Pedoman PMKP
Pedoman PMKP
BAB I
PENDAHULUAN
1
Program Peningkatan Mutu 2
dan Keselamatan Pasien 0
Rumah Sakit Bhayangkara 1
Denpasar 7
BAB II
LATAR BELAKANG
2
Program Peningkatan Mutu 2
dan Keselamatan Pasien 0
Rumah Sakit Bhayangkara 1
Denpasar 7
Sejak tahun 1979, JCAH membuat standar tambahan, yaitu agar dapat lulus akreditasi,
suatu rumah sakit harus juga mempunyai program pengendalian mutu dan keselamatan pasien
yang dilaksanakan dengan baik.
Di Australia, Australian Council of Hospital Standards (ACHS), didirikan dengan susah
payah pada tahun 1971, namun sampai tahun 1981 badan ini baru berhasil beroperasi dalam 3
negara bagian. Tapi lambat laun ACHS dapat diterima kehadirannya dan diakui manfaatnya
dalam upaya peningkatan mutu dan pelayanan sehingga sekarang kegiatan ACHS telah
mencangkup semua negara baagian. Pelaksanaan peningkatan mutu di Australia pada dasarnya
hampir sama dengan di Amerika.
Di Eropa Barat perhatian terhadap peningkatan mutu pelayanan sangat tinggi, namun
masalah itu tetap merupakan hal yang baru dengan konsep ysng masih agak kabur bagi
kebanyakan tenaga profesi kesehatan.Sedangkan pendekatan secara Amerika sukar diterapkan
karena perbedaan sistem kesehatan di masing-masing negara di Eropa. Karena itu kantor
regional WHO untuk Eropa pada tahun 1980-an mengambil inisiatif untuk membantu negara-
negara Eropa mengembangkan pendekatan peningkatan mutu pelayanan disesuaikan dengan
system pelayanan kesehatan masing-masing.
Pada tahun 1982 kantor regional tersebut telah menerbitkan buku tentang upaya
meningkatkan mutu dan penyelenggaraan symposium di Utrecht, Negeri Belanda tentang
metodologi peningkatan mutu pelayanan. Dalam bulan Mei 1983 di Barcelona, Spanyol suatu
kelompok kerja yang dibentuk oleh WHO telah mengadakan pertemuan untuk mempelajari
peningkatan mutu khusus untuk Eropa.
Walaupun secara regional WHO telah melakukan berbagai upaya, namun pada
simposium peningkatan mutu pada bulan Mei 1989 terdapat kesan bahwa secara nasional upaya
peningkatan mutu di berbagai negara Eropa Barat masih pada perkembangan awal.
Di Asia, negara pertama yang sudah mempunyai program peningkatan mutu dan
akreditasi rumah sakit secara nasional adalah Taiwan. Negara ini banyak menerapkan metodologi
dari Amerika.Sedangkan Malaysia mengembangkan peningkatan mutu pelayanan dengan
bantuan konsultan ahli dari Belanda.
Di Indonesia langkah awal yang sangat mendasar dan terarah yang telah dilakukan
Departemen Kesehatan dalam rangka upaya peningkatan mutu yaitu penetapan kelas rumah sakit
pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.033/Birhup/1972. Secara umum
telah ditetapkan beberapa kriteria untuk tiap kelas Rumah Sakit A,B,C,D. Kriteria ini kemudian
berkembang menjadi standar-standar. Kemudian dari tahun ke tahun disusun berbagai standar
baik menyangkut pelayanan, ketenagaan, saran dan prasarana untuk masing-masing kelas rumah
sakit.Disamping standar, departemen kesehatan juga mengeluarkan berbagai panduan dalam
rangka meningkatkan penampilan pelayanan rumah sakit.
Sejak tahun 1984, departemen kesehatan telah mengembangkan berbagai indikator untuk
mengukur dan mengevaluasi penampilan (performance) rumah sakit pemerintah kelas C dan
3
Program Peningkatan Mutu 2
dan Keselamatan Pasien 0
Rumah Sakit Bhayangkara 1
Denpasar 7
rumah sakit swasta setara yaitu dalam rangka Hari Kesehatan Nasional.Indikator ini setiap dua
tahun ditinjau kembali dan disempurnakan. Evaluasi penampilan untuk tahun 1991 telah
dilengkapi dengan indikator kebersihan dan ketertiba rumah sakit, dan yang dievaluasi selain
kelas C juga kelas D dan kelas B serta rumah sakit swasta yang setara. Sedangkan evaluasi
penampilan tahun 1992, telah dilengkapi pula dengan instrumen mengukur kemampuan
pelayanan.Evaluasi penampilan rumah sakit ini merupakan langkah awal dari konsep Continuous
Quality Improvement (CQI). Berbeda dengan konsep QA tradisional dimana dalam monitor dan
evaluasi dititik beratkan kepada pencapaian standar, maka pada CQI fokus lebih diarahkan pada
penampilan organisasi melalui penilaian pemilik, manajemen, klinik dan pelayanan penunjang.
perbedaaan yang sangat mendasar yaitu keterlibatan seluruh karyawan.
Selain itu secara sendiri-sendiri beberapa rumah sakit telah mengadakan monitoring dan
evaluasi mutu pelayanan rumah sakitnya.Pada tahun 1981 RS Gatot Subroto telah melakukan
kegiatan penilaian mutu yang berdasarkan atas derajat kepuasan pasien. Kemudian Rumah Sakit
Husada pada tahun 1984 melakukan kegiatan yang sama. Rumah Sakit Adi Husada di Surabaya
membuat penilaian mutu atas dasar penilaian perilaku dan penampilan kerja perawat.Rumah
Sakit Dr. Soetomo Surabaya menilai mutu melalui penilaian infeksi nosokomial sebagai salah
satu indikator mutu pelayanan.Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menggunakan upaya
penggunaan obat secara rasional.Rumah Sakit Islam Jakarta pernah mengguanakan pengendalian
mutu terpadu (TQC) dan Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle (QCC).Beberapa rumah
sakit lainnya juga telah mencoba menerapkan gugus kendali mutu, walaupun hasilnya belum ada
yang dilaporkan.
Sejalan dengan hal diatas, maka departemen kesehatan telah mengadakan pelatihan
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit pada beberapa rumah sakit.Berdasarkan data diatas
dapat disimpulkan bahwa kesadaran untuk meningkatkan mutu sudah cukup meluas meskipun
dalam penerapannya sering ada perbedaan.
Untuk melaksanakan ketentuan pasal 43 Undang-Undang No 44 Tahun 2009 tentang
rumah sakit maka diterbitkanlah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit. Dalam Permenkes tersebut
menyatakan bahwa keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan lebih aman yang meliputi assessment risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan melakukan tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Sejalan dengan pemaparan diatas, agar upaya peningkatan mutu dan keselamtan pasien di
Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar dapat berjalan seperti yang diharapkan maka perlu disusun
pedoman upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien di Rumah Sakit Bhayangkara
Denpasar.Buku pedoman tersebut disusun sebagai acuan bagi pengelola Rumah Sakit
4
Program Peningkatan Mutu 2
dan Keselamatan Pasien 0
Rumah Sakit Bhayangkara 1
Denpasar 7
Bhayangkara Denpasar dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu dan keselamtan pasien di
Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar.
BAB III
TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu pelayanan
dan keselamatan pasien di Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar secara efektif dan efisien
agar tercapai derajat kesehatan yang optimal dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
2. Tujuan Khusus
Tercapainya peningkatan mutu pelayanan dan terjaminnya keselamatan pasien di
Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar melalui:
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
b. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
c. Optimalisasi tenaga, sarana, dan prasarana untuk pengembangan pelayanan
kesehatan melalui monitoring kinerja individu dan kinerja unit kerja
d. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan
yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan
pasien.
5
Program Peningkatan Mutu 2
dan Keselamatan Pasien 0
Rumah Sakit Bhayangkara 1
Denpasar 7
BAB IV
PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR
Agar upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien dapat dilaksanakan secara efektif
dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang pengertian dan konsep dasar upaya
peningkatan mutu dan keselamatan pasien di Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar.
A. Definisi Mutu
Pengertian mutu beraneka ragam dan dibawah ini ada beberapa pengertian yang secara
sederhana tentang hakekat mutu.
1. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa;
2. Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan (commitment) yang selalu
dicurahkan pada pekerjaan;
3. Mutu adalah upaya meminimalkan kesalahan dalam melakukan pekerjaan;
4. Mutu bersifat persepsi dan dipahami berbeda oleh orang yang berbeda namun
berimplikasi pada superioritas sesuatu hal.
B. Definisi Mutu Pelayanan Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar
Bagi Rumah Sakit, mutu pelayanan kesehatan adalah memberikan pelayanan
kepada pasien dengan benar dengan cara yang secara teknis benar dan kompeten, dengan
komunikasi yang baik dengan system pengambilan keputusan 2 arah dan
mempertimbangkan keterbatasan dan kemampuan Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar
serta masyarakat/konsumen. Selain itu mutu pelayanan merupakan kesempurnaan
pelayanan Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
konsumen terhadap pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar
pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di Rumah Sakit
Bhayangkara Denpasar.
1. Pihak yang berkepentingan dengan mutu, yaitu:
a. Konsumen
b. Pembayar/perusahaan/asuransi
c. Manajemen Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar
d. Karyawan Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan Profesi
Setiap kepentingan yang disebut diatas berbeda sudut pandang dan
kepentingannya terhadap mutu.Karena itu mutu adalah multidimensional.
2. Dimensi Mutu
Dimensi mutu adalah suatu pandangan dalam menentukan penilaian terhadap
jenis dan mutu pelayanan dilihat dari akses, efektifitas, efisiensi, keselamatan dan
keamanan, kenyamanan, berkesinambungan pelayanan kompetensi teknis dan
6
Program Peningkatan Mutu 2
dan Keselamatan Pasien 0
Rumah Sakit Bhayangkara 1
Denpasar 7
7
Program Peningkatan Mutu 2
dan Keselamatan Pasien 0
Rumah Sakit Bhayangkara 1
Denpasar 7
Denpasar mampu melaksanakan fungsi yang demikian kompleks, harus memiliki sumber
daya manusia yang professional baik di bidang teknis medis maupun administrasi
kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, RSU Puri Raharja harus mempunyai
suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu di semua tingkatan.
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar
diawali dengan penilaian akreditasi Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar yang mengukur
dan memecahkan masalah pada tingkat input dan proses. Pada kegiatan ini Rumah Sakit
Bhayangkara Denpasar harus menetapkan standar input, proses dan output, serta
membakukan seluruh standar prosedur yang telah ditetapkan. Rumah Sakit Bhayangkara
Denpasar dipacu untuk dapat menilai diri (self assessment) dan memberikan pelayanan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Sebagai kelanjutan untuk mengukur hasil kerjanya perlu ada alat ukur yang lain,
yaitu instrument mutu pelayanan Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar yang menilai dan
memecahkan masalah pada hasil (output). Tanpa mengukur hasil kinerja Rumah Sakit
Bhayangkara Denpasar tidak dapat diketahui apakah input dan proses yang baik telah
menghasilkan output yang baik pula. Indikator Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar yang
disusun dengan tujuan untuk dapat mengukur kinerja mutu Rumah Sakit Bhayangkara
Denpasar secara nyata.
C. Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar
Adalah keseluruhan upaya dan kegiatan secara komprehensif dan integrative
untuk menyusun indikator mutu, memantau dan menilai mutu pelayanan Rumah Sakit
Bhayangkara Denpasar, memecahkan masalah-masalah yang ada dan mencari jalan
keluarnya, sehingga mutu pelayanan Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar akan menjadi
lebih baik.
D. Keselamatan Pasien
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi: assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya
dilakukan.
E. Peningkatan Mutu dan Keselamatan pasien
Peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah kegiatan yang bertujuan
memberikan asuhan atau pelayanan sebaik-baiknya dan aman kepada pasien.Upaya
peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien sangat berarti dan efektif apabila
upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien menjadi tujuan sehari-hari dari setiap
8
Program Peningkatan Mutu 2
dan Keselamatan Pasien 0
Rumah Sakit Bhayangkara 1
Denpasar 7
H. Indikator Manajemen
9
Program Peningkatan Mutu 2
dan Keselamatan Pasien 0
Rumah Sakit Bhayangkara 1
Denpasar 7
10
Program Peningkatan Mutu 2
dan Keselamatan Pasien 0
Rumah Sakit Bhayangkara 1
Denpasar 7
6 Nursing-Sensitive Care
7 Perinatal Care
8 Pneumonia
9 Surgical Care Improvement Project
10 Venous Thromboembolism
Indikator tersebut merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat
perubahan dalam pelayanan klinis rumah sakit sesuai standar internasional. Measurement
yang dipilih berdasakan bukti-bukti klinis (evidence-based) di rumah sakit seperti
misalnya angka kejadian penyakit, risiko yang ditimbulkan, jumlah operasi, angka
kematian dan lain-lain. Sesuai dengan tandar JCI disebutkan bahwa setidaknya 5 (lima)
ukuran klinis harus diambil dari JCIs International Library of Measures. Indikator ini
dipilih berdasarkan kondisi rumah sakit.
11
Program Peningkatan Mutu 2
dan Keselamatan Pasien 0
Rumah Sakit Bhayangkara 1
Denpasar 7
12
Program Peningkatan Mutu 2
dan Keselamatan Pasien 0
Rumah Sakit Bhayangkara 1
Denpasar 7
BAB V
KEBIJAKAN
Kebijakan dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien di Rumah Sakit Bhayangkara
Denpasar sesuai dengan yang tertuang dalam Keputusan Kepala Rumah Sakit Bhayangkara
Denpasar Nomor Tahun 2017 tentang kebijakan peningkatan mutu dan keselamatan pasien,
adalah sebagai berikut:
1 Pimpinan rumah sakit berpartisipasi dalam melaksanakan program peningkatan mutu dan
program keselamatan pasien.
2 Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien berlaku di seluruh rumah sakit.
3 Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien juga menangani system di rumah
sakit, peranan rancang sistem, rancang ulang, koordinasi dari kegiatan pengukuran dan
pengendalian secara sistematik dari peningkatan mutu dan keselamtan pasien.
4 Prioritas untuk dilakukan evaluasi dan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.
5 Pengukuran fungsi klinis, fungsi manajemen dan kepuasan pelanggan di rumah sakit
yang menghasilkan akumulasi data dan informasi, akan dianalisis sebagai bahan evaluasi
pimpinan dalam memberikan dukungan sumber daya yang diperlukan untuk peningkatan
mutu dan keselamatan pasien.
6 Informasi tentang program dan kemajuan peningkatan mutu dan keselamatan pasien
harus disampaikan kepada seluruh staf hingga direksi secara regular melalui saluran
komunikasi yang efektif (pada rapat bulanan, triwulan dan tahunan)
7 Semua staf yang berpartisipasi dalam pengumpulan data, analisis, perencanaan dan
pelaksanaan peningkatan mutu dan keselamatan pasien harus mengikuti pelatihan secara
rutin untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam program baik secara
ekstern maupun intern rumah sakit.
8 Penetapan prioritas kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang dievaluasi
berdasarkan kriteria kejadian yang selam ini dimonitoring dengan risiko tinggi (high
risk), volume tinggi (high volume) dan biaya tinggi (high cost).
9 Analisis, validasi dan pelaporan data mutu dan keselamatan pasien dilaksanakan secara
sistematis, dengan cara;
13
Program Peningkatan Mutu 2
dan Keselamatan Pasien 0
Rumah Sakit Bhayangkara 1
Denpasar 7
14
Program Peningkatan Mutu 2
dan Keselamatan Pasien 0
Rumah Sakit Bhayangkara 1
Denpasar 7
BAB VI
PENGORGANISASIAN
KARUMKIT
dr. IG.A.A Diah Yamini D,Sp.THT-KL
SEKRETARIS
Ni Nyoman Ayu Griani
15
Program Peningkatan Mutu 2
dan Keselamatan Pasien 0
Rumah Sakit Bhayangkara 1
Denpasar 7
B. Uraian Tugas
a. Ketua Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien mempunyai tugas
sebagai berikut:
1. Memastikan keandalan perencanaan serta pengendalian mutu dan
keselamatan pasien berikut teknik dan alat dalam melaksanakan kegiatan
tersebut;
2. Memastikan terlaksananya perbaikan mutu dan keselamatan pasien
melalui kegiatan-kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan audit yang melibatkan
partisipasi pihak-pihak sesuai akuntabilitas masing-masing;
3. Memastikan terlaksananya efektifitas manajemen risiko khususnya
kegiatan pelayanan dan manajemen sehingga terwujud penurunan angka
risiko dan berdampak kepada peningkatan mutu dan keselamatan pasien;
4. Memastikan terciptanya komunikasi dan hubungan yang baik dengan
partner-partner terkait dengan akreditasi mutu dan keselamatan pasien;
5. Melakukan validasi data untuk memastikan keandalan informasi
pencapaian indikator mutu dan keselamatan pasien;
6. Melaksanakan pendampingan dan koordinasi dengan pembimbing
akreditasi dan pelaksanaan surveillance dalam mewujudkan pemenuhan
standar mutu dan keselamatan pasien yang telah ditetapkan;
7. Menyusun kebijakan, strategi dan prosedur di bidang manajemen
mutu;
8. Menyusun indikator mutu dan keselamatan pasien;
9. Menyusun program peningkatan mutu dan keselamtan pasien;
10. Memantau dan mengevaluasi seluruh program peningkatan mutu dan
keselamtan pasien;
11. Mensosialisasikan hasil pencapaian program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien;
12. Mengkoordinasikan pelaksanaan audit mutu internal;
13. Mengkoordinasikan penyusunan rencana dan jadwal kegiatan terkait
dengan akreditasi mutu;
14. Memfasilitasi pembimbing internal dan eksternal terkait dengan
pelaksaan akreditasi mutu;
15. Memfasilitasi kegiatan yang terkait dengan inovasi mutu baik dari
internal maupun eksternal
16. Melaksanakan pengumpulan dan analisis data terkait dengan
pencapaian indikator mutu dan keselamatan pasien;
17. melaksanakan kegiatan konsultasi terhadap seluruh unit kerja terkait
dengan pelaksanaan peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
16
Program Peningkatan Mutu 2
dan Keselamatan Pasien 0
Rumah Sakit Bhayangkara 1
Denpasar 7
17
Program Peningkatan Mutu 2
dan Keselamatan Pasien 0
Rumah Sakit Bhayangkara 1
Denpasar 7
18
Program Peningkatan Mutu 2
dan Keselamatan Pasien 0
Rumah Sakit Bhayangkara 1
Denpasar 7
19
Program Peningkatan Mutu 2
dan Keselamatan Pasien 0
Rumah Sakit Bhayangkara 1
Denpasar 7
20
Program Peningkatan Mutu 2
dan Keselamatan Pasien 0
Rumah Sakit Bhayangkara 1
Denpasar 7
21
Program Peningkatan Mutu 2
dan Keselamatan Pasien 0
Rumah Sakit Bhayangkara 1
Denpasar 7
II. Tata Hubungan Kerja Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
1. Tata Hubungan Kerja
Upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien di Rumah Sakit
Bhayangkara Denpasar dilaksanakan oleh beberapa Tim/Komite/Unit yang berada
langsung dibawah Kepala . Proses pengumpulan data dilaksanakan oleh penanggung
jawab di masing-masing unit/instalasi dan proses pelaporan dikoordinasikan oleh tim
PMKP yang terdiri dari Unit Penjaminan Mutu (TIM PMKP) dan Unit Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (UKPRS). Struktur organisasi dan tata hubungan kerja tim
PMKP dengan Tim/Komite/Unit terkait dapat digambarkan sebagai berikut.
22
Penanggung Jawab Pengumpul Data (PJ)
23
2. Uraian Hubungan Kerja
a. Kepala
- Diberikan laporan secara berkala terkait program PMKP oleh Tim
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
- Membuat rekomendasi yang dibutuhkan sesuai dengan laporan
yang diberikan
b. Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
- Memformulasikan PMKP untuk seluruh rumah sakit sesuai dengan
referensi dari standar akreditasi dan mengimplementasikannya
setelah mendapat persetujuan dari Kepala
- Melakukan persiapan proses akreditasi serta mempertahankan
standar tersebut apabila telah sukses diraih untuk kepentingan
survey berikutnya
- Melakukan koordinasi dengan Tim/Komite/Unit terkait program
PMKP dalam hal pengumpulan data mutu dan keselamtan pasien
serta pelaporannya
- Melakukan follow up terhadap kasus-kasus terkait keselamatan
pasien dan kejadian yang tidak diharapkan, mengumpulkan data
untuk melakukan analisa serta melaporkan kepada Kepala dan
dewan pengawas untuk selanjutnya dapat dilakukan diskusi yang
mendalam serta merumuskan rekomendasi untuk perbaikan
- Memantau dan mengevaluasi program PMKP yang dilakukan
disetiap bagian/ unit
c. Unit Keselamatan Pasien Rumah Sakit (UKPRS)
- Melakukan koordinasi dalam pemantauan indikator keselamtan
pasien dan indikator kejadian tidak diharapkan
- Melakukan pencatatan dan pelaporan kejadian nyaris cedera dan
kejadian sentinel serta melakukan RCA
- Bertanggung jawab dalam pengumpulan data, analisa dan evaluasi
data keselamtan pasien erta melaporkan secara berkala ke tim
PMKP
d. Unit Penjamin Mutu (Tim PMKP)
- Melakukan koordinasi dalam pemantauan indikator area klinik,
indikator area manajemen
- Bertanggung jawab dalam pengumpulan data, analisa dan evaluasi
data keselamtan pasien serta melaporkan secara berkala ke tim
PMKP
e. Tim Manajemen risiko
- Melakukan koordinasi dalam pemantauan risiko di seluruh unit/
bagian
- Menetapkan dan menganalisis semua risiko di seluruh area rumah
sakit
- Melaksanakan FMEA
- Bertanggung jawab dalam pengumpulan data, analisa dan evaluasi
data serta melaporkan secara berkala ke tim PMKP
f. Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
24
- Melakukan koordinasi dalam pemantauan Healthcare Associated
Infection (HAIs)
- Bertanggung jawab dalam pengumpulan data, analisa dan evaluasi
data serta melaporkan secara berkala ke tim PMKP
g. Tim Penilaian Kinerja
- Melakukan penilaian dan evaluasi kinerja rumah sakit, kinerja unit
kerja, kinerja pimpinan rumah sakit, kinerja tenaga professional
serta kinerja staf
- Bertanggung jawab dalam proses monitoring dan evaluasi data
hasil penilaian kinerja yang berkoordinasi dengan tim PMKP serta
melaporkan secara berkala ke tim PMKP
h. Tim Pelaksana Kerjasama
- Melakukan identifiksasi dan melaksanakan kerjasama atau
perjanjian lainnya di Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar
- Bertanggung jawab dalam proses monitoring dan evaluasi data
hasil penilaian kinerja yang berkoordinasi dengan tim PMKP serta
melaporkan secara berkala ke tim PMKP
i. Komite Medik
- Melaksanakan koordinasi dalam kegiatan audit medik dan
pelaksanaan clinical pathway
- Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program mutu
komite medik
- Bertanggung jawab terhadap pengumpulan data, analisa dan
evaluasi hasil audit medik serta melaporkn secara berkala ke tim
PMKP
j. Komite keperawatan
- Melaksanakan koordinasi dalam kegiatan audit keperawatan
- Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program mutu
komite keperawatan
- Bertanggung jawab terhadap pengumpulan data analisis dan
evaluasi data serta melaporkan secara berkala ke tim PMKP
k. Komite K3RS
- Melaksanakan koordinasi dalam pelaksanaan program mutu terkait
K3RS
- Bertanggung jawab dalam proses monitoring dan evaluasi kegiatan
K3RS serta melaporkan secara berkala ke tim PMKP
l. Komite Etik dan Hukum
- Melaksanakan koordinasi dalam kegiatan audit etik
- Bertanggung jawab terhadap pengumpulan data, analisa dan
evaluasi hasil audit medik serta melaporkn secara berkala ke tim
PMKP
m. Penanggung Jawab (PJ) Pengumpul Data
- Mengawasi dan memantau perkembangan pelaksanaan program
mutu dan melaporkannya ke tim PMKP
- Melakukan koordinasi pelaksanaan program PMKP serta tim
pelaksana yang ada di bagian tersebut
25
- Bertanggung jawab dalam mengumpulkan, mentabulasi, serta
menganalisa data di bagian/unitnya masing-masing serta
melaporkan secara berkala ke tim PMKP
26
BAB VII
KEGIATAN
27
2. Area Saraf
3. Area Anak
4. Area Bedah
5. Area Obstetri dan Gynekologi
Dokter DPJP bertanggung jawab untuk mempersiapkan dan melengkapi
format clinical pathway sesuai dengan area klinik dan kasus yang telah ditentukan.
Format yang telah terisi didokumentasikan dalam rekam medis. Komite medic
bertanggung jawab atas monitoring, audir dan review penyelenggaraan clinical
pathway dan melaporkan kepada Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar
melalui Kepala medis dan keperawatan. Pelaporan dilaksanakan setiap tahun dan
ditembuskan kepada tim PMKP.
D. Manajemen Risiko
Kegiatan manajemen risiko dilaksanakan oleh tim manajemen risiko untuk
mengidentifikasi, menilai dan menyusun prioritas risiko, meliputi:
1. Risiko yang berhubungan dengan pasien (patient care-related risks)
2. Risiko yang berhubungan dengan tenaga kesehatan (Medical staff-related
risks)
3. Risiko yang berhubungan dengan karyawan (Employee-related risks)
4. Risiko yang berhubungan dengan sarana dan prasarana (property-related
risks)
5. Risiko keuangan (financial risks)
6. Risiko-risiko lain (other risks)
Hasil identifikasi risiko-risiko tersebut kemudian dilakukan analisis oleh tim
manajemen risiko untuk dilakukan evaluasi. Evaluasi risiko dilakukan berdasarkan
kriteriayang telah ditentukan. Tingkat risiko atau kejadian yang ditemukan saat
analisis menjadi acuan untuk menetapkan prioritas risiko dan pelaksanaan kegiatan
RCA atau FMEA. Monitoring dan evaluasi program manajemen risiko dilaksanakan
oleh Tim PMKP berkoordinasi dengan tim PMKP dan KPRS. Laporan program
ditujukan kepada Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar ditembuskan kepada
tim PMKP.
E. Penilaian Kinerja
Tim penilaian kinerja bertanggung jawab dalam menilai kinerja di lingkungan
Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar mulai jenjang staf, tenaga professional,
pimpinan rumah sakit, unit kerja sampai penilaian kinerja rumah sakit. Monitoring
dan evaluasi penilaian kinerja dilaksanakan dengan berkoordinasi dengan tim PMKP.
Pelaporan hasil penilaian kinerja disampaikan kepada Kepala Rumah Sakit
Bhayangkara Denpasar ditembuskan kepada tim PMKP
F. Evaluasi Kerjasama dan Perjanjian lainnya
Evaluasi kerjasama dan perjanjian lainnya merupakan bagian dari kegiatan tim
pelaksana kerjasama. Kegiatan tersebut meliputi proses identifikasi, pelaksanaan
kerjasama sampai proses monitoring dan evaluasi pelaksanaan kerjasama dengan
berkoordinasi dengan tim PMKP. Pelaporan hasil evaluasi kerjasama ditujukan
kepada Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar ditembuskan kepada tim PMKP
28
Kegiatan PMKP merupakan aktifitas mendefinisikan, mendesain, memeriksa,
memantau, mensurvey dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Aktifitas-
aktifitas ini disusun secara komprehensif dan terintegrasi yang meliputi struktur,
proses dan output/outcome. Dalam melaksanakan kegiatan perbaikan mutu di Rumah
Sakit Bhayangkara Denpasar diperlukan pelatihan staf untuk berpartisipasi dalam
program sesuai dengan standar PMKP. Seluruh jajaran rumah sakit diharapkan untuk
bisa berpartisipasi mengumpulkan dan menganalisis data serta turut serta dalam
perencanaan dan penerapan perbaikan mutu ysng dibutuhkan. Pendidikan dan
pelatihan PMKP dilaksanakan oleh tim PMKP berkoordinasi dengan bidang diklat
Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar dan berdasarkan kerangka acuan kegiatan
pelatihan peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP).
H. Program Peningkatan Mutu dan keselamatan pasien (PMKP) unit kerja
Program PMKP di unit kerja dibuat berdasarkan indikator mutu dan
keselamtan pasien di unit kerja tersebut. Program mencangkup proses identifikasi
indikator, melakukan prioritas indikator, pengumpulan data , analisis data dan
pelaporan hasil, serta metode perbaikan mutu dengan pendekatan PDCA. Program
PMKP di masing-masing unit kerja sebagai dasar menentukan indikator rumah sakit
dalam program PMKP Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar. Pelaporan program
ditujukan kepada Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar berkoordinasi dengan
tim PMKP dan ditembuskan kepada tim PMKP.
I. Program Mutu Spesifik Lainnya
Program mutu spesifik adalah program mutu terkait dengan PMKP yang
dibuat dan dilaksanakan oleh unit tersebut. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh
tim PMKP berkoordinasi dengan tim PMKP dan dilaporkan kepada Kepala Rumah
Sakit Bhayangkara Denpasar berkoordinasi dengan tim PMKP. Program mutu spesifik
yang dilakukan monitoring adalah sebagai berikut:
a. Pemantauan mutu internal dan eksternal di instalasi laboratorium
b. Pengembangan Manajemen klinik (PMK) di bidang keperawatan
c. Model praktek keperawatan professional (MPKP) di bidang keperawatan
d. Pemantauan Healthcare Associated Infections (HAIs) do komite PPI
e. Morning report di komite medik
f. Audir medik di komite medik
g. Audit Keperawatan di komite keperawatan
BAB VIII
METODE
A. Konsep PDCA
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan upaya peningkatan mutu dan
keselamatan pasien di Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar adalah metode
pengendalian dengan siklus PDCA. Pengendalian adalah keseluruhan fungsi atau
kegiatan yang harus dilakukan untuk menjamin tercapainya sasaran perusahaan dalam
hal kualitas produk dan jasa pelayanan yang diproduksi. Pengendalian kualitas
29
pelayanan pada dasarnya adalah pengendalian kualitas kerja dan proses kegiatan
untuk menciptakan kepuasan pelanggan yang dilakukan oleh setiap orang dari setiap
bagian di Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar.
Pengertian pengendalian kualitas pelayanan di atas mengacu pada siklus
pengendalian (control cycle) dengan memutar siklus Plan-Do-Check-Action (P-D-
C-A)= Relaksasi (rencanakan- laksanakan-periksa-aksi). Pola P-D-C-A ini dikenal
sebagai siklus Shewart, karena pertama kali dikemukakan oleh Walter Shewart
beberapa puluh tahun yang lalu. Namun dalam perkembangannya, metodologi analisis
P-D-C-A lebih sering disebut siklus Deming. Hal ini karena Deming adalah orang
yang mempopulerkan penggunaannya dan memperluas penerapannya. Dengan nama
apapun itu disebut, P-D-C-A adalah alat yang bermanfaat untuk melakukan perbaikan
secara terus-menerus (continous improvement) tanpa berhenti.
Konsep P-D-C-A tersebut merupakan panduan bagi setiap manajer untuk
proses perbaikan kualitas (quality improvement) secara terus-menerus tanpa berhenti
tetapi meningkat ke keadaan yang lebih baik dan dijalankan di seluruh bagian
organisasi, seperti tampak pada gambar 1.
Dalam gambar 1 tersebut, pengidentifikasian masalah yang akan dipecahkan
dan pencarian sebab-sebabnya serta penentuan tindakan koreksinya, harus selalu
didasarkan pada fakta. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan adanya unsur
subyektifitas dan pengambilan keputusan yang terlalu cepat serta keputusan yang
bersifat emosional. Selain itu, untuk memudahkan identifikasi masalah yang akan
dipecahkan dan sebagai patokan perbaikan selanjutnya perusahaan harus menetapkan
standar pelayanan.
Hubungan pengendalian kualitas pelayanan dengan peningkatan perbaikan
berdasarkan siklus P-D-C-A (Relationship between Control and Improvement under
P-D-C-A Cycle) diperlihatkan dalam gambar 2. Pengendalian kualitas berdasarkan
siklus P-D-C-A hanya dapat berfungsi jika sistem informasi berjalan dengan baik dan
siklus tersebut dapat dijabarkan dalam enam langkah seperti diperlihatkan dalam
gambar 3.
30
Peningkatan
Pemecahan masalah
dan peningkatan
Standar
Pemecahan
Standar masalah
Action
Plan
Check Do
31
Proses PDCA
1. Langkah 1 : Menentukan tujuan dan sasaran Plan
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang
ditetapkan. Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh kepala RS atau kepala
divisi. Penetapan sasaran didasarkan pada data pendukung dan analisis
informasi
Sasaran ditetapkan secara konkret dalam bentuk angka, harus pula
diungkapkan dengan maksud tertentu dan disebarkan kepada semua karyawan.
Semakin rendah tingkat karyawan yang hendak dicapai oleh penyebaran
kebijakan dan tujuan, semakin rinci informasi.
2. Langkah 2 : Menentukan metode dan mencapai tuuan plan
Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil
dicapai tanpa diserta metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang
ditetapkan harus rasional, berlaku untuk semua karyawan dan tidak
menyulitkan karyawan untuk menggunakannya. Oleh karena itu dalam
menetapkan metode yang akan digunakan perlu pula diikuti dengan penetapan
standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti oleh semua karyawan.
3. Langkah 3 : Menyelenggarakan pendidikan dan latihan Do
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar
kerja. Agar dapat dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan
para karyawan untuk memahami standar kerja dan program yang ditetapkan.
4. Langkah 4 : Melaksanakan pekerjaan do
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang
dihadapi dan standar kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu
dapat berubah. Oleh karena itu, keterampilan dan pengalaman para karyawan
dapat dijadikan modal dasar untuk mengatasi masalah yang timbul dalam
pelaksanaan pekerjaan karena ketidaksempurnaan standar kerja yang telah
ditetapkan.
5. Langkah 5 : Memeriksa akibat pelaksanaan Check
Manajer atau atasan perlu memeriksa apakah pekerjaan dilaksanakan
dengan baik atau tidak. Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan dan mengikuti standar kerja, tidak berarti pemeriksaan dapat
diabaikan. Hal yang harus disampaikan kepada karyawan adalah atas dasar
apa peeriksaan itu dilakukan. Agar dapat dibedakan manakah penyimpangan
dan manakah yang bukan penyimpangan, maka kebijakan dasar, tujuan,
metode (standar kerja) dan pendidikan harus dipahami dengan jelas baik oleh
karyawan maupun oleh manajer. Untuk mengetahui penyimpangan, dapat
dilihat dari akibat yang timbul dari pelaksanaan pekerjaan dan setelah itu
dapat dilihat dari penyebabnya.
6. Mengambil tindakan yang tepat Action
Pemeriksaan melalui akibat yang ditimbulkan bertujuan untuk
menemukan penyimpangan telah ditemukan, maka penyebab timbulnya
penyimpangan harus ditemukan untuk mengambil tindakan yang tepat agar
tidak terulang lagi penyimpangannya. Menyingkirkan factor-faktor penyebab
32
yang telah mengakibatkab penyimpangan merupakan konsepsi yang penting
dalam pengendalian kualitas pelayanan.
Konsep PDCA dengan keenam langkah tersebut merupakan system
yang efektif untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk mencapai kualitas
pelayanan yang akan dicapai diperlukan partisipasi semua karyawan, semua
bagian dan semua proses. Partisipasi semua karyawan dalam pengendalian
kualitas pelayanan diperlukan kesungguhan (sincerity), yaitu sikap yang
menolak adanya tujuan yang semata-mata hanya berguna bagi diri sendiri atau
menolak cara berfikir dan berbuat semata-mata bersifat pragmatis. Dalam
sikap kesungguhan tersebut yang dipentingkan bukan hanya sasaran yang akan
dicapai, melainkan juga cara bertindak seseorang untuk mencapai sasaran
tersebut.
Partisipasi semua pihak dalam pengendalian kualita pelayanan
mencangkup semua jenis kelompok karyawan yang secara bersama-sama
merasa bertanggung jawab atas kualitas pelayanan dalam kelompoknya.
Partisipasi semua proses dalam pengendalian kualitas pelayanan dimaksudkan
adalah pengendalian tidak hanya terhadap output, tetapi terhadap hasil semua
proses. Proses pelayanan akan menghasilkan suatu pelayanan berkualitas
tinggi, hanya mungkin dapat dicapai jika terdapat pengendalian kualitas dalam
setiap tahapan dari proses. Dimana dalam setiap tahapan proses dijamin
adanya keterpaduan, kerjasama yang baik antara kelompok karyawan dengan
manajemen, sebagai tanggung jawab bersama untuk menghasilkan kualitas
hasil kerja dari kelompok sebagai mata rantai dari suatu proses.
BAB IX
PENCATATAN DAN PELAPORAN
A. Pencatatan
33
1. Pencatatan hasil pemantauan indikator mutu di semua unit kerja dipantau oleh
masing-masing penanggung jawab unit dengan menggunakan form
pengumpulan data yang telah disediakan.
2. Setiap awal bulan, apabila target belum tercapai, maka unit terkait akan
mengisi form PDCA untuk dilakukan analisis dan unit penjamin
mutumelakukan verifikasi hasil analisis PDCA tersebut.
3. Untuk target indikator mutu yang sudah tercapai sesuai waktu pantau (6
bulan), maka tim penjaminan mutu wajib mengusulkan ke unit kerja terkait
untuk melakukan evaluasi target indikator mutunya untuk ditingkatkan, agar
sesuai dengan konsep continuous improvement di manajemen mutu.
B. Pelaporan
1. Data indikator mutu rumah sakit yang dikumpulkan oleh penanggung jawab
pengumpul data di masing-masing unit kemudian disetorkan ke tim PMKP
paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. Tim PMKP melakukan analisis data
untuk kemudian dilaporkan kepada Kepala rumah sakit dan dilanjutkan
kepada pemilik rumah sakit
2. Data indikator mutu dan feedback analisisnya
Pelaporan data ditujukan ke unit penjaminan mutu untuk dilakukan
validasi dan analisis data, selanjutnya disampaikan kepada Kepala Rumah
Sakit Bhayangkara Denpasar dilanjukan pelaporan kepada pemilik rumah sakit
(pemegang saham).
Hasil rekomendasi dan tindak lanjut laporan tersebut ditembuskan ke
masing-masing unit kerja terkait.
3. Insiden Keselamatan Pasien dan Feedback Hasil Laporannya
Pelaporan data insiden keselamtan pasien dari unit kerja ditujukan ke
komite keselamatan pasien kemudian dilakukan evaluasi dan analisa internal,
selanjutnya disiapkan untuk pembahasan kasus di tingkat manajemen. Hasil
tersebut disampaikan kepada Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar
dilanjutkan pelaporannya kepada KKPRS Pusat.
Hasil rekomendasi dan tindak lanjut insiden report ditembuskan
kemasing-masing unit kerja terkait.
4. Evaluasi kerjasama dan Feedback-nya
Pelaporan hasil evaluasi kerjasama atau perjanjian lainnya
dikoordinasikan oleh tim pelaksana kerjasama dengan tim PMKP, ditujukan
kepads Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar.
Hasil rekomendasi dan tindak lanjut evaluasi tersebut ditembuskan ke
masing-masing unit kerja terkait.
34
BAB X
MONITORING DAN EVALUASI
35
BAB XI
PENUTUP
36