokter di dalam negeri dan dengan berbagai negara lain.
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 4 09/02/2017 4
5
BAB I
PENDAHULUAN
KIPDI III telah disepakati dan telah mulai diterapkan di sejumlah institusi pendidikan
kedokteran dasar. Nama itu (KIPDI III) sebenarnya lebih merupakan cerminan
riwayat/sejarah KIPDI yang akan memberikan kesan sebagai kelanjutan dan
revisi/perbaikan pada KIPDI II yang merupakan pengembangan atau berasal dari KIPDI
I. Sejarah tealh mencatat bahwa KIPDI I yang berlaku 1984 1995, dan KIPDI II yang
berlaku pada periode 1995 2006, merupakan rumusan kurikulum pendidikan dokter di
Indonesia dengan rumusan tujuan pendidikan yang rinci dan handal pada masa
berlakunya. Karena keduanya merupakan awal sejarah KIPDI III, maka nama KIPDI
tetap digunakan sekalipun isinya sekarang ini berupa Standar Kompetensi dan bukan
merupakan kurikulum dalam pengertian yang lengkap. Selain itu, nama KIPDI tetap
digunakan untuk mengenang esensi sifat ke-inti-an dan nasionalnya, yang harus
diterapkan di semua FK/PSKD, dan untuk KIPDI III kedua sifat itu tetap berlaku.
Standar Kompetensi yang merupakan kompetensi utama ini harus diterapkan di semua
Fakultas Kedokteran dan di semua Program Studi Kedokteran Dasar (FK/PSKD) di
Indonesia.
Revisi ini dilakukan karena menyadari akan kesulitan itu dan dengan maksud
menyamakan penafsiran, mempermudah penjabaran sambil menyempurnakanya tanpa
mengubahnya secara keseluruhan. Secara singkat, revisi ini bertujuan mempermudah
penjabarannya menjadi kurikulum fakultas/program studi dan sama sekali tidak
mengubah tujuan pendidikan atau standar kompetensi yang harus dicapai.
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 5 09/02/2017 5
6
itu standar kompetensi profesi dokter Indonesia harus disesuaikan dengan mengacu
kepada SK Menteri Kesehatan tersebut.
Bersyukurlah bahwa lokakarya ini telah berhasil menjaring masukan yang berguna untuk
menyusun revisi KIPDI III sehingga diharapkan akan lebih mudah dijabarkan ke dalam
kurikulum fakultas atau program studi kedokteran dasar.
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 6 09/02/2017 6
7
Mengapa kompetensi dokter difokuskan pada pendekatan kedokteran keluarga? Hal ini
disesuaikan dengan mengacu pada hasil WHO WONCA (Organisasi Dokter
Keluarga Sedunia) joint conference, di Ontario, Canada, 6-8 Nopember 1994, yang
merekomendasikan penyelarasan program pendidikan kedokteran dasar untuk
menanggapi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu, dengan
memasukkan pendekatan kedokteran keluarga ke dalam kurikulumnya. Di samping itu,
Departemen Kesehatan dan Kolegium Dokter Indonesia serta Kolegium Ilmu Kedokteran
Keluarga Indonesia juga mengemukakan bahwa pelayanan kesehatan primer di Indonesia
haruslah merupakan pelayanan kesehatan yang menerapkan pendekatan kedokteran
keluarga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan primer bermutu tinggi
yang komprehensif, holistik, bersinambung, manusiawi, merata, serta terjangkau. Hal itu
dapat berjalan jika prinsip-prinsip kedokteran keluarga diterapkan di semua tingkat
pelayanan kesehatan.
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 7 09/02/2017 7
8
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 8 09/02/2017 8
9
Kompetensi utama dan jabarannya hanya mencakup 80% dari kurikulum di masing-
masing FK/PSKD. Selebihnya yang 20% harus diisi dengan jabaran kompetensi
pendukung, yang menjadi tanggung jawab setiap FK/PSKD untuk mengisinya
dengan berbagai hal yang akan/harus dilakukan untuk melengkapi kurikulum FK/PSKD
sesuai dengan visi dan misi universitas dan kebutuhan masyarakat setempat. Beberapa
FK/PSKD mungkin akan memasukkan hal-hal yang berhubungan daerah tempat fakultas
tersebut berada, sementara FK/PSKD lain mungkin akan memberi kesempatan kepada
mahasiswanya untuk mencari hal-hal yang lebih mendalam dalam ilmu-ilmu khusus yang
telah dipelajarinya dan dianggap sangat menarik. Akan sangat baik untuk memasukkan ke
dalam kurikulum sesuatu yang dapat mengembangkan wawasan, membantu mahasiswa
untuk membangkitkan ataupun meningkatkan apresiasi dan pengertian tentang ilmu-ilmu
yang biasanya tidak termasuk dalam kurikulum inti. Tambahan tersebut dapat pula
sebagai dasar untuk pengembangan karier. Setiap FK/PSKD harus mempertimbangkan
visi dan misi universitas sebagai suprasistemnya. Proposal untuk materi yang bersifat
lokal dan materi pilihan mahasiswa harus mendapat persetujuan dari unsur terkait di
fakultas atau program studi terlebih dahulu.
Standar dan kualitas merupakan bagian integral dari kurikulum fakultas serta mempunyai
dampak dalam kompetensi utama serta sasaran belajar turunannya, kegiatan belajar-
mengajar, dan evaluasi mahasiswa. Hal ini juga berdampak dalam evaluasi proses
ataupun evaluasi program. Untuk menjaga kualitas ini maka akan segera dibentuk suatu
sistem nasional tentang Penjaminan Mutu Quality Assurance dalam pendidikan
kedokteran.
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 9 09/02/2017 9
10
nasional akan dikembangkan untuk melakukan penilaian lima tahunan FK/PSKD yang
menjadi tanggung jawabnya. Tilikan internal dan eksternal itu akan menilai semua hal
yang berhubungan dengan aspek standar dan kualitas, yang mencakup sumber daya
manusia dan sarana penunjang fisik, serta standar akademik.
Ketujuh area kompetensi itu sebenarnya adalah kemampuan dasar seorang dokter
yang menurut WFME (World Federation for Medical Education) disebut basic medical
doctor. Untuk menjamin pencapaian ketujuh area kompetesi itu diperlukan proses
pembelajaran (untuk menguasai dasar ilmunya) dan pelatihan keterampilan (untuk
menguasai keterampilan klinik dasar) dan diakhiri dengan kepaniteraan (untuk mencapai
kompetensi dasar sebagai dokter layanan primer yang mampu menerapkan pendekatan
kedokteran keluarga). Proses ini disebut tahap I pendidikan dokter. Dalam tahap ini selain
dibimbing untuk menguasai ilmu dasar, keterampilan medis dasar, kemampuan
menghadapi kasus klinis, dirasukkan pula kesadaran akan etika, hukum, perilaku dan
sikap yang relevan dalam menjalankan profesi dokter. Selanjutnya diperlukan program
internsip untuk pemahiran kemampuan yang telah dikuasai padat tahap I. Agar lebih
menjamin kemampuan dan kemahiran tadi, maka kepaniteraan harus dilakukan di rumah
sakit pendidikan yang terakreditasi dan internsip sebaiknya diselenggarakan di tempat
layanan primer yang terakreditasi yang menerapkan pendekatan dokter keluarga yang
memberikan:
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 10 09/02/2017 10
11
Jika diperhatikan dengan saksama, penguasaan ketujuh arena kompetensi tadi akan
menjamin kemampuan dokter menerapkan pendekatan kedokteran keluarga. Dengan
kata lain, penguasaan ketujuh area kompetensi yang merupakan kemampuan dasar
seorang dokter, merupakan prasyarat yang menjamin bahwa dokter tersebut akan mampu
menerapkan pendekatan kedokteran keluarga secara utuh dalam praktiknya nanti.
Perlu ditekankan di sini bahwa penerapan prinsip kedokteran keluarga bukan hanya
menjadi tanggung jawab Dokter dan atau Dokter Keluarga saja melainkan juga
menjadi tanggung jawab setiap dokter di semua tingkat layanan yaitu primer, sekunder,
dan tersier. Yang membedakannya adalah: Dokter yang nantinya dapat menjadi
Dokter Keluarga bertanggung jawab untuk menerapkan pendekatan kedokteran
keluarga di layanan primer sedangkan dokter spesialis di layanan sekunder dan
tersier dalam Sistem Kesehatan Nasional. Jika seorang dokter telah melaksanakan
seluruh prinsip kedokteran keluarga sesuai dengan batas kewenangannya baik di tingkat
primer sekunder ataupun tersier maka dokter tersebut mencapai predikat the five stars
doctor yang merupakan taraf kinerja tertingi sorang dokter yang mengharuskan dokter
menjadi:
1. Penyelenggara pelayanan (Care provider)
2. Pembuat keputusan (Decision maker)
3. Komunikator (Communicator)
4. Panutan masyarakat (Community leader)
5. Manajer (Manager)
Jadi, predikat the five stars doctor dapat melekat pada semua dokter dari semua strata
karena predikat ini sebenarnya adalah ukuran kinerja seorang dokter di tempat praktiknya
masing-masing.
Pada halaman berikut setiap area kompetensi akan dijabarkan menjadi kompetensi inti
(core competency), komponen kompetensi (competency components), dan sasaran
penunjang (enabling outcomes). Dalam penjabaran lebih lanjut di setiap FK/PSKD,
faktor bio-psiko-sosio-budaya Indonesia serta setempat harus selalu diperhatikan.
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 11 09/02/2017 11
12
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 12 09/02/2017 12
13
BAB II
KOMPETENSI
Gambaran Umum
Pendekatan kedokteran keluarga menghendaki layanan yang komprehensif, kontinu,
koordinatif, kolaboratif, dan selalu mempertimbangkan bahwa individu yang dihadapi
merupakan bagian integral dari keluarga, komunitas, masyarakat, dan lingkungan.
Semua itu harus dikomunikasikan secara baik dengan berbagai pihak agar dapat
dicapai kerjasama yang dinamis guna memperoleh hasil sesuai dengan yang
diinginkan bersama. Oleh karena itu diperlukan kemampuan berkomunikasi secara
efektif dengan berbagai pihak yaitu dengan pasien, keluarganya, komunitasnya,
masyarakat lingkungannya, dan dengan para sejawatnya sesama dokter baik di tingkat
primer, sekunder, maupun tersier. Komunikasi efektif yang dimaksud itu meliputi
komunikasi verbal dan non-verbal yang bersifat instruktif, koordinatif, persuasif, baik
yang bersifat ilmiah maupun personal. Komunikasi yang efektif itulah yang akan
menjamin hubungan profesional mutualistis dokter-pasien dan antar-naramedik
(medical professionals) yang menempatkan pasien sebagai subyek dan bukan obyek.
Dengan demikian dokter akan mampu memanfaatkan potensi keluarga untuk mencapai
tujuan terapi dan mengenali, mengendalikan, atau mengeliminasi faktor keluarga yang
menganggu proses pengobatan. Keterampilan ini harus dilatihkan berulang-ulang
sepanjang proses pendidikan, dimulai dengan cara simulatif sampai akhirnya
berkomunikasi langsung dengan pasien dan keluarganya, sesama peserta didik,
instruktur, penyelia, dan masyarakat umum.
Kompetensi Inti
Menggunakan keterampilan komunikasi yang baik dengan tetap memperhatikan
faktor sosial-budaya dan norma-norma setempat (verbal tertulis dan oral -, non-
verbal, dan mendengar dengan konsentrasi) yang dikembangkan berdasarkan
paradigma komunikasi ilmiah untuk membantu pengelolaan pasien serta kerja sama
yang produktif dengan pasien, keluarganya, masyarakat, sejawat dan profesi terkait.
Komponen Kompetensi
1. Menerapkan prinsip-prinsip komunikasi (berdasarkan paradigma yang berlaku)
dengan tetap memperhatikan faktor sosial-budaya dan norma-norma setempat untuk
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 13 09/02/2017 13
14
Sasaran Penunjang
1. Menerapkan prinsip-prinsip komunikasi (berdasarkan paradigma yang berlaku)
dengan tetap memperhatikan faktor sosial-budaya dan norma-norma setempat
untuk menetapkan dan mempertahankan pengobatan lengkap dan hubungan
dokter pasien yang etis.
2. Menerapkan prinsip kerahasiaan, otonomi pasien, reaksi positif dan aspek
pengobatan dalam hubungan pasien-dokter dalam hal:
1. Anamnesis
2. Konseling
3. Penjelasan berbagai prosedur
4. Negosiasi pembuatan keputusan dengan keluarga
5. Pendidikan pasien
3. Menggunakan prinsip komunikasi (berdasarkan paradigma yang berlaku) untuk
mendapatkan dan memberikan dan bertukar informasi.
4. Menggunakan komunikasi verbal dan non verbal secara efektif dengan tetap
memperhatikan faktor sosial-budaya dan norma-norma setempat dalam bekerja
sama baik dengan individu maupun dengan kelompok, untuk melakukan:
1. komunikasi tertulis untuk tugas kedokteran
2. kerja sama kelompok
3. pertemuan klinik
4. presentasi oral
5. pendidikan keluarga ataupun masyarakat
6. komunikasi dengan profesi lain.
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 14 09/02/2017 14
15
Kompetensi Inti
Dengan tetap memperhatikan faktor sosial-budaya dan norma-norma setempat
seorang calon dokter dilatih untuk:
1. Memperoleh dan mencatat riwayat penyakit secara lengkap dan kontekstual serta
melakukan pemeriksaan secara komprehensif pada berbagai keadaan.
2. Memilih, melakukan secara lege artis dan menafsirkan hasil berbagai prosedur
klinik dan laboratorium
Komponen Kompetensi
1. Mendapatkan dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentang pasien.
2. Melakukan pemeriksaan fisik umum.
3. Melakukan pemeriksaan fisik sesuai masalah pasien.
4. Melakukan prosedur klinik rutin.
5. Melakukan prosedur laboratorium dan diagnostik rutin.
6. Melakukan prosedur kedaruratan/penting klinik.
7. Menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik yang
relevan.
8. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan
prosedur yang sesuai.
9. Menjelaskan kepada pasien hal-hal yang berkaitan dengan berbagai prosedur klinik.
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 15 09/02/2017 15
16
Sasaran Penunjang
1. Mendapatkan dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentang pasien,
yang didapat melalui:
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 16 09/02/2017 16
17
1. Punksi vena, termasuk untuk biakan darah dan memulai prosedur tindak
medis intravena.
2. Punksi arteri (untuk analisis gas darah).
3. Resusitasi kardio-pulmoner
4. Kontrol/pemeriksaan perdarahan masif.
5. Menginsersikan pipa nasogastrik.
6. Bekerja dengan prinsip sterilitas
7. Melakukan upaya umum dengan hati-hati dan kewaspadaan (universal
precaution).
8. Membuat sediaan Pap Smear sampai tahap fiksasi dan pengiriman.
9. Menjahit kulit dan jaringan subkutan.
10. Menyuntik: intradermal, subkutan, intramuskular, dan intravena.
11. Memasang/memasukkan kateter Folley
12. BCLS dan ACLS lengkap
13. Pertolongan persalinan (partus) normal.
14. Insisi and drainase pada kelainan superfisial kulit.
15. Perawatan dasar pada luka.
16. Membuat sediaan apus tenggorok sampai tahap fiksasi
17. Sirkumisisi (sunat)
18. Extirpasi tumor jinak kulit dan jaringan subkutan
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 17 09/02/2017 17
18
Gambaran umum
Pendekatan kedokteran keluarga juga memerlukan dasar keilmuan yang mapan
bukan sekedar superfisial yang menjadi dasar proses komunikasi ilmiah yang
memadai untuk disampaikan kepada pasien, keluarga, dan masyarakatnya serta
para sejawatnya. Setiap tindak medis yang akan dilakukan harus mempunyai
landasan keilmuan yang sahih dan cara yang bijaksana. Dalam proses
memperoleh ilmu itu para mahasiswa harus dilatih untuk belajar mandiri mencari
informasi ilmu yang diperlukannya kelak. Dengan demikian, belajar sepanjang
hayat akan dapat menjadi bagian dari perilaku dokter. Dasar ilmu yang luas dan
dalam akan menunjang kemampuan dokter untuk menyelenggarakan layanan
yang komprehensif dan holistik yang dapat diaudit dan akuntabel. Dengan kata
lain, pendekatan kedokteran keluarga yang menghendaki layanan yang
komprehensif dan holistik dalam etos kerja yang tinggi hanya dapat terwujud jika
dilandasi ilmu yang mapan. Keterampilan ini harus dilatihkan sepanjang
pendidikan dimulai dengan pembahasan pasien simulatif sampai pembahasan
masalah kesehatan yang sebenarnya di klinik.
Kompetensi inti
1. Menjelaskan masalah kedokteran dan kesehatan berdasarkan pengertian ilmu
biomedik, klinik, perilaku, dan komunitas terkini
2. Menyusun rencana intervensi berdasarkan pemahaman ilmiah
3. Menerapkan prinsip kedokteran berbasis bukti dalam praktik kedokteran
Komponen Kompetensi
1. Menjelaskan masalah kesehatan dan potensi ancamannya, dengan tetap
mempertimbangkan faktor sosial-budaya dan norma-norma setempat
2. Menjelaskan konsep proses patofisiologi masalah kesehatan
3. Menyusun dan menjelaskan rencana pengobatan
4. Menentukan efektivitas suatu tindakan
5. Menjelaskan dasar pemikiran patofisiologi tindakan pengobatan dan kemungkinan
hasilnya pada pasien, keluarganya, serta teman sejawat
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 18 09/02/2017 18
19
Sasaran Penunjang
1. Menjelaskan masalah kesehatan dan potensi ancamannya:
1. Menentukan dasar ilmiah yang relevan yang berhubungan dengan pengertian
patofisiologi suatu masalah kesehatan
2. Menentukan masalah klinik yang timbul dalam pembelajaran berdasar kasus
(case-based learning) yang berhubungan dengan suatu masalah kesehatan
3. Mencari informasi untuk menjawab masalah klinik yang timbul pada suatu
kasus
4. Menilai kualitas informasi yang didapat dari kepustakaan atau konsultasi
dalam konteks kedokteran berbasis bukti (evidence based medicine)
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 19 09/02/2017 19
20
Gambaran Umum
Peran dan pengaruh keluarga sangat besar terhadap proses pengendalian dan
penyembuhan penyakit. Pendekatan kedokteran keluarga dalam penanganan masalah
kesehatan sangat memerlukan peran keluarga dan oleh karena itu selalu
memperhitungkan pengaruh keluarga, komunitas, masyarakat dan lingkungannya.
Tidak jarang masalah kesehatan individu menjadi masalah kesehatan keluarga,
komunitas, masyarakat, dan lingkungannya dan sebaliknya. Apalagi di Indonesia
pengaruh sosial budaya dan agama serta norma-nroma setempat sangat dominan dan
harus selalu dipertimbangkan. Oleh karena itu area kompetensi ini menjadi sangat
penting untuk dikuasai oleh setiap dokter. Dengan penguasaan kompetensi ini
wawasan dokter menjadi lebih luas sehinga pendekatan komprehensif dan holistik
dapat dilaksanakan lebih sempurna. Sekalipun keterampilan ini tampaknya lebih
bersifat keterampilan klinis, sejak dini mahasiwa haurs sudah diperkenalkan
walaupun hanya dalam bentuk simulatif. Dalam pelaksanaannya penguasaan
kompetensi ini dapat diperoleh melalui pengalaman bekerja di lapangan baik di klinik
layanan primer maupun di masyarakat secara langsung. Pengalaman di klinik layanan
primer yang menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga dan pengalaman belajar
lapangan dengan skenario yang cermat akan sangat bermanfaat untuk melatih
keterampilan ini.
Kompetensi Inti
1. Membuat diagnosis, mengelola, dan mencegah masalah individu yang umum
dalam konteks hubungan dengan keluarga dan masyarakat secara komprehensif,
holistik, bersinambung dalam kerjasama yang harmonis dengan semua pihak
termasuk individu dan keluarga serta masyarakatnya
2. Mengelola masalah kesehatan individu menggunakan keterampilan penalaran
klinis (clinical reasoning) untuk menjamin hasil maksimal
Komponen Kompetensi
3. Mendiagnosis dan mengelola masalah kesehatan individu yang umum
4. Mengintegrasikan tindakan preventif untuk mengasilkan pelayanan kesehatan
yang komprehensif
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 20 09/02/2017 20
21
Sasaran Penunjang
1. Mendiagnosis masalah kesehatan individu yang umum :
1. Menilai data hasil pemeriksaan dasar (anamnesis, pemeriksaan fisik,
laboratorium) secara benar.
2. Berdasarkan data yang diperoleh, menyusun diagnosis banding yang sesuai serta
urutan masalah.
3. Berdasarkan diagnosis banding, urutan masalah dan berdasarkan diskusi dengan
pasien, memilih, melaksanakan, dan menilai hasil pemeriksaan penunjang.
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 21 09/02/2017 21
22
Gambaran Umum
Area kompetensi ini sangat penting dikuasai oleh setiap dokter yang diharapkan akan
menerapkan pendekatan kedokteran keluarga. Kompetensi inilah yang menjadikan
dokter cakap, yakin, dan bijaksana dalam mengambil sikap dalam menentukan
langkah demi kepentigan pasien dan keluarganya. Banyak informasi dan teknologi
kedokteran mutakhir yang tersedia dan dokter harus mampu memilih yang paling
sesuai dan rasional sebagai dasar tindak medis yang akan dilakukan. Selain itu
kemampuan ini akan memicu minat dan memacu bakat serta kehendak untuk meneliti
dan mengembangkan ilmu serta keterampilan masing-masing. Area ini sangat penting
untuk menunjang pelaksanaan layanan yang komprehensif yang dapat diaudit dan
dapat dipertangungjawabkan secara ilmiah. Keterampilan ini tidak mungkin dicapai
dengan kuliah melainkan harus dengan praktik langsung mencari, menilai, mengelola,
dan memanfaatkan informasi dalam proses belajar mandiri di bawah seliaan
pembimbing akademik
Kompetensi Inti
Mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemampu-terapan
informasi untuk menjelaskan dan memecahkan masalah, atau mengambil keputusan
dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat primer
Komponen Kompetensi
1. Mencari, mengumpulkan, menyusun, dan menafsirkan informasi kesehatan dan
biomedik dari berbagai sumber
2. Mendapatkan informasi yang spesifik untuk pasien dari sistem data klinik atau
biomedik
3. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu penegakan
diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan dan promosi kesehatan, serta
penjagaan, dan pemantauan status kesehatan pasien
4. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi
5. Menyimpan rekam medik hasil praktiknya untuk analisis dan perbaikan di kemudian
hari
Sasaran Penunjang
1. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara profesional
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 22 09/02/2017 22
23
2. Menggunakan data dan bukti pengkajian ilmiah untuk menilai relevansi dan
validitasnya
3. Menerapkan riset dan metoda statistik untuk menilai kesahihan.
4. Menerapkan ketrampilan dasar pengelolaan informasi untuk menghimpun data
relevan menjadi arsip pribadi
5. Menerapkan keterampilan dasar menafsirkan data untuk melakukan validasi
informasi ilmiah secara sistematik.
6. Menggunakan keterampilan merangkum dan cara menyimpan status untuk
pemeliharaan dan peningkatan arsip individu secara terus menerus
7. Menerapkan prinsip teori teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu
penggunaannya, dengan memperhatikan secara khusus potensinya untuk
berkembang dan keterbatasannya
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 23 09/02/2017 23
24
Gambaran Umum
Kompetensi inilah yang memfasilitasi peningkatan kemampuan dokter yang harus
selalu menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan ilmu dan teknologi
kedokteran serta tuntutan masyarakat yang terus meningkat. Area kompetensi ini
sangat penting dikuasai oleh setiap dokter yang diharapkan akan menerapkan
pendekatan kedokteran keluarga karena layanannya yang bersinambung
mengharuskannya mampu menyediakan informasi mutakhir yang akurat. Lebih-lebih
semua informasi pada masa sekarang ini dapat diakses oleh semua orang termasuk
para pasien. Dengan demikian setiap pertanyaan yang muncul dari pasien dan
keluarganya selalu dapat dijawab dengan tepat dan akurat. Muaranya adalah
peningkatan kepercayaan pasien kepada dokternya. Namun demikian dokter selalu
dapat mawas diri sehingga tidak akan menjawab tanpa data ilmiah yang mapan.
Pengalaman belajar, berlatih, dan berdiskusi sepanjang proses belajar akan sangat
membantu pencapaian kompetensi ini.
Kompetensi Inti
1. Melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan
keterbatasannya
2. Menghadapi dan mengatasi masalah emosional, personal dan masalah yang
berkaitan dengan kesehatan dirinya yang dapat mempengaruhi kesehatan,
kesejahteraan atau kemampuan profesinya
3. Merasa terpanggil untuk belajar sepanjang hayat, merencanakan, menerapkan dan
memantau perkembangan profesi secara bersinambung
Komponen Kompetensi
1. Melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kekurangan
kekuatan/kelebihan, kelemahan, keterbatasan, dan kerapuhan pribadi
2. Menghargai nilai pribadi dan prioritas, agar dapat mempertahankan dan
mengembangkan keseimbangan yang tepat antara komitmen pribadi dan profesinya.
3. Mencari bantuan dan nasihat bila perlu dalam mengatasi masalah dan pengembangan
pribadinya secara tepat
4. Mengenali pengaruh dirinya terhadap orang lain dalam hubungan profesional
5. Melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan
keterbatasannya
6. Mengatasi masalah emosional, personal dan masalah yang berkaitan dengan
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 24 09/02/2017 24
25
Sasaran Penunjang
1. Menyadari kemampuan dan keterbatasan diri berkaitan dengan praktik kedokterannya
2. Mengenali dan mengatasi masalah emosional, personal dan masalah yang berkaitan
kesehatan - yang dapat mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan atau kemampuan
profesinya
3. Menyesuaikan diri dengan tekanan yang dialami selama pendidikan dan praktik
kedokteran
4. Menyadari peran hubungan interpersonal dalam lingkungan profesi dan pribadi
5. Mendengarkan secara akurat dan bereaksi sewajarnya atas kritik yang membangun
dari pasien, sejawat, instruktur, dan penyelia (supervisor)
6. Mengelola umpan balik hasil kerja sebagai bagian dari pelatihan dan praktik
7. Mengenali nilai dan keyakinan diri yang sesuai dengan praktik kedokterannya
8. Menerapkan ilmu/pengetahuan secara efektif
9. Memperlihatkan kemampuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah
ilmiah kedokteran
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 25 09/02/2017 25
26
Kompetensi Inti
Menjunjung tinggi profesionalisme, nilai moral yang universal maupun yang khas
bangsa Indonesia dan etika dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan
kesehatan, dan kesediaan untuk menghargai nilai yang diyakini pasien yang
berkaitan dengan masalah kesehatannya.
Komponen Kompetensi
1. Memahami konsep dasar etika dan menerapkannya dalam pertimbangan moral dan
dalam konteks pelayanan kedokteran dan kesehatan
2. Mengidentifikasi alternatif pada kasus etik yang sulit
3. Menganalisis secara sistematis hal-hal/pertimbangan yang bertentangan dan yang
mendukung untuk menyusun berbagai alternatif yang berbeda
4. Memformulasi, mempertahankan, dan melaksanakan secara efektif suatu tindakan
dengan memperhitungkan kompleksitas masalah etik yang antara lain merupakan
sistem/tata nilai pasien
Sasaran Penunjang
1. Mengenali dimensi etik kedokteran dalam mengobati/memperlakukan individu pasien
sebagai individu dalam lingkup sosio-budayanya,
2. Mengidentifikasi pertimbangan yang saling bertentangan dalam pilihan etik tertentu
(Identify the conflicting considerations in a particular ethical choice).
3. Menentukan, menyatakan dan menganalisis segi etika dalam kebijakan kesehatan
(Determine, articulate, and analyze the ethical issues in health policy).
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 26 09/02/2017 26
27
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 27 09/02/2017 27
28
BAB III
All the above (items 1-5) must be applied as appropriate to the following organ systems:
1. Cardiovascular
2. Endocrine
3. Gastrointestinal
4. Hematologic & immunologic
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 28 09/02/2017 28
29
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 29 09/02/2017 29
30
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 30 09/02/2017 30
31
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 31 09/02/2017 31
32
8.8. Specific diseases opportunities for primary, secondary, and tertiary preventive
interventions
8.9. immunizations appropriate for this age group
3. Community
10. Structure of the national (Indonesian) health care system:
10.1. Major features and forces that led to its current structure
10.2. Current stresses on the Indonesian health care financing system and the potential
for change
10.3.
10.4. Public health methodologies and policies:
10.5. Public health, epidemiology, and biostatistics major concepts and methods,
e.g., sensitivity, specificity, case-control studies, incidence rates, case fatality
rates, infant mortality rates
10.6. Public policy and health policy how these are formulated and what major
issues are currently under consideration
12. Prevention:
12.1. Chemical, immunological, and environmental approaches, e.g. immunization,
fluoridation, iodination of salt
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 32 09/02/2017 32
33
3. Acute encounters-children:
3.1. Infectious diseases
3.2. Neurologic diseases
3.3. Respiratory and allergic diseases
3.4. Gastrointestinal diseases
3.5. Urologic, renal, and metabolic diseases
3.6. Dermatologic diseases
3.7. Surgical diseases
3.8. Cardiac diseases, including congestive heart failure
3.9. Hematologic diseases
3.10. Rheumatologic diseases
3.11. Injuries and poisonings
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 33 09/02/2017 33
34
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 34 09/02/2017 34
35
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 35 09/02/2017 35
36
9.17. Arthritis/arthralgia
9.18. Scrotal pain/swelling
9.19. Anaphylaxis
9.20. Cough
9.21. Syncope
9.22. Drowning
9.23. Eye pain/visual changes
9.24. Suicide attempts/ideation
9.25. Chest pain
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 36 09/02/2017 36
37
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 37 09/02/2017 37
38
14.16. Stroke;
14.17. Neurologic disorders Parkinsons, multiple sclerosis, amyotrophic lateral
sclerosis (ALS).
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 38 09/02/2017 38
39
4. Evidence-based medicine
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 39 09/02/2017 39
40
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 40 09/02/2017 40
41
6. Referral/consultation:
7. Legal and professional requirements:
7.1. Charting
7.2. Abandonment
7.3. Disclosure
7.4. Standards of care
7.5. Malpractice
7.6. Privileges
7.7. Public reporting (i.e., suspected abuse, infectious diseases, etc.)
7.8. Informed consent
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 41 09/02/2017 41
42
9. Effective communication
1. Empathy
2. Principles of effective communication
3. Medical ethic and the law
4. Informed consent
5. Group discussion
6. Team work
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 42 09/02/2017 42
43
Komitmen terhadap konsep kurikulum inti berbasis kompetensi dokter pelayanan primer
sebagai kurikulum inti untuk program studi kedokteran dasar di Indonesia, perlu
memperhatikan sejumlah prinsip yang akan diterapkan, yang dalam penggunaannya dapat
dirumuskan dengan kalimat : jika , maka .., misalnya jika kurikulum berbasis
kompetensi diterapkan, maka perlu fokus pada kompetensi dan hasil yang ingin dicapai
(outcome).
Prinsip 3: Integrasi
Penerapan integrasi bila akan diterapkan harus sejak awal diterapkan kurikulum
terintegrasi baik horizontal maupun vertikal, sehingga misalnya dalam melengkapi ilmu-
ilmu kedokteran seperti anatomi, faal dan biokimia perlu kejelasan kontribusinya dan
hubungan antar cabang-cabang ilmu tersebut, serta kaitan dengan kondisi klinik yang
sesuai.
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 43 09/02/2017 43
44
Kepustakaan:
(Minta Bu SOS)
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 44 09/02/2017 44
45
Area 1:
Komunikasi efektif
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 45 09/02/2017 45
46
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 46 09/02/2017 46
47
Area 2:
Keterampilan klinis
Daftar keterampilan:
Melakukan pemeriksaan fisik umum untuk menilai:
- Gambaran umum
- Tanda vital
o Denyut nadi
o Alun napas
o Suhu badan
o Denyut jantung
o Keadaan kulit
- Kepala
- Mata
- Telinga
- Hidung dan tenggorok
- Leher
- Dada dan dinding dada
- Jantung
- Paru
- Payudara
- Abdomen
- Genitalia eksterna pria/wanita
- Pelvis dan periksa dalam
- Rektum dan prostat
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 47 09/02/2017 47
48
- Muskuloskeletal
- Pemeriksaan pembuluh darah perifer
- Refleks dan pemeriksaan neurologi lengkap
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 48 09/02/2017 48
49
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 49 09/02/2017 49
50
Area 3
Landasan ilmiah ilmu kedokteran
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 50 09/02/2017 50
51
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 51 09/02/2017 51
52
Area 4
Pengelolaan masalah kesehatan
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 52 09/02/2017 52
53
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 53 09/02/2017 53
54
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 54 09/02/2017 54
55
3. Acute encounters-children:
- Infectious diseases
- Neurologic diseases
- Respiratory and allergic diseases
- Gastrointestinal diseases
- Urologic, renal, and metabolic diseases
- Dermatologic diseases
- Surgical diseases
- Cardiac diseases, including congestive heart failure
- Hematologic diseases
- Rheumatologic diseases
- Injuries and poisonings
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 55 09/02/2017 55
56
- Cyanosis
- Decreased responsiveness lethargy
- Fever
- Rash
- Seizures
- Bleeding (generalized)
- Jaundice
- Pallor
- Edema
- Vomiting/abdominal distension
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 56 09/02/2017 56
57
- Fever
- Rash/petechiae
- Seizure
- Trauma
- Bleeding
- Hypotension/shock
- Hypertension
- Abdominal pain
- Headache
- Vomiting/diarrhea/dehydration
- Poisoning/ingestions
- Jaundice
- Arthritis/arthralgia
- Scrotal pain/swelling
- Anaphylaxis
- Cough
- Syncope
- Drowning
- Eye pain/visual changes
- Suicide attempts/ideation
- Chest pain
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 57 09/02/2017 57
58
- Palpitations
- Suicide attempts/ideation
- Chest pain
- Fatigue/weakness/dizziness
- Focal neurologic defects
- Pain in the extremities
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 58 09/02/2017 58
59
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 59 09/02/2017 59
60
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 60 09/02/2017 60
61
Area 5
Pengelolaan informasi
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 61 09/02/2017 61
62
Area 6
Mawas diri dan pengembangan diri
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 62 09/02/2017 62
63
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 63 09/02/2017 63
64
Area 7
Etika, Moral, Profesionalisme, dan Medikolegal
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 64 09/02/2017 64
65
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 65 09/02/2017 65