Anda di halaman 1dari 37

JURNAL MANAJEMEN BISNIS

Volume 2, Nomor 1 Januari 2009


ISSN: 1978-8339
DAFTAR ISI ISSN: 1978-
8339

JURNAL MANAJEMEN BISNIS

Halaman

Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, dan Return on Assets terhadap Dividend
Payout Ratio
Lisa Marlina dan Clara Danica ......................................................................................................... 16

Balanced Scorecard: Pengukuran Kinerja Perusahaan dan Sistem Manajemen Strategis


Friska Sipayung ................................................................................................................................. 7 14

Menciptakan Pengalaman Konsumen dengan Experiential Marketing


Endang Sulistya Rini .......................................................................................................................... 15 20

Pengaruh Harga (Price) dan Kualitas Pelayanan (Service Quality) terhadap Kepuasan Pasien
Rawat Inap di RSU Deli Medan
Arlina Nurbaity Lubis dan Martin ...................................................................................................... 21 24

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Pegawai pada Pegawai Dinas Luar
Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Cabang Setiabudi Medan
Yulinda dan Sri Wulan Harlyanti ........................................................................................................ 25 32

ii
ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN
RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO
Lisa Marlina dan Clara Danica
Departemen Staf Pengajar FE USU

Abstract

The purpose of the research is to examine the factors which is influence Dividend Payout Ratio in
manufactur sector of Bursa Efek Indonesia (BEI). The research use fundamental factors of company: financial
ratio which is liquidity ratio represent by Cash Position (CP), leverage ratio represent by Debt Equity Ratio
(DER) as independent variable, profitability ratio represent by Return On Assets (ROA), and dependent variable
represent by Dividend Payout Ratio (DPR). The result of research indicate that the fundamental ratio which is
consist of Cash Position, Debt to Equity Ratio and Return on Assets are together have significant effect to
Dividen Payout Ratio. The result also indicate that Cash Position variable and Return on Assets variable is
partiality have positive and significant effect to Dividen Payout Ratio, but Debt to Equity Ratio has no
significant effect to Divident Payout Ratio.
Keywords: Dividen Payout Ratio(DPR), Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER) and Return on Assets
(ROA)

1. PENDAHULUAN Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada


dividend payout rationya yaitu persentase laba yang
1.1. Latar Belakang Masalah dibagikan dalam bentuk deviden tunai,artinya besar
Perkembangan ekonomi suatu negara dapat kecilnya dividend payout ratio akan mempengaruhi
diukur dengan banyak cara, salah satunya dengan keputusan investasi para pemegang saham dan disisi
mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan.
dan industri-industri sekuritas pada negara tersebut. Pertimbangan mengenai dividend payout ratio
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk ini diduga sangat berkaitan dengan kinerja keuangan
berbagai instrumen keuangan jangka panjang dalam perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus
bentuk ekuitas dan hutang yang jatuh tempo dari maka perusahaan tersebut akan mampu menetapkan
lebih satu tahun. Dalam aktivitas dipasar modal, para besarnya dividend payout ratio sesuai dengan harapan
investor memiliki harapan dari investasi yang pemegang saham dan tentu saja tanpa mengabaikan
dilakukannya, yaitu yang berupa capital gain dan kepentingan perusahaan untuk tetap sehat dan
dividen. tumbuh.
Kebijakan pembayaran dividen mempunyai Posisi kas atau likuiditas dari suatu
pengaruh bagi pemegang saham dan perusahaan yang perusahaan merupakan faktor penting yang harus
membayar dividen. Para pemegang saham umumnya dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan
menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil untuk menetapkan besarnya dividen yang akan
karena hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh
akan hasil yang diharapkan dari investasi yang mereka karena dividen merupakan cash outflow, maka makin
lakukan dan juga dapat meningkatkan kepercayaan kuatnya posisi kas atau likuiditas perusahaan berarti
pemegang saham terhadap perusahaan sehingga nilai makin besar kemampuannya membayar dividen
saham juga dapat meningkat.Bagi perusahaan,pilihan (Riyanto, 2001: 202).
untuk membagikan laba dalam bentuk deviden akan Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio
mengurangi sumber dana internal nya,sebaliknya jika hutang terhadap modal. Rasio ini mengukur seberapa
perusahaan menahan labanya dalam bentuk laba jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana
ditahan maka kemampuan pembentukan dana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala
internalnya akan semakin besar yang dapat digunakan yang kurang baik bagi perusahaan (Sartono 2001: 66).
untuk membiayai aktivitas perusahaan sehingga Peningkatan hutang pada gilirannya akan
mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap dana mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang
eksternal dan sekaligus akan memperkecil resiko tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen
perusahaan. yang diterima karena kewajiban untuk membayar
hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen.

1
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 1 - 6

Return on Assets (ROA) menunjukkan (independen). Variabel terikat (Y) adalah Dividend
kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total Payout Ratio (DPR), sedangkan variabel bebas (X)
aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin terdiri dari Cash position (CP), Debt to Equity Ratio
tinggi Return on Assets (ROA) maka kemungkinan (DER) dan Return on Assets (ROA).
pembagian dividen juga semakin banyak (Sartono,
2001). Variabel Independen (X):
Perusahaan yang terdaftar di BEI tidak a. Cash Position (X1)
semuanya membagikan dividen kepada para Cash position dihitung berdasarkan perbandingan
pemegang sahamnya, baik itu dalam bentuk dividen antara saldo kas akhir dengan laba bersih setelah
tunai maupun dividen saham. Hal tersebut disebabkan pajak.
oleh adanya pertimbangan-pertimbangan yang Rumus:
Saldo kas akhir Cash
berbeda dalam membuat keputusan kebijakan dan position =
pembayaran dividen dalam setiap perusahaan. laba bersih setelah pajak
Sektor manufaktur merupakan sektor yang
paling banyak membagikan dividen kepada para b. Debt to Equity Ratio (X2)
pemegang sahamnya selama kurun periode 2004-2007 Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio
dibandingkan sektor lain yang terdaftar di Bursa Efek hutang terhadap modal sendiri. Rasio ini
Indonesia (BEI). Selama periode 2004-2007, ada mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai
sebanyak 24 perusahaan manufaktur yang oleh hutang dibanding dengan modal sendiri.
membagikan dividen kepada para pemegang Rumus:
total hutang
sahamnya. DER=
total modal sendiri
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang c. Return on Assets (X3)
diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah Return on Assets (ROA) dihitung berdasarkan
sebagai berikut: perbandingan laba bersih setelah pajak terhadap
Apakah Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio total aktiva yang dimiliki perusahaan.
(DER) dan Return on Assets (ROA) mempunyai Rumus:
Laba bersih setelah pajak
pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout ROA=
Ratio (DPR) pada perusahaan manufaktur di Bursa total aktiva
Efek Indonesia (BEI)?
Variabel Dependen (Y):
1.3. Hipotesis Dividend Payout Ratio (Y)
Berdasarkan rumusan masalah penelitian Dividend payout ratio diukur dengan
maka hipotesisnya adalah sebagai berikut: Cash membandingkan dividen kas per lembar saham
Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return terhadap laba yang diperoleh per lembar saham.
on Assets (ROA) mempunyai pengaruh secara Rumus:
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) dividen kas per lembar saham
DPR=
pada sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia laba yang diperoleh per lembar saham
(BEI).
2.2. Populasi dan Sampel
1.4. Tujuan Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
Tujuan penelitian ini adalah: adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar
Mengetahui pengaruh Cash Position (CP), Debt to (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode
Equity Ratio (DER) dan Return on Assets (ROA) Januari 2004 sampai dengan Desember 2007, yaitu
secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio sebanyak 142 perusahaan. Penarikan sampel yang
pada sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia dilakukan oleh penulis adalah dengan menggunakan
(BEI). desain sampel non probabilitas dengan metode
judgment sampling. Judgment Sampling adalah
salah satu jenis purposive sampling dimana peneliti
2. METODE PENELITIAN memilih sampel berdasarkan penilaian terhadap
beberapa karakteristik anggota populasi yang
2.1. Defenisi Operasional disesuaikan dengan maksud penelitian (Kuncoro,
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu 2003: 119).
variabel terikat (dependen) dan variabel bebas

2
Lisa Marlina dan Clara Danica Analisis Pengaruh Cash Position

Kriteria penarikan sampel yang digunakan oleh d. Pengujian Hipotesis


peneliti adalah sebagai berikut: (1) Uji secara Simultan (Uji F)
a. Emiten yang selalu listing di Bursa Efek Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
Indonesia (BEI) selama periode penelitian, yaitu variabel bebas secara serempak mempunyai
2004-2007. pengaruh yang signifikan terhadap variabel
b. Emiten yang memiliki data laporan keuangan terikat.
yang lengkap selama periode penelitian, yaitu Bentuk pengujian:
2004-2007. H0: b1=b2=b3= 0, artinya variabel Cash Position (CP),
c. Emiten yang selalu membagikan dividen selama Debt to Equity Ratio (DER) dan Return on Assets
periode penelitian, yaitu 2004-2007. (ROA) yang terdapat pada model ini secara
serempak tidak mempunyai pengaruh yang
Berdasarkan karateristik penarikan sampel, maka signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).
diperoleh sampel penelitian sebanyak 24 perusahaan. H1: b1 ^b2 ^b3^0, artinya variabel Cash Position (CP),
Debt to Equity Ratio (DER) dan Return on Assets
2.3. Metode Analisis Data (ROA) yang terdapat pada model ini secara
a. Analisis Deskriptif serempak berpengaruh signifikan terhadap
Metode analisis deskriptif merupakan metode yang Dividend Payout Ratio (DPR). Pada penelitian ini
digunakan untuk menganalisis data data yang tersedia dan nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel pada
diolah sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai tingkat signifikan (a) = 5%.
fakta fakta dan hubungan antar fenomena yang diteliti.
Kriteria penilaian hipotesis pada uji-F ini adalah:
b. Analisis Statistik Terima H0 bila Fhitung < Ftabel
Model analisis yang digunakan adalah model Tolak H0 (terima H1) bila Fhitung > Ftabel
analisis regresi linier berganda.Model ini digunakan untuk (2) Uji Secara Parsial (Uji t)
mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah
terikat dengan persamaan sebagai berikut: setiap variabel bebas mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat.
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Bentuk pengujian:
Dimana: H0: b1=b2=b3= 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang
Y = Dividend Payout Ratio (DPR) signifikan dari Cash Position (CP), Debt to Equity
a = Konstanta Ratio (DER) dan Return on Assets (ROA) secara
X1 = Cash Position (CP) individual terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).
X2 = Debt to Equity Ratio (DER) H1: b1 b2 ^ b3 0, artinya terdapat pengaruh yang
X3 = Return on Assets (ROA) signifikan dari Cash Position (CP), Debt to Equity
b1,2,3 = Koefisien regresi variabel X1,2,3 Ratio (DER) dan Return on Assets (ROA) secara
e = error individual terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).
Pada penelitian ini nilai thitung akan dibandingkan
Model regresi berganda yang dipakai dalam dengan ttabel pada tingkat signifikan (a) = 5%.
penelitian ini telah memenuhi syarat asumsi klasik yaitu uji Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t ini
normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi dan uji adalah:
heterokedastisitas. H0 diterima jika : thitung < ttabel
H1 diterima jika : thitung > ttabel
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi dapat dilihat pada nilai
Adjusted R Square yang menunjukkan seberapa besar
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
variabel independen dapat menjelaskan variabel
independen. Semakin tinggi nilai Adjusted R Square maka
a. Regresi Linear Berganda
berarti semakin baik model regresi yang digunakan karena
Tabel 1 menunjukkkan hasil estimasi regresi
menandakan bahwa kemampuan variabel bebas
melalui pengolahan SPSS 12.0 for windows.
menjelaskan variabel terikat juga semakin besar,demikian
pula apabila yang terjadi sebaliknya.

3
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 1 - 6

Tabel 1. Hasil Estimasi Regresi Coefficients(a)


Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.624 5.879 1.807 .074
CP 3.603 1.748 .190 2.061 .042
DER 5.088 2.750 .175 1.850 .068
ROA 1.219 .205 .570 5.961 .000
Sumber: Hasil olahan SPSS 12.0 for windows

Dari Tabel 1 dapat diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y =
10,624 + 3,603 X1 + 5,088 X2 + 1,219 X3 + e
Dimana:
Y = Dividend Payout Ratio (DPR)
X1 = Cash Position (CP)
X2 = Debt to Equity Ratio (DER)
X3 = Return on Assets (ROA)
b. Koefisien Determinasi mentalnya saja tetapi juga harus mempertimbangkan
faktor faktor lain diluar perusahaan termasuk juga
Tabel 2. Koefisien Determinasi Model Summary(b) untuk keputusan deviden.
R Adjusted Std. Error of Durbin
Square R Square the Estimate -
.294 .270

Model R.. c. Pengujian Hipotesis


1 542(a)
21.08003 1.977(a) (1) Uji secara Simultan (Uji F)
Berdasarkan hasil SPSS pada Tabel 3
Sumber: Hasil olahan SPSS 12.0 for windows
diperoleh nilai Sig. F sebesar 0,000 yang lebih kecil
Nilai Adjusted R Square pada Tabel 2 Adalah dari 0,05 dan nilai Fhitung sebesar 12,227 yang lebih
0,27 berarti variabel Cash position, Debt to Equity besar dari Ftabel yang hanya 3,00 mengindikasikan

Ratio dan Return on Assets dapat menjelaskan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat
variabel Dividen Payout Ratio hanya sebesar 27% saja disimpulkan bahwa variabel Cash Position, Debt to
sedangkan 73% dijelaskan oleh variabel-variabel lain Equity dan Return on Assets pada model ini secara
yang tidak termasuk dalam model.Artinya variabel serempak berpengaruh secara signifikan terhadap
bebas yang terdapat pada model ini tidak cukup kuat variabel Dividen Payout Ratio.
untuk memperediksi variabel terikat. Hal ini
kemungkinan besar disebabkan model ini murni hanya (2) Uji Secara Parsial (Uji t)
menggunakan faktor fundamental perusahaan dan Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
sama sekali tidak memasukkan faktor pasar sebagai signifikansi pengaruh variabel bebas secara individual
variabel bebasnya.Secara logis keputusan perusahaan (parsial) terhadap variabel terikat.
harusnya bukan hanya berdasarkan faktor funda-
Tabel 3. Uji Statistik F ANOVA(b)
Model Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
1 Regression 16299.330 3 5433.110 12.227 .000(a)
Residual 39104.351 88 444.368
Total 55403.681 91
Sumber: olahan SPSS 12.0 windows
Hasil for
Tabel 4. Uji Statistik t Coefficients(a )
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.624 5.879 1.807 .074
CP 3.603 1.748 .190 2.061 .042
DER 5.088 2.750 .175 1.850 .068
ROA 1.219 .205 .570 5.961 .000
Sumber: asil olahan S 12.0 for ows
H SPS wind

4
Lisa Marlina dan Clara Danica Analisis Pengaruh Cash Position

Pada Tabel 4 dapat dilihat hasil uji perusahaan membayar dividen selama penggunaan
signifikansi parsial masing-masing variabel sebagai hutang harus selalu diiringi dengan peningkatan laba
berikut: perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori keuangan yang
a) Variabel Cash Position mempunyai pengaruh menyatakan jangan lakukan hutang baru jika tidak
yang signifikan terhadap Dividen Payout Ratio menghasilkan tambahan laba. c) Variabel Return on
karena mempunyai tingkat signifikansi lebih kecil Assets mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
dari 0,05 yaitu 0,042 (0,042 < 0,05).Persamaan Dividen Payout Ratio karena tingkat signifikansinya
regresi yang terdapat pada tabel 1 memperlihatkan lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 (0,000 < 0,05).
koefisien dari Cash Position adalah sebesar 3,603, Persamaan regresi pada tabel 1 memperlihatkan
angka ini menunjukkan variabel Cash Position koefisien variabel Return On Asset sebesar 1,219, jika
selain berpengaruh secara signifikan juga Return On Asset mengalami penigkatan 1 kali maka
berpengaruh secara positif dimana jika Cash akan meningkatkan Dividen Payout Ratio sebesar
Position mengalami kenaikan 1 kali maka akan 1,219 kali. Hal ini sesuai dengan teori yang
terjadi kenaikan Dividen Payout Ratio sebesar dikemukakan oleh Sartono (2001 : 122) yang
3,603 kali dan sebaliknya jika Cash Position menyatakan semakin tinggi Return On Asset maka
mengalami penurunan maka Dividen Pay Out kemungkinan pembagian Dividen semakin besar.
Ratio juga mengalami penurunan. Hal ini sesuai Dengan kata lain semakin besar keuntungan yang
dengan teori yang dikemukakan oleh Sudarsi diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan
(2000,4) yang menyatakan dividen merupakan membayar Dividen.Hal ini menunjukkan perusahaan
cash out flow tentu saja memerlukan posisi cash selalu berusaha menigkatkan citranya dengan cara
yang kuat sehingga mampu membayar setiap peningkatan laba akan diikuti dengan
dividen.Hal ini tentu dapat di mengerti sebab peningkatan porsi laba yang di bagi sebagai dsividen
pembayaran Dividen tunai merupakan arus cash dan juga dapat mendorong peningkatan nilai saham
keluar yang tentu saja memerlukan tersedianya perusahaan. Namun sebaiknya perusahaan juga tidak
cash yang cukup atau posisi likuiditas harus mengabaikan kesehatan pendanaan perusahaan yang
terjaga sehingga walaupun perusahaan ditandai dengan peningkatan ketergantungan terhadap
memperoleh laba yang tinggi dan beban hutang dana internal yang bersumber dari laba ditahan sebab
beserta bunga yang rendah namun jika tidak jika pertumbuhan dan perkembangan perusahaan
didukung oleh posisi cash yang kuat maka dilakukan dengan cara mengurangi ketergantungan
kemampuan pembayaran dividennya rendah.Oleh terhadap dana eksternal dan menggantinya dengan
sebab itu pihak manajemen dituntut untuk tetap sumber dana internal maka selain dapat menurunkan
mengelola kasnya atau aktiva-aktiva yang setara resiko perusahaan juga bisa memperbesar kepemilikan
dengan kas secara benar sehingga likuiditas para pemegang saham pada perusahaan. Artinya
perusahaan tidak terganggu. peningkatan nilai perusahaan yang ditandai dengan
b) Variabel Debt to Equity Ratio tidak mempunyai peningkatan nilai saham tidak sepenuhnya akibat
pengaruh yang signifikan terhadap Dividen peningkatan dividen tetapi juga karena peningkatan
Payout Ratio karena tingkat signifikansinya lebih ekuiti dalam bentuk laba ditahan sehingga
besar dari 0,05 yaitu 0,068 (0,068 > 0,05). pertambahan kekayaan pemegang saham bukan hanya
Persamaan regresi pada tabel 1 memperlihatkan karena perolehan dividen tetapi juga disebabkan
koefisien Debt to Equity Ratio sebesar 5,088, peningkatan kepemilikan dalam bentuk laba ditahan.
angka menunjukkan jika Debt to Equity Ratio
naik sebesar 1 kali maka Dividen Payout Ratio
akan mengalami kenaikan sebesar 5,088 kali.Hasil 4. KESIMPULAN
penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Sartono (2001: 66) yaitu Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
semakin tinggi Debt to Equity Ratio semakin yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
berkurang kemampuan perusahaan membayar kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:
dividen sebaliknya semakin turun Debt to Equity a. Variabel Cash Position (CP), Debt to Equity
Ratio semakin tinngi kemampuan perusahaan Ratio (DER) dan Return on Assets (ROA)
membayar dividen.Komitmen perusahaan disektor
manufaktur untuk melakukan pembayaran dividen
secara teratur menyebabkan kemampuan
pembayaran dividen tidak dipengaruhi oleh besar
kecilnya hutang perusahaan bahkan kenaikan
hutang dapat menigkatkan kemampuan
5
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 1 - 6

berdasarkan hasil uji simultan(uji statistik F) Darmadji, Tjiptono. 2006. Pasar Modal di
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Edisi
Dividend Payout Ratio (DPR). Kedua. Jakarta: Salemba Empat.
b. Variabel Cash Position (CP) dan Return on Assets Harahap, Sofyan Syafri. 2006. Analisis Kritis atas
(ROA) mempunyai pengaruh positif dan Laporan Keuangan. Jakarta: PT
signifikan terhadap Dividen Payout Ratio (DPR) RajaGrafindo Persada.
sedangkan variabel bebas yang lain, yaitu Debt to Helmi, et al. 2007. Analisis data Penelitian
Equity Ratio (DER) tidak mempunyai pengaruh (Menggunakan Program SPSS). Medan:
yang signifikan terhadap Dividen Payout Ratio USU Press.
(DPR) berdasarkan hasil uji parsial (Uji Statistik Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset untuk
t). Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
c. Nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini Kuswadi. 2004. Memahami Angka-Angka dan
adalah sebesar 0,27. Hal ini berarti 27% variasi Manajemen Keuangan Bagi Orang Awam.
dari Dividen Payout Ratio (DPR) dijelaskan oleh Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
ketiga variabel bebas sedangkan sisanya 73% Nachrowi, D. 2006. Pendekatan Populer dan
dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model Praktis Ekonometri: Untuk Analisis
penelitian. Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
5. SARAN Nasution, Hasanul Aswadi. 2004. Analisis
Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Dividend
a. Faktor faktor yang mempengaruhi dividen payout Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur
ratio pada penelitian ini hanya terbatas pada Go Public di Bursa Efek Jakarta. Tesis
informasi-informasi internal masing-masing Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera
perusahaan yang berdasarkan laporan keuangan Utara.
perusahaan. Oleh karena itu, disarankan agar Riyanto, Bambang. 2000. Dasar-Dasar
penelitian selanjutnya juga menggunakan Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat.
informasi eksternal perusahan yang menyangkut Yogyakarta: BPFE.
kondisi makro ekonomi seperti Gross Domestic Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori
Product (GDP), tingkat inflasi, suku bunga, nilai dan Aplikasi. Edisi Keempat. Yogyakarta:
tukar dan lain lain. BPFE.
b. Untuk menjaga loyalitas pemegang saham Sudarsi, Sri 2002. Analisis Faktor-Faktor yang
terhadap perusahan sebaiknya posisi kas dan Mempengaruhi Dividen Payout Ratio pada
kemampuan untuk memperoleh laba dapat Industri Perbankan yang Listed di Bursa
dipertahankan dan ditingkatkan agar kemampuan Efek Jakarta (BEJ). Jurnal bisnis dan
perusahaan dalam membayar dividen tetap terjaga ekonomi.
dan tentu saja tanpa mengabaikan pengendalian Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Edisi
terhadap resiko perusahan berupa peningkatan Kelima. Bandung: CV. Alfabeta.
pemakaian dana internal dan otomatis juga terjadi Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian. 2002.
peningkatan kepemilikan dari pemegang saham. Manajemen Keuangan Dua. Edisi Ketiga.
c. Pemberdayaan hutang secara optimal dan dengan Jakarta: PT Prenhallindo.
pembiyaan hutang yang efisien akan memberikan Sutrisno. 2000. Manajemen Keuangan: Teori,
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonosia.
kemampuan perusahan dalam membayar dividen. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan
Manajemen Portofolio. Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE.
DAFTAR PUSTAKA Umar, Husein. 2000. Research Methods in Finance
and Banking. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Brigham, Eugene dan Joel F. Houston. 2001. Utama.
Manajemen Keuangan. Alih Bahasa: Ali Walsh, Ciaran. 2004. Key Management Ratios:
Akbar Yulianto. Edisi Kedelapan. Jakarta: Rasio-rasio Manajemen Penting. Edisi
Erlangga. ketiga. Jakarta: Erlangga.

6
BALANCED SCORECARD:
PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN
DAN SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS
Friska Sipayung
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi USU

Abstract

Nowadays, the companies are in the middle of the information competition century. To achieve
competitive success, the century information environment requires the new ability of the companies must be
owned by the manufacturing and services. A company's ability to process information from a variety of
instruments is absolutely need, steer the company to across the complex competitive environment. Company
requires instrument which capable of explaining various aspects of the environment and performance in
monitoring of travel towards a promising future. Balanced Scorecard provides an instrument that is required to
steer the company toward the future success of the competition. An accurate understanding about the goals and
methods for achieving it is very vital. Balanced Scorecard translates mission and strategy of the company in to a
comprehensive measure that provides a framework for measurement and strategic management system.
Scorecard measures the performance of companies on the four perspectives of balanced: financial, customer.
internal business processes, and learning growth. Balanced Scorecard enables companies to record financial
performance results as well as monitor progress in building the company's ability and to obtain intangible assets
that required for future growth.

Keywords: balanced scorecard, performance, and trategic management system

PENDAHULUAN d. Skala Global (Global Scale), dalam masyarakat


global pembatasan negara tidak mempengaruhi
1. Lingkungan Operasi Baru persaingan. Persaingan pokok antara perusahaan
Lingkungan operasi baru (New Operating domestik dengan perusahaan internasional adalah
Environment) perusahaan abad informasi dibangun pada sistem informasi.
dengan seperangkat asumsi operasi yang baru (Kaplan e. Inovasi (Innovation), penemuan baru (invention)
& Norton, 2000 : 3)
dan pembaharuan (innovation) merupakan faktor
a. Lintas Fungsi (Cross Function), para manajer
yang sangat penting bagi perusahaan. Penelitian
tidak semata-mata memperhatikan fungsinya,
tetapi menerapkan integrasi fungsi yang bertujuan dan pengembangan menjadi sangat penting untuk
untuk mengurangi friksi dan konflik, mewujudkan keunggulan kompetitif (competitive
mempercepat proses produksi, cepat menanggapi advantage).
dan mengatasi keluhan pelanggan. f. Pekerja Keras yang berpengetahuan (Knowledge
b. Hubungan Pelanggan dan Pemasok (Links to Worker), semua pekerja harus memberikan
Customer and Suplier), perusahaan berhubungan kontribusi nilai sesuai dengan apa yang mereka
dengan pelanggan dan pemasok melalui transaksi ketahui dan dengan informasi yang dapat mereka
bisnis yang wajar (arm's-length transactions). berikan. Melakukan investasi, mengelola dan
Perusahaan menciptakan kegiatan terpadu, dengan mengembangkan pengetahuan setiap pekerja
tujuan, menciptakan efisiensi, meningkatkan menjadi amat penting bagi keberhasilan
kualitas, antisipasi waktu sepanjang rantai nilai perusahaan.
(value chain), teknologi informasi dapat
mendukungnya. Dalam upaya mengubah diri agar berhasil
c. Segmentasi Pelanggan (Customer Segmentation), dalam persaingan di masa depan, banyak perusahaan
perusahaan harus belajar menyediakan produk dan berpaling kepada sejumlah inisiatif perbaikan antara
jasa yang sesuai dengan pesanan segmen lain:
pelanggan yang berbeda, tanpa harus dibebani - Manajemen mutu terpadu (TQM)
pengeluaran biaya operasi perusahaan yang tinggi, - Sistem produksi dan distribusi Just In Time
karena produksi yang sangat bervariasi dan - Persaingan berdasarkan waktu
bervolume rendah.

7
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 7 14

- Produksi yang ramping berbagai tujuan dan ukuran yang nyata. Walaupun
- Membangun perusahaan yang berpusatkan demikian, Balanced Scorecard bukan merupakan
pelanggan (customer-focused) sistem pengukuran semata. Berbagai perusahaan yang
- Manajemen biaya berdasarkan aktivitas inovatif menggunakan scorecard sebagai kerangka
- Pemberdayaan pekerja kerja proses manajemen perusahaan. Pearson and
- Rekayasa ulang Robinson (2007 : 254) mendefinisikan balanced
scorecard sebagai satu kumpulan dari empat ukuran
Setiap program perbaikan ini terbukti telah yang berkaitan langsung dengan strategi suatu
mampu menghasilkan kesuksesan. Masing-masing perusahaan: kinerja keuangan, pengetahuan mengenai
program bersaing untuk mendapatkan waktu, energi pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran
dan sumber daya para eksekutif. Dan setiap program dan pertumbuhan.
menawarkan terobosan kinerja dan penciptaan nilai Balanced Scorecard (kartu stok berimbang)
yang meningkat atas unsur perusahaan. Tujuan merupakan sekelompok ukuran yang berkaitan
program-program ini bukanlah kepada perbaikan langsung dengan strategi suatu perusahaan. Balance
kinerja incremental atau untuk sekedar bertahan Scorecard mengarahkan suatu perusahaan untuk
hidup; tujuannya adalah kinerja yang diskontinyu, mengaitkan strategi jangka panjangnya dengan
yang memungkinkan perusahan berhasil dalam sasaran dan tindakan yang nyata. Balanced Scorecard,
persaingan di abad informasi ini. seperti yang disajikan pada gambar 1, mengandung
Namun banyak dari program perbaikan ini definisi yang tepat mengenai visi dan strategi
memberikan hasil yang mengecewakan. Program- perusahaan. Visi dan strategi tersebut dikelilingi oleh
program tersebut seringkali terfragmentasi. Tidak empat kotak tambahan. Setiap kotak mencerminkan
terkait dengan strategi perusahaan, atau memberikan perspektif yang memiliki tujuan, ukuran, target, dan
hasil yang berarti secara finansial dan ekonomis. inisiatif (Pearson and Robinson, 2007 : 255).
Terobosan kinerja memerlukan manajemen yang
digunakan oleh sebuah perusahaan. Perjalanan menuju
masa depan yang lebih kompetitif, padat teknologi
dan ditentukan oleh kapabilitas tidak dapat dicapai
semata-mata melalui pemantauan dan pengendalian
berbagai ukuran kinerja finansial masa lalu.

2. Konsep dan Definisi


Saat ini, ada tiga model sistem pengukuran
kinerja terintegrasi yang sangat populer dan
digunakan secara luas di dunia industri atau
perusahaan yaitu: Balanced Scorecard dari Harvard
Business School, Integrated Performance
Measurement System (IPMS) dari Centre for Strategic
Manufacturing University of Strathclyde, dan
Performance Prism dari kolaborasi antara Accenure
dengan Cranfield School of Management (Cambridge Gambar 1. Balanced Scorecard, Memberi Kerangka Kerja
University) (Neely & Adams, 2000). untuk Penerjemahan Visi dan Strategi ke dalam
Balanced scorecard dikembangkan pada Empat Perspektif
tahun 1993 oleh Prof. Robert Kaplan dan David Sumber: Kuncoro, 2005 : 297
Norton, dari Harvard Businesss School dan hingga
kini masih terus diperbaiki (David, 2006 : 226). 3. Mengapa Balanced Scorecard dibutuhkan?
Kaplan & Norton (2000 : 17) mengemukakan, Ada prinsip yang menyatakan: If you can't
Balanced scorecard adalah suatu kerangka kerja untuk measure it, you can't manage it.
mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan Sistem pengukuran yang diterapkan perusahaan
dari strategi perusahaan, yaitu ukuran kinerja finansial mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
masa lalu dan memperkenalkan pendorong kinerja perilaku manusia di dalam maupun di luar organisasi.
finansial masa depan, yang meliputi perspektif Untuk berhasil dan tuimbuh dalam persaingan abad
pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran informasi, perusahaan harus menggunakan sistem
serta pertumbuhan, diturunkan dari proses pengukuran dan manajemen yang diturunkan dari
penerjemahan strategi perusahaan yang dilaksanakan strategi dan kapabilitas yang dimiliki perusahaan.
secara eksplisit dan ketat ke dalam Sayangnya, banyak perusahaan yang mencanangkan

8
Friska Sipayung Balanced Scorecard: Pengukuran Kinerja Perusahaan

strategi tentang hubungan dengan pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan. Keseimbangan juga
kompetensi utama, dan kapabilitas perusahaan ketika dinyatakan antara semua ukuran hasil - apa yang
proses memotivasi dan mengukur kinerja masih dicapai oleh perusahaan pada waktu yang lalu -dengan
dilaksanakan dengan menggunakan berbagai ukuran semua ukuran faktor pendorong kinerja masa depan
finansial. Tekanan pengukuran kinerja pada ukuran perusahaan. Scorecard juga menyatakan
finansial, yang merupakan language of business keseimbangan antara semua ukuran hasil yang
ternyata tidak cukup. (Kaplan & Norton, 2000 : 19) objektif dan mudah dikuantifikasi dengan faktor
Oleh karena itu diperlukan pengukuran penggerak kinerja berbagai ukuran hasil yang
kinerja terpadu, yaitu ukuran keuangan dan non subjektif dan agak berdasarkan pertimbangan sendiri.
keuangan. Pengukuran kinerja terpadu adalah Balanced Scorecard lebih dari sekedar sistem
pengukuran keuangan yang dipadukan dengan pengukuran taktis atau operasional. Perusahaan yang
pelanggan (customer), proses internal, para pekerja inovatif menggunakan scorecard sebagai sebuah
dan sebagainya. Salah satu bentuk pengukuran kinerja system manajemen strategis, untuk mengelola strategi
terpadu adalah Balanced Scorecard. Balanced jangka panjang. Perusahaan menggunakan fokus
Scorecard tetap mempertahankan ukuran finansial pengukuran scorecard untuk menghasilkan berbagai
sebagai suatu ringkasan penting kinerja material dan proses manajemen penting:
bisnis, hanya ditambah dengan seperangkat ukuran 1. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan
yang lebih luas dan terpadu, yang mengaitkan strategi.
pelanggan perusahaan saat ini, proses internal, kinerja Proses scorecard dimulai dengan tim
pekerja dan sistem dengan keberhasilan finansial manajemen puncak yang bersama-sama bekerja
jangka panjang. menerjemahkan strategi unit bisnis ke dalam berbagai
Balanced Scorecard melengkapi seperangkat tujuan strategis yang spesifik. Untuk menetapkan
ukuran finansial kinerja masa lalu dengan ukuran berbagai tujuan finansial, tim ini harus
pendorong (drivers) kinerja masa depan. Tujuan dan mempertimbangkan apakah akan menitikberatkan
ukuran scorecard diturunkan dari visi dan strategi. kepada pertumbuhan pendapatan dan pasar,
Tujuan dan ukuran memandang kinerja perusahaan profitabilitas atau menghasilkan arus kas (cash flow).
dari empat perspektif: finansial, pelanggan, proses Khusus untuk perspektif pelanggan, tim manajemen
bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. harus menyatakan dengan jelas pelanggan dan segmen
Empat perspektif ini memberi kerangka kerja bagi pasar yang diputuskan untuk dimasuki.
Balanced Scorecard (David, 2006 : 450) Setelah tujuan finansial dan pelanggan
ditetapkan, perusahaan kemudian mengidentifikasi
berbagai tujuan dan ukuran proses bisnis internal.
BALANCED SCORECARD SEBAGAI SISTEM Identifikasi semacam ini merupakan salah satu inovasi
MANAJEMEN dan manfaat utama dari pendekatan scorecard.
Keterkaitan yang terakhir, tujuan pembelajaran dan
Balanced Scorecard menekankan ukuran pertumbuhan, memberi alasan logis terhadap adanya
kinerja terpadu dan merupakan bahagian sistem kebutuhan investasi yang besar untuk melatih ulang
informasi kepada karyawan (information system for para pekerja, dalam teknologi dan sistem informasi,
employee) pada setiap jenjang organisasi. Karyawan serta dalam meningkatkan berbagai prosedur
garis depan (front line employee) harus mengerti organisasional. Semua investasi dalam sumber daya
konsekwensi keuangan dari keputusan dan tindakan manusia, sistem dan prosedur menghasilkan inovasi
mereka; para eksekutif senior harus memahami dan perbaikan yang nyata pada proses bisnis internal,
berbagai faktor yang mendorong keberhasilan untuk kepentingan pelanggan dan pada akhirnya,
finansial jangka panjang. Tujuan dan ukuran dalam untuk kepentingan para pemegang saham.
Balanced Scorecard lebih dari sekedar sekumpulan
ukuran kinerja finansial dan nonfinansial khusus; 2. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai
semua tujuan dan ukuran ini diturunkan dari suatu tujuan dan ukuran strategis.
proses atas ke bawah (top-down) yang digerakkan Tujuan dan ukuran strategis Balanced
oleh misi dan strategi unit bisnis. Scorecard dikomunikasikan ke seluruh organisasi
Balanced Scorecard seharusnya menerjemahkan melalui surat edaran, papan bulletin, video dan bahkan
misi dan strategi unit bisnis ke dalam berbagai tujuan secara elektronis melalui jaringan komputer.
dan ukuran. Balanced Scorecard menyatakan adanya Komunikasi tersebut memberi informasi kepada
keseimbangan antara berbagai ukuran eksternal para semua pekerja mengenai berbagai tujuan penting yang
pemegang saham dan pelanggan, dengan berbagai harus di capai agar strategi organisasi berhasil.
ukuran internal proses bisnis penting, inovasi, serta Beberapa perusahaan berusaha untuk menguraikan

9
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 7 14

ukuran strategis tingkat tinggi scorecard unit bisnis ke memberikan kapabilitas bagi pembelajaran
dalam ukuran yang lebih spesifik pada tingkat perusahaan pada tingkat eksekutif. Balanced
operasional. Scorecard memungkinkan manajer memantau dan
Scorecard juga memberi dasar untuk menyesuaikan pelaksanaan strategi, dan, jika perlu
mengkomunikasikan strategi unit bisnis untuk membuat perubahan-perubahan mendasar terhadap
mendapatkan komitmen para eksekutif korporasi dan strategi itu sendiri. Proses pembelajaran strategis
dewan direksi. Scorecard mendorong adanya dialog mendorong timbulnya proses penetapan visi dan
antara unit bisnis dengan eksekutif korporasi dan strategi baru di mana tujuan dalam berbagai perspektif
anggota dewan direksi. Dialog tersebut tidak hanya di tinjau ulang, diperbaharui dan diganti agar sesuai
mengenai sasaran-sasaran finansial jangka pendek, dengan pandangan terkini mengenai hasil strategis dan
tetapi juga mengenai perumusan dan pelaksanaan pendorong kinerja yang dibutuhkan untuk periode
strategi yang menghasilkan terobosan kinerja masa mendatang. (Kaplan & Norton, 2000 : 13)
depan. Di akhir proses pengkomunikasian dan

<l
pengaitan, setiap orang di dalam perusahaan
Memperjelas
seharusnya sudah memahami tujuan-tujuan jangka dan
panjang unit bisnis dan juga strategi untuk mencapai Menerjemahkan
tujuan-tujuan tersebut.
Merencanakan
3. Merencanakan, menetapkan sasaran dan Dan
Menetapkan
menyelaraskan berbagai inisiatif strategis Sasaran
Balanced Scorecard akan memberi dampak
terbesar ketika dimanfaatkan untuk mendorong Visi dan Strategi
terjadinya perubahan perusahaan. Untuk itu para Meng- BALANCED

I
komunikasikan
eksekutif senior harus menentukan sasaran bagi Dan
SCORECARD
berbagai ukuran scorecard untuk tiga atau lima Menghubungkan
tahunan, yang jika berhasil dicapai, akan mengubah
perusahaan. Sasaran-sasaran tersebut harus
mencerminkan adanya perubahan dalam kinerja unit
bisnis. Jika unit bisnis tersebut adalah perusahaan
publik, maka pencapaian sasaran harus menghasilkan
harga saham yang meningkat dua kali lipat atau lebih.
Sedang sasaran keuangan antara lain pelipatgandaan
tingkat pengembalian investasi modal atau
}
peningkatan penjualan sebesar 150% selama lima Gambar 2. Balanced Scorecard Sebagai Kerangka Kerja
tahun berikutnya. Tindakan Strategis
Untuk mencapai tujuan finansial yang Sumber: Kaplan & Norton (2000 : 11)
ambisius seperti itu, para manajer harus
mengidentifikasi rentang sasaran pelanggan, proses
bisnis internal, tujuan pembelajaran dan pertumbuhan. EMPAT PERSPEKTIF BALANCE SCORECARD
Sasaran-sasaran ini dapat berasal dari berbagai
sumber. Sasaran ukuran pelanggan seharusnya berasal 1. Perspektif Finansial
dari upaya untuk memenuhi atau melampaui Balanced Scorecard tetap menggunakan
ekspektasi pelanggan. Benchmarking dapat dipakai perpektif finansial, karena ukuran finansial sangat
agar praktek ternaik yang ada dapat disertakan untuk penting dalam memberikan ringkasan konsekwensi
memeriksa apakah sasaran-sasaran yang diusulkan tindakan ekonomis yang sudah diambil. Ukuran
secara internal mampu membuat unit bisnis memenuhi kinerja finansial memberikan petunjuk apakah strategi
berbagai ukuran strategi yang telah ditetapkan. perusahaan, implementasi dan pelaksanaannya
memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan
4. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran laba perusahaan. Tujan finansial biasanya
strategis. berhubungan dengan profitabilitas, yang diukur
Proses manajemen yang terakhir menyertakan misalnya oleh laba operasi, return on capital
Balanced Scorecard dalam suatu kerangka employed (ROCE), nilai tambah ekonomis (economic
pembelajaran strategi. Proses ini adalah yang paling value added). Tujuan finansial lainnya, mungkin
inovatif dan merupakan aspek yang paling penting berupa pertumbuhan penjualan yang cepat atau
dari seluruh proses manajemen scorecard. Proses ini terciptanya arus kas (Grant, 1997 : 33).
Tujuan finasial mungkin sangat berbeda untuk
setiap tahap siklus hidup bisnis. Teori strategi bisnis
menawarkan beberapa strategi yang berbeda yang
dapat diikuti oleh unit bisnis, dari pertumbuhan pasar
yang agresif sampai kepada konsolidasi bisnis, keluar
dan likwidasi. Pada umumnya ada tiga tahap:
10
Friska Sipayung Balanced Scorecard: Pengukuran Kinerja Perusahaan

Growth pada tahap menuai adalah arus kas operasi dan


Perusahaan yang sedang bertumbuh berada penghematan berbagai kebutuhan modal kerja.
pada awal siklus hidup perusahaan. Mereka Dengan demikian, jelas bahwa tujuan
menghasilkan produk dan jasa yang memiliki potensi finansial di setiap tahap sangat berbeda. Tujuan
pertumbuhan. Untuk memanfaatkan potensi ini, finansial di tahap pertumbuhan akan menekankan
mereka harus melibatkan sumber daya yang cukup pertumbuhan penjualan di pasar baru, kepada
banyak untuk mengembangkan dan meningkatkan pelanggan baru dan dihasilkan dari produk dan jasa
berbagai produk dan jasa baru; membangun dan baru, mempertahankan tingkat pengeluaran yang
memperluas fasilitas produksi; membangun memadai untuk pengembangan produk dan proses,
kemampuan operasi, menanamkan investasi dalam sistem, kapabilitas pekerja, penetapan saluran
sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan pemasaran, penjualan dan distribusi baru. Tujuan
mendukung terciptanya hubungan global; dan finansial di tahap bertahan akan bertumpu pada
memelihara serta mengembangkan hubungan yang ukuran finansial tradisional, seperti ROCE, laba
erat dengan para pelanggan. Perusahaan dalam tahap operasi dan marjin kotor. Semua ukuran ini
pertumbuhan mungkin beroperasi dengan arus kas menyatakan tujuan finansial klasik, menghasilkan
yang negatif dan pengembalian modal investasi yang tingkat pengembalian modal investasi yang tinggi.
rendah. Tujuan finansial keseluruhan perusahaan Dan tujuan finansial perusahaan di tahap menuai akan
dalam tahap pertumbuhan adalah persentase tingkat menekankan pada arus kas. Setiap investasi harus
pertumbuhan pendapatan, dan tingkat pertumbuhan memberikan pengembalian kas yang segera dan pasti.
penjualan di berbagai pasar sasaran, kelompok Pengembangan sebuah Balanced Scorecard
pelanggan dan wilayah. oleh karenanya harus dimulai dengan suatu dialog
aktif antara CEO unit bisnis dengan CFO korporasi
Sustain menyangkut berbagai kategori dan tujuan finansial
Sebagian besar unit bisnis dalam sebuah spesifik unit bisnis.
perusahaan mungkin berada pada tahap bertahan,
situasi dimana unit bisnis masih memiliki daya tarik 2. Perspektif Pelanggan
bagi penanaman investasi dan investasi ulang, tetapi Dalam perspektif pelanggan Balanced
diharapkan mampu menghasilkan pengembalian Scorecard, para manajer mengidentifikasi pelanggan
modal yang cukup tinggi. Unit bisnis seperti ini dan segmen pasar dimana unit bisnis tersebut akan
diharapkan mampu mempertahankan pangsa pasar bersaing dan berbagai ukuran kinerja unit bisnis di
yang dimiliki dan secara bertahap tumbuh tahun demi dalam segmen sasaran. Perspektif ini biasanya terdiri
tahun. Tujuan finansial di tahap bertahan biasanya atas beberapa ukuran utama atau ukuran generik
terkait dengan profitabilitas, dinyatakan dengan keberhasilan perusahaan dari strategi yang
memakai ukuran yang terkait dengan laba akuntansi dirumuskan dan dilaksanakan dengan baik. Ukuran
seperti laba operasi dan marjin kotor. Ukuran ini utama tersebut terdiri atas kepuasan pelanggan, retensi
menganggap investasi modal di dalam unit bisnis pelanggan, akuisisi pelanggan baru, profitabilitas
sudah tetap (given/exogenous) dan meminta para pelanggan dan pangsa pasar di segmen sasaran.
manajer untuk memaksimalkan pendapatan yang Semua ukuran tersebut dapat dikelompokkan dalam
dihasilkan dari investasi modal. suatu rantai hubungan sebab - akibat (gambar 3).
Selain itu perspektif pelanggan juga mencakup
Harvest berbagai ukuran tertentu yang menjelaskan tentang
Sebagian unit bisnis akan mencapai tahap preposisi nilai yang akan diberikan perusahaan kepada
kedewasaan dalam siklus hidupnya, tahap dimana pelanggan segmen pasar sasaran. Faktor pendorong
perusahaan ingin menuai investasi yang dibuat pada keberhasilan pelanggan inti di segmen pasar tertentu
dua tahap sebelumnya. Bisnis tidak lagi membutuhkan merupakan faktor yang penting, yang dapat
investasi yang besar, cukup untuk pemeliharaan mempengaruhi keputusan pelanggan untuk berpindah
peralatan dan kapabilitas, bukan perluasan atau atau tetap loyal kepada pemasoknya. Perspektif
pembangunan berbagai kapabilitas baru. Setiap pelanggan memungkinkan para manajer unit bisnis
proyek investasi harus memiliki periode mengartikulasikan strategi yang berorientasi kepada
pengembalian investasi yang definitif dan singkat. pelanggan dan pasar yang akan memberikan
Tujuan utamanya adalah memaksimalkan arus kas ke keuntungan finansial masa depan yang lebih besar.
korporasi. Tujuan finansial keseluruhan untuk bisnis

11
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 7 14

rantai nilai internal generik, adalah tempat di mana


produk dan jasa diproduksi dan disampaikan kepada
pelanggan. Proses ini secara historis telah menjadi
fokus sebagian besar sistem pengukuran kinerja
perusahaan. Langkah utama ketiga dalam rantai nilai
internal adalah layanan kepada pelanggan setelah
penjualan atau penyampaian produk dan jasa.

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan


Perspektif ke empat dari Balanced Scorecard
Gambar 3. Perspektif Pelanggan Sumber: yaitu pembelajaran dan pertumbuhan, mengidentifikasi
Kaplan & Norton (2000 : 60) infrasrutur yang harus dibangun perusahaan dalam
menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja
3. Perspektif Proses Bisnis Internal jangka panjang.Tiga sumber utama pembelajaran dan
Dalam perspektif proses bisnis internal, para pertumbuhan perusahaan berasal dari manusia, sistem
eksekutif mengidentifikasi berbagai proses internal dan prosedur perusahaan. Tujuan finansial, pelanggan
penting yang harus dikuasai dengan baik oleh dan proses bisnis internal di Balanced Scorecard
perusahaan. Proses ini memungkinkan unit bisnis biasanya akan memperlihatkan adanya kesenjangan
untuk; memberikan proposisi nilai yang akan menarik antara kapabilitas sumber daya manusia, sistem dan
perhatian dan mempertahankan pelanggan dalam prosedur saat ini dengan apa yang dibutuhkan untuk
segmen pasar sasaran, dan memenuhi harapan menghasilkan kinerja yang penuh dengan terobosan.
keuntungan finansial yang tinggi para pemegang Untuk menutup kesenjangan ini, perusahaan harus
saham. Ukuran proses bisnis internal berfokus kepada melakukan investasi dengan melatih ulang para
berbagai proses internal yang akan berdampak besar pekerja, meningkatkan teknologi dan sistem informasi
kepada kepuasan pelanggan dan pencapaian tujuan serta menyelaraskan berbagai prosedur dan kegiatan
finansial perusahaan. sehari-hari perusahaan.
Dalam balanced scorecard ada tiga kategori
Kebutuhan pelanggan utama untuk perspektif pembelajaran dan partum-
Di identifikasi buhan:
Kenali pasar
> Kapabilitas pekerja
> Kapabilitas sistem informasi
> Motivasi, pemberdayaan dan keselarasan.
Ciptakan produk/jasa

Ukuran inti
Bangun produk/jasa HASIL

Luncurkan produk/jasa

CRetensi Produktivitas
Proses Pekerja pekerja
Layanan
Purna
jual
asl
Kebutuhan pelanggan
terpuaskan

Gambar 4. Perspektif Proses Bisnis Internal-Model Rantai


Nilai Generik Sumber:
Kaplan & Norton (2000 : 84)

Dalam proses inovasi, unit bisnis meneliti Iklim


kebutuhan pelanggan yang sedang berkembang atau Untuk
\
yang masih tersembunyi, dan kemudian menciptakan Gambar 5. Kerangka Kerja Ukuran PembelajaranBertindak
Pertumbuhan Sumber: Kaplan
produk atau jasa yang akan memenuhi kebutuhan
& Norton (2000 : 112)
tersebut. Proses operasi, langkah utama kedua dalam
| ""Kepuasan'........... I X
dan

12
Friska Sipayung Balanced Scorecard: Pengukuran Kinerja Perusahaan

PENUTUP dan memilih serangkaian pengukuran hasil utama,


yaitu pangsa pasar, retensi, akuisisi, kepuasan dan
Keberhasilan perusahaan abad informasi akan profitabilitas, untuk segmen sasaran tersebut. Para
ditentukan oleh bagaimana investasi dan pengelolaan manajer juga harus mengenali apa yang dinilai tinggi
aktiva intelektual dilaksanakan. Spesialisasi oleh para pelanggan segmen sasaran dan memilih
fungsional harus diintegrasikan ke dalam proses bisnis proposisi nilai apa yang akan diberikan.
berorientasi pelanggan. Produksi massal dan Dalam perspektif proses bisnis internal, para
penyediaan jasa produk dan jasa standar harus manajer mengidentifikasi berbagai proses penting
digantikan oleh penciptaan produk dan jasa inovatif yang harus dikuasai oleh perusahaan dengan baik agar
yang fleksibel, responsif dan bermutu tinggi yang mampu memenuhi tujuan para pemegang saham dan
dapat disesuaikan dengan kebutuhan setiap segmen segmen pelanggan sasaran. Sistem pengukuran kinerja
pelanggan sasaran. Inovasi dan peningkatan produk, konvensional memusatkan perhatian hanya pada
layanan dan proses akan dihasilkan oleh parta pekerja pemantauan dan perbaikan biaya, mutu, dan ukuran
yang mendapatkan pelatihan ulang, teknologi berdasarkan waktu proses bisnis perusahaan.
informasi yang superior, dan berbagai prosedur Sedangkan pendekatan Balanced Scorecard
perusahaan yang selaras. memungkinkan tuntutan kinerja proses internal
Keberhasilan atau kegagalan perusahaan tidak ditentukan berdasarkan harapan pihak eksternal
dapat dimotivasi atau di ukur dalam jangka pendek tertentu. Balanced Scorecard mengikutsertakan proses
oleh model akuntansi keuangan tradisional. Model inovasi sebagai suatu komponen vital perspektif
finansial tersebut, pada umumnya mengukur peristiwa proses bisnis internal, disamping proses operasi dan
masa lalu, bukan investasi yang ditanamkam dalam proses layanan purna jual
berbagai kapabilitas yang menghasilkan nilai masa Perspektif yang keempat adalah pembelajaran
depan. dan pertumbuhan. Kemampuan untuk mencapai
Oleh karena itu perusahaan dapat sasaran-sasaran ambisius tujuan finansial, pelanggan,
menggunakan Balanced Scorecard, suatu kerangka dan proses bisnis internal bergantung kepada
kerja untuk mengintegrasikan berbagai ukuran yang kapabilitas perusahaan dalam pembelajaran dan
diturunkan dari strategi perusahaan. Selain ukuran pertumbuhan. Tiga kelompok ukuran berdasarkan
kinerja finansial masa lalu, balanced scorecard juga pekerja yang utama yaitu, kepuasan, produktivitas,
memperkenalkan pendorong kinerja finansial masa dan retensi, memberi ukuran hasil dari investasi yang
depan. Pendorong kinerja, yang meliputi perspektif ditanamkan atas para pekerja, sistem dan keselarasan
pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran perusahaan.
serta pertumbuhan, diturunkan dari proses Balanced Scorecard menutup lubang yang ada di
penerjemahan strategi perusahaan yang dilaksanakan sebagian besar sistem manajemen, yaitu kurangnya
secara eksplisit dan ketat ke dalam berbagai tujuan proses sistematis untuk melaksanakan dan
dan ukuran yang nyata. memperoleh umpan balik sebuah strategi. Proses
Tujuan finansial menggambarkan tujuan manajemen yang dibangun di seputar scorecard
jangka panjang perusahaan, yaitu pengembalian memungkinkan adanya keselarasan dan pemusatan
modal investasi yang tinggi dari setiap unit bisnis. perhatian kepada pelaksanaan strategi jangka panjang.
Penerapan Balanced Scorecard membantu tercapainya Bila digunakan secara tepat, Balanced Scorecard
tujuan finansial ini. Balanced Scorecard dapat merupakan dasar pengelolaan perusahaan di abad
membuat tujuan finansial menjadi eksplisit, dan dapat informasi.
disesuaikan untuk setiap unit bisnis dalam berbagai
tahap pertumbuhan dan siklus yang berbeda. Dalam
perspektif finansial, scorecard memungkinkan para DAFTAR PUSTAKA
eksekutif setiap unit bisnis untuk menetapkan bukan
hanya ukuran yang mengevaluasi keberhasilan jangka Daft, Richard L. (2002). Manajemen, Edisi Kelima
panjang perusahaan, tetapi juga berbagai variabel Jilid 1 dan 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
yang dianggap paling penting untuk menciptakan dan David, Fred. R (2005). Strategic Management,
mendorong tercapainya tujuan jangka panjang. Semua Concepts and Cases, Pearson, Prentice Hall.
tujuan dan ukuran dalam perspektif lain harus saling David, Fred. R, (2006). Strategic Management,
terkait dengan pencapaian berbagai tujuan di dalam Manajemen Strategis, Salemba Empat,
perspektif finansial. Jakarta. Grant, Robert M, (1997).
Pada saat merumuskan perspektif pelanggan, Analisis Strategi
para manajer harus memiliki gagasan yang jelas Kontemporer, Konsep, Teknik, Aplikasi,
tentang segmen pelanggan dan segmen bisnis sasaran Erlangga, Jakarta.

13
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 7 14

Hitt, Michael.A, Ireland & Hoskisson, (2001) Pearce J.A & Robinson R.B, (2008). Strategic
Manajemen Strategis, Daya Saing dan Management, Formulasi, Implementasi dan
Globalisasi, Salemba Empat, Jakarta. Jauch & Pengendalian, Buku 1, Salemba Empat,
Glueck, W (1999). Manajemen Strategis Dan Jakarta.
Kebijakan Perusahaan, Erlangga, Jakarta. Supriyono, (1998). Manajemen Strategi Dan
Kaplan R.S & Norton D.P, (2000). Balanced Kebijaksanaan Bisnis, BPFE, Yogyakarta.
Scorecard, Menerapkan Strategi Menjadi Thomson, Strickland, Gamble (2007). Crafting and
Aksi, Erlangga, Jakarta. Kuncoro, Mudrajad, executing Strategy, The Quest For
2006). Strategi, Bagaimana Competitive Advantage, Concepts & Cases,
Meraih Keunggulan Kompetitif, Erlangga, Mc. Graw Hill, Irwin.
Jakarta. William, Chuck (2001). Manajemen, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.

14
MENCIPTAKAN PENGALAMAN KONSUMEN
DENGAN EXPERIENTIAL MARKETING
Endang Sulistya Rini
Staf Pengajar FE USU

Abstract

Experiential marketing gives customers an opportunity to engage and interact with brands, products,
and services in sensory ways that provide the icing on the cake of providing information. Personal experiences
help people connect to a brand and make intelligent and informed purchasing decisions. The term experiential
marketing refers to actual costomers esperiences with the brand/product/services that drive sales and increase
brand image and awareness through sense, feel, think, act, and relate to Company and Brands. Its difference
between telling people about features of product or service and letting them experience the benefits for
themselves. When done right, its the most powerfull tool out there to win brand loyalty.

Keywords: sense, feel, think, act, and relate

PENDAHULUAN seorang pemasar. Saat ini pelanggan mempunyai


kekuatan untuk memilih (Winarko: 2003).
Pada era kompetisi yang makin ketat ini, Banyak iklan di majalah dan koran yang
keberhasilan menciptakan persepsi positif di benak memuat beberapa produk yang dengan gencarnya
konsumen merupakan faktor penting dalam memberitakan dirinya sebagai produk yang telah
kesuksesan produk/merek, bahkan mungkin lebih memuaskan pelanggan dan memperoleh penghargaan
penting daripada keunggulan teknologi. Keunggulan Satisfaction Award. Namun, kepuasan konsumen tidak
kompetitif dalam fungsi teknis produk adalah penting, menjamin konsumen akan loyal pada suatu produk
tetapi akhirnya yang menentukan produk dapat (Smith and Wheeler, 2002). Karena itulah, saat ini
berhasil di pasar adalah konsumen. Bagaimana kepuasan konsumen tidak lagi cukup untuk sukses
menciptakan nilai emosional di produk/merek dan dalam dunia pemasaran (Winarko: 2003).
menimbulkan rasa kepemilikan kepada merek tersebut Pine and Gilmore (1999) mengidentifikasi
sehingga konsumen bersedia menyisihkan share of bahwa penawaran yang diberikan oleh perusahaan
walletnya untuk produk/merek kita adalah kunci kepada pelanggannya dapat berupa komoditi
keberhasilan merek di pasar. Kuncinya adalah (Commodities), barang (goods), layanan (services),
menciptakan excellent experience dengan membuat dan pengalaman (experiences). Dahulu, saat era
produk bisa dirasakan konsumen. Selama ini services economy dan service excellence, barang dan
pelanggan hanya melihat iklan dan kemasan produk, layanan yang bagus sudah cukup untuk memuaskan
tetapi tidak bisa merasakan produknya. Jadi, mau pelanggan. Karena itulah kepuasan pelanggan
tidak mau cara seperti ini ditempuh para produsen kemudian menjadi ukuran kesuksesan sebuah merek.
sehingga tercipta buzz of word. Namun kini, kita memasuki era experiential economy.
Experience secara harafiah diartikan sebagai Untuk itulah, produk harus mampu membangkitkan
pengalaman. Tiga puluh tahun lalu, Al Ries dan Jack sensasi dan pengalaman yang akan menjadi basis
Trout dalam artikel mereka yang dimuat dalam loyalitas pelanggan. Karena pergeseran ini, maka
Advertising Age yang berjudul The Positioning Era konsep kepuasan pelanggan kini menjadi kurang
Cometh, mengatakan bahwa perang pemasaran relevan
bukanlah di pasar melainkan di benak pelanggan Experiential Marketing merupakan suatu
sehingga setiap kegiatan pemasaran selalu dilakukan metode pemasaran yang relatif baru, yang
untuk merebut hati pelanggan lewat produk dan jasa disampaikan ke dunia pemasaran lewat sebuah buku
(service) atau yang lazimnya disebut service Experiential Marketing: How to Get Customers to
excellence (Ries and Ries: 2003) Saat ini, hampir Sense, Feel, Think, Act, and Relate to Your Company
semua penyedia produk dan jasa melakukan apa yang and Brands, oleh Bernd H. Schmitt. Schmitt (1999)
disebut service excellence. Service excellence telah menyatakan bahwa esensi dari konsep experiential
menjadi sebuah konsep dasar yang harus dilakukan marketing adalah pemasaran dan manajemen yang
didorong oleh pengalaman.

15
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 15 20

Dalam bukunya, Schmitt (1999) juga merasa senang dengan keputusan pembelian yang
mengemukakan tentang pendekatan features and telah dibuat.
benefits (F & B) dalam pemasaran tradisional. Dalam
pemasaran tradisional ini, pemasar menganggap Schmitt (1999) memberikan suatu framework
konsumen berfikir melalui suatu proses pengambilan alternatif yang terdiri dari dua elemen, yaitu Strategic
keputusan, yang mana masing-masing karakteristik expereince modules (SEMs), yang terdiri dari
dari suatu produk, baik barang atau jasa, akan beberapa tipe experience dan Experience producers
memberikan keuntungan yang jelas, dan karakteristik (ExPros), yaitu agen agen yang dapat
ini dievaluasi oleh pembeli-pembeli potensial (baik menghantarkan experience ini.
pembeli yang telah mengenal produk tersebuat Strategic experience modules terdiri dari lima
maupun yang belum). Bagaimanapun juga, Schmitt tipe, yaitu sense, feel, think, act, dan relate.
(1999) mengganggap konsep ini sangat membatasi
cara pandang pemasar terhadap pengambilan Sense
keputusan yang diambil oleh konsumen, yang Sense adalah aspek- aspek yang berwujud dan
melibatkan elemen rasionalitas dan logika, serta aspek dapat dirasakan dari suatu produk yang dapat
emosional dan irasional dalam pembelian. ditangkap oleh kelima indera manusia,meliputi
Experiential marketing dapat sangat berguna pandangan,suara,bau, rasa, dan sentuhan. Sense ini,
untuk sebuah perusahaan yang ingin meningkatkan bagi konsumen, berfungsi untuk mendiferensiasikan
merek yang berada pada tahap penurunan, suatu produk dari produk yang lain,untuk memotivasi
membedakan produk mereka dari produk pesaing, pembeli untuk bertindak, dan untuk membentuk value
menciptakan sebuah citra dan identitas untuk sebuah pada produk atau jasa dalam benak pembeli.
perusahaan, meningkatkan inovasi dan membujuk Indera manusia dapat digunakan selama fase
pelanggan untuk mencoba dan membeli produk. Hal pengalaman (pra pembelian, pembelian dan sesudah
yang terpenting adalah menciptakan pelanggan yang pembelian) dalam mengkonsumsi sebuah produk atau
loyal jasa. Perusahaan biasanya menerapkan unsur sense
Pelanggan mencari perusahaan dan merek- dengan menarik perhatian pelanggan melalui hal-hal
merek tertentu untuk dijadikan bagian dari hidup yang mencolok, dinamis, dan meninggalkan kesan
mereka. Pelanggan juga ingin perusahaan-perusahaan yang kuat.
dan merek-merek tersebut dapat berhubungan dengan Ada tiga tujuan strategi panca indera (sense
hidup mereka, mengerti mereka, menyesuaikan strategic objective): (Schmitt,1999)
dengan kebutuhan mereka dan membuat hidup mereka 1. Panca indera sebagai pendiferensiasi
lebih terpenuhi. Dalam era informasi, teknologi, Sebuah organisasi dapat menggunakan sense
perubahan dan pilihan, setiap perusahaan perlu lebih marketing untuk mendiferensiasikan produk
selaras dengan para pelanggan dan pengalaman yang organisasi dengan produk pesaing didalam pasar,
diberikan produk atau jasa mereka. memotivasi pelanggan untuk membeli produknya,
Tahap awal dari sebuah experiential dan mendistrisbusikan nilai kepada konsumen.
marketing terfokus pada tiga kunci pokok: 2. Panca indera sebagai motivator
1. Pengalaman Pelanggan. Pengalaman pelanggan Penerapan unsur sense dapat memotivasi pelanggan
melibatkan panca indera, hati, pikiran yang dapat untuk mencoba produk dan membelinya.
menempatkan pembelian produk atau jasa di 3. Panca indera sebagai penyedia nilai
antara konteks yang lebih besar dalam kehidupan. Panca indera juga dapat menyediakan nilai yang
2. Pola Konsumsi. Analisis pola konsumsi dapat unik kepada konsumen.
menimbulkan hubungan untuk menciptakan
sinergi yang lebih besar. Produk dan jasa tidak Feel
lagi dievaluasi secara terpisah, tetapi dapat Perasaan berhubungan dengan perasaan yang
dievaluasi sebagai bagian dari keseluruhan pola paling dalam dan emosi pelanggan. Iklan yang bersifat
penggunaan yang sesuai dengan kehidupan feel good biasanya digunakan untuk membuat
konsumen. Hal yang terpenting, pengalaman hubungan dengan pelanggan, menghubungkan
setelah pembelian diukur melalui kepuasan dan pengalaman emosional mereka dengan produk atau
loyalitas. jasa, dan menantang pelanggan untuk bereaksi
3. Keputusan rasional dan emosional. Pengalaman terhadap pesan
dalam hidup sering digunakan untuk memenuhi Feel campaign sering digunakan untuk
fantasi, perasaan dan kesenangan. Banyak membangun emosi pelanggan secara perlahan. Ketika
keputusan dibuat dengan menuruti kata hati dan pelanggan merasa senang terhadap produk yang
tidak rasional. Experiential marketing pelanggan ditawarkan perusahaan, pelanggan akan menyukai

16
Endang Sulistya Rini Menciptakan Pengalaman Konsumen

produk dan perusahaan. Sebaliknya, ketika pelanggan yang mereka harapkan yang pada akhirnya dapat
merasa tidak senang terhadap produk yang ditawarkan membuat pelanggan merasa senang. Dalam
perusahaan, maka konsumen akan meninggalkan experiential marketing, unsur surprise menempati
produk tersebut dan beralih kepada produk lain. Jika hal yang sangat penting karena dengan
sebuah strategi pemasaran dapat menciptakan pengalaman-pengalaman yang mengejutkan dapat
perasaan yang baik secara konsisten bagi pelanggan, memberikan kesan emosional yang mendalam dan
maka perusahaan dapat menciptakan loyalitas merek diharapkan dapat terus membekas di benak
yang kuat dan bertahan lama (Schmitt,1999). konsumen dalam waktu yang lama.
Affective experience adalah tingkat 2. Memikat (intrigue)
pengalaman yang merupakan perasaan yang bervariasi Jika kejutan berangkat dari sebuah harapan,
dalam intensitas, mulai dari perasaan yang positif atau intrigue campaign mencoba membangkitkan rasa
pernyataan mood yang negatif sampai emosi yang ingin tahu pelanggan, apa saja yang memikat
kuat. Jika pemasar bermaksud untuk menggunakan
pelanggan. Namun, daya pikat ini tergantung dari
affective experience sebagai bagian dari strategi
acuan yang dimiliki oleh setiap pelanggan.
pemasaran, maka ada dua hal yang harus diperhatikan
Terkadang apa yang dapat memikat seseorang
dan dipahami, yaitu:
1. Suasana hati (moods), Moods merupakan affective dapat menjadi sesuatu yang membosankan bagi
yang tidak spesifik.Suasana hati dapat orang lain, tergantung pada tingkat pengetahuan,
dibangkitkan dengan cara memberikan stimuli kesukaan, dan pengalam pelanggan tersebut.
yang spesifik (Schmitt, 1999). Suasana hati 3. Provokasi (provocation)
merupakan keadaan afektif yang positif atau Provokasi dapat menimbulkan sebuah diskusi,
negatif. Suasana hati seringkali mempunyai atau menciptakan sebuah perdebatan. Provokasi
dampak yang kuat terhadap apa yang diingat dapat beresiko jika dilakukan secara tidak baik
konsumen dan merek apa yang mereka pilih. dan agresif (Shmitt, 1999).
2. Emosi (emotion), lebih kuat dibandingkan suasana
hati dan merupakan pernyataan afektif dari Act
stimulus yang spesifik, misalnya marah, irihati, Tindakan yang berhubungan dengan
dan cinta. Emosi-emosi tersebut selalu disebabkan keseluruhan individu (pikiran dan tubuh) untuk
oleh sesuatu atau seseorang (orang, peristiwa, meningkatkan hidup dan gaya hidupnya. Pesan-pesan
perusahaan, produk, atau komunikasi). yang memotivasi, menginspirasi dan bersifat spontan
dapat menyebabkan pelanggan untuk berbuat hal-hal
Think dengan cara yang berbeda, mencoba dengan cara yang
Perusahaan berusaha untuk menantang baru merubah hidup mereka lebih baik.
konsumen, dengan cara memberikan problem-solving
experiences, dan mendorong pelanggan untuk Relate
berinteraksi secara kognitif dan/atau secara kreatif Relate menghubungkan pelanggan secara
dengan perusahaan atau produk. Iklan pikiran individu dengan masyarakat, atau budaya. Relate
biasanya lebih bersifat tradisional, menggunakan lebih menjadi daya tarik keinginan yang paling dalam bagi
banyak informasi tekstual, dan memberikan pelanggan untuk pembentukan self-improvement,
pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawabkan status socio-economic, dan image. Relate campaign
Menurut Schmitt cara yang baik untuk menunjukkan sekelompok orang yang merupakan
membuat think campaign berhasil adalah (1) target pelanggan dimana seorang pelanggan dapat
menciptakan sebuah kejutan yang dihadirkan baik berinteraksi, berhubungan, dan berbagi kesenangan
dalam bentuk visual, verbal ataupun knseptual, (2) yang sama.
berusaha untuk memikat pelanggan dan (3) Kelima tipe dari experience ini disampaikan
memberikan sedikit provokasi. 1. Kejutan (surprise) kepada konsumen melalui experience provider. Agen-
Kejutan merupakan suatu hal yang penting dalam agen yang bisa menghantarkan experience ini adalah
membangun pelanggan agar mereka terlibat dalam 1. Komunikasi, meliputi iklan, komunikasi
cara berpikir yang kreatif. Kejutan dihasilkan perusahaan baik internal maupun eksternal, dan
ketika pemasar memulai dari sebuah harapan. public relation.
Kejutan harus bersifat positif, yang berarti 2. Identitas dan tanda baik visual maupun verbal,
pelanggan mendapatkan lebih dari yang mereka meliputi nama, logo, warna, dan lain-lain.
minta, lebih menyenangkan dari yang mereka 3. Tampilan produk, baik desain, kemasan, maupu
harapkan, atau sesuatu yang sama sekali lain dari penampakan.
17
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 15 20

4. Co-branding, meliputi even-even pemasaran, mendalam, yang akan terus-menerus


sponsorship, aliansi dan rekanan kerja, lisensi, membangkitkan kenangan, sehingga konsumen
penempatan produk dalam film, dan sebagainya. menjadi loyal. Karakter ini adalah suatu elemen
5. Lingkungan spatial, termasuk desain kantor, baik kecil yang sangat mengesankan, membingkai, dan
interior maupun eksterior, outlet penjualan, merangkum keseluruhan experience yang
ekshibisi penjualan, dan lain-lain. dirasakan konsumen.
6. Web sites 5. Think consumption situation, not product.
7. Orang, meliputi penjual, representasi perusahaan, 6. Strive for holistic experiences Holistic, seperti
customer service, operator call centre, dan yang telah disebutkan diatas, adalah sebuah
lainnya. perasaan yang luar biasa, menyentuh hati,
menantang intelegensi, relevan dengan gaya
Idealnya, sebuah perusahaan yang ingin hidup konsumen, dan memberikan hubungan
menerapkan experiential marketing mampu yang mendalam antar konsumen.
memberikan experience yang integral, yaitu 7. Profile and track experiential impact with the
menyampaikan kelima elemen experience melalui Experiential Grid.
Experience Provider. Inilah yang disebut oleh Schmitt 8. Use methodologies eclectically. Metode
(1999) sebagai holistic. Dalam membangun sebuah penelirian dalam pemasaran bisa berbentuk
pendekatan experiential marketing, Schmitt (1999) kuantitatif maupun kualitatif, verbal maupun
menghubungkannya dengan teori hierarki Maslow. visual, dan di dalam maupun di luar laboratorium.
Schmitt (1999) menyebutkan: If you start from Pemasar dalam meneliti harus eksploratif dan
scratch, the recommended sequence is the order in kreatif, serta menomorsekiankan tentang
which I discussed the SEMs in this book: SENSE reliabilitas, validitas, dan kecanggihan
FEEL THINK ACT RELATE. SENSE attracts metodologinya.
attention and motivates. FEEL creates an affectives 9. Consider how the experience changes. Pemasar
bond and makes the experience personally relevant terutama harus memikirkan hal ini ketika
and rewarding. THINK adds a permanent cognitive perusahaan memutuskan untuk memperluas
interest to the experience. ACT induces a behavioral merek ke dalam kategori baru.
commitment. Loyalty, and a view to the future. 10. Add dynamism and dionysianism to your
RELATE goes beyond the undividual experience and company and brand. Kebanyakan organisasi dan
makes it meaningful in a broader social context. perusahaan pemilik merek terlalu takut, terlalu
Selain itu, Shmitt (1999) juga mengemukakan perlahan, dan terlalu birokratis. Untuk itulah
beberapa cara untuk membentuk dan mengelola merek dionysianism perlu diterapkan. Dionysianism
yang experiential. Konsep ini dirangkum menjadi adalah kedinamisan, gairah, dan kreativitas.
poin-poin dalam Experintial Branding, 10 Rules to
Create and Manage Experiential Brands. Beberapa perusahaan yang menggunakan
1. Experiences dont just happen; they need to be experiential marketing: (Hidayat, 2007 & Kertajaya,
planned. Dalam proses perencanaan, seorang 2007)
pemasar harus kreatif, memanfaatkan kejutan, 1. PT Unilever Indonesia Tbk
intrik, dan bahkan provokasi Perusahaan ini memperkenalkan wahana bagi
2. Think about the customer experience first. Setelah konsumennya untuk menggali lebih jauh berkaitan
itu, barulah seorang pemasar dapat menentukan dengan salah satu produk perawatan kulitnya, Citra.
karakteristik-karakteristik fungsional dari sebuah Wahana yang dikenal dengan Rumah Cantik Citra
produk dan manfaat dari merek yang ada (RCC) ini memang tidak menetap disatu tempat,
3. Be obsessive about the details of the experience. melainkan berkeliling keberbagai kota untuk
Konsep pemuasan kebutuhan konsumen menyambangi konsumennya. Kehadiran RCC adalah
tradisional melewatkan unsur-unsur sensori, wujud kepedulian Citra yang ingin membantu
perasaan hangat yang dirasakan konsumen, serta perempuan Indonesia meraih kecantikan jiwa-raga.
cuci otak konsumen, yang meliputi pemuasan Selain itu, Citra juga mencerminkan cita rasa
seluruh tubuh dan seluruh pikiran konsumen. kecantikan lokal wanita Indonesia yang digempur
Shmitt (1999) menyebutnya Exultate Jubilate, produk perawatan kulit dan muka dari luar negeri.
yang berarti kepuasan yang amat sangat. Citra mengedepankan bahan baku tradisional yang
4. Find the duck for your brand. Maknanya, diolah dan dikemas secara moderen. Hal ini sesuai
seorang pemasar diharapkan mampu memberikan dengan semangat wanita Indonesia yang semakin
suatu karakter yang memberikan kesan yang modern tanpa harus menanggalkan kecantikan khas
Indonesianya.

18
Endang Sulistya Rini Menciptakan Pengalaman Konsumen

RCC adalah bagian dari aktivitas brand image id dan password yang didaftarkan. Tidak ada biaya
building Citra. Tujuannya, untuk memperkuat citra untuk itu. Pola keanggotaan digunakan agar HPI bisa
merek Citra dibenak konsumen, khususnya pecinta lebih mengetahui siapa konsumennya. Cara
produk perawatan kulit dan muka lokal. Citra mendekatkan diri kepada konsumen tanpa harus tahu
bukanlah produk perawatan tradisional belaka, tapi siapa konsumen dan apa aspirasi, dan merangsang
juga sudah dikemas dan diolah secara modern seiring anggotanya, HPI menawarkan berbagai bentuk
dengan kemajuan pola berpikir dan sikap wanita program reward point yang dapat ditukarkan dengan
Indonesia itu sendiri yang semakin mandiri dan fasilitas di dalam ataupun di luar Blizt.
modern, alasan utama kehadiran RCC, agar konsumen Selain membidik konsumen perorangan, HP
semakin kenal produk-produk Citra dan merasakan Xperience Zone ditujukan pula bagi kalangan usaha
efek langsungnya pada kulit dengan menikmai kecil-menengah. Hanya saja, perlakuannya sedikit
berbagai perawatan spa dan, tentu saja meningkatkan berbeda. Untuk UKM hanya berdasarkan undangan.
penjualan. Mekanismenya seperti workshop. HPI akan
RCC menyediakan berbagai perawatan spa mengundang 10-15 perusahaan dari industri yang
seperti hand and foot spa, body massage & scrub, punya kebutuhan yang sama/mirip, dan produk yang
totok wajah dan konsultasi kulit. Berbagai macam ditampilkan akan disesuaikan dengan jenis UKM yang
perawatan tersebut dapat dinikmati dengan membeli diundang. Acara ini akan dilakukan setidaknya dua
atau membawa produk Citra. Disamping itu pada kali sebulan. Hal ini untuk memanfaatkan waktu luang
Sabtu dan Minggu pengunjung dapat mengikuti kelas di siang hari. Biasanya konsumen perorangan lebih
yoga, manajemen stress, aura healing, dan banyak datang pada sore dan malam hari.
hipnoterapi gratis. Saat ini, UKM yang sudah bersentuhan
Jika dibandingkan, harga jual per item di RCC dengan tegnologi informasi masih relatif kecil. Karena
dengan supermarket tidak jauh berbeda. Namun, di itu, HPI berani mengambil inisiatif tersebut walaupun
RCC konsumen dapat merasakan sensasi dan mereka sadar bahwa HP hanyalah salah satu bagian
menikmati suasana. Disini konsumen jadi lebih dari TI. HP ingin menciptakan smart office bagi
mengerti produk Citra. Apalagi konsumen sering ikut UKM, Ujarnya. Untuk mencapai tujuan itu, HPI
kelas-kelas gratis yang ditawarkan citra, khususnya menjajaki kerja sama dengan berbagai pihak, seperti
stress manajemen dan hipnoterapi. perusahaan aplikasi (berkaitan dengan produktivitas)
serta perbankan dan finansial (berkaitan dengan
2. PT Hewlett-Packard Indonesia (HPI) affordability).
HPI mulai menerapkan konsep yang
dikemukakan Schmitt. Bahkan apa yang dilakukan 3. Rajawali Hiyoto
HPI jauh lebih ekstrem ketimbang Unilever. Lewat Produsen beberapa merek cat ini bahkan
HP Xperience Zone, HPI menyediakan tempat khusus memimpin pasar di beberapa area menciptakan
di Blitz Megaplex, Grand Indonesia, bagi calon konsep dapur cat yang dinamakan Ralston De
konsumennya untuk mengetahui dan mencoba secara Verfkeuken. Dapur cat ini dibuat untuk keluar dari
langsung produk-produk mereka. Disini konsumen persainagn cat di Indonesia yang menjadi produk
dapat mencoba berbagai produk terbaru tanpa harus komoditas. Tiap-tiap merek tidak memiliki
ada paksaan untuk membeli, karena memang tidak ada diferensiasi yang unik, dan konsumen mungkin tak
aktivitas jual beli di toko ini. Keberadaannya hanya memperhitungkan lagi keunikan masing-masing.
untuk memberikan pengalaman dan sekaligus Sehingga perang harga di produk cat pun tidak bisa
membangun citra HP. Konsumen dapat mencoba dan dihindari, seperti halnya produk komoditas lain.
bertanya berbagai hal yang berkaitan dengan produk. Untuk menghindari perang harga itu, dapur cat pun di
HP Xperience Zone sejalan dengan tema ciptakan, yang memberikan pengalaman (experience)
kampanye global HP yang diluncurkan dua tahun lalu, unik bagi konsumennya.
Personal Again. Lewat HP Xperience Zone, mereka Di Ralston De Verfkeuken, konsumen dapat
ingin lebih mendekatkan diri dengan konsumen. membuat pilihan cat menurut seleranya. Dapur cat ini
Selama ini, walau memiliki cakupan produk yang menyediakan mesin yang memungkinkan konsumen
sangat lengkap, baik untuk personal maupun korporat, membuat cat serta jasa konsultasi bagi konsumen.
citra HP masih sangat korporat. Untuk itu, diberikan Tersedia juga coffee shop, perpustakaan, dan taman
wadah atau sarana agar orang merasa personal. bermain bagi anggota keluarga konsumen yang
Fasilitas HP Xperience Zone menggunakan menemani sehingga mereka merasa nyaman.
sistem membership. Untuk menjadi anggota, cukup Konsumen dapat menimbang catnya, mengoperasikan
mengisi aplikasi yang tersedia di HP Xperience Zone. mesin yang men-customized warna cat sesuai dengan
Selanjutnya, tinggal login dengan menggunakan user keinginan dan memilih aroma yang mereka sukai.

19
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 15 20

Dengan melakukan hal ini, Rajawali Hiyoto tidak ini menjadi diferensiasi bagi merek tersebut. Ini dapat
mengikuti pemain lain yang hanya berfokus pada membuat konsumen (pengguna) menjadi loyalis, dan
harga, tetapi menawarkan pengalaman dan solusi kemudian menjadi advocate. Lebih lagi, nilai merek
kepada konsumen. bukan lagi hanya tergantung pada diferensiasi
produknya (functional benefit), tapi juga diferensiasi
dalam emosionalnya (emotional benefit).
PENUTUP

Experiential Marketing adalah teknik


pemasaran yang menjembatani konsumen dengan
merek produk perusahaan. Dulu, dalam memasarkan Hidayat, Taufik, 2007. Ciptakan Great Experience,
produk, tim pemasaran perusahaan akan mem-boom Swa Sembada, No. 15/XXIII 12-25 Juli.
pasar dengan iklan media masa, sampling, talk show, Kertajaya, Hermawan, 2007. Ciptakan Great
dan sebagainya tanpa memperdulikan kondisi pasar. Experience, Swa Sembada, No. 15/XXIII 12-
Di masa kini pemasar sebaiknya mulai mencari apa 25 Juli.
yang sebenarnya menjadi keinginan konsumen. karena Kotler, Phillip & Kevin Lane Keller, 2006.
perusahaan bukanlah pemain tunggal di pasar. Tingkat Marketing Insight: Experiential Marketing,
persaingan yang makin ketat membuat konsumen Marketing Management, 12th edition, Pearson
makin memiliki pilihan dalam memilih produk yang Education, Inc., New Jersey.
sesuai dengannya. Produk/merek yang berhasil Pine H, B. Joseph & James H.Gilmore, 1999. The
dipasar adalah yang berhasil menciptakan emosional Experience Economy Work is Theatre and
melalui pengalaman pada konsumennya sehingga Every Business a Stage, Boston: Harvard
menghasilkan loyalitas konsumen dalam menggunakan Business School Press
produk/merek. Ries, Al & Laura Ries, 2003. The Fall of Advertising
Pendekan experiential dalam meluncurkan & The Rise of PR, Terjemahan, Jakarta:
merek dinilai lebih efektif dan relevan dibandingkan Pustaka Utama.
dengan apa yang dapat ditawarkan iklan media massa. Scmitt, Bernd H., 1999. Experiential Marketing,
Karena dalam experiential marketing, kita perlu htpp://pioneer.netserv. chula.th/~ ckieatvi/
menciptakan persepsi konsumen yang meliputi sense, Fathom_Exp_Marketing.html
feel, think, act dan relate. Suatu merek kini harus Smith, Shaun & Joe Wheeler, 2002. Managing
dapat menyentuh kelima unsur ini. Konsumen mesti Customer Experience: Turning Customer into
bisa merasakan, memikirkan dan bertindak sesuai Advocates, Great Britain: Prentice Hall.
harapannya. Bahkan jika memungkinkan, tercipta rasa Winarko, Bayu E., 2003. Experiential Marketing Ala
memiliki terhadap suatu merek, sehingga akhirnya hal Starbucks, Republika, 27 November.

20
PENGARUH HARGA (PRICE) DAN KUALITAS PELAYANAN
(SERVICE QUALITY) TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP
DI RSU DELI MEDAN
Arlina Nurbaity Lubis1 dan Martin2
1
Staf Pengajar FE
USU 2Alumni FE USU

Abstract

The purpose of the research is to examine the influence of the price and service quality to consumers
satisfaction at RSU Deli Medan. The result of the research indicate that the price and service quality are together
have significant effect toward consumers satisfaction. The result also indicates that price have more dominant
and significant effect than service quality towards consumers satisfaction at RSU Deli Medan.

Keywords: satisfaction, price, and service quality

1. PENDAHULUAN RSU Deli Medan merupakan salah satu rumah


sakit yang menawarkan jasa kesehatan yang
1.1 Latar Belakang berkualitas disertai dengan harga yang bersaing.
Jasa harus dapat memuaskan keinginan dan Harga yang ditawarkan oleh RSU Deli Medan sesuai
kebutuhan konsumen karena yang ditawarkan pada dengan kualitas pelayanan yang diberikan sehingga
dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan pengguna jasa kesehatan di rumah sakit ini mendapat
kepemilikkan apapun. Kegiatan jasa tidaklah terlepas suatu kepuasan. Hal ini tampak dari jumlah pasien
dari produsen dan konsumen itu sendiri, jasa yang yang semakin meningkat setiap tahunnya.
diberikan oleh produsen kepada konsumen akan
bermanfaat apabila jasa yang diberikan dapat sampai 1.2 Perumusan Masalah
kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan latar belakang masalah yang
Masyarakat, sebagai konsumen, tentu selalu telah diuraikan sebelumnya, maka penulis
mengharapkan adanya pelayanan yang baik dalam merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah faktor
usaha memenuhi kebutuhan dan keinginannya, dengan harga dan kualitas pelayanan berpengaruh positif dan
berkembangnya ekonomi, teknologi dan daya pikir signifikan terhadap kepuasaan pasien rawat inap di
masyarakat konsumen pasti menyadari bahwa diri ini RSU Deli Medan?.
mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan yang
baik serta biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi 1.3 Hipotesis
kebutuhan dan keinginan harus sesuai dengan yang Berdasarkan latar belakang masalah dan
diharapkan, sehingga dalam rangka pemenuhan kerangka konseptual yang telah dipaparkan maka
kebutuhan dan keinginan tersebut harus diiringi oleh penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:
tingkat kepuasan. Faktor harga dan kualitas pelayanan berpengaruh
Perusahaan jasa rumah sakit adalah salah satu positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien rawat
bidang jasa yang tidak terpisahkan dari pengelolaan inap di RSU Deli Medan.
kegiatan pemasaran, tujuan utama dari diterapkannya
pendekatan pemasaran jasa pada rumah sakit adalah 1.4 Pembatasan Masalah
untuk memuaskan pasiennya. Tujuan tersebut dapat Adapun batasan operasional dalam penelitian
terwujud apabila pelayanan yang diberikan lebih dari ini dalah membahas pengaruh harga dan kualitas
apa yang diharapkan oleh pasien. pelayanan terhadap kepuasan pasien rawat inap di
Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan RSU Deli Medan.
pelanggan salah satunya adalah faktor harga. Harga
merupakan aspek penting, namun yang terpenting 1.5 Tujuan Penelitian
adalah kualitas pelayanan guna mencapai kepuasan Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
pasien. Meskipun demikian elemen ini mempengaruhi harga (Price) dan kualitas pelayanan (Quality Service)
pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya terhadap kepuasan pasien rawat inap di RSU Deli
semakin mahal harga perawatan maka pasien Medan.
mempunyai harapan yang lebih besar.
21
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 21 24

2. METODE PENELITIAN menentukan data, mengumpulkan data, dan


menginterpretasikan data sehingga dapat memberikan
2.1 Definisi Operasional Variabel gambaran masalah yang dihadapi.
Definisi variabel-variabel yang diteliti adalah
sebagai berikut: b. Analisis Kuantitatif
a. Variabel Independen (X1): Harga. Harga 1. Analisis Regresi Berganda
merupakan sesuatu yang diserahkan dalam Analsis regresi berganda digunakan untuk
pertukaran untuk mendapatkan suatu barang atau mengetahui besarnya hubungan dan pengaruh
jasa. variabel independen (harga dan kualitas
b. Variabel Independen (X2): Kualitas Pelayanan. pelayanan) terhadap variabel dependen
Kualitas pelayanan adalah keseluruhan (kepuasan pasien).
karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam hal Y = a + b1X1 + b2X2 + e
kemampuannya untuk memenuhi kepuasan Keterangan:
pelanggan Y = Kepuasan pasien
c. Variabel Dependen (Y): Kepuasan Pasien a = Konstanta
Kepuasan merupakan tingkat perasaan di mana b1,b2 = Koef. regresi
seseorang menyatakan hasil perbandingan atas X1 = Harga
kinerja produk atau jasa yang diterima dan yang X2 = Kualitas pelayanan e
diharapkan. = Standar error

2.2 Skala Pengukuran Variabel 2. Uji Serempak (Uji F)


Pengukuran pengaruh harga dan kualitas Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui
pelayanan terhadap kepuasan pasien di RSU Deli apakah terdapat pengaruh secara bersama-
Medan melalui skala Likert digunakan dengan lima sama variabel bebas terhadap variabel terikat.
tingkatan yang diberi skor sebagai berikut (Sugiyono, Uji F dilakukan secara serentak untuk
2004:86): membuktikan hipotesis awal tentang pengaruh
a) Sangat setuju diberi skor lima harga (X1) dan kualitas pelayanan (X2)
b) Setuju diberi skor empat sebagai variabel bebas, terhadap kepuasan
c) Ragu-ragu diberi skor tiga pasien (Y) sebagai variabel terikat.
d) Tidak setuju diberi skor dua Pengambilan keputusannya dengan
e) Sangat tidak setuju diberi skor satu. membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel.
Bila Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel maka
2.3 Populasi dan Sampel dapat disimpulkan bahwa variabel bebas
a. Populasi dalam model mempengaruhi variabel terikat.
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien Model hipotesis yang digunakan adalah: H0:
rawat inap di Rumah Sakit Umum DELI Medan b1=b2=0 artinya variabel bebas (X1, X2) secara
selama waktu penelitian. Populasi ini termasuk jenis bersama-sama tidak berpengaruh positif dan
populasi tidak terbatas karena pengguna jasa (pasien) signifikan terhadap variabel terikat (Y) H0:
yang datang jumlahnya berbeda setiap hari. b1b20 artinya variabel bebas (X1, X2) secara
bersama-sama berpengaruh positif dan
b. Sampel
signifikan terhadap variabel terikat (Y). Nilai
Menurut Supramono dan Haryanto (2003:
Fhitung akan dibandingkan dengan nilai Ftabel.
223) bila jumlah populasi tidak terbatas maka
Kriteria pengambilan keputusan, yaitu: H0
alternatif rumus yang digunakan adalah:
diterima bila Fhit<Ftab pada = 5% H0 ditolak bila
n = (Z2). (P x Q) Fhit>Ftab pada = 5%
d2
Maka dapat dihitung jumlah sampel yang 3. Uji Secara Parsial (Uji-t)
diambil dengan tingkat signifikansi 5% dan tingkat Yaitu sebagai uji signifikan individual. Uji ini
kesalahan 5% yaitu berjumlah 138 orang. menunjukkan bagaimana pengaruh dalam
menerangkan variasi variabel terikat. Bentuk
2.4 Metode Analisis Deskriptif pengujiannya adalah: H0: b1 = 0
a. Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif adalah metode
penganalisaan yang dilakukan dengan cara

22
Arlina Nurbaity Lubis dan Martin Pengaruh Harga (Price) dan Kualitas Pelayanan

Artinya, suatu variabel independen bukan Tabel 2. Uji Regresi Secara Bersama-sama (Uji-F)
merupakan penjelas yang signifikan terhadap ANOVA(b)
variabel dependen Model Sum of df Mean F Sig.
H0: b1 0 Squares Square
Artinya, suatu variabel independen 1 Regressi 635.8 2 165. .000(a)
317.9
merupakan penjelas yang signifikan terhadap Residual Total 259.6 135 298
variabel dependen. 895.4 137 1.92
Kriteria pengambilan keputusan:
H0 diterima jika thit<ttab pada = 5% a Predictors: (Constant), kualitaspelayanan,
H0 ditolak jika thit>ttab pada = 5% harga b Dependent Variable: kepuasan

4. Koefisien Determinasi (R2) Tabel 2 memperlihatkan nilai F hitung adalah


Pengujian kontribusi pengaruh dari variabel 165.298 dengan tingkat signifikansi 0,000. Sedangkan
bebas (X1, X2) terhadap variabel tidak bebas F tabel pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05)
(Y), dapat dilihat dari koefisien determinasi adalah 3,8. Oleh karena pada kedua perhitungan yaitu
berganda (R2) dimana 0<R2<1. Hal ini Fhitung>Ftabel dan tingkat signifikansi (0,000) < 0,05,
menunjukkan jika R2 semakin dekat dengan 1,
menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen
maka pengaruh variabel bebas (X1, X2)
yaitu harga dan kualitas pelayanan secara bersama-
terhadap variabel tidak bebas (Y) semakin
sama adalah signifikan terhadap kepuasan pasien.
kuat. Sebaliknya jika R2 semakin dekat pada 0
maka pengaruh variabel bebas (X1, X2) c. Uji Secara Parsial (Uji-t)
terhadap variabel tidak bebas (Y) semakin Uji-t digunakan untuk menentukan seberapa
lemah. besar pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap
variabel terikat secara individu.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 3. Uji Regresi secara Parsial (Uji-t) Coefficients(a)
Tabel 1. Pengujian Godness of Fit Model Unstandardized Standardize
a. Pengujian Koefisien Determinasi (R2) Model
d t Sig.
Pengujian dengan menggunakan uji koefisien Coefficients Std.
Error
determinasi (R2) atau Goodness of Fit Test, yaitu
untuk melihat besarnya pengaruh variabel bebas yaitu
harga (X1) dan kualitas pelayanan (X2) terhadap
variabel terikat yaitu kepuasan pasien (Y). Nilainya
adalah 0-1. Semakin mendekati nol berarti model
tidak baik atau variasi model dalam menjelaskan a Dependent Variable: kepuasan
dengan sangat terbatas, sebaliknya semakin mendekati satu maka suatu model akan
semakin baik
Summary(b) Coefficients Std.
B Error Beta B
R Adjusted Std. Error of (Constant)
Squar R the Estimate -.95 1.230 -.772 .441
Model R Harga
1 e Square 0. .080
.843 .710 .706 1.38683 kualitaspe
Predictors: (Constant), kualitaspelayanan, harga 659 .019
layanan
b Dependent Variable: kepuasan .522 . 8.197 .000

Tabel 1 menunjukkan angka Adjusted R 395 6.197 .000


Square (R2) sebesar 0,710 berarti variabel independen
yaitu harga (X1) dan kualitas pelayanan (X2) mampu Berdasarkan hasil uji-t maka diperoleh
menjelaskan sebesar 71% kepuasan pasien (Y).
persamaan regresi:
b. Uji Secara Serempak/simultan (Uji F) atau Y = -0,950 + 0,659 X1 + 0,115 X2
ANOVA
Uji F menunjukkan apakah semua variabel Hasil penelitian pada Tabel 3 dapat
bebas (X) yang dimasukkan dalam model mempunyai diinterpretasikan sebagai berikut:
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel 1. Variabel harga berpengaruh secara positif dan
terikat (Y). signifikan terhadap kepuasan pasien, hal ini
terlihat dari nilai signifikan (0,000) < 0,05 dan
nilai t hitung (8,197) > t tabel (1,96) artinya jika
ditingkatkan variabel harga sebesar satu satuan
maka kepuasan pasien akan meningkat sebesar
0,659. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
meningkatnya harga maka pasien akan memiliki
harapan lebih tinggi pula pada pelayanan yang
ditawarkan. Apabila pelayanan yang ditawarkan
oleh RSU Deli sesuai dengan harapan pasien maka pasien mendapat suatu kepuasan

23
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 21 24

2. Variabel kualitas pelayanan berpengaruh secara ditawarkan oleh RSU Deli Medan sesuai dengan
positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien, pelayanan yang diberikan sehingga tercipta suatu
hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,000) < 0,05 kepuasan pasien. 3. Berdasarkan Koefisien
dan nilai t hitung (6,198) > t tabel (1,96) artinya Determinasi diketahui bahwa variabel harga dan
jika ditingkatkan variabel kualitas pelayanan kualitas pelayanan secara signifikan berpengaruh
sebesar satu satuan maka kepuasan pasien akan terhadap kepuasan pasien.
meningkat sebesar 0,115.

Berdasarkan hasil analisis regresi linier DAFTAR PUSTAKA


terbukti bahwa hasil penelitian ini sangat mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Leksmana (2006), Ginting, Paham dan Syafrizal Helmi Situmorang.
dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 2008. Analisis Data Penelitian. Medan: USU
kualitas pelayanan berpengaruh secara signifikan Press. Khotijah, Siti. 2004. Smart Strategy of
terhadap kepuasaan pelanggan sebesar 51,8%. Namun Marketing.
pada penelitian ini, penulis juga meneliti variabel Bandung: Alfabeta. Kotler, Philip dan
yang mempengaruhi kepuasan pasien selain variabel Amstrong. 2001. Dasar-Dasar
kualitas pelayanan yaitu variabel harga. Banyak faktor Pemasaran Edisi IX. Jakarta: PT. Indeks.
yang mempengaruhi kepuasan pelanggan salah Lamb, Charles W.,Hair, Joseph F., dan Mc Daniel.
satunya adalah faktor harga. Harga merupakan aspek 2001. Pemasaran Buku I. Jakarta: Salemba
penting, namun yang terpenting adalah kualitas Empat. Leksmana, Yhoga. 2006.
pelayanan guna mencapai kepuasan pasien (Tjiptono, Pengaruh Kualitas
2005: 178). Berdasarkan hasil penelitian dapat Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan
dibuktikan bahwa variabel harga memiliki pengaruh Pada Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo
yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Bahkan Cabang Medan. Skripsi. Malang:
berdasarkan penelitian ini, variabel harga lebih www.feunibraw.ac.id Lupiyoadi, Rambat.
dominan dibanding variabel kualitas pelayanan. Hal 2001. Manajemen Pemasaran
ini menunjukkan bahwa variabel harga dan kualitas Jasa. Jakarta: Salemba Empat. Nasution,
pelayanan secara bersama-sama berpengaruh M.N. 2004. Manajemen Jasa Terpadu:
signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Harga yang Total Service Management. Bogor: PT.
ditawarkan oleh RSU Deli dinilai sangat baik oleh Ghalia Indonesia. Ramasari, Ricky. 2007.
pasien. Walaupun harga semakin meningkat tiap Pengaruh Kualitas Pelayanan
tahunnya namun pasien merasa puas terhadap harga Terhadap Citra Gleni International Hospital
yang ditawarkan oleh pihak RSU Deli Medan Medan. Skripsi. FE-USU (tidak
misalnya harga kamar, harga obat-obatan, honor dipublikasikan). Setiadi, Nugroho. 2003.
dokter, dan harga jasa kesehatan lainnya. Hal ini Perilaku Konsumen. Jakarta:
dikarenakan harga yang semakin tinggi disesuaikan Kencana. Simamora, Bilson. 2003.
juga dengan pelayanannya sehingga pasien di RSU Membongkar Kotak Hitam
Deli Medan mendapatkan suatu kepuasan dan mereka
Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
tidak sensitif terhadap harga. Orang atau masyarakat
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:
akan terus menggunakan jasa kesehatan di RSU Deli
Alfabeta. Suharyadi dan Purwanto. 2004.
Medan selama peningkatan harga disesuaikan juga
Statistika untuk
dengan peningkatan pelayanannya.
Ekonomi & Keuangan Modern. Jakarta: PT.
Salemba Empat. Sunarto. 2006. Pengantar
4. KESIMPULAN Manajemen Pemasaran.
Yogyakarta: UST Press. Supramono dan
Berdasarkan hasil analisis yang telah Haryanto. 2003. Desain Proposal
dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Penelitian Studi Pemasaran. Yogyakarta:
1. Variabel harga dan kualitas pelayanan memiliki Andi. Supranto, Johannes. 2001.
pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan Pengukuran Tingkat
pasien rawat inap di RSU Deli Medan Harga dan Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan
kualitas pelayanan yang ditawarkan oleh RSU Pangsa Pasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Deli Medan dinilai sangat baik sehingga kepuasan Suryana. 2001. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba
pasien juga tercapai dengan baik. Empat. Tjiptono, Fandy. 2005. Pemasaran
2. Berdasarkan uji-t bahwa variabel harga adalah Jasa. Malang:
variabel yang paling dominan terhadap kepuasaan Bayumedia Publishing.
pasien, hal ini menunjukkan bahwa harga yang

24
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KERJA
PEGAWAI PADA PEGAWAI DINAS LUAR ASURANSI JIWA BERSAMA
BUMIPUTERA 1912 CABANG SETIABUDI MEDAN
Yulinda1 dan Sri Wulan Harlyanti2
1
Staf Pengajar FE USU 2Alumni
Departemen Manajemen FE USU

Abstract

This research aim to know and analyze factor influence level of motivator factor and hygiene factor to
work satisfaction of out sourcing employee Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 Setiabudi Branch,
Medan, and know factor having an effect on most dominand to employye`s work satisfaction at out sourcing
employee Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 Setiabudi Branch, Medan. This research method
applied is descriptive analiytical method and multiple regression analytical method and using the SPSS version
15.00 software as processing data. The data collection technic of primary data is by distributing questionnaires
in which variables are measured with Likert scale. The result of this research indicates that independent variable
applied that is motivator factor and hygiene factor simultaneously and individually has significant influence to
variable dependent that is work satisfaction of out sourcing employee Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera
1912 Setiabudi Branch, Medan. The result of this also indicates that motivator factor is which most dominant
influences work satisfaction of out sourcing employee Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912
Setiabudi Branch, Medan. Based on determinant identification showed that adjusted R is 76% that means work
satisfaction of out sourcing employee Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 effected by motivator
factor and hygiene factor by 76% and 24% effected by other variables that not been used in this research.

Keyword: motivator factor, hygiene factor, work satisfaction

LATAR BELAKANG dimata masyarakat seorang agen harus mampu


menunjukkan profesional, kejujuran dan keadilan
Atmosfir pertarungan perusahaan asuransi yang tinggi.
kian memanas, bak medan perang. Semua pemain Berdasarkan hal tersebut keberhasilan
baik asuransi jiwa maupun asuransi umum berusaha perusahaan asuransi untuk berkiprah ditengah tekanan
memenangkan kompetisi. Besarnya asset dan dan persaingan yang cukup tajam untuk meraih premi
perolehan premi merupakan indikaor utama (predikat dari pemegang polis, tentunya agen asuransi mendapat
rating) yang menggambarkan apakah perusahaan perhatian yang serius dari perusahaan untuk
asuransi tersingkir atau bertahan di pasar. Walaupun memperhatikan tingkat kepuasan kerja agen, karena
tajamnya persaingan perusahaan asuransi patungan agen merupakan ujung tombak kinerja perusahaan.
bermodal besar dengan perusahaan asuransi lokal Tidak dipungkiri lagi peran agen yang membesarkan
bermodal kecil, tapi mereka masih bisa bertahan hidup perusahaan asuransi.
dengan peluang pasar yang masih terbuka Kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh
Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap banyak factor, menurut teori kepuasan kerja yang
asuransi membuat penetrasi pasar asuransi di dikemukakan oleh Frederick Herzberg dalam Luthans
Indonesia rendah bila dibandingkan dengan negara (2006:283) mengemukakan Teori Dua Faktor yaitu
lain (Malaysia,Thailand, Singapore) berdasarkan data faktor motivator dan faktor hygiene. Faktor motivator
yang dihimpun Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia berhubungan dengan aspek-aspek yang terkandung
(AAJI) menunjukkan populasi sebesar 220 jiwa hanya dalam pekerjaan itu sendiri (job content) atau disebut
sekitar 2% yang ikut program asuransi, Ini juga sebagai aspek intrinsik dalam pekerjaan
menunjukkan masih luasnya peluang pasar asuransi di sedangkan faktor hygiene yaitu faktor yang berada di
Indonesia dengan melihat populasi jumlah penduduk sekitar pelaksanaan pekerjaan, berhubungan dengan
yang besar. Peran ini harus dimanfaat para agen job context atau aspek ekstrinsik pekerja.
asuransi untuk mendapatkan tempat dihati Proses untuk membuat karyawan merasakan
mansyarakat sebagai perusahaan asuransi yang puas dalam bekerja, pihak pimpinan perusahaan harus
mendapat keperjayaan. Untuk mendapat keperjayaan memastikan bahwa faktor hygiene telah memadai

25
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 25 32

seperti gaji, keamanan dan kondisi kerja aman serta Pada Tabel 1 dapat dilihat walaupun terjadi
hubungan rekan kerja dan atasan baik. Pimpinan yang peningkatan dan penurunan yang bervariasi namun
menyediakan faktor-faktor hygiene secara memadai para agen hanya mampu mengumpulkan premi
belum sepenuh merangsang motivasi karyawan tetapi tertagih sesuai standar perusahaan pada tahun 2006
hanya memastikan karyawan tidak merasakan
yaitu diatas 85%. Hal yang sama juga dapat dilihat
ketidakpuasan atau berada pada titik nol landasan
motivasi. Untuk itu pihak pimpinan harus pada Tabel 2 dimana para agen hanya mampu
menyediakan faktor penggerak motivator (intrinsik) memproduksi polis sesuai target pada tahun 2005. Hal
kepada karyawan seperti prestasi, pengakuan, ini tentu mengindikasikan adanya faktor kepuasan
tanggung jawab dan pengembangan kesempatan untuk kerja yang belum terpenuhi atau kepuasan kerja yang
maju. Bila hal ini mendapat perhatian dari perusahaan menurun pada para agen AJB Bumiputera 1912
akan memberikan tingkat kepuasan yang tinggi Cabang Setiabudi, Medan.
(Griffin,2006:43).
Dampak kepuasan kerja cenderung terpusat
pada kinerja karyawan, tingkat kehadiran, dan tingkat PERUMUSAN MASALAH
keluar masuknya karyawan (turnover). Organisasi
dengan karyawan yang lebih puas cenderung memiliki Berdasarkan latar belakang masalah yang
kinerja dan tingkat kehadiran yang lebih tinggi serta
telah diuraikan sebelummya, maka perumusan
turnover yang lebih rendah dibandingkan dengan
organisasi yang memiliki karyawan yang kurang puas masalah dalam penelitian ini Faktor-faktor apa yang
(Robbins, 2006:102) mempengaruhi kepuasan kerja pegawai pada pegawai
Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama dinas luar Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera
Bumiputra 1912 merupakan perusahaan asuransi 1912 Cabang Setiabudi Medan?
nasional yang tertua di Indonesia yang menghadapi
berbagai rintangan/tantangan dari perusahaan
asuransi yang bermodal besar, asuransi patungan, KERANGKA KONSEPTUAL
asuransi nasional dan asuransi milik negara. Hal ini
tentunya berdampak pada asuransi lokal yang Untuk mengetahui faktor faktor yang
bermodal kecil, yang tak punya daya saing. AJB mempengaruhi kepuasan kerja menurut F. Herzberg
Bumiputera 1912 memiliki kekuatan yang unik pada dalam Luthans (2006:283) adalah Two faktor theori
pemilikan yaitu mutual life artinya pemegang polis (teori dua faktor), menyatakan puas atau tidaknya
adalah pemegang saham, Oleh sebab itu agen harus
bekerja keras dengan sungguhan dan penuh tanggung karyawan bekerkerja dipengaruhi faktor motivator
jawab,trampil dan diperjaya sehingga mampu (satisfier) dan faktor hygiene (dissatisfier). Faktor
memberikan pelayanan terbaik pada pemegang polis. motivator (satisfier) berhubungan dengan aspek-aspek
Agen memiliki kinerja yang berkaitan dengan yang terkandung dalam pekerjaan itu sendiri atau job
tingkat kemampuan untuk mencapai target yang content yang disebut juga sebagai aspek intrinsik
ditetapkan perusahaan. Berikut disajikan aktivitas dalam pekerjaan. Faktor-faktor yang termasuk dalam
penagihan premi serta aktivitas produksi AJB faktor motivator adalah keberhasilan melakukan
Bumiputera 1912 Cabang Setiabudi Medan. tugas, pengakuan, pekerjaan itu sendiri,tanggung
Tabel 1.Aktivitas Penagihan Premi Agen jawab, kemungkinan untuk pengembangan kemajuan.
Faktor yang kedua adalah faktor hygiene (dissatisfier)
Tahun Tanggung jawab Premi tertagih Rasio(%)
premi yang berhubungan dengan aspek di sekitar
2005 4.666.321.694 3.603.800.244 77,23 pelaksanaan pekerjaan atau job context yang disebut
2006 4.858.185.125 4.145.975.186 85,34 juga aspek ekstrinsik pekerja, yang terdiri dari:
2007 5.473.251.869 4.143.798.990 75,71 kebijaksanaan dan prosedur perusahaan, supervisor,
2008 6.500.589.145 4.580.315.112 70,46 upah/gaji, hubungan dengan rekan kerja, kondisi
Bagian Administrasi AJB Bumiputera 1912 Cabang
Setiabudi Medan (diolah)
kerja.
Sumber: Aktivitas produksi polis Menurut Gatot dan Adisasmito (2005) faktor-
faktor isi pekerjaan (job content) dan lingkungan
Tahun Target Realisasi Rasio pekerjaan (job context) mempunyai hubungan dengan
Tabel 2.
2005 600 650 108,3 kepuasan kerja. Kepuasan karyawan akan dipengaruhi
2006 750 603 80,40 oleh terpenuhi atau tidak faktor motivator dan faktor
2007 853 776 90,97 hygiene. Berdasarkan penjabaran tersebut maka
2008 942 605 64,22 dibentuk kerangka konseptual sebagai berikut:
Sumber: Bagian Administrasi AJB Bumiputera 1912 Cabang
Setiabudi Medan (diolah)

26
Yulinda dan Sri Wulan Harlyanti Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Faktor motivator (Satisfier) ( X1 ) Bersama (AJB) Bumiputera 1912 Cabang


a. Keberhasilan pelaksanaan
b. Pengakuan
Setiabudi Medan yaitu faktor motivator dan faktor
c. Pekerjaan itu sendiri hygeine
d. Tanggung jawab 2. Definisi Operasional Variabel
e. Kemungkinan untuk Definisi variabel yang diteliti adalah sebagai
mengembangkan diri
f. Kesempatan untuk maju
berikut:
Kepuasan Kerja (Y) a. Faktor motivator (X1)
Faktor hygiene (Dissatisfier) (X2) Faktor motivator berhubungan dengan aspek-
a. Kebijakakan dan admnistrasi aspek yang terkandung dalam pekerjaan itu
perusahaan
b. Pengawasan
sendiri. Jadi berhubungan dengan job content
c. Upah/gaji atau disebut juga sebagai aspek intrinsik
d. Hubungan dengan rekan kerja dalam pekerjaan yaitu faktor keberhasilan
e. Kondisi kerja
menyelesaikan tugas, penghargaan, pekerjaan
itu sendiri, tanggung jawab, kemungkinan
Sumber: Herzberg dalam Luthans (2005), Gatot dan Adisasmito
(2005) Gambar 1: Kerangka
untuk mengembangkan diri, kesempatan
Konseptual untuk maju
b. Faktor hygiene (X2)
Faktor hygiene ini adalah faktor yang berada
HIPOTESIS di sekitar pelaksanaan pekerjaan;
berhubungan dengan job context atau aspek
Berdasarkan perumusan masalah maka dapat ekstrinsik pekerja, yaitu faktor kebijakan
disimpulkan hipotesis sebagai berikut: Faktor yang perusahaan, pelaksanaan, pengawasan,
mempengaruhi kepuasan kerja pada pegawai dinas hubungan antar pribadi, upah/gaji dan kondisi
luar AJB Bumiputera 1912 Cabang Setiabudi Medan kerja.
adalah faktor motivator dan faktor hygiene. 3. Skala Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan skala likert yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial (Sugiyono, 2005 : 85). Variabel
1. Tujuan Penelitian yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan variabel yang dberi skor untuk pernyataan:
menganalisis faktor-faktor apa saja yang Sangat Setuju diberi skor 5, Setuju diberi skor 4,
mempengaruhi kepuasan kerja pada pegawai Ragu-ragu diberi skor 3. Tidak Setuju diberi skor
dinas luar Asuransi Jiwa Bersama (AJB) 2 dan Sangat Tidak Setuju diberi skor 1
Bumiputera Cabang Setiabudi. 4. Tempat dan Waktu Penelitian
2. Manfaat Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Asuransi Jiwa
a. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini Bersama Bumiputera (AJB) 1912 Cabang Setia
memberikan informasi tambahan untuk AJB Budi Medan Jl. Setiabudi No 96 D-E. Waktu
Bumiputera 1912 dalam memahami faktor- penelitian dimulai dari Fabruari 2009 sampai
faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja dengan Juni 2009.
pegawai dinas luar. 5. Populasi dan Sampel
b. Bagi peneliti lain, penelitian ini bermanfaat Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai bahan referensi bagi penelitian adalah pegawai dinas luar yaitu para agen
lanjutan yang ingin melakukan penelitian Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912
dibidang yang sama dimasa mendatang. Cabang Medan Setiabudi yang berjumlah 30
orang yang merupakan sampel jenuh. Penulis
menggunakan metode sensus untuk melakukan
METODE PENELITIAN
penarikan sampel yaitu seluruh anggota populasi
1. Batasan Operasional dimasukkan menjadi sampel, karena jumlah
Batasan operasional yang dilakukan peneliti populasi yang relatif kecil (Sugiyono, 2005 : 78)
terbatas pada faktor-faktor yang mempengaruhi 6. Jenis dan Sumber Data
kepuasan kerja pegawai dinas luar Asuransi Jiwa Prosedur pengambilan data pada penelitian ini
adalah menggunakan:

27
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 25 32

a. Data Primer aplikasi Software SPSS 15.00 For Windows.


Data yang diperoleh langsung dari responden Menurut Sugiyono (2005:211) model
yang ada dilokasi penelitian. Data tersebut persamaan yang digunakan adalah sebagai
diperoleh dari wawancara serta dari hasil berikut:
kuesioner. Y= a+b1X1+ b2X2 +e
b. Data Sekunder Keterangan: Y = Kepuasan kerja a
Data sekunder diperoleh dari dekumentasi = Konstanta b1-b2 =
Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Koefisien regresi X1 =
serta dari buku-buku ilmiah, journal dan Faktor motivat X2 =
internet untuk mendukung penelitian ini. Faktor hygiene e =
7. Teknik Pengumpulan Data Standar error
a. Wawancara (Interview)
Yaitu melakukan wawancara langsung dengan 10. Uji Hipotesis
responden dengan mengajukan pertanyaan Perhitungan statistik disebut signifikan secara
mengenai kepuasan kerja dan faktor-faktor statistik apabila nilai uji statistiknya berada di
yang mempengaruhinya. dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak)
b. Kuesioner dan sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai
Yaitu pengumpulan data dengan cara uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho
mengajukan pertanyaan yang tersusun secara diterima. Dalam analisis regresi ada 3 jenis
sistematis untuk diisi oleh karyawan secara kriteria ketepatan yaitu:
objektif. a. Koefisien determinasi (R)
8. Uji Validitas dan Realibilitas Koefisen determinasi digunakan untuk
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada mengukur seberapa besar kemampuan model
instrumen penelitian, dalam hal ini adalah dalam menerangakan variabel terikat. Nilai R
kuesioner, untuk menguji apakah kuesioner layak yang semakin besar (mendekati satu)
digunakan sebagai instrument penelitian. Valid menunjukkan adanya pengaruh variabel bebas
berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk (X) yang besar terhadap variabel terikat (Y).
mengukur apa yang seharusnya diukur dan Sebaliknya jika R semakin kecil (mendekati
reliabel berarti instrumen yang digunakan nol) maka ddikatakan pengaruh variabel bebas
beberapa kali mengukur objek yang sama, akan (X) kecil terhadap variabel terikat (Y)
menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2005 : b. Uji-F
109). Pada pengujian validitas dan reliabilitas Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah
kuesioner diberikan kepada 30 responden diluar semua variabel bebas yang dimasukkan
sampel yang diteliti. Pengujian dilakukan pada kedalam model mempunyai pengaruh
AJB Bumiputera 1912 Kantor Wilayah Medan serempak terhadap variabel terikat. Uji F
divisi asuransi perorangan, yang berlamat di Jl. digunakan melihat secara sarempak variabel
Iskandar Muda No.12 Medan. bebas yaitu faktor motivator (X1) dan faktor
9. Metode Analisis Data hygiene (X2) terhadap variabel terikat
a. Metode Analisis Deskriptif kepuasan kerja (Y).
Metode ini bertujuan untuk menggambarkan Ho: b1=b2=0, artinya secara bersama-sama
secara sistematis fakta atau karakteristik dari tidak terdapat pengaruh yang positif dan
suatu keadaan, dalam hal ini data yang sudah signifikan dari variabel faktor motivator (X1)
dikumpulkan kemudian diklasifikasikan, dan faktor hygiene (X2) terhadap variabel
diinterprestasikan, dan selajutnya dirumuskan, kepuasan kerja (Y). Ho: b1b20, artinya
sehingga dapat memberikan gambaran yang secara bersama-sama terdapat pengaruh yang
jelas megenai masalah yang diteliti. positif dan signifikan dari variabel faktor
b. Metode Analisis Kuantitatif/Infrensial motivator (X1) dan faktor hygiene (X2)
Peneliti menggunakan metode analisis terhadap variabel kepuasan kerja (Y).
statistik regresi linear berganda pada c. Uji Signifikansi (Uji t)
penelitian ini. Metode analisis linear berganda Uji t merupakan pengujian dengan
yaitu untuk memprediksi nilai dari variabel menggunakan kriteria pengambilan keputusan
terikat yaitu kepuasan kerja dengan sebagai berikut:
memperhitungkan nilai-nilai variabel bebas Ho: b1=b2=0, artinya secara parsial tidak
yaitu faktor motivator (X1) dan faktor terdapat pengaruh yang positif dan
hygiene (X2) dengan mengunakan bantuan

28
Yulinda dan Sri Wulan Harlyanti Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

signifikan variabel faktor motivator (X1) dan Tabel 4. Masa kerja responden
faktor hygiene (X2) terhadap variabel Masa kerja Frekuensi Persentase (%)
kepuasan kerja (Y). Ho: b1b20, artinya 1-5 tahun 6 20
secara parsial terdapat pengaruh yang positif 6-10 tahun 5 16,67
dan signifikan variabel faktor motivator (X1) 11-15 tahun 4 13,33
dan faktor hygiene (X2) terhadap variabel 16-20 tahun 9 30
kepuasan kerja (Y). Kriteria pengambilan 21-25 tahun 3 10
26-30 tahun 3 100
keputusan: Ho diterima jika t hitung < t tabel,
Jumlah 30 100%
= 5% Ho ditolak jika t hitung > t tabel, = Sumber: Pengolahan data primer (2009)
5%
Pada Tabel 4 dapat diketahui responden yang
memiliki masa kerja 1-5 tahun sebanyak 6 orang,
ANALISIS DESKRIPTIF masa kerja 6-10 tahun sebanyak 5 orang, masa kerja
11-15 tahun sebanyak 4 orang, masa kerja 16-20 tahun
Kuesioner yang disebarkan pada responden sebanyak 9 orang, masa kerja 21-25 tahun sebanyak 3
berikan pertanyaan-pertanyaan mengenai faktor orang, masa kerja 26-30 tahun sebanyak 3 orang. Hal
motivator (X1) dan faktor hygiene (X2) sebagai faktor- ini menunjukkan bahwa mayoritas masa kerja agen
faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja dan sudah cukup lama berkisar 16 20 tahun.
kepuasan kerja itu sendiri (Y) pada pegawai dinas luar
Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 3. Usia Responden
Cabang Setiabudi Medan. Berikut ini diperlihatkan Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka
data karakteristik responden yang dapat dilihat dari dapat diketahui karakteristik usia responden. Adapun
beberapa segi: 1. Tingkat Pendidikan usia responden dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka Tabel 5. Usia Responden
dapat diketahui tingkat pendidikan terakhir pegawai
Usia Responden Frekuensi Persentase (%)
dinas luar Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera
<30 tahun 6 20
1912 Cabang Setiabudi Medan. Tingkat pendidikan
31-40 tahun 12 40
responden dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. 41-50 tahun 7 23,3
51-60 tahun 5 16,7
Tabel 3. Tingkat pendidikan responden
Jumlah 30 100
Tingkat pendidikan Frekuensi Persentase (%) Sumber: Pengolahan ata primer (2009)
rerponden d
SMU 6 20 Pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa
Diploma 15 50 responden yang memiliki usia <30 tahun ada
S1 9 30 sebanyak 6 orang atau 20%, usia 31-40 tahun
Jumlah 30 100 sebanyak 12 orang atau 40%, usia 41-50 tahun
Sumber: Pengolahan primer (2009) sebanyak 7 orang atau 23,3%, usia 51-60 tahun
data
sebanyak 5 orang atau 16,7%. Artinya mayoritas
Pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa responden yaitu sebesar 40% berusia sekitar 31-40
responden yang berpendidikan terakhir SMU tahun.
sebanyak 6 orang, berpendidikan Diploma 15 orang
berpendidikan S1 sebanyak 9 orang. Hal ini 4. Jenis Kelamin Responden
menunjukkan bahwa mayoritas agen yang bekerja Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka
pada Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 dapat diketahui jenis kelamin responen. Perbandingan
Cabang Setiabudi Medan berpendidikan terakhir jenis kelamin responden dapat dilihat pada Tabel
Diploma. dibawah ini:

2. Masa Kerja Tabel 6. Jenis Kelamin Responden


Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka Jenis Kelamin Frekuensi Persentase(%)
dapat diketahui masa kerja responen dapat dilihat Pria 11 36,7
pada tabel di bawah ini. Wanita 19 63,3
Jumlah 30 100
Sumber: Pengolahan ata primer (2009)
d
29
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 25 32

Pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa mayoritas 1. Determinan (R)


responden berjenis kelamin wanita yaitu sebesar 19 Determinan (R) pada intinya mengukur
orang atau 63,3% sedangkan pria hanya berjumlah 11 proporsi atau persentase sumbangan variabel bebas
orang atau 36.7%. yaitu faktor motivator (X1) dan faktor hygiene (X2)
terhadap variabel terikat kepuasan kerja (Y) secara
bersama-sama. Dimana 0 R 1. Tabel berikut ini
ANALISIS STATISTIK dapat dijelaskan nilai Determinan (R)

Uji Hipotesis Tabel 8. Determinan (R)


Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk Model Summary
melihat pengaruh variabel bebas faktor motivator (X1) Model R Adjusted Std. Error of R Square R
Square the Estimate
dan faktor hygiene (X2) dengan variabel terikat
1 .881a .777 .760 2.94147
kepuasan kerja. Dalam penelitian ini pengujian
dilakukan dengan metode enter. a. Predictors: (Constant), Hygiene Factor, Motivator F
Diketahui bahwa faktor motivator (X1) dan Sumber: Hasil pengolahan data (SPSS versi 15.0) 2009
faktor hygiene (X2) merupakan variabel bebas yang
digunakan sedangkan variabel terikatnya adalah Pada Tabel 8 menunjukkan Adjusted R
kepuasan kerja (Y). Persamaan regresi linear berganda sebesar 0,760 artinya 76% kepuasan kerja (Y)
dapat diketahui dari Tabel berikut ini: pegawai dinas luar Asuransi Jiwa Bersama (AJB)
Bumiputera 1912 Cabang Setiabudi Medan dapat
Tabel 7. Persamaan Regresi dijelaskan oleh variabel faktor motivator (X1) dan
Coefficientas
faktor hygiene (X2). Sedangkan sisanya sebesar 24%
Model t Sig.
dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam
Unstandardized Standardize
Coefficients d penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa model
B Std. Coefficients
Beta yang digunakan cukup kuat.
Error
1 (Constant) 2.62 3.581 . .651 . .734 .469 .
Motivator Fa 9c 225 . 283 4.838 000 . 2. Uji F
Hygiene Fac 1.091 t 255 2.104 045 Uji F (uji serempak) adalah untuk melihat
a.Dependent Variable: Kepuasan Kerja Sumber: Hasil apakah variabel bebas yaitu faktor motivator (X1) dan
faktor hygiene (X2) secara bersama-sama (serempak)
pengolahan data (SPSS versi 15.0) 2009 berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
variabel terikat, kepuasan kerja (Y).
Pada Tabel 7 diketahui persamaan regresi
linear berganda, dapat dirumuskan persamaan sebagai Hasil pengujian:
berikut: a. Model regresi yang dipergunakan dalam uji F
adalah:
Y= 2,629+1,091X1+ 0,536 X2+e Ho: b1=b2=0, artinya secara bersama-sama tidak
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
Persamaan regresi linear berganda diuraikan dari variabel bebas yaitu faktor motivator (X1)
sebagai berikut: dan faktor hygiene (X2) terhadap variabel
a. Konstanta 2,629 menyatakan bahwa jika tidak ada terikat Kepuasan kerja (Y).
varaibel faktor motivator dan faktor hygiene Ho: b1b20, artinya secara bersama-sama
maka kepuasan kerja pegawai adalah sebesar terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
2,629. dari variabel bebas yaitu yaitu faktor
motivator (X1) dan faktor hygiene (X2)
b. Koefisien 1,091 menyatakan bahwa setiap terjadi terhadap variabel terikat kepuasan kerja (Y).
kenaikan atau peningkatan variabel faktor b. F tabel dapat dilihat pada = 5%.
motivator sebesar satu satuan maka akan Derajat bebas pembilang = k-1 = 3-1 =2
meningkatkan kepuasan kerja sebesar 1,091. Derajat penyebut = n-k = 30-2 = 28
c. Koefisien 0,536 menyatakan bahwa setiap terjadi F tabel pada signifikansi 5% (2,28) = 3,45.
kenaikan atau peningkatan pada variabel faktor c. Mencari F hitung dengan menggunakan Tabel
hygiene sebesar satu satuan maka akan Anova sebagai hasil pengolahan data SPSS 15.00.
meningkatkan kepuasan kerja sebesar 0,536. Dapat dilihat pada tabel berikut:

30
Yulinda dan Sri Wulan Harlyanti Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Tabel 9. Uji-F d. Kriteria pengambilan keputusan


ANOVAb
Ho diterima jika t hitung < t tabel, = 5%
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Ho ditolak jika t hitung > t tabel, = 5%
1 Regression 812.257 2 406.128 46.939 .000a e. Keterangan
Residual Total 233.610 27 8.652 1) Pada variabel faktor motivator (X1) diketahui
1045.867 29
a. Predictors: (Constant), Hygiene Factor, Motivator Factor
bahwa nilai t hitung = 4,838 dengan tingkat
b. Dependent Variable: Kepuasan Kerja signifikansi 0,000 (lebih kecil dari 0,05),
Sumber: Hasil pengolahan data (SPSS versi 15.0) 2009 maka Ho ditolak dan Ha diterima karena t
d. Kriteria pengambilan keputusan hitung (4,838) > t tabel (2,058). Berdasarkan
Ho diterima jika F hitung < F tabel, = 5% hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel
Ho ditolak jika F hitung > F tabel, = 5% faktor motivator (X1) secara parsial
e. Keterangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai F hitung variabel kepuasan kerja (Y). Hal ini berarti
adalah 46,939 dengan signifikansi diatas 0,05. Hal faktor motivator yang terdiri dari keberhasilan
ini menunjukkan bahwa F hitung (46,939) > F pelaksanaan, penghargaan, tanggung jawab,
Tabel (3,35) artinya Ho ditolak yang berarti pekerjaan itu sendiri, kesempatan untuk
menunjukkan bahwa variabel bebas (faktor berkembang, dan kesempatan untuk maju
motivator dan faktor hygiene) secara bersama- yang ada dalam pekerjaan sudah cukup baik
sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap karena mampu meningkatkan kepuasan kerja
variabel bebas (kepuasan kerja). sehingga dapat meningkatkan pencapaian
3. Uji t target para pegawai.
Uji t dilakukan untuk menguji apakah setiap 2) Pada variabel faktor hygiene (X2) diketahui
variabel bebas yaitu faktor motivator (X 1) dan faktor bahwa nilai t hitung = 2,104 dengan tingkat
hygiene (X2) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikansi 0,045(lebih kecil dari 0,05), maka
signifikan tehadap variabel terikat kepuasan kerja (Y) Ho ditolak dan Ha diterima karena t hitung
secara parsial. (2,104) > t Tabel (2,048). Sehingga dapat
Hasil pengujian: disimpulkan bahwa variabel faktor hygiene
a. Model regresi yang dipergunakan dalam uji t (X2) secara parsial berpengaruh positif dan
adalah: signifikan terhadap variabel kepuasan kerja
Ho: b1=b2=0, artinya secara parsial tidak terdapat (Y). Hal ini berarti faktor hygiene yang terdiri
pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel dari kebijakan perusahaan, pengawasan,
bebas yaitu faktor motivator (X1) dan faktor hubungan dengan rekan kerja, upah, dan
hygiene (X2) terhadap variabel terikat Kepuasan kondisi kerja yang ada dalam perusahaan
kerja (Y). Ho: b1b20, artinya secara parsial
sudah cukup baik karena mampu
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari
variabel bebas yaitu yaitu faktor motivator (X1) meningkatkan kepuasan kerja sehingga dapat
dan faktor hygiene (X2) terhadap variabel terikat meningkatkan pencapaian target pegawai. Hal
kepuasan kerja (Y). tersebut juga menunjukkan bahwa perusahaan
b. t tabel dapat dilihat pada = 5%. telah mampu menciptakan lingkungan kerja
t tabel diperoleh dari n-k yang kondusif bagi para agennya. Walaupun
n = jumlah sampel yaitu 30 factor motivator dan factor hygenie
k = jumlah variabel bebas yang digunakan yaitu 2 mempengaruhi kepuasaan kerja agen tapi
maka nilai t tabel 5% (28) adalah 2,048 perusahaan harus lebih peka dengan situasi
c. Nilai t hitung dapat dilihat pada Tabel berikut ini. lingkungan yang kompetitip dengan
perusahaan asuransi jiwa lainnya. Oleh sebab
Tabel 10. Uji t
Coefficientas itu perusahaan memperhatikan tingkat
Model Unstandardized Standardize t Sig. kepuasan agen, agar kinerja meningkat
Coefficients d
Coefficients
3) Berdasarkan hasil uji-t diketahui bahwa faktor
B Std. Beta
Error dominant yang mempengaruhi kepuasan kerja
1 (Constant) 2.629 3.581 . .651 . .734 .469 .
Motivator Fact 1.091 225 . 283 4.838 000 . adalah variabel faktor motivator (hal ini dapat
Hygiene Facto .536 255 2.104 045 dilihat dari nilai unstandarized coefficients
a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
faktor motivator (1,091) yang lebih besar
Sumber: Hasil pengolahan data (SPSS versi 15.0) 2009 daripada unstandarized coefficients faktor
hygiene (0,536).

31
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 25 32

KESIMPULAN Gomes, Faustono Cardoso, 2003. Manajemen Sumber


Daya Manusia, Andi Offset, Yogyakarta.
1. Variabel faktor motivator dan faktor hygiene Gozali, Imam, 2005. Aplikasi analisis multivariate
berpengaruh positif dan signifikan terhadap dengan program SPSS, Edisi 1, Semarang.
kepuasan kerja pegawai dinas luar Asuransi Jiwa Griffin, Ricky W, 2006. Manajemen, Jilid 2, edisi
Bersama (AJB) Bumiputera 1912 Cabang tujuh, Erlangga, Jakarta. Hariandja, Marihot
Setiabudi, Medan berdasarkan hasil uji F Effendi. Manajemen Sumber Daya
(serempak) dan uji t (parsial). Manusia, PT.Grasindo, Jakarta. Hasibuan,
2. Faktor yang paling dominan mempengaruhi Malayu S.P, 2003. Manajemen Sumber
kepuasan kerja pegawai dinas luar Asuransi Jiwa Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.
Bersama (AJB) Bumiputera 1912 Cabang Kerlinger, Fred N, 2000. Azas-azas Penelitian, UGM
Setiabudi Medan adalah faktor motivator. University Press, Jogjakarta. Kreitner, Robert
3. Berdasarkan hasil analisis koefisien determinasi dan Angelo Kinicki, 2008. Perilaku
diketahui nilai Adjusted R sebesar 0,76 yang Organisasi, Salemba Empat, Jakarta.
berarti 76% variabel kepuasan kerja dijelaskan Kuncoro, Mudrajat,2003. Metode Riset Untuk
oleh faktor motivator dan faktor hygiene, Ekonomi Bisnis, Penerbit Erlangga, Jakarta.
sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain Luthans, Fred, 2006. Perilaku Organisasi, Edisi
yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Sepuluh, Penerbit Andy, Yogyakarta. Mathis,
Robert L & John H. Jackson, 2002,
Manajemen Sumber Daya Manusia, jilid 2,
DAFTAR PUSTAKA Salemba Empat, Jakarta. Robbin, Stephen P
dan Timothy A. Judge, Prilaku
Davis, Keith dan John W Newstrom, 1997. Perilaku Organisasi, Prentice Hall, Jakarta Santoso,
Organisasi, Jilid 1, Edisi Tujuh, Erlangga, Singgih, 2004. SPSS Statistik Parametrik,
Jakarta. Penerbit PT Elex media komputindo,
Fathoni, Abdurrahmat, 2006. Manajemen Sumber Kelompok Gramedia, Jakarta. Situmorang,
Daya Manusia, cetakan pertama, Rineka Syafrizal H, et al, 2008. Analisis Data
Cipta, Jakarta. Penelitian Menggunakan Program SPSS,
Gatot, Dewi Basmala dan Wiku Adisasmito. 2005. USU Press, Medan. Sugiyono, 2005. Metode
Hubungan Karakteristik Perawat, Isi Penelitian Bisnis, Alfabeta,
Pekerjaan dan Lingkungan Pekerjaan Bandung. Yuli, Sri Budi Cantika. 2005,
Terhadap Kepuasan Kerja Perawat di Instalasi Manajemen SDM,
Rawat Inap RSUD Gunung Jati Cirebon. UMM Press, Malang.
http:///www.Journal.ui.ac.id/?hal=download&q=
124.

32

Anda mungkin juga menyukai