Anda di halaman 1dari 65

1

Standar Kompetensi
Pendidikan Kedokteran Dasar Indonesia
(KIPDI III)

Pedoman Nasional
Penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Untuk Fakultas Kedokteran/Program Studi Kedokteran Dasar
di Indonesia

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 1 09/02/2017 1
2

Daftar Isi:
KATA PENGANTAR..........................................................................................................4

BAB I...................................................................................................................................7
PENDAHULUAN..............................................................................................................7
Tujuan Pendidikan Dokter di Indonesia..........................................................................9
Kompetensi Utama dan Pendukung...............................................................................10

BAB II...............................................................................................................................15
KOMPETENSI................................................................................................................15
1. Area kompetensi (Area of competence) 1..........................................................15
2. Area Kompetensi (Area of competence) - 2..........................................................17
3. Area Kompetensi (Area of competence) - 3..........................................................20
4. Area Kompetensi (Area of competence) - 4..........................................................22
5. Area Kompetensi (Area of competence) - 5..........................................................24
6. Area Kompetensi (Area of competence) - 6..........................................................26
7. Area Kompetensi (Area of competence) - 7..........................................................28

BAB III.............................................................................................................................30
A. Dasar Pengetahuan (Knowledge base)...................................................................30
1. Basic biology of cells.............................................................................................30
2. Health of the family...............................................................................................31
3. Community............................................................................................................34
4. Lingkup ilmu kedokteran (medical encounters)....................................................35
5. Coordinating functions of family doctors..............................................................41
6. Knowledge base for area of competence 5:...........................................................41
7. Knowledge base for area of competence 6............................................................42
8. Knowledge base for area of competence 7............................................................42
9. Effective communication.......................................................................................44

B. Prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam menerapkan KIPDI III................45

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 2 09/02/2017 2
3

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku Standar Kompetensi sebagai pedoman
untuk menyusun kurikulum Fakultas Kedokteran/Program Pendidikan Kedokteran Dasar (KIPPDI III, KBK)
telah dapat disempurnakan. Proses penyempurnaannya dilakukan dengan melakukan revisi buku yang
sebelumnya yang telah disepakati bersama oleh para Dekan FK/PSKD di Denpasar bulan Desember 2004.
Revisi ini telah menampung masukan dari banyak pihak antara lain: konsultan Bank Dunia dan tim KBK-
HWS serta sejumlah Dekan Fakultas Kedokteran/Program Studi Kedokteran Dasar. Revisi ini dirasakan
perlu untuk mengakomodasi keluhan sebagian FK yang kesulitan menjabarkannya menjadi kurikulum
FK/PSKD karena berbagi alasan. Penyempurnaan ini sama sekali tidak mengubah tujuan utamanya yaitu
memfasilitasi pendidikan kedokteran dasar yang menghasilkan tenaga dokter yang bermutu tinggi sebagai
dokter layanan primer yang tanggap akan dan segera dapat menyesuaikan diri dengan perubahan ilmu dan
teknologi kedokteran yang demikian cepat berkembang belakangan ini.

Agar dapat mencetak dokter yang benar-benar bermutu tinggi dan siap terjun bekerja di masyarakat secara
mandiri diperlukan pentahapan atau penjejangan dalam pendidikannya. Untuk itu pendidikan kedokteran
dasar dibagi dalam dua tahap yaitu:
1. Tahap pendidikan kedokteran dasar yang berujung dengan gelar dokter
2. Tahap internship atau latihan kerja dalam rangka pemahiran kompetensi yang telah dicapai
sebagai dokter baru untuk mendapatkan sertifikat kompetensi dan melakukan praktik mandiri.

Tahap pendidikan kedokteran dasar sebagai pendidikan universitas lebih diarahkan untuk melatih
kemampuan berpikir, daya analisis, dan berpikir kritis dengan menggunakan kurikulum berbasis
kompetensi. Hasil yang diharapkan adalah dokter layanan primer yang mampu menerapkan pendekatan
kedokteran keluarga dengan ilmu kedokteran dan keterampilan dasar yang handal.

KIPDI III yang berisi kompetensi utama profesi dokter ini berlaku secara nasional dan telah disepakati
bersama pada pertemuan Dekan Fakultas Kedokteran dan Ketua Program Studi Kedokteran Dasar dan
Ketua P2KF (MEU) se-Indonesia pada bulan Desember 2004 untuk dilaksanakan mulai tahun 2005.
Sekalipun sebagian institusi pendidikan kedokteran dasar telah mulai melaksanakannya tetap dirasakan
perlu untuk segera merevisinya untuk mempermudah upaya penjabarannya menjadi kurikulum FK/PSKD.
Selanjutnya setiap instutusi pendidikan kedokteran dasar diharapkan lebih mudah menyusun kurikulumnya
masing-masingf yang mencakup:
1. Kurikulum fakultas/ptogram studi untuk mencapai komptensi utama (standar minimal, berupa
tujuh area kompetensi) yang disyaratkan oleh KIPDI III ini dan
2. Kurikulum fakultas/program studi untuk mencapai kompetensi pendukung (menjabarkan muatan
lokal) yang mengacu pada kondisi wilayah, renstra universitas dan atau fakultas/program studi
untuk ditambahkan atau diintegrasikan dengan butir 1 oleh masing-masing fakultas/program studi.

Dengan selesainya revisi kurikulum inti (KBK) ini saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tim penyusun KBK yang tersusun dan ke-3 pengandil (stakeholder) utama pendidikan dokter dan
yang telah menyusun buku ini dalam waktu yang relatif singkat.
2. Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI), Departemen Kesehatan dan
Perhimpunan Profesi, yang telah memberikan asupan bagi penyusunan KBK ini.
3. Wakil dari Konsil Kedokteran Indonesia
4. Ketua KDI
5. Ketua IRSPI
6. Unsur PUSRENGUN DEPKES RI
7. Ketua BAN PT
8. Ketua AIPKI

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 3 09/02/2017 3
4

9. Ketua dan anggota Tim Pengajar Bi0-eitika dan Hukum Kedokteran


10. Dekan FK Universitas Airlangga
11. Dekan FK Universitas Hasanuddin
12. Dekan FK Universitas Gajah Mada
13. Dekan FK Universitas Padjadjaran
14. Dekan FK Universitas Tarumanagara
15. Dekan FK Universitas Diponegoro
16. Dekan FK Universitas Mulawarman
17. Dekan FK Universitas Udayana
18. Dekan FK Universitas Sriwijaya
19. Dekan FK Universitas Tanjungpura
20. Dekan FK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
21. Seluruh ketua P3KW proyek HWS DIKTI
22. Seluruh tim pelaksana proyek HWS DIKTI

Untuk kita ketahui bersama, KIPDI III yang awalnya berarti Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia
sekarang kepanjangannya adalah Standar Kompetensi Pendidikan Dokter Indonesia. Kata Kurikulum
diganti dengan Standar Kompetensi karena kurikulum dianggap berarti perangkat rancanangan proses
pendidkan yang langsunjg dapat dilaksanakan, sementara KIPDI III hanya berisi Kompetensi utama dan
jabarannya secara garis besar yaitu: Kompetensi inti, Komponen kompetensi, dan Sasasaran penunjang,
serta garis besar lingkup bahasannya. Namun demikian karena mempunyai nilai sejarah perkembangan
kurikulum pendidikan kedokteran di Indonesia maka nama KIPDI tetap dipertahankan sebagai nama dan
bukan lagi singkatan.

Dokumen yang berlaku umum secara nasional ini bukan dimaksudkan untuk langsung diterapkan di suatu
program studi. Kompetensi utama berserta jabarannya adalah pedoman yang harus diikuti karena menjadi
bagian (80%) kurikulum FK/PSKD; sedangkan yang 20% lainya merupakan muatan lokal yang berisi
kompetensi pendukung. Kurikulum fakultas adalah kurikulum yang langsung dapat diterapkan di
fakultas/program studi dan disusun oleh fakultas/program studi bersangkutan. Warna atau kompetensi
penunang yang 20% dapat ditambahkan atau diintegrasikan oleh setiap fakultas/program studi sesuai
dengan tujuan pendidikanya masing-masing

Tentu saja KBK ini bersifat dinamis sehingga tetap terbuka untuk penyempurnaan dan perubahan kapan
pun atau paling lama setelah berjalan 10 tahun.

Semoga pedoman ini dapat segera dijabarkan ke kurikulum fakultas/program studi kedokteran dasar,
sehingga tercapai kesetaraan pendidikan dokter di dalam negeri dan dengan berbagai negara lain.

Jakarta, Februari 2005

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi


Departemen Pendidikan Nasional

Prof. DR. Satryo S. Brodjonegoro

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 4 09/02/2017 4
5

BAB I

PENDAHULUAN
KIPDI III telah disepakati dan telah mulai diterapkan di sejumlah institusi pendidikan
kedokteran dasar. Nama itu (KIPDI III) sebenarnya lebih merupakan cerminan
riwayat/sejarah KIPDI yang akan memberikan kesan sebagai kelanjutan dan
revisi/perbaikan pada KIPDI II yang merupakan pengembangan atau berasal dari KIPDI
I. Sejarah tealh mencatat bahwa KIPDI I yang berlaku 1984 1995, dan KIPDI II yang
berlaku pada periode 1995 2006, merupakan rumusan kurikulum pendidikan dokter di
Indonesia dengan rumusan tujuan pendidikan yang rinci dan handal pada masa
berlakunya. Karena keduanya merupakan awal sejarah KIPDI III, maka nama KIPDI
tetap digunakan sekalipun isinya sekarang ini berupa Standar Kompetensi dan bukan
merupakan kurikulum dalam pengertian yang lengkap. Selain itu, nama KIPDI tetap
digunakan untuk mengenang esensi sifat ke-inti-an dan nasionalnya, yang harus
diterapkan di semua FK/PSKD, dan untuk KIPDI III kedua sifat itu tetap berlaku.
Standar Kompetensi yang merupakan kompetensi utama ini harus diterapkan di semua
Fakultas Kedokteran dan di semua Program Studi Kedokteran Dasar (FK/PSKD) di
Indonesia.

Meskipun demikian masih ada sejumlah penyelenggara pendidikan kedokteran dasar


yang menilai sulit untuk menjabarkan KIPDI III menjadi kurikulum fakultas atau
program studi. Hal ini harus dipahami dan disikapi secara bijaksana, karena kompetensi
pada dasarnya merupakan jiwa bagi kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Lebih
lanjut kita mengetahui bahwa kurikulum jenis itu, sebaiknya diterapkan dengan
menggunakan pendekatan SPICES (Student centered, Problem based, Integrated,
Community based, Elective, Early exposure to clinical situations, Systematic) yang
memang relatif masih baru, serta memerlukan pengorganisasian yang tidak sederhana.
Masalahnya menjadi semakin kompleks akibat keberagaman penafsiran di kalangan
internal masing-masing.

Revisi ini dilakukan karena menyadari akan kesulitan itu dan dengan maksud
menyamakan penafsiran, mempermudah penjabaran sambil menyempurnakanya tanpa
mengubahnya secara keseluruhan. Secara singkat, revisi ini bertujuan mempermudah
penjabarannya menjadi kurikulum fakultas/program studi dan sama sekali tidak
mengubah tujuan pendidikan atau standar kompetensi yang harus dicapai.

Perubahan paradigma pendidikan kedokteran, perkembangan teknologi kedokteran


dengan biaya tinggi, dan peningkatan kebutuhan masyarakat, harus disikapi secara
bijaksana. Oleh karena itu sudah saatnya dilakukan perubahan kurikulum pendidikan
dokter khususnya kedokteran dasar di Indonesia. Indikator kebutuhan masyarakat yang
diformulasikan dalam Standar Pelayanan Minimal untuk mencapai Indonesia Sehat 2010
telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.1457/MOH/SK/X/2003. Oleh karena

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 5 09/02/2017 5
6

itu standar kompetensi profesi dokter Indonesia harus disesuaikan dengan mengacu
kepada SK Menteri Kesehatan tersebut.

Indikator kebutuhan masyarakat terdiri atas komponen bio-psiko-sosioekonomi-budaya,


sehingga kurikulum baru harus mampu menghasilkan dokter yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat tersebut. Sebuah tim yang terdiri dari tiga pengandil (stake
holders) utama Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan dan
perhimpunan profesi yang diwakili oleh Kolegium Dokter Indonesia dan disebut
sebagai Tim Kurikulum Nasional Berbasis Kompetensi untuk Pendidikan Dokter
Pelayanan Primer dengan pendekatan kedokteran keluarga telah dibentuk pada bulan Juli
2004. Hasil kerja tim ini telah disepakati bersama oleh para dekan dan ketua program
studi dalam lokakarya di blan Desember 2004 di Denpasar, Bali. Hasil kesepakatan
nasional itu disebut KIPDI III dan mulai dilaksanankan pada tahun 2005.

Dengan maksud untuk mempermudah dan menyamakan persepsi serta memanfaatkan


semua masukan dalam rangka pengembangan KIPDI III, diselenggarakan lokakarya di di
Hotel Millenium, Jakarta, pada tanggal 27-28 April 2006 yang diprakarsai oleh Dirjen
DIKTI dengan menghadirkan seluruh unsur yang terkait dengan program studi
kedokteran dasar termasuk:

1. Wakil dari Konsil Kedokteran Indonesia


2. Ketua KDI
3. Ketua IRSPI
4. Unsur PUSRENGUN DEPKES RI
5. Ketua BAN PT
6. Ketua AIPKI
7. Ketua dan anggota Tim Pengajar Bio-eitika dan Hukum Kedokteran
8. Dekan FK Universitas Airlangga
9. Dekan FK Universitas Hasanuddin
10. Dekan FK Universitas Gajah Mada
11. Dekan FK Universitas Padjadjaran
12. Dekan FK Universitas Tarumanagara
13. Dekan FK Universitas Diponegoro
14. Dekan FK Universitas Mulawarman
15. Dekan FK Universitas Udayana
16. Dekan FK Universitas Sriwijaya
17. Dekan FK Universitas Tanjungpura
18. Dekan FK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
19. Seluruh ketua P3KW proyek HWS DIKTI
20. Seluruh tim pelaksana proyek HWS DIKTI

Bersyukurlah bahwa lokakarya ini telah berhasil menjaring masukan yang berguna untuk
menyusun revisi KIPDI III sehingga diharapkan akan lebih mudah dijabarkan ke dalam
kurikulum fakultas atau program studi kedokteran dasar.

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 6 09/02/2017 6
7

Mengapa kompetensi dokter difokuskan pada pendekatan kedokteran keluarga? Hal ini
disesuaikan dengan mengacu pada hasil WHO WONCA (Organisasi Dokter
Keluarga Sedunia) joint conference, di Ontario, Canada, 6-8 Nopember 1994, yang
merekomendasikan penyelarasan program pendidikan kedokteran dasar untuk
menanggapi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu, dengan
memasukkan pendekatan kedokteran keluarga ke dalam kurikulumnya. Di samping itu,
Departemen Kesehatan dan Kolegium Dokter Indonesia serta Kolegium Ilmu Kedokteran
Keluarga Indonesia juga mengemukakan bahwa pelayanan kesehatan primer di Indonesia
haruslah merupakan pelayanan kesehatan yang menerapkan pendekatan kedokteran
keluarga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan primer bermutu tinggi
yang komprehensif, holistik, bersinambung, manusiawi, merata, serta terjangkau. Hal itu
dapat berjalan jika prinsip-prinsip kedokteran keluarga diterapkan di semua tingkat
pelayanan kesehatan.

Pengembangan KIPDI III yang dikemukakan di sini berkaitan dengan penyusunan


Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Pendidikan Kedokteran Dasar (Basic Medical
Education), yang bertujuan agar lulusannya dapat menunjang program peningkatan taraf
kesehatan yang digariskan dalam visi Indonesia Sehat 2010. Buku Standard Kompetensi
Pendidikan Kedokteran Dasar ini hanya berisi kompetensi utama, kompetensi inti,
komponen kompetensi, sasaran penunjang (enabling outcome) dan garis besar lingkup
bahasan untuk pendidikan dokter pelayanan primer

Tujuan Pendidikan Dokter di Indonesia


Sampai saat ini tanggung jawab dokter yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan
dokter Indonesia, yang terdapat di KIPDI I dan KIPDI II dinilai masih tetap
relevan. Oleh karena itu tujuan pendidikan yang dicantumkan di sini seharusnya berlaku
untuk semua tingkat layanan kedokteran/kesehatan primer, sekunder, dan tersier.
Dengan kata lain tujuan pendidikan dokter adalah mencetak dokter yang mampu
memikul tanggung jawab itu yang terdiri atas:

1. Melakukan profesi kedokteran dalam suatu sistem pelayanan kesehatan sesuai


dengan kebijaksanaan umum pemerintah yang berlandaskan Pancasila, mencakup:
a. Mengenal, merumuskan, dan menyusun prioritas masalah kesehatan
masyarakat sekarang dan yang akan datang, serta berusaha dan bekerja
untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut melalui perencanaan,
implementasi dan evaluasi program-program yang bersifat promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif
b. Memecahkan masalah kesehatan pasien dengan menggunakan
pengetahuan, keterampilan klinik dan laboratorium serta observasi dan
pencatatan yang baik untuk mengidentifikasi, mendiagnosis, melakukan
tindakan medik, melakukan usaha pencegahan, meminta konsultasi,
mengerjakan usaha rehabilitasi masalah kesehatan pasien dengan
berlandaskan etika dan hukum kedokteran, serta mengingat aspek jasmani,
rohani dan sosiobudaya

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 7 09/02/2017 7
8

c. Memanfaatkan sebaik-baiknya sumber dan tenaga lainnya dalam


meningkatkan kesehatan masyarakat
d. Bekerja selaku unsur pimpinan dalam suatu tim kesehatan
e. Menyadari bahwa sistem pelayanan kesehatan yang baik adalah suatu
faktor penting dalam ekosistem yang dapat meningkatkan kesehatan
masyarakat
f. Mendidik dan mengikutsertakan masyarakat untuk meningkatkan taraf
kesehatannya.

2. Senantiasa meningkatkan dan mengembangkan diri dalam segi ilmu kedokteran


sesuai dengan bakatnya, dengan berpedoman pada pendidikan dan belajar
sepanjang hayat

3. Menilai kegiatan profesinya secara berkala, menyadari keperluan untuk


menambah pendidikannya, memilih sumber-sumber pendidikan yang serasi, serta
menilai kemajuan yang telah dicapai secara kritis.

4. Mengembangkan ilmu kesehatan, khususnya ilmu kedokteran dengan ikut serta


dalam pendidikan dan penelitian, serta mencari penyelesaian masalah kesehatan
penderita, masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan dan
asuhan medis.

5. Memelihara dan mengembangkan kepribadian dan sikap yang diperlukan untuk


kelangsungan profesinya seperti integritas, rasa tanggung jawab, dapat dipercaya
serta menaruh perhatian dan penghargaan terhadap sesama manusia, sesuai
dengan etika kedokteran.

6. Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, serta bersikap


terbuka, dapat menerima perubahan dan berorientasi ke masa depan serta
mendidik dan mengajak masyarakat ke arah sikap yang sama.

Kompetensi Utama dan Pendukung


Dengan memperhatikan tanggung jawab dokter pelayanan primer, serta mengingat
panduan dari WHO, WFME serta hasil-hasil berbagai fakultas kedokteran di dunia dan
rencana Pemerintah tentang Indonesia Sehat 2010, telah teridentifikasi tujuh area
kompetensi yang disebut kompetensi utama. Berdasarkan ketujuh area kompetensi itu
diturunkan kompetensi inti yang selanjutnya diurai menjadi komponen kompetensi
yang harus dikuasai untuk mencapai kompetensi inti. Akhirnya disusunlah enabling
outcomes sasaran penunjang yang harus dicapai agar dapat menguasai seluruh
komponen kompetensi. Untuk mencapai kompetensi penunjang diperlukan seperangkat
ilmu dasar sebagai lingkup bahasan, keterampilan klinik dasar, dan rasukan landasan
kesadaran akan etika hukum dan agar dicapai seluruh kompetensi utama sebagai dasar
profesionalisme dokter.

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 8 09/02/2017 8
9

Uraian di atas memperlihatkan hubungan bertingkat antara tahap-tahap pencapaian. Pada


awalnya, sasaran penunjang (enabling outcomes) harus dikuasai sebelum komponen
kompetensi, dan sesudah menguasai komponen kompetensi maka kompetensi inti dapat
dikuasai. Formulasi kompetensi di sini masih bersifat umum dan tidak mencantumkan
masalah kesehatan spesifik serta lingkup bahasannya secara rinci. Selanjutnya kewajiban
setiap fakultas kedokteran/universitas adalah menyusun secara lengkap berbagai
hal yang diperlukan dalam praktik, yang berhubungan dengan berbagai masalah
kesehatan, dan rincian lingkup bahasan untuk melengkapi kurikulum Fakultas
Kedokteran (FK) atau Program Studi Kedokteran Dasar (PSKD).

Kompetensi utama dan jabarannya hanya mencakup 80% dari kurikulum di masing-
masing FK/PSKD. Selebihnya yang 20% harus diisi dengan jabaran kompetensi
pendukung, yang menjadi tanggung jawab setiap FK/PSKD untuk mengisinya
dengan berbagai hal yang akan/harus dilakukan untuk melengkapi kurikulum FK/PSKD
sesuai dengan visi dan misi universitas dan kebutuhan masyarakat setempat. Beberapa
FK/PSKD mungkin akan memasukkan hal-hal yang berhubungan daerah tempat fakultas
tersebut berada, sementara FK/PSKD lain mungkin akan memberi kesempatan kepada
mahasiswanya untuk mencari hal-hal yang lebih mendalam dalam ilmu-ilmu khusus yang
telah dipelajarinya dan dianggap sangat menarik. Akan sangat baik untuk memasukkan ke
dalam kurikulum sesuatu yang dapat mengembangkan wawasan, membantu mahasiswa
untuk membangkitkan ataupun meningkatkan apresiasi dan pengertian tentang ilmu-ilmu
yang biasanya tidak termasuk dalam kurikulum inti. Tambahan tersebut dapat pula
sebagai dasar untuk pengembangan karier. Setiap FK/PSKD harus mempertimbangkan
visi dan misi universitas sebagai suprasistemnya. Proposal untuk materi yang bersifat
lokal dan materi pilihan mahasiswa harus mendapat persetujuan dari unsur terkait di
fakultas atau program studi terlebih dahulu.

Standar Kompetensi Pendidikan Kedokteran Dasar ini menyediakan sejumlah kerangka


kerja yang dapat digunakan oleh FK/PSKD untuk merancang kurikulum fakultas yang
lebih rinci serta jadwal dan sistem evaluasinya. Setiap FK/PSKD juga dapat menyusun
standar untuk menilai kualitas kegiatan pembelajaran dan pengajaran serta untuk menilai
mutu lulusan yang sesuai dengan visi dan misi universitas.

Standar dan kualitas merupakan bagian integral dari kurikulum fakultas serta mempunyai
dampak dalam kompetensi utama serta sasaran belajar turunannya, kegiatan belajar-
mengajar, dan evaluasi mahasiswa. Hal ini juga berdampak dalam evaluasi proses
ataupun evaluasi program. Untuk menjaga kualitas ini maka akan segera dibentuk suatu
sistem nasional tentang Penjaminan Mutu Quality Assurance dalam pendidikan
kedokteran.

Sebagai konsekuensi dari pengembangan Sistem Penjaminan Mutu Nasional, FK/PSKD


harus mengembangkan juga Sistem Penjaminan Mutu Internal yang akan mengevaluasi
seluruh aspek pendidikan kedokteran dasar, dan yang melibatkan seluruh pengandil
termasuk staf pengajar, mahasiswa, lulusan, dan pengguna lulusan. Fakultas Kedokteran
diharapkan menyiapkan dan merancang laporan tahunan yang berhubungan dengan
pendidikan prasarjana dan digunakan untuk penilaian lima tahunan oleh Penilik Internal
dan Eksternal (internal and external reviewer). Untuk itu sebuah badan pendidikan

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 9 09/02/2017 9
10

nasional akan dikembangkan untuk melakukan penilaian lima tahunan FK/PSKD yang
menjadi tanggung jawabnya. Tilikan internal dan eksternal itu akan menilai semua hal
yang berhubungan dengan aspek standar dan kualitas, yang mencakup sumber daya
manusia dan sarana penunjang fisik, serta standar akademik.

KIPDI III Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Pendidikan Kedokteran Dasar


difokuskan pada 7 area kompetensi yang disebut Kompetensi Utama, yaitu:

1. Keterampilan Komunikasi efektif


2. Keterampilan klinik dasar
3. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu
perilaku dan epidemiologi dalam praktik kedoteran keluarga di layanan
primer
4. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga,
ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik,
bersinambung, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks pelayanan
kesehatan tingkat primer.
5. Keterampilan memanfaatkan, menilai, dan mengelola informasi secara kritis
6. Kemampuan mawas diri dan mengembangkan diri serta belajar sepanjang
hayat
7. Menjunjung tinggi etika, moral dan profesionalisme dalam praktik

Ketujuh area kompetensi itu sebenarnya adalah kemampuan dasar seorang dokter
yang menurut WFME (World Federation for Medical Education) disebut basic medical
doctor. Untuk menjamin pencapaian ketujuh area kompetesi itu diperlukan proses
pembelajaran (untuk menguasai dasar ilmunya) dan pelatihan keterampilan (untuk
menguasai keterampilan klinik dasar) dan diakhiri dengan kepaniteraan (untuk mencapai
kompetensi dasar sebagai dokter layanan primer yang mampu menerapkan pendekatan
kedokteran keluarga). Proses ini disebut tahap I pendidikan dokter. Dalam tahap ini selain
dibimbing untuk menguasai ilmu dasar, keterampilan medis dasar, kemampuan
menghadapi kasus klinis, dirasukkan pula kesadaran akan etika, hukum, perilaku dan
sikap yang relevan dalam menjalankan profesi dokter. Selanjutnya diperlukan program
internsip untuk pemahiran kemampuan yang telah dikuasai padat tahap I. Agar lebih
menjamin kemampuan dan kemahiran tadi, maka kepaniteraan harus dilakukan di rumah
sakit pendidikan yang terakreditasi dan internsip sebaiknya diselenggarakan di tempat
layanan primer yang terakreditasi yang menerapkan pendekatan dokter keluarga yang
memberikan:

1. Pelayanan yang komprehensif dan holistik


2. Pelayanan yang kontinu
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 10 09/02/2017 10
11

6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan


lingkungan tempat tinggal pasien
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika, moral dan hukum
8. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu
9. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertangungjawabkan

Jika diperhatikan dengan saksama, penguasaan ketujuh arena kompetensi tadi akan
menjamin kemampuan dokter menerapkan pendekatan kedokteran keluarga. Dengan
kata lain, penguasaan ketujuh area kompetensi yang merupakan kemampuan dasar
seorang dokter, merupakan prasyarat yang menjamin bahwa dokter tersebut akan mampu
menerapkan pendekatan kedokteran keluarga secara utuh dalam praktiknya nanti.

Perlu ditekankan di sini bahwa penerapan prinsip kedokteran keluarga bukan hanya
menjadi tanggung jawab Dokter dan atau Dokter Keluarga saja melainkan juga
menjadi tanggung jawab setiap dokter di semua tingkat layanan yaitu primer, sekunder,
dan tersier. Yang membedakannya adalah: Dokter yang nantinya dapat menjadi
Dokter Keluarga bertanggung jawab untuk menerapkan pendekatan kedokteran
keluarga di layanan primer sedangkan dokter spesialis di layanan sekunder dan
tersier dalam Sistem Kesehatan Nasional. Jika seorang dokter telah melaksanakan
seluruh prinsip kedokteran keluarga sesuai dengan batas kewenangannya baik di tingkat
primer sekunder ataupun tersier maka dokter tersebut mencapai predikat the five stars
doctor yang merupakan taraf kinerja tertingi sorang dokter yang mengharuskan dokter
menjadi:
1. Penyelenggara pelayanan (Care provider)
2. Pembuat keputusan (Decision maker)
3. Komunikator (Communicator)
4. Panutan masyarakat (Community leader)
5. Manajer (Manager)

Jadi, predikat the five stars doctor dapat melekat pada semua dokter dari semua strata
karena predikat ini sebenarnya adalah ukuran kinerja seorang dokter di tempat praktiknya
masing-masing.

Pada halaman berikut setiap area kompetensi akan dijabarkan menjadi kompetensi inti
(core competency), komponen kompetensi (competency components), dan sasaran
penunjang (enabling outcomes). Dalam penjabaran lebih lanjut di setiap FK/PSKD,
faktor bio-psiko-sosio-budaya Indonesia serta setempat harus selalu diperhatikan.

FK/PSKD diminta untuk menggunakan kerangka di atas untuk mengembangkan


kurikulum fakultas, berdasarkan kompetnsi utama dan pendukung, sesuai dengan
masalah kesehatan yang dihadapi dan lingkup bahasan (subject areas) yang menjadi dasar
dan pendukung pencapaian sasaran.

Secara singkat sebuah kurikulum FK/PSKD harus memuat:

1. Jabaran kompetensi utama menjadi sejumlah rancangan acara pembelajaran


yang memuat skenario untuk mencapai ketujuh arena kompetensi melalui

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 11 09/02/2017 11
12

pencapaian sasaran penunjang, komponen kompetensi, dan kompetensi inti


berlandaskan lingkup bahasan ilmu yang digariskan.

2. Jabaran kompetensi pendukung menjadi sejumlah rancangan acara


pembelajaran yang memuat skenario untuk mencapai kompetensi pendukung
melalui pencapaian sasaran penunjang, komponen kompetensi, dan kompetensi
inti yang merupakan jabaran kompetensi pendukung belandaskan lingkup bahasan
ilmu yang sesuai.

3. Seting pembelajaran ketrampilan medis dasar mulai dari tingkat pelatihan di


laboratorium keterampilan medis dasar sampai tingkat pengalaman belajar
menghadapi kasus di klinik dan masyarakat.

4. Sistem evaluasi hasil pembelajaran untuk menilai pencapaian kompetensi yang


diharapkan

5. Sistem evaluasi program untuk menjamin kelancaran pelaksanaan pembelajaran


dan pengembangan kurikulumnya.

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 12 09/02/2017 12
13

BAB II
KOMPETENSI

1. Area kompetensi (Area of competence) 1


Keterampilan Komunikasi efektif (Effective
communication Skill)

Gambaran Umum
Pendekatan kedokteran keluarga menghendaki layanan yang komprehensif, kontinu,
koordinatif, kolaboratif, dan selalu mempertimbangkan bahwa individu yang dihadapi
merupakan bagian integral dari keluarga, komunitas, masyarakat, dan lingkungan.
Semua itu harus dikomunikasikan secara baik dengan berbagai pihak agar dapat
dicapai kerjasama yang dinamis guna memperoleh hasil sesuai dengan yang
diinginkan bersama. Oleh karena itu diperlukan kemampuan berkomunikasi secara
efektif dengan berbagai pihak yaitu dengan pasien, keluarganya, komunitasnya,
masyarakat lingkungannya, dan dengan para sejawatnya sesama dokter baik di tingkat
primer, sekunder, maupun tersier. Komunikasi efektif yang dimaksud itu meliputi
komunikasi verbal dan non-verbal yang bersifat instruktif, koordinatif, persuasif, baik
yang bersifat ilmiah maupun personal. Komunikasi yang efektif itulah yang akan
menjamin hubungan profesional mutualistis dokter-pasien dan antar-naramedik
(medical professionals) yang menempatkan pasien sebagai subyek dan bukan obyek.
Dengan demikian dokter akan mampu memanfaatkan potensi keluarga untuk mencapai
tujuan terapi dan mengenali, mengendalikan, atau mengeliminasi faktor keluarga yang
menganggu proses pengobatan. Keterampilan ini harus dilatihkan berulang-ulang
sepanjang proses pendidikan, dimulai dengan cara simulatif sampai akhirnya
berkomunikasi langsung dengan pasien dan keluarganya, sesama peserta didik,
instruktur, penyelia, dan masyarakat umum.

Kompetensi Inti
Menggunakan keterampilan komunikasi yang baik dengan tetap memperhatikan
faktor sosial-budaya dan norma-norma setempat (verbal tertulis dan oral -, non-
verbal, dan mendengar dengan konsentrasi) yang dikembangkan berdasarkan
paradigma komunikasi ilmiah untuk membantu pengelolaan pasien serta kerja sama
yang produktif dengan pasien, keluarganya, masyarakat, sejawat dan profesi terkait.

Komponen Kompetensi
1. Menerapkan prinsip-prinsip komunikasi (berdasarkan paradigma yang berlaku)
dengan tetap memperhatikan faktor sosial-budaya dan norma-norma setempat untuk

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 13 09/02/2017 13
14

menetapkan dan mempertahankan pengobatan lengkap dan hubungan dokter pasien


yang etis.
2. Menggunakan prinsip komunikasi (berdasarkan paradigma yang berlaku) untuk
mendapatkan, memberikan, dan bertukar informasi.

Sasaran Penunjang
1. Menerapkan prinsip-prinsip komunikasi (berdasarkan paradigma yang berlaku)
dengan tetap memperhatikan faktor sosial-budaya dan norma-norma setempat
untuk menetapkan dan mempertahankan pengobatan lengkap dan hubungan
dokter pasien yang etis.
2. Menerapkan prinsip kerahasiaan, otonomi pasien, reaksi positif dan aspek
pengobatan dalam hubungan pasien-dokter dalam hal:
1. Anamnesis
2. Konseling
3. Penjelasan berbagai prosedur
4. Negosiasi pembuatan keputusan dengan keluarga
5. Pendidikan pasien
3. Menggunakan prinsip komunikasi (berdasarkan paradigma yang berlaku) untuk
mendapatkan dan memberikan dan bertukar informasi.
4. Menggunakan komunikasi verbal dan non verbal secara efektif dengan tetap
memperhatikan faktor sosial-budaya dan norma-norma setempat dalam bekerja
sama baik dengan individu maupun dengan kelompok, untuk melakukan:
1. komunikasi tertulis untuk tugas kedokteran
2. kerja sama kelompok
3. pertemuan klinik
4. presentasi oral
5. pendidikan keluarga ataupun masyarakat
6. komunikasi dengan profesi lain.

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 14 09/02/2017 14
15

2. Area Kompetensi (Area of competence) - 2


Keterampilan Klinik Dasar
Gambaran Umum
Seorang profesional memerlukan keterampilan dasar yang memadai untuk menjamin
kinerja profesional yang prima. Demikian pula seorang dokter harus mempunyai
keterampilan klinik dasar sebagai dokter yang handal. Keterampilan ini sangat
penting bagi penerapan pendekatan kedokteran keluarga agar layanan yang
komprehensif, holistik, bersinambung, dan koordinatif dapat berjalan sebagaimana
mestinya. Dengan keterampilan ini maka layanan primer akan dapat menyelesaikan
tugasnya secara optimal dengan tetap berpegang kepada standar profesinya sebagai
dokter layanan primer. Kemampuan ini akan menunjang penerapan seluruh prinsip
pelayanan kedokteran keluarga. Oleh karena itu keterampilan ini sudah mulai
dilatihkan sejak dini dalam bentuk simulasi dan diakhiri dengan praktik yang
sesungguhnya langsung berhadapan dengan pasien di klinik di bawah bimbingan
instruktur dan pengawasan penyelia (supervisor) selama pendidikan kedokteran
dasar.

Kompetensi Inti
Dengan tetap memperhatikan faktor sosial-budaya dan norma-norma setempat
seorang calon dokter dilatih untuk:
1. Memperoleh dan mencatat riwayat penyakit secara lengkap dan kontekstual serta
melakukan pemeriksaan secara komprehensif pada berbagai keadaan.
2. Memilih, melakukan secara lege artis dan menafsirkan hasil berbagai prosedur
klinik dan laboratorium

Komponen Kompetensi
1. Mendapatkan dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentang pasien.
2. Melakukan pemeriksaan fisik umum.
3. Melakukan pemeriksaan fisik sesuai masalah pasien.
4. Melakukan prosedur klinik rutin.
5. Melakukan prosedur laboratorium dan diagnostik rutin.
6. Melakukan prosedur kedaruratan/penting klinik.
7. Menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik yang
relevan.
8. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan
prosedur yang sesuai.
9. Menjelaskan kepada pasien hal-hal yang berkaitan dengan berbagai prosedur klinik.

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 15 09/02/2017 15
16

Sasaran Penunjang
1. Mendapatkan dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentang pasien,
yang didapat melalui:

1. Melakukan Anamnesis lengkap dengan tetap memperhatikan faktor sosial-budaya


dan norma-norma setempat
2. Melakukan pemeriksaan fisik umum untuk menilai:
1. Gambaran umum
2. Tanda vital
1. Denyut nadi
2. Alun napas
3. Suhu badan
4. Denyut jantung
5. Keadaan kulit
3. Kepala
4. Mata
5. Telinga
6. Hidung dan tenggorok
7. Leher
8. Dada dan dinding dada
9. Jantung
10. Paru
11. Payudara
12. Abdomen
13. Genitalia eksterna pria/wanita
14. Pelvis dan periksa dalam
15. Rektum dan prostat
16. Muskuloskeletal
17. Pemeriksaan pembuluh darah perifer
18. Refleks dan pemeriksaan neurologi lengkap
3. Melakukan pemeriksaan sesuai dengan masalah pasien:
1. Pemeriksaan kejiwaan pasien dengan tetap memperhatikan faktor sosial-
budaya dan norma-norma setempat
2. Pemeriksaan fungsi umum.
3. Pemeriksaan neonatus.
4. Pemeriksaan fisik pada anak
5. Pemeriksaan wanita hamil.
4. Melakukan prosedur pemeriksaan penunjang
1. Colok dubur
2. Periksa dalam pada wanita
3. Optalmoskopi
4. Otoskopi
5. Spirometri

2. Melakukan prosedur klinik rutin:

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 16 09/02/2017 16
17

1. Punksi vena, termasuk untuk biakan darah dan memulai prosedur tindak
medis intravena.
2. Punksi arteri (untuk analisis gas darah).
3. Resusitasi kardio-pulmoner
4. Kontrol/pemeriksaan perdarahan masif.
5. Menginsersikan pipa nasogastrik.
6. Bekerja dengan prinsip sterilitas
7. Melakukan upaya umum dengan hati-hati dan kewaspadaan (universal
precaution).
8. Membuat sediaan Pap Smear sampai tahap fiksasi dan pengiriman.
9. Menjahit kulit dan jaringan subkutan.
10. Menyuntik: intradermal, subkutan, intramuskular, dan intravena.
11. Memasang/memasukkan kateter Folley
12. BCLS dan ACLS lengkap
13. Pertolongan persalinan (partus) normal.
14. Insisi and drainase pada kelainan superfisial kulit.
15. Perawatan dasar pada luka.
16. Membuat sediaan apus tenggorok sampai tahap fiksasi
17. Sirkumisisi (sunat)
18. Extirpasi tumor jinak kulit dan jaringan subkutan

3. Melakukan prosedur laboratorium dasar dan prosedur diagnostik:


1. Pewarnaan Gram, Ziel-Nielsen.
2. EKG
3. USG
4. Darah samar tinja
5. Identifikasi telur cacing dalam tinja
6. Pemeriksaan urin
7. Sediaan apus darah tepi untuk menilai konfigurasi sel-sel darah termasuk
eritrosit dan trombosit
8. Test kehamilan
9. Sediaan apus basah vagina untuk analisis mikroorganisme
10. Membuat sediaan tempel untuk mengidentifikasi cacing keremi
11. Membuat sediaan jamur dari kerokan kulit
12. Membuat sediaan kerokan kulit untuk MH
13. Membuat sediaan darah untuk cacing filaria

4. Melakukan prosedur klinik awal kegawat-daruratan


1. Pasien tak sadar
2. Kegawat-daruratan jantung-paru
3. Trauma multipel

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 17 09/02/2017 17
18

3. Area Kompetensi (Area of competence) - 3


Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik,
ilmu klinik, ilmu perilaku dan epidemiologi dalam
praktik kedoteran keluarga di layanan primer

Gambaran umum
Pendekatan kedokteran keluarga juga memerlukan dasar keilmuan yang mapan
bukan sekedar superfisial yang menjadi dasar proses komunikasi ilmiah yang
memadai untuk disampaikan kepada pasien, keluarga, dan masyarakatnya serta
para sejawatnya. Setiap tindak medis yang akan dilakukan harus mempunyai
landasan keilmuan yang sahih dan cara yang bijaksana. Dalam proses
memperoleh ilmu itu para mahasiswa harus dilatih untuk belajar mandiri mencari
informasi ilmu yang diperlukannya kelak. Dengan demikian, belajar sepanjang
hayat akan dapat menjadi bagian dari perilaku dokter. Dasar ilmu yang luas dan
dalam akan menunjang kemampuan dokter untuk menyelenggarakan layanan
yang komprehensif dan holistik yang dapat diaudit dan akuntabel. Dengan kata
lain, pendekatan kedokteran keluarga yang menghendaki layanan yang
komprehensif dan holistik dalam etos kerja yang tinggi hanya dapat terwujud jika
dilandasi ilmu yang mapan. Keterampilan ini harus dilatihkan sepanjang
pendidikan dimulai dengan pembahasan pasien simulatif sampai pembahasan
masalah kesehatan yang sebenarnya di klinik.

Kompetensi inti
1. Menjelaskan masalah kedokteran dan kesehatan berdasarkan pengertian ilmu
biomedik, klinik, perilaku, dan komunitas terkini
2. Menyusun rencana intervensi berdasarkan pemahaman ilmiah
3. Menerapkan prinsip kedokteran berbasis bukti dalam praktik kedokteran

Komponen Kompetensi
1. Menjelaskan masalah kesehatan dan potensi ancamannya, dengan tetap
mempertimbangkan faktor sosial-budaya dan norma-norma setempat
2. Menjelaskan konsep proses patofisiologi masalah kesehatan
3. Menyusun dan menjelaskan rencana pengobatan
4. Menentukan efektivitas suatu tindakan
5. Menjelaskan dasar pemikiran patofisiologi tindakan pengobatan dan kemungkinan
hasilnya pada pasien, keluarganya, serta teman sejawat

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 18 09/02/2017 18
19

Sasaran Penunjang
1. Menjelaskan masalah kesehatan dan potensi ancamannya:
1. Menentukan dasar ilmiah yang relevan yang berhubungan dengan pengertian
patofisiologi suatu masalah kesehatan
2. Menentukan masalah klinik yang timbul dalam pembelajaran berdasar kasus
(case-based learning) yang berhubungan dengan suatu masalah kesehatan
3. Mencari informasi untuk menjawab masalah klinik yang timbul pada suatu
kasus
4. Menilai kualitas informasi yang didapat dari kepustakaan atau konsultasi
dalam konteks kedokteran berbasis bukti (evidence based medicine)

2. Menjelaskan konsep proses patofisiologi masalah kesehatan :


1. Menjelaskan etiologi, patogenesis, dan progresivitas masalah kesehatan
2. Menjelaskan manifestasi dan konsekuensi masalah kesehatan secara
molekular, selular, dan biomedis

3. Menyusun dan menjelaskan rencana pengobatan:


1. Mengembangkan strategi untuk menghentikan etiologi, patogenesis dan
ancaman spesifik, serta konsekuensinya.
2. Menjelaskan tujuan pengobatan dalam konsep fisiologi dan molekular.
3. Mengenal semua kemungkinan pengobatan yang ada.
4. Mengerti logika ilmiah dalam memilih intervensi, dalam farmakologi,
fisiologi, gizi, ataupun perubahan tingkah laku.
5. Mengenal dan menjelaskan indikasi obat yang dipilih, mekanisme kerja, dosis
dan waktu paruh serta penggunaannya di klinik.
6. Mengerti dan mempertimbangkan kemungkinan interaksi obat.
7. Menjelaskan pengaruh gizi dalam intervensi tertentu.

4. Menentukan efektivitas suatu tindakan


1. Menjelaskan bahwa kelainan dipengaruhi oleh obat-obatan.
2. Menerapkan parameter dan indikator keberhasilan pengobatan.
3. Menjelaskan bahwa pengobatan harus selalu dire-evaluasi.

5. Menjelaskan dasar pemikiran patofisiologi tindakan pengobatan dan


kemungkinan hasilnya pada pasien, keluarga, dan teman sejawat.

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 19 09/02/2017 19
20

4. Area Kompetensi (Area of competence) - 4


Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada
individu, keluarga, ataupun masyarakat dengan cara
yang komprehensif, holistik, bersinambung, koordinatif,
dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan
tingkat primer

Gambaran Umum
Peran dan pengaruh keluarga sangat besar terhadap proses pengendalian dan
penyembuhan penyakit. Pendekatan kedokteran keluarga dalam penanganan masalah
kesehatan sangat memerlukan peran keluarga dan oleh karena itu selalu
memperhitungkan pengaruh keluarga, komunitas, masyarakat dan lingkungannya.
Tidak jarang masalah kesehatan individu menjadi masalah kesehatan keluarga,
komunitas, masyarakat, dan lingkungannya dan sebaliknya. Apalagi di Indonesia
pengaruh sosial budaya dan agama serta norma-nroma setempat sangat dominan dan
harus selalu dipertimbangkan. Oleh karena itu area kompetensi ini menjadi sangat
penting untuk dikuasai oleh setiap dokter. Dengan penguasaan kompetensi ini
wawasan dokter menjadi lebih luas sehinga pendekatan komprehensif dan holistik
dapat dilaksanakan lebih sempurna. Sekalipun keterampilan ini tampaknya lebih
bersifat keterampilan klinis, sejak dini mahasiwa haurs sudah diperkenalkan
walaupun hanya dalam bentuk simulatif. Dalam pelaksanaannya penguasaan
kompetensi ini dapat diperoleh melalui pengalaman bekerja di lapangan baik di klinik
layanan primer maupun di masyarakat secara langsung. Pengalaman di klinik layanan
primer yang menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga dan pengalaman belajar
lapangan dengan skenario yang cermat akan sangat bermanfaat untuk melatih
keterampilan ini.

Kompetensi Inti
1. Membuat diagnosis, mengelola, dan mencegah masalah individu yang umum
dalam konteks hubungan dengan keluarga dan masyarakat secara komprehensif,
holistik, bersinambung dalam kerjasama yang harmonis dengan semua pihak
termasuk individu dan keluarga serta masyarakatnya
2. Mengelola masalah kesehatan individu menggunakan keterampilan penalaran
klinis (clinical reasoning) untuk menjamin hasil maksimal

Komponen Kompetensi
3. Mendiagnosis dan mengelola masalah kesehatan individu yang umum
4. Mengintegrasikan tindakan preventif untuk mengasilkan pelayanan kesehatan
yang komprehensif

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 20 09/02/2017 20
21

5. Memonitor kemajuan pengobatan dan memodifikasi pengelolaan sesuai situasi


dan kondisi
6. Mendiagnosis dan mengelola penyebab yang terdapat pada lingkungan pasien

Sasaran Penunjang
1. Mendiagnosis masalah kesehatan individu yang umum :
1. Menilai data hasil pemeriksaan dasar (anamnesis, pemeriksaan fisik,
laboratorium) secara benar.
2. Berdasarkan data yang diperoleh, menyusun diagnosis banding yang sesuai serta
urutan masalah.
3. Berdasarkan diagnosis banding, urutan masalah dan berdasarkan diskusi dengan
pasien, memilih, melaksanakan, dan menilai hasil pemeriksaan penunjang.

2. Mengelola masalah kesehatan individu yang umum:


1. Memilih pengobatan yang sesuai berdasarkan hasil pemeriksaan pasien, dan
dengan tetap mempertimbangkan faktor Sosial-Budaya dan norma-norma
setempat, di lingkungan tempat tingal pasien.
2. Memilih pengobatan dengan mempertimbangkan biaya, keuntungan serta kondisi
pasien dan pilihan pasien.
3. Melakukan konsultasi dan merujuk apabila dibutuhkan (termasuk konsultasi dan
rujukan kepada non-dokter).
4. Menentukan tujuan pengobatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi.
5. Melibatkan pasien dan keluarga secara optimal.

3. Mengintegrasikan tindakan prevensi untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang


komprehensif:
1. Menentukan pemeriksaan penapis, pencegahan (e.g. imunisasi), dan perubahan
perilaku yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesehatan dan pencegahan
penyakit pada kelompok usia, jenis kelamin, dan kelompok etnik serta budaya
tertentu.
2. Melaksanakan pendidikan dan intervensi lain yang dibutuhkan untuk melindungi
individu terhadap masalah kesehatan penting.

4. Memonitor kemajuan dan memodifikasi pengelolaan sesuai situasi dan kondisi:


1. Menentukan parameter dan indikator yang akan dinilai
2. Menindak lanjuti rancangan penatalaksanaan selama pengelolaan penyakit,
penyembuhan, dan selama masa sehat

5. Mendiagnosis dan mengelola lingkungan (aspek kesehatan masyarakat) penyebab


penyakit

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 21 09/02/2017 21
22

5. Area Kompetensi (Area of competence) - 5


Keterampilan memanfaatkan, menilai, dan mengelola
informasi secara kritis

Gambaran Umum
Area kompetensi ini sangat penting dikuasai oleh setiap dokter yang diharapkan akan
menerapkan pendekatan kedokteran keluarga. Kompetensi inilah yang menjadikan
dokter cakap, yakin, dan bijaksana dalam mengambil sikap dalam menentukan
langkah demi kepentigan pasien dan keluarganya. Banyak informasi dan teknologi
kedokteran mutakhir yang tersedia dan dokter harus mampu memilih yang paling
sesuai dan rasional sebagai dasar tindak medis yang akan dilakukan. Selain itu
kemampuan ini akan memicu minat dan memacu bakat serta kehendak untuk meneliti
dan mengembangkan ilmu serta keterampilan masing-masing. Area ini sangat penting
untuk menunjang pelaksanaan layanan yang komprehensif yang dapat diaudit dan
dapat dipertangungjawabkan secara ilmiah. Keterampilan ini tidak mungkin dicapai
dengan kuliah melainkan harus dengan praktik langsung mencari, menilai, mengelola,
dan memanfaatkan informasi dalam proses belajar mandiri di bawah seliaan
pembimbing akademik

Kompetensi Inti
Mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemampu-terapan
informasi untuk menjelaskan dan memecahkan masalah, atau mengambil keputusan
dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat primer

Komponen Kompetensi
1. Mencari, mengumpulkan, menyusun, dan menafsirkan informasi kesehatan dan
biomedik dari berbagai sumber
2. Mendapatkan informasi yang spesifik untuk pasien dari sistem data klinik atau
biomedik
3. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu penegakan
diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan dan promosi kesehatan, serta
penjagaan, dan pemantauan status kesehatan pasien
4. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi
5. Menyimpan rekam medik hasil praktiknya untuk analisis dan perbaikan di kemudian
hari

Sasaran Penunjang
1. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara profesional

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 22 09/02/2017 22
23

2. Menggunakan data dan bukti pengkajian ilmiah untuk menilai relevansi dan
validitasnya
3. Menerapkan riset dan metoda statistik untuk menilai kesahihan.
4. Menerapkan ketrampilan dasar pengelolaan informasi untuk menghimpun data
relevan menjadi arsip pribadi
5. Menerapkan keterampilan dasar menafsirkan data untuk melakukan validasi
informasi ilmiah secara sistematik.
6. Menggunakan keterampilan merangkum dan cara menyimpan status untuk
pemeliharaan dan peningkatan arsip individu secara terus menerus
7. Menerapkan prinsip teori teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu
penggunaannya, dengan memperhatikan secara khusus potensinya untuk
berkembang dan keterbatasannya

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 23 09/02/2017 23
24

6. Area Kompetensi (Area of competence) - 6


Kemampuan mawas diri dan mengembangkan diri serta
belajar sepanjang hayat

Gambaran Umum
Kompetensi inilah yang memfasilitasi peningkatan kemampuan dokter yang harus
selalu menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan ilmu dan teknologi
kedokteran serta tuntutan masyarakat yang terus meningkat. Area kompetensi ini
sangat penting dikuasai oleh setiap dokter yang diharapkan akan menerapkan
pendekatan kedokteran keluarga karena layanannya yang bersinambung
mengharuskannya mampu menyediakan informasi mutakhir yang akurat. Lebih-lebih
semua informasi pada masa sekarang ini dapat diakses oleh semua orang termasuk
para pasien. Dengan demikian setiap pertanyaan yang muncul dari pasien dan
keluarganya selalu dapat dijawab dengan tepat dan akurat. Muaranya adalah
peningkatan kepercayaan pasien kepada dokternya. Namun demikian dokter selalu
dapat mawas diri sehingga tidak akan menjawab tanpa data ilmiah yang mapan.
Pengalaman belajar, berlatih, dan berdiskusi sepanjang proses belajar akan sangat
membantu pencapaian kompetensi ini.

Kompetensi Inti
1. Melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan
keterbatasannya
2. Menghadapi dan mengatasi masalah emosional, personal dan masalah yang
berkaitan dengan kesehatan dirinya yang dapat mempengaruhi kesehatan,
kesejahteraan atau kemampuan profesinya
3. Merasa terpanggil untuk belajar sepanjang hayat, merencanakan, menerapkan dan
memantau perkembangan profesi secara bersinambung

Komponen Kompetensi
1. Melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kekurangan
kekuatan/kelebihan, kelemahan, keterbatasan, dan kerapuhan pribadi
2. Menghargai nilai pribadi dan prioritas, agar dapat mempertahankan dan
mengembangkan keseimbangan yang tepat antara komitmen pribadi dan profesinya.
3. Mencari bantuan dan nasihat bila perlu dalam mengatasi masalah dan pengembangan
pribadinya secara tepat
4. Mengenali pengaruh dirinya terhadap orang lain dalam hubungan profesional
5. Melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan
keterbatasannya
6. Mengatasi masalah emosional, personal dan masalah yang berkaitan dengan

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 24 09/02/2017 24
25

kesehatan yang dapat mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan atau kemampuan


profesionalnya
7. Merasa terpanggil untuk belajar sepanjang hayat, merencanakan menerapkan dan
memantau perkembangan profesi secara bersinambung

Sasaran Penunjang
1. Menyadari kemampuan dan keterbatasan diri berkaitan dengan praktik kedokterannya
2. Mengenali dan mengatasi masalah emosional, personal dan masalah yang berkaitan
kesehatan - yang dapat mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan atau kemampuan
profesinya
3. Menyesuaikan diri dengan tekanan yang dialami selama pendidikan dan praktik
kedokteran
4. Menyadari peran hubungan interpersonal dalam lingkungan profesi dan pribadi
5. Mendengarkan secara akurat dan bereaksi sewajarnya atas kritik yang membangun
dari pasien, sejawat, instruktur, dan penyelia (supervisor)
6. Mengelola umpan balik hasil kerja sebagai bagian dari pelatihan dan praktik
7. Mengenali nilai dan keyakinan diri yang sesuai dengan praktik kedokterannya
8. Menerapkan ilmu/pengetahuan secara efektif
9. Memperlihatkan kemampuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah
ilmiah kedokteran

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 25 09/02/2017 25
26

7. Area Kompetensi (Area of Competence) - 7


Menjunjung tinggi etika, moral, dan profesionalisme
dalam praktik
Gambaran Umum
Dalam area kompetensi ini dimaksudkan agar dalam setiap tindakan sorang dokter
harus selalu mempertimbangkan secara saksama sisi etika, moral, dan hukum yang
menjadi salah satu pilar utama profesinya. Kemampuan inilah yang membuat setiap
dokter akan terbiasa dan tidak akan pernah menghindari kewajibannya untuk
berkerja secara profesional untuk mewujudkan layanan yang menjunjung tinggi
etika, moral, dan hukum, layanan yang sadar biaya dan sadar mutu, dan layanan yang
dapat diaudit dan dapat dipertangungjawabkan. Hal itu menjadi penting karena
layanan medis mempunyai kedudukan yang sama di muka hukum dengan layanan
bidang lain. Kemampuan ini tidak mungkin hanya dicapai dengan kuliah saja
melainkan harus dilatihkan dan dirasukkan sepajang proses pendidikan dengan
model panutan yang baik.

Kompetensi Inti
Menjunjung tinggi profesionalisme, nilai moral yang universal maupun yang khas
bangsa Indonesia dan etika dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan
kesehatan, dan kesediaan untuk menghargai nilai yang diyakini pasien yang
berkaitan dengan masalah kesehatannya.

Komponen Kompetensi
1. Memahami konsep dasar etika dan menerapkannya dalam pertimbangan moral dan
dalam konteks pelayanan kedokteran dan kesehatan
2. Mengidentifikasi alternatif pada kasus etik yang sulit
3. Menganalisis secara sistematis hal-hal/pertimbangan yang bertentangan dan yang
mendukung untuk menyusun berbagai alternatif yang berbeda
4. Memformulasi, mempertahankan, dan melaksanakan secara efektif suatu tindakan
dengan memperhitungkan kompleksitas masalah etik yang antara lain merupakan
sistem/tata nilai pasien

Sasaran Penunjang
1. Mengenali dimensi etik kedokteran dalam mengobati/memperlakukan individu pasien
sebagai individu dalam lingkup sosio-budayanya,
2. Mengidentifikasi pertimbangan yang saling bertentangan dalam pilihan etik tertentu
(Identify the conflicting considerations in a particular ethical choice).
3. Menentukan, menyatakan dan menganalisis segi etika dalam kebijakan kesehatan
(Determine, articulate, and analyze the ethical issues in health policy).

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 26 09/02/2017 26
27

4. Menentukan, menyatakan dan menganalisis segi etika dalam hubungan dengan


profesi lain (Determine, articulate, and analyze the ethical issues in relation to other
professionals).
5. Mengidentifikasi kasus relevan dan perundangan menyangkut segi dan pilihan etika
(Identify relevant case and statutory law bearing on ethical issues and choices).
6. Menganalisis secara sistematik dan mempertahankan pilihan etik dalam pengobatan
setiap individu pasien (Systematically analyze and defend ethical choices in the
treatment of individual patient).
7. Menunjukkan dan menggunakan ketrampilan yang diperlukan untuk implementasi
pilihan etik dalam praktik kedokteran (Demonstrate and employ skills necessary to
implement ethical choices in medical practice.
8. Mengintegrasikan alasan etik dalam perawatan pasien untuk mencapai standar profesi
(Integrate the ethical reasons in the care of the patient(s) to achieve professional
standard).
9. Mengenali dan menghadapi (bila perlu menyelesaikan perilaku/sikap tidak
profesional dari anggota lain dalam tim pelayanan kesehatan (Recognize and deal
with unprofessional behavior of other members of the health care team).

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 27 09/02/2017 27
28

BAB III

A. Dasar Pengetahuan (Knowledge base)


Untuk menghidari salah tafsir, bab ini sebagian besar disajikan dalam bahasa Inggris
karena terjemahannya dapat membiaskan makna aslinya jika kurang hati-hati.

1. Basic biology of cells


1. Molecular/cellular-organization & structure:
1.1. Cellular
1.2. Molecular

2. Molecular/cellular-maintenance and homeostasis:


2.1. Basic features of enzymes
2.2. Biosynthetic and degradative pathways
2.3. Energy metabolism
2.4. Genetic regulation
2.5. Molecular endocrinology
2.6. Cell replication

3. Molecular/cellular defense against injury and disease:


3.1. Barrier defenses
3.2. Cellular immune defenses
3.3. Humoral immune defenses
3.4. Active and passive immunity
3.5. Inflammatory response
3.6. Wound healing
3.7. DNA repair

4. Molecular/cellular-mechanism of disease/injury and physiological response:


4.1. Mechanisms
4.2. Physiological response

5. Molecular/cellular-diagnosis and interventions/therapies:


5.1. Diagnosis (laboratory medicine)
5.2. Interventions/therapy

All the above (items 1-5) must be applied as appropriate to the following organ systems:
1. Cardiovascular
2. Endocrine
3. Gastrointestinal
4. Hematologic & immunologic

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 28 09/02/2017 28
29

5. Human reproductive, growth & development


6. Nervous system-central/peripheral & special sensory organs
7. Renal, urinary & body fluids
8. Respiratory
9. Skin (integument)
10. Musculo-skeletal

6. Single organ/organ system-organization & structure:


6.1. Gross anatomy
6.2. Morphology of cellular constituents
6.3. Unique subcellular features of each organ/organ system

7. Single organ/organ system-maintenance/homeostasis/normal function:


7.1. Physiological features of each organ/organ system
7.2. Metabolic mechanisms within each organ/organ system
7.3. Response to endogenous substances (transmitters, hormones, etc.).

8. Single organ/organ system-defense against injury by individual organs/organ


systems:
8.1. Protective features preventing injury
8.2. Adaptive responses to stress to temporarily maintain function
8.3. Age-dependent defenses/vulnerabilities to injury

9. Single organ/organ system-mechanisms of responses to disease and injury


(pathophysiology of disease):
9.1. Signs and symptoms of diseases of each organ/organ system [Clinical examples
should commonly occur in medical practice, contribute to our understanding of
underlying principles of pathophysiology for a specific organ/organ system,
illustrate therapeutic principles, and highlight specific responses of individual
components of an organ or organ systems when clinically relevant]
9.2. Pathophysiological mechanism of disorder
9.3. Reparative mechanisms

10. Single organ/organ system-therapeutic interventions:


10.1. Pharmacological interventions
10.2. Potential side effects of pharmacological interventions
10.3. Manifestations of drug toxicity
10.4. Nonpharmacological interventions

2. Health of the family


1. Whole person/family-organization and structure:
1.1. General principles and concepts

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 29 09/02/2017 29
30

1.2. Embryonic development


1.3. Topographical (surface) gross anatomy, e.g., developmental stages, cosmetic
concerns
1.4. Lifespan developmental stages (birth, puberty, midlife, and aging), individual,
physical, psychosocial familyevolution of familial relationships over the
lifespan
1.5. Family structure, including Indonesian ethnic variations in interrelationships/
interactions, e.g., single parenthood, extended family, isolation dysfunctional
family patterns
1.6. Indonesian sociocultural influences

2. Whole person/family maintenance and homeostasis:


2.1. Normal psychological development over life cycle
2.2. Sociocultural and gender issues
2.3. Whole person/family defense against disease and injury:
2.4. Personal preventive behaviors that afford possibilities for health promotion and
disease prevention
2.5. Individual psychological defense mechanisms
2.6. Primary preventive role of family in terms of role modeling, behaviors, and
education
2.7. Whole person/family mechanism of and response to disease & injury:
2.8. Behavior of individuals
2.9. Function and behavior of families

3. Whole person/family-interventions and therapies:


3.1. Theories and principles of individual-oriented interventions
3.2. Theories and principles of family-oriented interventions
3.3. Pharmacological interventions
3.4. Legal/ethical issues of individuals
3.5. Legal/ethical issues of families

4. Preventive/developmental encounters infancy (birth to one year):


4.1. Function and development
4.2. Nutritional needs in the first year of life, e.g., superiority of breastfeeding,
introduction of solids, whole milk
4.3. Mental healthrisk factors in the home affecting mental health growth,
including quality of parent/parent and child/parent relationships, family stress,
parental substance abuse, single parent family, family history of mental illness
4.4. Substance abuse, including screening methods for substance abuse in the
newborn and parent
4.5. Sexual behavior
4.6. Accidental injurymajor causes of accidental injury to infants and preventive
strategies, in particular for motor vehicle accidents, child abuse, and inadequate
supervision
4.7. Occupational and environmental healthcommon environmental toxins routes
of ingress, and screening for prevention of ingestion

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 30 09/02/2017 30
31

4.8. Specific diseases

5. Preventive/developmental encounters childhood:


5.1. Function and development
5.2. Nutrition
5.3. Mental health
5.4. Substance abuse
5.5. Sexual behavior
5.6. Injury
5.7. Occupational issues and environmental health
5.8. Circumcission
5.9. Others

6. Preventive/developmental encounters adolescence:


6.1. Function and development anticipatory guidance and counseling
6.2. Nutrition
6.3. Mental health
6.4. Substance abuse
6.5. Sexual behavior
6.6. Accidental injury preventive strategies related to the major causes of injury and
death
6.7. Occupational and environmental health, including excessive sun exposure
6.8. Specific diseases appropriate immunizations for this age group

7. Preventive/developmental encounters adults:


7.1. Function and development - anticipatory guidance and counseling
7.2. Nutrition counseling
7.3. Mental health
7.4. Substance abuse
7.5. Sexual behavior
7.6. Accidental injury preventive strategies related to the major causes of accidental
injury
7.7. Occupational and environmental health
7.8. Specific diseases opportunities for primary, secondary, and tertiary preventive
interventions
7.9. Immunizations appropriate for this age group

8. Preventive/developmental encounters elders (age 65 or older):


8.1. Function and development
8.2. Nutritional
8.3. Mental health
8.4. Substance abuse
8.5. Sexual health
8.6. Accidental injuries
8.7. Advance directives, e.g., living will, durable power of attorney for medical
affairs and the need to obtain patient opinion on terminal life issues

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 31 09/02/2017 31
32

8.8. Specific diseases opportunities for primary, secondary, and tertiary preventive
interventions
8.9. immunizations appropriate for this age group

9. Preventive/developmental encounters pregnancy:


9.1. Function and development
9.2. Nutrition, including nutritional and vitamin components of prenatal diet
9.3. Mental health
9.4. Substance abuse
9.5. Sexual behavior
9.6. Accidental injuries accident prevention techniques, e.g., variation in seat belt
use
9.7. Occupational and environmental injury, including elements of a history necessary
to assess pregnancy-specific risks, e.g., lead, radiation, cadmium, solvents,
pesticides
9.8. Specific diseases opportunities for primary, secondary, and tertiary preventive
interventions

3. Community
10. Structure of the national (Indonesian) health care system:
10.1. Major features and forces that led to its current structure
10.2. Current stresses on the Indonesian health care financing system and the potential
for change
10.3.
10.4. Public health methodologies and policies:
10.5. Public health, epidemiology, and biostatistics major concepts and methods,
e.g., sensitivity, specificity, case-control studies, incidence rates, case fatality
rates, infant mortality rates
10.6. Public policy and health policy how these are formulated and what major
issues are currently under consideration

11. Issues in the health care system:


11.1. Availability and accessibility of medical care, including measures of utilization
11.2. Costs
11.3. Quality and acceptability
11.4. Special population group issues health care problems of underserved
populations, e.g., poor, women and high risk groups (pregnancy, under five year
of age, aged)
11.5. Practice issues.

12. Prevention:
12.1. Chemical, immunological, and environmental approaches, e.g. immunization,
fluoridation, iodination of salt

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 32 09/02/2017 32
33

12.2. Behavioral, e.g., interventions designed to enhance community health, role of


physicans in advocacy, educational efforts to effect behavioral change, impact of
religion and morality on health beliefs
12.3. Political and regulatory interventions designed to enhance community health,
e.g., food and drug, occupational safety and health, clean air and water

4. Lingkup ilmu kedokteran (medical encounters)


1. Acute encounters pregnancy:
1.1. Cardiovascular
1.2. Endocrine/metabolic
1.3. Gastrointestinal
1.4. Hematologic/immunologic, including anemia
1.5. Infectious diseases
1.6. Labor and delivery

2. Acute encounters fetus/neonate:


2.1. Cardiovascular diseases
2.2. Endocrine/metabolism
2.3. Gastrointestinal disorders
2.4. Genetics, including congenital malformations
2.5. Hematology/Immunology/Oncology
2.6. Infectious diseases
2.7. Neurology
2.8. Orthopedics, including congenital hip dislocation
2.9. Renal/Fluids/Electrolytes
2.10. Respiratory diseases
2.11. Surgical
2.12. Ears, Nose, and Throat.

3. Acute encounters-children:
3.1. Infectious diseases
3.2. Neurologic diseases
3.3. Respiratory and allergic diseases
3.4. Gastrointestinal diseases
3.5. Urologic, renal, and metabolic diseases
3.6. Dermatologic diseases
3.7. Surgical diseases
3.8. Cardiac diseases, including congestive heart failure
3.9. Hematologic diseases
3.10. Rheumatologic diseases
3.11. Injuries and poisonings

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 33 09/02/2017 33
34

4. Acute encounters adolescents:


4.1. Infectious disease
4.2. Cardiovascular disease, including syncope
4.3. Gastrointestinal disease
4.4. Diseases of water/electrolyte; acid-base
4.5. Skin diseases
4.6. Endocrine diseases, i.e., diabetes mellitus
4.7. Injuries and poisonings
4.8. Respiratory disease asthma
4.9. Neurological diseases
4.10. Hematologic
4.11. Immunologic
4.12. Urologic diseases
4.13. Musculoskeletal.
4.14. Sexually transmitted disease

5. Acute encounters adults and elders:


5.1. Infectious disease
5.2. Hematology
5.3. Neurologic
5.4. Cardiovascular
5.5. Respiratory
5.6. Gastrointestinal diseases
5.7. Reproductive diseases
5.8. Urologic diseases
5.9. Skin disorders, including drug reactions
5.10. Musculoskeletal/Connective Tissue disorders
5.11. Endocrine diseases
5.12. Injuries and poisoning

6. Emergency encounters fetus/neonate:


6.1. Cardiac arrest
6.2. Respiratory distress apnea
6.3. Cyanosis
6.4. Decreased responsiveness lethargy
6.5. Fever
6.6. Rash
6.7. Seizures
6.8. Bleeding (generalized)
6.9. Jaundice
6.10. Pallor
6.11. Edema
6.12. Vomiting/abdominal distension

7. Emergency encounters pregnancy/labor & delivery:


7.1. Maternal complications

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 34 09/02/2017 34
35

7.2. Fetal/Neonatal complications


7.3. Complications of labor & delivery

8. Emergency encounters-infancy and childhood:


8.1. Cardiac arrest
8.2. Respiratory distress apnea
8.3. Altered mental status
8.4. Coma
8.5. Fever
8.6. Rash/petechiae
8.7. Seizure
8.8. Trauma
8.9. Bleeding
8.10. Hypotension/shock
8.11. Hypertension
8.12. Peripheral edema
8.13. Abdominal pain
8.14. Headache
8.15. Vomiting/diarrhea/dehydration
8.16. Poisoning/ingestions
8.17. Jaundice
8.18. Scrotal pain/swelling
8.19. Anaphylaxis
8.20. Cough
8.21. Syncope
8.22. Drowning
8.23. Stridor

9. Emergency encounters adolescence:


9.1. Cardiac arrest
9.2. Respiratory distress apnea
9.3. Altered mental status
9.4. Coma
9.5. Fever
9.6. Rash/petechiae
9.7. Seizure
9.8. Trauma
9.9. Bleeding
9.10. Hypotension/shock
9.11. Hypertension
9.12. Abdominal pain
9.13. Headache
9.14. Vomiting/diarrhea/dehydration
9.15. Poisoning/ingestions
9.16. Jaundice

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 35 09/02/2017 35
36

9.17. Arthritis/arthralgia
9.18. Scrotal pain/swelling
9.19. Anaphylaxis
9.20. Cough
9.21. Syncope
9.22. Drowning
9.23. Eye pain/visual changes
9.24. Suicide attempts/ideation
9.25. Chest pain

10. Emergency encounter adults:


10.1. Cardiac arrest
10.2. Respiratory distress apnea
10.3. Altered mental status
10.4. Coma
10.5. Fever
10.6. Rash/petechiae
10.7. Seizure
10.8. Trauma
10.9. Bleeding
10.10. Hypotension/shock
10.11. Hypertension
10.12. Peripheral edema
10.13. Abdominal pain
10.14. Headache
10.15. Vomiting/darrhea/dehydration
10.16. Poisoning/ingestions
10.17. Jaundice
10.18. Scrotal pain/swelling
10.19. Anaphylaxis
10.20. Cough
10.21. Syncope
10.22. Back pain (upper and lower)
10.23. Eye pain/Visual changes
10.24. Palpitations
10.25. Suicide attempts/ideation
10.26. Chest pain
10.27. Fatigue/weakness/dizziness
10.28. Focal neurologic defects
10.29. Pain in the extremities

11. Emergency encounters-elders (see entire adults section):


11.1. Falls
11.2. Incontinence

12. Chronic encounters general principles and concepts:

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 36 09/02/2017 36
37

12.1. Epidemiology (incidence & prevalence)


12.2. Risk factors
12.3. Public health impact
12.4. Social, cultural, and economic impact
12.5. Etiology and pathogenesis
12.6. Pathophysiology
12.7. Genetics
12.8. Symptoms
12.9. Function
12.10. Lifestyle
12.11. Health perception of quality of life
12.12. Ethical issues (e.g., advance directives)
12.13. Physical examination findings
12.14. Laboratory
12.15. Management
12.16. New developments and emerging concepts
12.17. Systems of care
12.18. Penyakit yang merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia atau
daerah tertentu

13. Chronic Encounters specific diseases:


13.1. Infancy, Childhood, and Adolescence.
13.1.1 Deficiencies and malnutrition
13.2. Malaria
13.3. Tuberculosis
13.4. Dengue
13.5. Polio myelitis
13.6. HIV/AIDS

14. Chronic encounters adult:


14.1. Hypertension
14.2. Coronary artery disease
14.3. Heart failure
14.4. Pulmonary diseases emphysema
14.5. Pulmonary diseases - chronic bronchitis
14.6. Pulmonary diseases asthm;
14.7. Gastrointestinal- dyspepsia
14.8. Gastrointestinal - peptic ulcer
14.9. Gastrointestinal -functional bowel disorder
14.10. Diabetes
14.11. Musculoskeletal disorder rheumatoid arthritis, osteoarthritis
14.12. Low back pain
14.13. Renal failure
14.14. Several cancers
14.15. AIDS

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 37 09/02/2017 37
38

14.16. Stroke;
14.17. Neurologic disorders Parkinsons, multiple sclerosis, amyotrophic lateral
sclerosis (ALS).

15. Chronic encounters elders:


15.1. Dementia/delirium
15.2. Osteopenia/management of menopause
15.3. Immobility and complication (pressure sores)
15.4. Incontinence
15.5. Falls/fractures
15.5.1 Normal aging
15.6. Hearing and vision impairment
15.7. Malnutrition
15.8. Pharmacology adverse drug reactions, drug interactions

16. Behavioral Encounters Neonates/infants:


16.1. Colic
16.2. Sleep problems
16.3. Feeding problems
16.4. Failure to thrive

17. Behavioral Encounters Children:


17.1. Depression
17.2. Attention deficit disorder
17.3. Developmental disorders
17.4. Anxiety disorders, including separation anxiety
17.5. Tic disorders

18. Behavioral encounters adolescents:


18.1. Depression
18.2. Psychoactive substance abuse or dependence
18.3. Suicide
18.4. Eating disorders
18.5. Schizophrenia
18.6. Brief reactive psychosis
18.7. Anxiety disorders, including post-traumatic stress disorder (PTSD).

19. Behavioral encounters adults:


19.1. Mood disorders
19.2. Psychoactive substance abuse and dependence
19.3. Anxiety disorders
19.4. Somatoform disorders
19.5. Sexual dysfunction
19.6. Schizophrenia and other psychoses
19.7. Adjustment disorders

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 38 09/02/2017 38
39

19.8. Sleep disorders


19.9. Organic mental disorders
19.10. Eating disorders

20. Behavioral encounters elders:


20.1. Mood disorder
20.2. Psychoactive substance abuse and dependence
20.3. Anxiety disorders
20.4. Somatoform disorders
20.5. Sexual dysfunction
20.6. Schizophrenia and other psychoses
20.7. Adjustment disorders
20.8. Sleep disorders
20.9. Organic mental disorders
20.10. Delusional disorders

5. Coordinating functions of family doctors


1. Work with families
2. Work with communities
3. Work with health teams

6. Knowledge base for area of competence 5:


1. Problem-solving frameworks:
1.1. General principles of the problem-based method
1.2. Principles of clinical problem-solving and management

2. Problem-solving tools and information resources:


2.1. Applied biostatistics and clinical epidemiology
2.2. Interpretation of the medical literature: study design
2.3. Interpretation of the medical literature: statistical inference

3. Epidemiology of health and disease:


3.1. Patterns of disease occurrence
3.2. Natural history and prognosis
3.3. Risk factors for disease occurrence

4. Evidence-based medicine

5. Learning and technology resources:


5.1. Library resources and systems

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 39 09/02/2017 39
40

5.2. Key professional texts and journals;


5.3. Automated information-retrieval systems (local, national, international)
5.4. Electronic mail
5.5. Remote computer access
5.6. Computer-assisted instructional resources
5.7. Word processing
5.8. Statistical analysis software

7. Knowledge base for area of competence 6


1. Academic and study skills

2. Physician health risks:


2.1. Etiological factors
2.2. Occupational illnesses and hazards.

3. Awareness of interpersonal interactions

4. Stress reduction and health maintenance techniques:


4.1. Time management
4.2. Common stress reduction exercises
4.3. Available support systems

5. Problem solving frameworks:


5.1. General principles of the problem-based method
5.2. Principles of clinical problem-solving and management

6. Problem-solving tools and information resources


6.1. Applied biostatistics and clinical epidemiology
6.2. Epidemiology of health and disease
6.3. Self-assessment techniques
6.4. Continuing medical education

8. Knowledge base for area of competence 7


The competent graduated should understand the importance of:
1. Professionalism in medicine

2. Professionalism in the patient-physician relationship:


2.1. Professional codes
2.2. Ethical conduct

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 40 09/02/2017 40
41

3. Professionalism interactions with other health professionals:


3.1. Duties to the profession
3.2. Understanding the professional roles of self and others (e.g., nurses,
nurse practitioners, technologists, aides, clerks)

4. Influence of different health care delivery systems on interaction between


health professionals:
4.1. Fee-for-service
4.2. Independent practice associations
4.3. Health maintenance organizations

5. Role and use of ethics committee:

6. Referral/consultation:
7. Legal and professional requirements:
7.1. Charting
7.2. Abandonment
7.3. Disclosure
7.4. Standards of care
7.5. Malpractice
7.6. Privileges
7.7. Public reporting (i.e., suspected abuse, infectious diseases, etc.)
7.8. Informed consent

8. Role and use of institutional review board:

9. Commitment to the pursuit of excellence including:


9.1. Accreditation by peer review organizations
9.2. Role of specialty boards
9.3. Establishment and use of practice guidelines

10. Frameworks of Ethical Reasoning

11. Moral Development Theories

12. Moral Principles which underlie the Patient-Physician Relationship

13. Elements of Informed Consent to Treatment

14. Religion social-related issues:


1. Religious values of the patient
2. Religious values of the physician
3. Ethnical values

15. Death and dying

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 41 09/02/2017 41
42

16. Birth-related issues

17. Research issues

18. Organ donation

19. Genetic information issues

20. Organizations and cost of health care delivery.

9. Effective communication
1. Empathy
2. Principles of effective communication
3. Medical ethic and the law
4. Informed consent
5. Group discussion
6. Team work

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 42 09/02/2017 42
43

B. Beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam


menerapkan KIPDI III

Komitmen terhadap konsep kurikulum inti berbasis kompetensi dokter pelayanan primer
sebagai kurikulum inti untuk program studi kedokteran dasar di Indonesia, perlu
memperhatikan sejumlah prinsip yang akan diterapkan, yang dalam penggunaannya dapat
dirumuskan dengan kalimat : jika , maka .., misalnya jika kurikulum berbasis
kompetensi diterapkan, maka perlu fokus pada kompetensi dan hasil yang ingin dicapai
(outcome).

Prinsip 1: Kompetensi dan hasil (outcome)


Dengan digunakannya kompetensi dalam kurikulum kedokteran dasar maka kompetensi
inti, komponen kompetensi dan kompetensi penunjang (enabling outcomes), perlu
dirumuskan secara jelas dalam tiap bidang kemampuan (area of competence).
Di samping itu, dasar pengetahuan (knowledge base) yang mendukung setiap sasaran
penunjang perlu pula dirumuskan, terutama untuk kurikulum lokal, sebagai pelengkap
kurikulum fakultas/program studi, karena belum terdapat dalam standar kompetensi
dokter pelayanan primer.

Prinsip 2: Struktur kurikulum dan organisasi


Penerapan prinsip ini berarti perlunya kerangka struktur kurikulum, strategi pendidikan
yang diperlukan untuk menerapkan (to deliver) kurikulum tersebut dan pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan.

Prinsip 3: Integrasi
Penerapan integrasi bila akan diterapkan harus sejak awal diterapkan kurikulum
terintegrasi baik horizontal maupun vertikal, sehingga misalnya dalam melengkapi ilmu-
ilmu kedokteran seperti anatomi, faal dan biokimia perlu kejelasan kontribusinya dan
hubungan antar cabang-cabang ilmu tersebut, serta kaitan dengan kondisi klinik yang
sesuai.

Prinsip 4: Orientasi komunitas


Dengan diterapkannya orientasi kurikulum ini, maka dalam seluruh program studi perlu
ditekankan pada prioritas kesehatan, pencegahan penyakit dan bantuan terhadap
rehabilitasi.

Prinsip 5: Pengajaran dan pembelajaran


Penerapan prinsip ini memiliki sejumlah implikasi. Pertama, staf akademik perlu
mengajar, untuk dapat mencapai semua sasaran pembelajaran yang telah dirumuskan
dan pada semua kesempatan pembelajaran mahasiswa. Kegiatan itu dilaksanakan untuk
memfasilitasi pembelajaran berkaitan dengan proses pencapaian sasaran pembelajaran
yang telah dirumuskan. Demikian pula, fokus pengajaran dan pembelajaran, adalah
dalam mendorong mahasiswa untuk memahiri proses pembelajaran dalam (deep
learning)/analitik, pengembangan ketrampilan pembelajaran dan berpikir dan

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 43 09/02/2017 43
44

pencapaian kemampuan pembelajaran mandiri sepanjang hayat. Di samping itu


pencapaian ketrampilan penalaran klinis (clinical reasoning) sangat perlu dititikberatkan.

Prinsip 6: Ketrampilan klinik


Berkaitan dengan ketrampilan penalaran klinis, mahasiswa memerlukan fasilitasi untuk
pencapaian ketrampilan klinik, yang berarti bahwa kurikulum wajib menyediakan
kesempatan untuk berlatih bagi para mahasiswa yang menjamin pencapaian ketrampilan
klinik dalam bentuk skenario yang efektif, sejak semester awal program studi (setelah
semester I).

Prinsip 7: Evaluasi hasil pembelajaran mahasiswa


Dengan diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi, maka kompetensi dan sasaran
(outcomes) perlu dijamin pencapaiannya melalui evaluasi/assessment pembelajaran
mahasiswa. Itu berarti bahwa semua ujian dalam program studi kedokteran dasar harus
menggunakan criterion reference dengan pass-fail system dalam pelaksanaannya.
Hal tersebut berarti bahwa kegagalan dalam salah satu bidang kompetensi (area of
competence) tidak dapat digantikan oleh keberhasilan bidang kompetensi yang lain.

Prinsip 8: Monitoring dan evaluasi program


Penerapan prinsip ini penting diterapkan secara terus-menerus sebagai dasar proses
penjaminan mutu yang akan memastikan bahwa standar tetap tercapai. Untuk itu
diperlukan penjabaran organisasi dan prosedur monitoring dan evaluasi program.

Prinsip 9: Multi profesionalisme


Sejak pelayanan kesehatan strata I (primary health care) merupakan pelayanan multi
profesi, penerapan multi profesionalisme menuntut agar tiap program studi kedokteran
dasar mengatur scenario agar dapat memasukkan prinsip ini kedalam kurikulum fakultas
dan merasukkannya ke dalam proses pendidikan.

Kepustakaan:
(Minta Bu SOS)

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 44 09/02/2017 44
45

RINCIAN AREA KOMPETENSI

Area 1:
Komunikasi efektif

Mampu menggali dan bertukar informasi (verbal/ non-verbal) dengan pasien/


pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi lain.

1. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya


1.1 Memperhatikan faktor sosial budaya, dan norma-norma setempat untuk
menetapkan dan mempertahankan terapi lengka dan hubungan dokter
pasien yang etis.
1.2 Menunjukkan perhatian dan penghargaan pada pasien
1.3 Menggali keluhan dan keinginan dari pasien
1.4 Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghndari rasa takut sebelum
melakukan pemeriksaan fisik.
1.6 Mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberi waktu yang cukup
pada pasien untuk menyampaikan keluhannya.
1.7 Memberikan peluang untuk mengeksplorasi keyakinan pasien, hal-hal
yang perlu diperhatikan dan harapan tentang asal penyakit, proses
penyakit, pengelolaan penyakit, dan prognosis penyakit.
1.8 Menggunakan bahasa yang sesuai dengan umr dan dimengerti oleh
pasien, serta sesuai tingkat pendidikan pasien, ketika menyampaikan
pertenyaan, meringkas informasi, menjelaskan hasil diagnosa, pilihan
penanganan serta prognosis.
1.9 Menjawab pertanyaan dan memberi konsultasi untuk permasalahan sulit
1.10 Menggali permasalahan dalam keluarga yang berkaitan dengan kondisi
pasien.
1.11 menunjukkan pemahaman pada bahasa tubuh (non verbal) ketika
berkomunikasi dengan pasien.
1.12 Memberi penjelasan dengan jelas tentang tujuan, keperluan, manfaat,
dan risiko prosedur diagnostik dan tindakan medis (terapi, operasi,
rujukan) sebelum dikerjakan.
1.13 Membuat persetujuan dengan pasien sebagai mitra yang sejajar dalam
memutuskan suatu terapi atau tindakan medis.
1.14 Mengatasi hambatan-hambatan komunikasi (pasien tuli, anak-anak,
pasien dengan gangguan psikis, marah, atau bingung)
1.15 Mencari dan mengkonfirmasikan bahwa informasi dan pilihan-pilihan
tindakan telah difahami oleh pasien.
1.16 Memberikan waktu yang cukup pada pasien untuk merefleksikan
kembali serta berkonsultasi sebelum membuat persetujuan.
1.17 Memelihara dan menjaga harga diri pasien, hal-hal yang bersifat pribadi
dan kerahasiaan pasien sepanjang waktu
1.18 Menyampaikan berita buruk secara benar dan etis.
1.19 Mendapatkan dukungan dan kerjasama dari anggota keluarga untuk
mengerjakan rencana penanganan pasien atau keluarganya.

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 45 09/02/2017 45
46

1.20 Mempersiapkan perasaan pasien untuk pemeriksaan fisik untuk


menghindari stress.
1.21 Memberi tahu adanya rasa sakit atau tidak nyaman yang mungkin timbul
selama pemeriksaan fisik atau tindakannya.
1.22 Memberikan waktu yang cukup untuk merefleksikan kembali dan
berkonsultasi sebelum dibuat suatu kesepakatan.
1.23 Melakukan konfirmasi bahwa informasi dan pilihan tindakan yang
disampaikan telah dipahami.
1.24 Memastikan keberlanjutan tindakan yang sudah disepakati.

2. Berkomunikasi dengan sejawat


2.1 Memberi informasi kepada sejawat tentang kondisi pasien (secara lisan,
tertulis, atau elektronik) sesuai dengan persyaratan.
2.2 Menulis surat rujukan dan laporan penanganan pasien secara benar.
2.3 Memberi informasi kondisi pasien saat dipulangkan kepada sejawat
yang merujuk sesuai dengan persyaratan.
2.4 Melakukan presentaasi laporan kasus secara efektif dan jelas.

3. Berkomunikasi dengan masyarakat


3.1 Menggunakan bahasa yang difahami oleh masyarakat
3.2 Menggunkan teknik komunikasi langsung yang efektif agar masyarakat
menjadikan kesehatan sebagi suatu kebutuhan.
3.3 Memanfaatkan media dan kegiatan kemasyarakatan secara efektif
ketika melakukan advokasi hidup sehat.
3.4 Memberi penjelasan tentang kergian dan keuntungan suatu program
kesehatan secara benar dan etis
3.5 Menjalin hubungan yang setara dengan pejabat atau pemimpin
masyarakat untuk membangun rasa saling percaya dan kerjasama yang
baik.
3.6 Melibatkan para pejabat atau tokoh masyarakat dalam mempromosikan
kesehatan.
3.7 Menemukan dan memanfaatkan peluang untuk berperan dalam
pengembangan kebijakan kesehatan di masyarakat.

4. Berkomunikasi dengan profesi lain


4.1 Mendengarkan dengan perhatian dan memberi waktu cukup kepada
profesi lain untuk mengekspresikan pendapatnya.
4.2 Memberi informasi tepat waktu dan sesuai kondisi yang sebenarnya ke
perusahaan jasa asuransi kesehatan untuk pemrosesan klaim.
4.3 Jika diperlukan dapat memberikan informasi kepada yang relevan
kepada penegak hukum atau sebagai saksi ahli di pengadilan.
4.4 Melakukan negosiasi dengan pihak eksekutif maupun pihak legislatif
yang terkait dalam rangka pemecahan masalah kesehatan masyarakat.

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 46 09/02/2017 46
47

Area 2:
Keterampilan klinis

- Memperoleh riwayat penyakit, melukan pemeriksaan fisik, serta membuat


rekam medis
- Melakukan prosedur klinis dan pemeriksaan laboratorium dasar, serta
menafsirkan hasilnya.
- Memilih pemeriksaan penunjang sesuai dengan kebutuhan pasien
- Memilih dan melakukan keterampilan terapetik, serta tindakan prevensi,
sesuai dengan kewenangannya.

1. Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentang


pasien dan keluarganya.
1.1 Menggali dan merekam dengan jelas keluhan-keluhan yang
disampaikan, riwayat penyakit saat ini, riwayat medis, riwayat keluarga,
riwayat sosial serta riwayat lain yang relevan.

2. Melakukan pemeriksaan fisik (lihat daftar keterampilan)


2.1 Menunjukkan keterampilan pemeriksaan fisik dengan cara yang sesuai
dengan masalah pasien
2.2 Melakukan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan masalah pasien
2.3 Menemukan tanda-tanda fisikdan membuat rekam medis dengan jelas
dan benar.

Daftar keterampilan:
Melakukan pemeriksaan fisik umum untuk menilai:
- Gambaran umum
- Tanda vital
o Denyut nadi
o Alun napas
o Suhu badan
o Denyut jantung
o Keadaan kulit
- Kepala
- Mata
- Telinga
- Hidung dan tenggorok
- Leher
- Dada dan dinding dada
- Jantung
- Paru
- Payudara
- Abdomen
- Genitalia eksterna pria/wanita
- Pelvis dan periksa dalam
- Rektum dan prostat

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 47 09/02/2017 47
48

- Muskuloskeletal
- Pemeriksaan pembuluh darah perifer
- Refleks dan pemeriksaan neurologi lengkap

Melakukan pemeriksaan sesuai dengan masalah pasien:


- Pemeriksaan kejiwaan pasien dengan tetap memperhatikan faktor sosial-
budaya dan norma-norma setempat
- Pemeriksaan fungsi umum.
- Pemeriksaan neonatus.
- Pemeriksaan fisik pada anak
- Pemeriksaan wanita hamil.

3. Memilih dan melakukan prosedur klinis (lihat daftar prosedur klinis)


3.1 Melakukan prosedur klinis sesuai kebutuhan pasien dan
kewenangannya
3.2 Memilih prosedur sesuai dengan masalah pasien

Daftar prosedur klinis:


Melakukan prosedur pemeriksaan penunjang
- Colok dubur
- Periksa dalam pada wanita
- Optalmoskopi
- Otoskopi
- Spirometri

Melakukan prosedur klinik rutin:


- Punksi vena, termasuk untuk biakan darah dan memulai prosedur tindak
medis intravena.
- Punksi arteri (untuk analisis gas darah).
- Resusitasi kardio-pulmoner
- Kontrol/pemeriksaan perdarahan masif.
- Menginsersikan pipa nasogastrik.
- Bekerja dengan prinsip sterilitas
- Melakukan upaya umum dengan hati-hati dan kewaspadaan (universal
precaution).
- Membuat sediaan Pap Smear sampai tahap fiksasi dan pengiriman.
- Menjahit kulit dan jaringan subkutan.
- Menyuntik: intradermal, subkutan, intramuskular, dan intravena.
- Memasang/memasukkan kateter Folley
- BCLS dan ACLS lengkap
- Pertolongan persalinan (partus) normal.
- Insisi and drainase pada kelainan superfisial kulit.
- Perawatan dasar pada luka.
- Membuat sediaan apus tenggorok sampai tahap fiksasi
- Sirkumisisi (sunat)
- Extirpasi tumor jinak kulit dan jaringan subkutan

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 48 09/02/2017 48
49

4. Melakukan prosedur laboratorium dan prosedur diagnostik


4.1 Mengidentifikasi, memilih dan menentukan pemeriksaan laboratorium
yang sesuai
4.2 Melakukan pemeriksaan laboratorium dasar
4.3 Membuat permintaan pemeriksaan laboratorium penunjang
4.4 Menentukan pemeriksaan penunjang untuk tujuan penapisan penyakit

Daftar prosedur laboratorium dan prosedur diagnostik


- Pewarnaan Gram, Ziel-Nielsen.
- EKG
- USG
- Darah samar tinja
- Identifikasi telur cacing dalam tinja
- Pemeriksaan urin
- Sediaan apus darah tepi untuk menilai konfigurasi sel-sel darah termasuk
eritrosit dan trombosit
- Test kehamilan
- Sediaan apus basah vagina untuk analisis mikroorganisme
- Membuat sediaan tempel untuk mengidentifikasi cacing keremi
- Membuat sediaan jamur dari kerokan kulit
- Membuat sediaan kerokan kulit untuk MH
- Membuat sediaan darah untuk cacing filaria

5. Melakukan prosedur kedaruratan klinis


5.1 Menentukan keadaan kedaruran klinis
5.2 Memilih prosedur kedaruratan klinis sesuai kebutuhan pasien atau
menetapkan rujukan
5.3 Melakukan prosedur kedaruratan klinis secara benar dan etis, sesuai
dengan kewenangannya
5.4 Mengevaluasi dan melakukan tinda lanjut

Daftar prosedur klinik awal kedaruratan klinis


- Pasien tak sadar
- Kegawat-daruratan jantung-paru
- Trauma multipel

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 49 09/02/2017 49
50

Area 3
Landasan ilmiah ilmu kedokteran

Mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang penyelesaian masalah kesehatan


secara ilmiah menurut ilmu kedokteran/ kesehatan mutakhir untuk mendapat
hasil yang optimum.
Menggunakan Taxonomy Bloom C1-C6: (C1 to know, C2 to understand, C3 to
apply, C4 to analyse, C5 to syntesize, C6 to evaluate)

1. Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik,


dan perilaku, ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan tingkat
pelayanan kesehatan primer
1.1 Menjelaskan (C5) prinsip-prinsip ilmu kedokteran dasar yang
berhubungan dengan terjadinya masalah kesehatan, beserta
patogenesis dan patofisiologinya.
1.2 Menjelaskan (C5) masalah kesehatan baik secara molekular maupun
selular melalui pemahaman mekanisme normal dalam tubuh
1.3 Menjelaskan (C5) faktor-faktor non biologis yang berpengaruh terhadap
masalah kesehatan
1.4 Mengembangkan (C5) strategi untuk menghentikan sumber penyakit,
poin-poin patogenesis dan patofisiologis, akibat yang ditimbulkan, serta
resiko spesifik secara efektif.
1.5 Menjelaskan (C5) tujuan pengobatan secara fisiologis dan molekular
1.6 Menjelaskan berbagai pilihan yang mungkin dilakukan dalam penangan
pasien
1.7 Menjelaskan secara rasional/ ilmiah dalam menentukan penanganan
penyakit baik secara epidemiologis, farmakologis, fisiologis, diet, atau
perubahan perilaku.
1.8 Memilih intervensi berdasarkan pertimbangan farmakologi, fisiologi, gizi,
ataupun perubahan tingkah laku.
1.9 Menjelaskan indikasi pemberian obat, cara kerja obat, waktu paruh,
dosis, serta penerapannya pada keadaan-keadaan klinik
1.10 Menjelaskan kemungkinan terjadinya interaksi obat dan efek samping
1.11 Menjelaskan manfaat terapi diet pada penanganan kasus tertentu
1.12 Mengidentifikasi perubahan proses patofisiologi setelah pengobatan
1.13 Menjelaskan prinsip-prinsip pengambilan keputusan dalam mengelola
masalah kesehatan.

2. Menentukan efektifitas suatu tindakan


2.1 Menjelaskan bahwa kelainan dipengaruhi oleh obat-obatan
2.2 Menjelaskan parameter dan indikator keberhasilan pengobatan
2.3 Menjelaskan perlunya evaluasi lanjutan pada penangan penyakit

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 50 09/02/2017 50
51

3. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji


laboratorium, dan prosedur yang sesuai
- Membuat interpretasi dan menjelaskan (patofisiologi atau terminologi
lainnya), data klinik dan laboratorium untuk menentukan diagnosis pasti.
- Memberi alasan hasil diagnosa dengan mengacu pada evidence-based.

3.1 Mengidentifikasi adanya suatu masalah kesehatan dan membuat


rujukan jika diperlukan

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 51 09/02/2017 51
52

Area 4
Pengelolaan masalah kesehatan

Mengelola masalah kesehatan pada individu, keluarga, ataupun masyarakat


secara komprehensif, holistik, bersinambung, koordinatif, dan kolaboratif, dalam
konteks pelayanan kesehatan primer.

1. Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai individu


yang utuh, bagian dari keluarga dan masyarakat
1.1 Menginterpretasikan data-data klinis merumuskannya menjadi diagnosis
sementara dan diagnosis differensialnya.
1.2 Mampu menjelaskan penyebab penyakit, patogenesis, serta patofisiologi
suatu penyakit.
1.3 Mengidentifikasi berbagai pilihan cara pengelolaan yang sesuai dengan
penyakit pasien.
1.4 Memilih dan menerapkan strategi pengelolaan yang paling tepat
berdasarkan prinsip kendali biaya dan kendali mutu, manfaat, keadaan
pasien, serta sesuai pilihan pasien. Melakukan konsultasi mengenai
pasien bila perlu.
1.5 Merujuk ke sejawat lain sesuai dengan Standar Pelayanan Medis yang
berlaku, tanpa atau sesudah terapi awal (lihat daftar penyakit)
1.6 Bertanggungjawab untuk mengelola masalah kesehatan secara mandiri
sesuai dengan tingkat kewenangannya (lihat daftar penyakit)
1.7 Memberi alasan strategi pengelolaan pasien yang dipilih berdasarkan
patofisiologi, patogenesis, farmakologi, faktor psikologis, sosial, dan
faktor-faktor lain yang sesuai.
1.8 Membuat instruksi tertulis secara jelas, lengkap, tepat, dan dapat dibaca
1.9 Menulis resep secara rasional, jelas, lengkap, dan dapat dibaca.
Menetapkan dosis, cara pemberian, frekuensi, dan sesuai kondisi pasien
secara tepat.
1.10 Mengidentifikasi berbagai indikator keberhasilan pengoatan, memonitor,
perkembangan penanganan, memperbaiki dan mengubah terapi dengan
tepat.
1.11 Memprediksi, monitor, mengenali kemungkinan adanya interaksi obat
dan efek samping, memperbaiki, dan mengubah terapi dengan tepat.
1.12 Mengidentifikasi keadaan gawat darurat dan bertindak sesuai dengan
tingkat kewenangannya (lihat daftar penyakit)
1.13 Menerapkan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga secara holistik,
komprehensif, koordinatif, kolaboratif, dan bersinambung dalam
mengelola penyakit dan masalah pasien.
1.14 Mengidentifikasi peran keluarga pasien, pekerjaan, dan lingkungan
sosial sebagai faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit,
serta sebagai faktor yang mungkin berpengaruh terhadap pertimbangan
terapi.

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 52 09/02/2017 52
53

2. Pencegahan penyakit dan keadaan sakit


2.1 Mengidentfikasi, memberi alasan, menerapkan dan memonitor strategi
pencegahan tertier yang tepat berkaitan dengan penyakit pasien,
keadaan sakit atau permasalahannya.
(pencegahan tertier adalah pencegahan yang digunakan untuk
memperlambat progresi dari penyakitnya dan juga timbulnya komplikasi,
misalnya diet pada penderita DM)
2.2 Mengidentfikasi, memberi alasan, menerapkan dan memonitor strategi
pencegahan sekunder yang tepat berkaitan dengan pasien dan
keluarganya. (pencegahan sekunder adalah kegiatan penapisan untuk
mengidentifikasi faktor risiko dari penyakit laten untuk memperlambat
atau mencegah timbulnya penyakit, contoh Pap Smear, Mantoux Test)
2.3 Mengidentfikasi, memberi alasan, menerapkan dan memonitor strategi
pencegahan primer yang tepat berkaitan dengan pasien, anggota
keluarga, dan masyarakat.
(Pencegahan primer adalah mecegah timbulnya penyakit misalnya
imunisasi)
2.4 Mengidentifikasi peran keluarga pasien, pekerjaan dan lingkungan sosial
sebagai faktor risiko terjadinya penyakit dan sebagai faktor yang
mungkin berpengaruh terhadap pencegahan penyakit
2.5 Merencanakan dan menerapkan upaya pencegahan penyakit baik
terhadap individu, keluarga dan masyarakat.
2.6 Mempertunjukkan pemahaman bahwa upaya pencegahan penyakit
sangat tergantung pada kerja sama tim dan kolaborasi dengan para
profesional di bidang lain.

3. Melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan


dan pencegahan penyakit
3.1 Mengidentifikasi kebutuhan perubahan perilaku dan modifikasi gaya
hidup untuk promosi kesehatan pada berbagai kelompok umur, jenis
kelamin, etnis, dan budaya.
3.2 Merencanakan dan melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka
promosi kesehatan di tingkat individu, keluarga dan masyarakat.
3.3 Bekerjasama dengan sekolah dalam mengembangkan program Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS)

4. Menggerakkan da memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan


derajat kesehatan
4.1 Memotivasi masyarakat untuk mampu mengidentifikasi permasalahan
kesehatan masyarakat
4.2 menentukan insiden dan prevalensi penyakit di masyarakat serta
mengenali keterkaitan yang kompleks antara faktor psikologis, kultur,
sosial ekonomi, kebijakan dan faktor lingkungan yang berpengaruh pada
suatu permasalahan kesehatan.
4.3 Melibatkan masyarakat dalam mengembangkan solusi yang tepat bagi
permasalahan kesehatan masyarakat.

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 53 09/02/2017 53
54

4.4 Bekerjasama dengan profesi dan sektor lain dalam memecahkan


permasalahan kesehatan dengan mempertimbangkan kebijakan
kesehatan pemerintah, termasuk antisipasi terhadap timbulnya peyakit-
penyakit baru.
4.5 Menggerakkan masyarakat untuk berperan serta dalam intervensi
kesehatan.
4.6 Merencanakan dan mengimplementasikan intervensi kesehatan
masyarakat serta menganalisis hasilnya.
4.7 Melatih kader kesehatan dalam pendidikan kesehatan.
4.8 Mengevaluasi efektifitas pendidikan kesehatan.
4.9 Bekerjasama dengan masyarakat dalam menilai ketersediaan,
pengadaan, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat.

5. Mengelola sumber daya manusia dan saran-pra sarana secara efektif


dan efisien dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan
kedokteran keluarga.
5.1 Menjalankan fungsi manager (berperan sebagai pemimpin, pemberi
informasi, dan pengambil keputusan)
5.2 Menerapkan manajemen mutu dalam pelayanan kesehatan primer dan
praktik kedokteran keluarga
5.3 Mengelola sumber daya manusia
5.4 Mengelola fasilitas, sarana, dan prasarana

Lingkup ilmu kedokteran (medical encounters)


1. Acute encounters pregnancy:
- Cardiovascular
- Endocrine/metabolic
- Gastrointestinal
- Hematologic/immunologic, including anemia
- Infectious diseases
- Labor and delivery

2.Acute encounters fetus/neonate:


- Cardiovascular diseases
- Endocrine/metabolism
- Gastrointestinal disorders
- Genetics, including congenital malformations
- Hematology/Immunology/Oncology
- Infectious diseases
- Neurology
- Orthopedics, including congenital hip dislocation
- Renal/Fluids/Electrolytes
- Respiratory diseases
- Surgical
- Ears, Nose, and Throat.

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 54 09/02/2017 54
55

3. Acute encounters-children:
- Infectious diseases
- Neurologic diseases
- Respiratory and allergic diseases
- Gastrointestinal diseases
- Urologic, renal, and metabolic diseases
- Dermatologic diseases
- Surgical diseases
- Cardiac diseases, including congestive heart failure
- Hematologic diseases
- Rheumatologic diseases
- Injuries and poisonings

4. Acute encounters adolescents:


- Infectious disease
- Cardiovascular disease, including syncope
- Gastrointestinal disease
- Diseases of water/electrolyte; acid-base
- Skin diseases
- Endocrine diseases, i.e., diabetes mellitus
- Injuries and poisonings
- Respiratory disease asthma
- Neurological diseases
- Hematologic
- Immunologic
- Urologic diseases
- Musculoskeletal.
- Sexually transmitted disease

5. Acute encounters adults and elders:


- Infectious disease
- Hematology
- Neurologic
- Cardiovascular
- Respiratory
- Gastrointestinal diseases
- Reproductive diseases
- Urologic diseases
- Skin disorders, including drug reactions
- Musculoskeletal/Connective Tissue disorders
- Endocrine diseases
- Injuries and poisoning

6. Emergency encounters fetus/neonate:


- Cardiac arrest
- Respiratory distress apnea

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 55 09/02/2017 55
56

- Cyanosis
- Decreased responsiveness lethargy
- Fever
- Rash
- Seizures
- Bleeding (generalized)
- Jaundice
- Pallor
- Edema
- Vomiting/abdominal distension

7. Emergency encounters pregnancy/labor & delivery:


- Maternal complications
- Fetal/Neonatal complications
- Complications of labor & delivery

8. Emergency encounters-infancy and childhood:


- Cardiac arrest
- Respiratory distress apnea
- Altered mental status
- Coma
- Fever
- Rash/petechiae
- Seizure
- Trauma
- Bleeding
- Hypotension/shock
- Hypertension
- Peripheral edema
- Abdominal pain
- Headache
- Vomiting/diarrhea/dehydration
- Poisoning/ingestions
- Jaundice
- Scrotal pain/swelling
- Anaphylaxis
- Cough
- Syncope
- Drowning
- Stridor

9. Emergency encounters adolescence:


- Cardiac arrest
- Respiratory distress apnea
- Altered mental status
- Coma

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 56 09/02/2017 56
57

- Fever
- Rash/petechiae
- Seizure
- Trauma
- Bleeding
- Hypotension/shock
- Hypertension
- Abdominal pain
- Headache
- Vomiting/diarrhea/dehydration
- Poisoning/ingestions
- Jaundice
- Arthritis/arthralgia
- Scrotal pain/swelling
- Anaphylaxis
- Cough
- Syncope
- Drowning
- Eye pain/visual changes
- Suicide attempts/ideation
- Chest pain

10. Emergency encounter adults:


- Cardiac arrest
- Respiratory distress apnea
- Altered mental status
- Coma
- Fever
- Rash/petechiae
- Seizure
- Trauma
- Bleeding
- Hypotension/shock
- Hypertension
- Peripheral edema
- Abdominal pain
- Headache
- Vomiting/darrhea/dehydration
- Poisoning/ingestions
- Jaundice
- Scrotal pain/swelling
- Anaphylaxis
- Cough
- Syncope
- Back pain (upper and lower)
- Eye pain/Visual changes

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 57 09/02/2017 57
58

- Palpitations
- Suicide attempts/ideation
- Chest pain
- Fatigue/weakness/dizziness
- Focal neurologic defects
- Pain in the extremities

11. Emergency encounters-elders (see entire adults section):


- Falls
- Incontinence

12. Chronic encounters general principles and concepts:


- Epidemiology (incidence & prevalence)
- Risk factors
- Public health impact
- Social, cultural, and economic impact
- Etiology and pathogenesis
- Pathophysiology
- Genetics
- Symptoms
- Function
- Lifestyle
- Health perception of quality of life
- Ethical issues (e.g., advance directives)
- Physical examination findings
- Laboratory
- Management
- New developments and emerging concepts
- Systems of care
- Penyakit yang merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
atau daerah tertentu

13. Chronic Encounters specific diseases:


- Infancy, Childhood, and Adolescence:
Deficiencies and malnutrition
- Malaria
- Tuberculosis
- Dengue
- Polio myelitis
- HIV/AIDS

14. Chronic encounters adult:


- Hypertension
- Coronary artery disease
- Heart failure
- Pulmonary diseases emphysema

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 58 09/02/2017 58
59

- Pulmonary diseases - chronic bronchitis


- Pulmonary diseases asthm;
- Gastrointestinal- dyspepsia
- Gastrointestinal - peptic ulcer
- Gastrointestinal -functional bowel disorder
- Diabetes
- Musculoskeletal disorder rheumatoid arthritis, osteoarthritis
- Low back pain
- Renal failure
- Several cancers
- AIDS
- Stroke
- Neurologic disorders Parkinsons, multiple sclerosis, amyotrophic lateral
sclerosis (ALS).

15. Chronic encounters elders:


- Dementia/delirium
- Osteopenia/management of menopause
- Immobility and complication (pressure sores)
- Incontinence
- Falls/fractures
Normal aging
- Hearing and vision impairment
- Malnutrition
- Pharmacology adverse drug reactions, drug interactions

16. Behavioral Encounters Neonates/infants:


- Colic
- Sleep problems
- Feeding problems
- Failure to thrive

17. Behavioral Encounters Children:


- Depression
- Attention deficit disorder
- Developmental disorders
- Anxiety disorders, including separation anxiety
- Tic disorders

18. Behavioral encounters adolescents:


- Depression
- Psychoactive substance abuse or dependence
- Suicide
- Eating disorders
- Schizophrenia
- Brief reactive psychosis

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 59 09/02/2017 59
60

- Anxiety disorders, including post-traumatic stress disorder (PTSD).

19. Behavioral encounters adults:


- Mood disorders
- Psychoactive substance abuse and dependence
- Anxiety disorders
- Somatoform disorders
- Sexual dysfunction
- Schizophrenia and other psychoses
- Adjustment disorders
- Sleep disorders
- Organic mental disorders
- Eating disorders

20. Behavioral encounters elders:


- Mood disorder
- Psychoactive substance abuse and dependence
- Anxiety disorders
- Somatoform disorders
- Sexual dysfunction
- Schizophrenia and other psychoses
- Adjustment disorders
- Sleep disorders
- Organic mental disorders
- Delusional disorders

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 60 09/02/2017 60
61

Area 5
Pengelolaan informasi

Mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemampu-terapan


informasi untuk menjelaskan dan memecahkan masalah, atau mengambil
keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat primer.

1. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu


penegakan diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan dan
promosi kesehatan, serta penjagaan, dan pemantauan status kesehatan
pasien.
1.1 Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara profesional.
1.2 menggunakan data dan bukti pengkajian ilmiah untuk menilai relevansi
dan validitasnya.
1.3 menerapkan riset dan metoda statistik untuk menilai kesahihan.
1.4 Menerapkan keterampilan dasar pengelolaan informasi untuk
menghimpun data relevan menjadi arsip pribadi.
1.5 Menerapkan keterampilan dasar menafsirkan data untuk melakukan
validitas informasi ilmiah secara sistemik.
1.6 Menggunakan keterampilan merangkum dan cara menyimpan status
untuk pemeliharaan dan peningkatan arsip individu secara terus
menerus.

2. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi


2.1 Menerapkan prinsip teori teknologi informasi dan komunikasi untuk
membantu penggunaannya, dengan memperhatikan secara khusus
potensinya untuk berkembang serta keterbatasannya.

3. Memanfaatkan informasi kesehatan


3.1 Memasukkan dan menemukan kembali informasi dan database dalam
praktek secara efisien.
3.2 Menjawab pertanyaan yang terkait dengan praktek kedokteran dengan
menganalisis arsip praktek kedokteran.
3.3 Membuat dan menggunakan rekam medis untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 61 09/02/2017 61
62

Area 6
Mawas diri dan pengembangan diri

- Melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan


dan keterbatasannya.
- Mengatasi masalah emosional, personal, kesehatan, dan kesejahteraan yang
dapat mempengaruhi kemampuan profesinya.
- Belajar sepanjang hayat
- Merencanakan, menerapkan, dan memantau perkembangan profesi secara
bersinambung

1. Menerapkan mawas diri


1.1 Menyadari kemampuan dan keterbatasan diri berkaitan dengan praktik
kedokterannya.
1.2 Mengenali dan mengatasi masalah emosional, personal, dan masalah
yang berkaitan dengan kesehatan, yang dapat mempengaruhi
kesehatan, kesejahteraan, dan kemampuan profesinya.
1.3 Menyesuaikan diri dengan tekanan yang dialami selama pendidikan dan
praktik kedokteran.
1.4 Menyadari peran hubungan interpersonal dalam lingkungan profesi dan
pribadi
1.5 Mendengarkan secara akurat dan bereaksi sewajarnya atas kritik yang
membangun dari pasien, sejawat, instruktur dan penyelia (supervisor).
1.6 Mengelola umpan balik hasil kerja sebagai bagian dari pelatihan dan
praktik.
1.7 Mengenali nilai dan keyakinan diri yang sesuai dengan praktik
kedokterannya.

2. Mempraktekkan belajar sepanjang hayat


2.1 Menkonstruksi dirinya untuk mengikutikemajuan ilmu pengetahuan yang
baru.
2.2 Berpean aktif dalam program pembelajaran berkelanjutan (CME) dan
pengalaman belajar lainnya.
2.3 Menunjukkan sikap skeptis dan kritis terhadap bukti-bukti lmiah dalam
praktik kedokteran berbasis bukti (Evidence-based Medicine).
2.4 Menggunakan teknologi internet
2.5 Menanggapi secara kritis literatur kedokteran dan relevansinya terhadap
pasiennya.
2.6 Mereview performa profesionalisme dirinya dan mengidentifikasi
kebutuhan belajarnya.

21. Mencari dan menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah


kesehatan
3.1 Mengidentifikasi masalah-masalah klinis dan kesehatan
3.2 Mendapatkan informasi secara efisien untuk menjawwab permasalahan
klinis dan kesehatan

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 62 09/02/2017 62
63

3.3 Mengevaluasi kualitas informasi dan evidence.


3.4 Mengambil keputusan apakan akan memanfaatkan informasi atau
evidence untuk penanganan pasien dan justifikasi alasan keputusan
yang diambil.

22. Mengembangkan pengetahuan baru


4.1 Mengidentifikasi kesenjangan dari ilmu pengetahuan yang sudah ada
dan mengembangkanna menjadi research question (pertanyaan-
pertanyaan penelitian) yang tepat.
4.2 Merencanakan mendesain, dan mengimplementasikan penelitian untuk
menemukan jawaban dari research question (pertanyaan-pertanyaan
penelitian).
4.3 Menuliskan dan mengirimkan hasil penelitian untuk dipulikasikan.
4.4 Membuat presentasi yang jelas dan intelek dari hasil penenlitian dan
kesimpulannya.

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 63 09/02/2017 63
64

Area 7
Etika, Moral, Profesionalisme, dan Medikolegal

- berperilaku profesional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebjakan


kesehatan
- Bermoral dan eretika serta memahami isu-isu etik maupun aspek medikolegal
dalam praktik kedokteran.

1. Sikap-sikap umum profesional


1.1 Menunjukkan sikap yang sesuai dengan Kode Etik Dokter Indonesia
1.2 Menjaga kerahasiaan dan kepercayaan pasien
1.3 Menunjukkan kepercayaan dan hormat menghormati dalam hubungan
dokter dan pasien
1.4 Menunjukkan rasa empati dan dengan pendekatan yang menyeluruh
1.5 Mengapresiasi masalah pembiayaan dan hambatan lain dalam
memberikan pelayanan kesehatan serta dampaknya
1.6 Mengintegrasi pertimbangan etis dalam penanganan pasien sesuai
standar profesional
1.7 Mengenal alternatif dalam menghadapi pilihan etis yang sulit
1.8 Menganalisis secara sistematik dan mempertahankan pilihan etik dalam
pengobatan setiap individu pasien.

2. Berperilaku profesional dalam bekerjasama


2.1 Menghormati setiap orang tanpa memedakan statusnya
2.2 Bertindak dengan cara-cara yang menunjukkan pengakuan pada setiap
individu apapun statusnya, menghargai baik kontribusi maupun
perannya.
2.3 Turut berperan dalam kegiatan yang memerlukan kerjasama dengan
para petugas kesehatan.
2.4 Mengenali dan berusaha menjadi penengah ketika terjadi konflik
2.5 Memberikan tanggapan secara konstruktif terhadap masukan dari orang
lain.
2.6 memahami pertimangan-pertimbangan etis dalam hubungan profesional
dengan petugas kesehatan lain, menganalisa pertimangan etis yang
sesuai dan ertindak sebagai seorang yang profesional, bermoral, serta
beretika.
2.7 Mengenali dan bertindak sewajarnya saat kolega melakukan suatu
tindakan yang tidak profesional.

3. Sebagai anggota Tim Pelayanan Kesehatan yang Profesional


3.1 Berperan dalam pengelolaan masalah pasien dan menerapkan nilai-nilai
profesionalisme
3.2 Bekerja dalam berbagai tim pelayanan kesehatan secara efektif
3.3 Menghargai peran dan pendapat berbagai profesi kesehatan
3.4 Berpean sebagai manager baik dalam praktek priadi maupun sistem
pelayanan kesehatan.

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 64 09/02/2017 64
65

3.5 Menyadari profesi medis yang mempunyai peran di masyarakat dan


dapat melakukan suatu perubahan.
3.6 Mampu mengatasi perilaku yang tidak profesional dari anggota tim
pelayanan kesehatan lain.

4. Melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural di


Indonesia
4.1 Menghargai perbedaan karakter individu, gaya hidup, dan budaya dari
pasien dan sejawat.
4.2 Memahami heterogenitas persepsi yang berkaitan dengan usia, gender,
orientasi sexual, etnis, kecacatan dan staus sosial dan ekonomi.

23. Aspek mediko-legal dalam raktik kedokteran


5.1 Memahami dan menerima tanggungjawab hukum berkaitan dengan:
- Hak asasi manusia
- Resep obat
- Penyalahgunaan tindakan fisik dan seksual
- Kode Etik Kedokteran Indonesia
- Pembuatan surat keterangan sehat, sakit, atau surat kematian
- Proses di Pengadilan
5.2 Memahami UU Praktek Kedokteran No. 29 Thn. 2004
5.3 Memahami peran Konsil Kedokteran Indonesia sebagai badan yang
mengatur praktik kedokteran
5.4 Menetukan, menyatakan dan menganalisis segi etika dalam kebijakan
kesehatan

/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/344926293.doc 65 09/02/2017 65

Anda mungkin juga menyukai