Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio, Dan
Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio, Dan
Halaman
Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, dan Return on Assets terhadap Dividend
Payout Ratio
Lisa Marlina dan Clara Danica ......................................................................................................... 16
Pengaruh Harga (Price) dan Kualitas Pelayanan (Service Quality) terhadap Kepuasan Pasien
Rawat Inap di RSU Deli Medan
Arlina Nurbaity Lubis dan Martin ...................................................................................................... 21 24
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Pegawai pada Pegawai Dinas Luar
Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Cabang Setiabudi Medan
Yulinda dan Sri Wulan Harlyanti ........................................................................................................ 25 32
ii
ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN
RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO
Lisa Marlina dan Clara Danica
Departemen Staf Pengajar FE USU
Abstract
The purpose of the research is to examine the factors which is influence Dividend Payout Ratio in
manufactur sector of Bursa Efek Indonesia (BEI). The research use fundamental factors of company: financial
ratio which is liquidity ratio represent by Cash Position (CP), leverage ratio represent by Debt Equity Ratio
(DER) as independent variable, profitability ratio represent by Return On Assets (ROA), and dependent variable
represent by Dividend Payout Ratio (DPR). The result of research indicate that the fundamental ratio which is
consist of Cash Position, Debt to Equity Ratio and Return on Assets are together have significant effect to
Dividen Payout Ratio. The result also indicate that Cash Position variable and Return on Assets variable is
partiality have positive and significant effect to Dividen Payout Ratio, but Debt to Equity Ratio has no
significant effect to Divident Payout Ratio.
Keywords: Dividen Payout Ratio(DPR), Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER) and Return on Assets
(ROA)
1
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 1 - 6
Return on Assets (ROA) menunjukkan (independen). Variabel terikat (Y) adalah Dividend
kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total Payout Ratio (DPR), sedangkan variabel bebas (X)
aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin terdiri dari Cash position (CP), Debt to Equity Ratio
tinggi Return on Assets (ROA) maka kemungkinan (DER) dan Return on Assets (ROA).
pembagian dividen juga semakin banyak (Sartono,
2001). Variabel Independen (X):
Perusahaan yang terdaftar di BEI tidak a. Cash Position (X1)
semuanya membagikan dividen kepada para Cash position dihitung berdasarkan perbandingan
pemegang sahamnya, baik itu dalam bentuk dividen antara saldo kas akhir dengan laba bersih setelah
tunai maupun dividen saham. Hal tersebut disebabkan pajak.
oleh adanya pertimbangan-pertimbangan yang Rumus:
Saldo kas akhir Cash
berbeda dalam membuat keputusan kebijakan dan position =
pembayaran dividen dalam setiap perusahaan. laba bersih setelah pajak
Sektor manufaktur merupakan sektor yang
paling banyak membagikan dividen kepada para b. Debt to Equity Ratio (X2)
pemegang sahamnya selama kurun periode 2004-2007 Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio
dibandingkan sektor lain yang terdaftar di Bursa Efek hutang terhadap modal sendiri. Rasio ini
Indonesia (BEI). Selama periode 2004-2007, ada mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai
sebanyak 24 perusahaan manufaktur yang oleh hutang dibanding dengan modal sendiri.
membagikan dividen kepada para pemegang Rumus:
total hutang
sahamnya. DER=
total modal sendiri
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang c. Return on Assets (X3)
diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah Return on Assets (ROA) dihitung berdasarkan
sebagai berikut: perbandingan laba bersih setelah pajak terhadap
Apakah Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio total aktiva yang dimiliki perusahaan.
(DER) dan Return on Assets (ROA) mempunyai Rumus:
Laba bersih setelah pajak
pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout ROA=
Ratio (DPR) pada perusahaan manufaktur di Bursa total aktiva
Efek Indonesia (BEI)?
Variabel Dependen (Y):
1.3. Hipotesis Dividend Payout Ratio (Y)
Berdasarkan rumusan masalah penelitian Dividend payout ratio diukur dengan
maka hipotesisnya adalah sebagai berikut: Cash membandingkan dividen kas per lembar saham
Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return terhadap laba yang diperoleh per lembar saham.
on Assets (ROA) mempunyai pengaruh secara Rumus:
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) dividen kas per lembar saham
DPR=
pada sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia laba yang diperoleh per lembar saham
(BEI).
2.2. Populasi dan Sampel
1.4. Tujuan Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
Tujuan penelitian ini adalah: adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar
Mengetahui pengaruh Cash Position (CP), Debt to (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode
Equity Ratio (DER) dan Return on Assets (ROA) Januari 2004 sampai dengan Desember 2007, yaitu
secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio sebanyak 142 perusahaan. Penarikan sampel yang
pada sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia dilakukan oleh penulis adalah dengan menggunakan
(BEI). desain sampel non probabilitas dengan metode
judgment sampling. Judgment Sampling adalah
salah satu jenis purposive sampling dimana peneliti
2. METODE PENELITIAN memilih sampel berdasarkan penilaian terhadap
beberapa karakteristik anggota populasi yang
2.1. Defenisi Operasional disesuaikan dengan maksud penelitian (Kuncoro,
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu 2003: 119).
variabel terikat (dependen) dan variabel bebas
2
Lisa Marlina dan Clara Danica Analisis Pengaruh Cash Position
3
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 1 - 6
Dari Tabel 1 dapat diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y =
10,624 + 3,603 X1 + 5,088 X2 + 1,219 X3 + e
Dimana:
Y = Dividend Payout Ratio (DPR)
X1 = Cash Position (CP)
X2 = Debt to Equity Ratio (DER)
X3 = Return on Assets (ROA)
b. Koefisien Determinasi mentalnya saja tetapi juga harus mempertimbangkan
faktor faktor lain diluar perusahaan termasuk juga
Tabel 2. Koefisien Determinasi Model Summary(b) untuk keputusan deviden.
R Adjusted Std. Error of Durbin
Square R Square the Estimate -
.294 .270
Ratio dan Return on Assets dapat menjelaskan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat
variabel Dividen Payout Ratio hanya sebesar 27% saja disimpulkan bahwa variabel Cash Position, Debt to
sedangkan 73% dijelaskan oleh variabel-variabel lain Equity dan Return on Assets pada model ini secara
yang tidak termasuk dalam model.Artinya variabel serempak berpengaruh secara signifikan terhadap
bebas yang terdapat pada model ini tidak cukup kuat variabel Dividen Payout Ratio.
untuk memperediksi variabel terikat. Hal ini
kemungkinan besar disebabkan model ini murni hanya (2) Uji Secara Parsial (Uji t)
menggunakan faktor fundamental perusahaan dan Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
sama sekali tidak memasukkan faktor pasar sebagai signifikansi pengaruh variabel bebas secara individual
variabel bebasnya.Secara logis keputusan perusahaan (parsial) terhadap variabel terikat.
harusnya bukan hanya berdasarkan faktor funda-
Tabel 3. Uji Statistik F ANOVA(b)
Model Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
1 Regression 16299.330 3 5433.110 12.227 .000(a)
Residual 39104.351 88 444.368
Total 55403.681 91
Sumber: olahan SPSS 12.0 windows
Hasil for
Tabel 4. Uji Statistik t Coefficients(a )
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.624 5.879 1.807 .074
CP 3.603 1.748 .190 2.061 .042
DER 5.088 2.750 .175 1.850 .068
ROA 1.219 .205 .570 5.961 .000
Sumber: asil olahan S 12.0 for ows
H SPS wind
4
Lisa Marlina dan Clara Danica Analisis Pengaruh Cash Position
Pada Tabel 4 dapat dilihat hasil uji perusahaan membayar dividen selama penggunaan
signifikansi parsial masing-masing variabel sebagai hutang harus selalu diiringi dengan peningkatan laba
berikut: perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori keuangan yang
a) Variabel Cash Position mempunyai pengaruh menyatakan jangan lakukan hutang baru jika tidak
yang signifikan terhadap Dividen Payout Ratio menghasilkan tambahan laba. c) Variabel Return on
karena mempunyai tingkat signifikansi lebih kecil Assets mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
dari 0,05 yaitu 0,042 (0,042 < 0,05).Persamaan Dividen Payout Ratio karena tingkat signifikansinya
regresi yang terdapat pada tabel 1 memperlihatkan lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 (0,000 < 0,05).
koefisien dari Cash Position adalah sebesar 3,603, Persamaan regresi pada tabel 1 memperlihatkan
angka ini menunjukkan variabel Cash Position koefisien variabel Return On Asset sebesar 1,219, jika
selain berpengaruh secara signifikan juga Return On Asset mengalami penigkatan 1 kali maka
berpengaruh secara positif dimana jika Cash akan meningkatkan Dividen Payout Ratio sebesar
Position mengalami kenaikan 1 kali maka akan 1,219 kali. Hal ini sesuai dengan teori yang
terjadi kenaikan Dividen Payout Ratio sebesar dikemukakan oleh Sartono (2001 : 122) yang
3,603 kali dan sebaliknya jika Cash Position menyatakan semakin tinggi Return On Asset maka
mengalami penurunan maka Dividen Pay Out kemungkinan pembagian Dividen semakin besar.
Ratio juga mengalami penurunan. Hal ini sesuai Dengan kata lain semakin besar keuntungan yang
dengan teori yang dikemukakan oleh Sudarsi diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan
(2000,4) yang menyatakan dividen merupakan membayar Dividen.Hal ini menunjukkan perusahaan
cash out flow tentu saja memerlukan posisi cash selalu berusaha menigkatkan citranya dengan cara
yang kuat sehingga mampu membayar setiap peningkatan laba akan diikuti dengan
dividen.Hal ini tentu dapat di mengerti sebab peningkatan porsi laba yang di bagi sebagai dsividen
pembayaran Dividen tunai merupakan arus cash dan juga dapat mendorong peningkatan nilai saham
keluar yang tentu saja memerlukan tersedianya perusahaan. Namun sebaiknya perusahaan juga tidak
cash yang cukup atau posisi likuiditas harus mengabaikan kesehatan pendanaan perusahaan yang
terjaga sehingga walaupun perusahaan ditandai dengan peningkatan ketergantungan terhadap
memperoleh laba yang tinggi dan beban hutang dana internal yang bersumber dari laba ditahan sebab
beserta bunga yang rendah namun jika tidak jika pertumbuhan dan perkembangan perusahaan
didukung oleh posisi cash yang kuat maka dilakukan dengan cara mengurangi ketergantungan
kemampuan pembayaran dividennya rendah.Oleh terhadap dana eksternal dan menggantinya dengan
sebab itu pihak manajemen dituntut untuk tetap sumber dana internal maka selain dapat menurunkan
mengelola kasnya atau aktiva-aktiva yang setara resiko perusahaan juga bisa memperbesar kepemilikan
dengan kas secara benar sehingga likuiditas para pemegang saham pada perusahaan. Artinya
perusahaan tidak terganggu. peningkatan nilai perusahaan yang ditandai dengan
b) Variabel Debt to Equity Ratio tidak mempunyai peningkatan nilai saham tidak sepenuhnya akibat
pengaruh yang signifikan terhadap Dividen peningkatan dividen tetapi juga karena peningkatan
Payout Ratio karena tingkat signifikansinya lebih ekuiti dalam bentuk laba ditahan sehingga
besar dari 0,05 yaitu 0,068 (0,068 > 0,05). pertambahan kekayaan pemegang saham bukan hanya
Persamaan regresi pada tabel 1 memperlihatkan karena perolehan dividen tetapi juga disebabkan
koefisien Debt to Equity Ratio sebesar 5,088, peningkatan kepemilikan dalam bentuk laba ditahan.
angka menunjukkan jika Debt to Equity Ratio
naik sebesar 1 kali maka Dividen Payout Ratio
akan mengalami kenaikan sebesar 5,088 kali.Hasil 4. KESIMPULAN
penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Sartono (2001: 66) yaitu Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
semakin tinggi Debt to Equity Ratio semakin yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
berkurang kemampuan perusahaan membayar kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:
dividen sebaliknya semakin turun Debt to Equity a. Variabel Cash Position (CP), Debt to Equity
Ratio semakin tinngi kemampuan perusahaan Ratio (DER) dan Return on Assets (ROA)
membayar dividen.Komitmen perusahaan disektor
manufaktur untuk melakukan pembayaran dividen
secara teratur menyebabkan kemampuan
pembayaran dividen tidak dipengaruhi oleh besar
kecilnya hutang perusahaan bahkan kenaikan
hutang dapat menigkatkan kemampuan
5
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 1 - 6
berdasarkan hasil uji simultan(uji statistik F) Darmadji, Tjiptono. 2006. Pasar Modal di
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Edisi
Dividend Payout Ratio (DPR). Kedua. Jakarta: Salemba Empat.
b. Variabel Cash Position (CP) dan Return on Assets Harahap, Sofyan Syafri. 2006. Analisis Kritis atas
(ROA) mempunyai pengaruh positif dan Laporan Keuangan. Jakarta: PT
signifikan terhadap Dividen Payout Ratio (DPR) RajaGrafindo Persada.
sedangkan variabel bebas yang lain, yaitu Debt to Helmi, et al. 2007. Analisis data Penelitian
Equity Ratio (DER) tidak mempunyai pengaruh (Menggunakan Program SPSS). Medan:
yang signifikan terhadap Dividen Payout Ratio USU Press.
(DPR) berdasarkan hasil uji parsial (Uji Statistik Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset untuk
t). Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
c. Nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini Kuswadi. 2004. Memahami Angka-Angka dan
adalah sebesar 0,27. Hal ini berarti 27% variasi Manajemen Keuangan Bagi Orang Awam.
dari Dividen Payout Ratio (DPR) dijelaskan oleh Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
ketiga variabel bebas sedangkan sisanya 73% Nachrowi, D. 2006. Pendekatan Populer dan
dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model Praktis Ekonometri: Untuk Analisis
penelitian. Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
5. SARAN Nasution, Hasanul Aswadi. 2004. Analisis
Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Dividend
a. Faktor faktor yang mempengaruhi dividen payout Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur
ratio pada penelitian ini hanya terbatas pada Go Public di Bursa Efek Jakarta. Tesis
informasi-informasi internal masing-masing Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera
perusahaan yang berdasarkan laporan keuangan Utara.
perusahaan. Oleh karena itu, disarankan agar Riyanto, Bambang. 2000. Dasar-Dasar
penelitian selanjutnya juga menggunakan Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat.
informasi eksternal perusahan yang menyangkut Yogyakarta: BPFE.
kondisi makro ekonomi seperti Gross Domestic Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori
Product (GDP), tingkat inflasi, suku bunga, nilai dan Aplikasi. Edisi Keempat. Yogyakarta:
tukar dan lain lain. BPFE.
b. Untuk menjaga loyalitas pemegang saham Sudarsi, Sri 2002. Analisis Faktor-Faktor yang
terhadap perusahan sebaiknya posisi kas dan Mempengaruhi Dividen Payout Ratio pada
kemampuan untuk memperoleh laba dapat Industri Perbankan yang Listed di Bursa
dipertahankan dan ditingkatkan agar kemampuan Efek Jakarta (BEJ). Jurnal bisnis dan
perusahaan dalam membayar dividen tetap terjaga ekonomi.
dan tentu saja tanpa mengabaikan pengendalian Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Edisi
terhadap resiko perusahan berupa peningkatan Kelima. Bandung: CV. Alfabeta.
pemakaian dana internal dan otomatis juga terjadi Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian. 2002.
peningkatan kepemilikan dari pemegang saham. Manajemen Keuangan Dua. Edisi Ketiga.
c. Pemberdayaan hutang secara optimal dan dengan Jakarta: PT Prenhallindo.
pembiyaan hutang yang efisien akan memberikan Sutrisno. 2000. Manajemen Keuangan: Teori,
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonosia.
kemampuan perusahan dalam membayar dividen. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan
Manajemen Portofolio. Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE.
DAFTAR PUSTAKA Umar, Husein. 2000. Research Methods in Finance
and Banking. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Brigham, Eugene dan Joel F. Houston. 2001. Utama.
Manajemen Keuangan. Alih Bahasa: Ali Walsh, Ciaran. 2004. Key Management Ratios:
Akbar Yulianto. Edisi Kedelapan. Jakarta: Rasio-rasio Manajemen Penting. Edisi
Erlangga. ketiga. Jakarta: Erlangga.
6
BALANCED SCORECARD:
PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN
DAN SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS
Friska Sipayung
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi USU
Abstract
Nowadays, the companies are in the middle of the information competition century. To achieve
competitive success, the century information environment requires the new ability of the companies must be
owned by the manufacturing and services. A company's ability to process information from a variety of
instruments is absolutely need, steer the company to across the complex competitive environment. Company
requires instrument which capable of explaining various aspects of the environment and performance in
monitoring of travel towards a promising future. Balanced Scorecard provides an instrument that is required to
steer the company toward the future success of the competition. An accurate understanding about the goals and
methods for achieving it is very vital. Balanced Scorecard translates mission and strategy of the company in to a
comprehensive measure that provides a framework for measurement and strategic management system.
Scorecard measures the performance of companies on the four perspectives of balanced: financial, customer.
internal business processes, and learning growth. Balanced Scorecard enables companies to record financial
performance results as well as monitor progress in building the company's ability and to obtain intangible assets
that required for future growth.
7
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 7 14
- Produksi yang ramping berbagai tujuan dan ukuran yang nyata. Walaupun
- Membangun perusahaan yang berpusatkan demikian, Balanced Scorecard bukan merupakan
pelanggan (customer-focused) sistem pengukuran semata. Berbagai perusahaan yang
- Manajemen biaya berdasarkan aktivitas inovatif menggunakan scorecard sebagai kerangka
- Pemberdayaan pekerja kerja proses manajemen perusahaan. Pearson and
- Rekayasa ulang Robinson (2007 : 254) mendefinisikan balanced
scorecard sebagai satu kumpulan dari empat ukuran
Setiap program perbaikan ini terbukti telah yang berkaitan langsung dengan strategi suatu
mampu menghasilkan kesuksesan. Masing-masing perusahaan: kinerja keuangan, pengetahuan mengenai
program bersaing untuk mendapatkan waktu, energi pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran
dan sumber daya para eksekutif. Dan setiap program dan pertumbuhan.
menawarkan terobosan kinerja dan penciptaan nilai Balanced Scorecard (kartu stok berimbang)
yang meningkat atas unsur perusahaan. Tujuan merupakan sekelompok ukuran yang berkaitan
program-program ini bukanlah kepada perbaikan langsung dengan strategi suatu perusahaan. Balance
kinerja incremental atau untuk sekedar bertahan Scorecard mengarahkan suatu perusahaan untuk
hidup; tujuannya adalah kinerja yang diskontinyu, mengaitkan strategi jangka panjangnya dengan
yang memungkinkan perusahan berhasil dalam sasaran dan tindakan yang nyata. Balanced Scorecard,
persaingan di abad informasi ini. seperti yang disajikan pada gambar 1, mengandung
Namun banyak dari program perbaikan ini definisi yang tepat mengenai visi dan strategi
memberikan hasil yang mengecewakan. Program- perusahaan. Visi dan strategi tersebut dikelilingi oleh
program tersebut seringkali terfragmentasi. Tidak empat kotak tambahan. Setiap kotak mencerminkan
terkait dengan strategi perusahaan, atau memberikan perspektif yang memiliki tujuan, ukuran, target, dan
hasil yang berarti secara finansial dan ekonomis. inisiatif (Pearson and Robinson, 2007 : 255).
Terobosan kinerja memerlukan manajemen yang
digunakan oleh sebuah perusahaan. Perjalanan menuju
masa depan yang lebih kompetitif, padat teknologi
dan ditentukan oleh kapabilitas tidak dapat dicapai
semata-mata melalui pemantauan dan pengendalian
berbagai ukuran kinerja finansial masa lalu.
8
Friska Sipayung Balanced Scorecard: Pengukuran Kinerja Perusahaan
strategi tentang hubungan dengan pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan. Keseimbangan juga
kompetensi utama, dan kapabilitas perusahaan ketika dinyatakan antara semua ukuran hasil - apa yang
proses memotivasi dan mengukur kinerja masih dicapai oleh perusahaan pada waktu yang lalu -dengan
dilaksanakan dengan menggunakan berbagai ukuran semua ukuran faktor pendorong kinerja masa depan
finansial. Tekanan pengukuran kinerja pada ukuran perusahaan. Scorecard juga menyatakan
finansial, yang merupakan language of business keseimbangan antara semua ukuran hasil yang
ternyata tidak cukup. (Kaplan & Norton, 2000 : 19) objektif dan mudah dikuantifikasi dengan faktor
Oleh karena itu diperlukan pengukuran penggerak kinerja berbagai ukuran hasil yang
kinerja terpadu, yaitu ukuran keuangan dan non subjektif dan agak berdasarkan pertimbangan sendiri.
keuangan. Pengukuran kinerja terpadu adalah Balanced Scorecard lebih dari sekedar sistem
pengukuran keuangan yang dipadukan dengan pengukuran taktis atau operasional. Perusahaan yang
pelanggan (customer), proses internal, para pekerja inovatif menggunakan scorecard sebagai sebuah
dan sebagainya. Salah satu bentuk pengukuran kinerja system manajemen strategis, untuk mengelola strategi
terpadu adalah Balanced Scorecard. Balanced jangka panjang. Perusahaan menggunakan fokus
Scorecard tetap mempertahankan ukuran finansial pengukuran scorecard untuk menghasilkan berbagai
sebagai suatu ringkasan penting kinerja material dan proses manajemen penting:
bisnis, hanya ditambah dengan seperangkat ukuran 1. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan
yang lebih luas dan terpadu, yang mengaitkan strategi.
pelanggan perusahaan saat ini, proses internal, kinerja Proses scorecard dimulai dengan tim
pekerja dan sistem dengan keberhasilan finansial manajemen puncak yang bersama-sama bekerja
jangka panjang. menerjemahkan strategi unit bisnis ke dalam berbagai
Balanced Scorecard melengkapi seperangkat tujuan strategis yang spesifik. Untuk menetapkan
ukuran finansial kinerja masa lalu dengan ukuran berbagai tujuan finansial, tim ini harus
pendorong (drivers) kinerja masa depan. Tujuan dan mempertimbangkan apakah akan menitikberatkan
ukuran scorecard diturunkan dari visi dan strategi. kepada pertumbuhan pendapatan dan pasar,
Tujuan dan ukuran memandang kinerja perusahaan profitabilitas atau menghasilkan arus kas (cash flow).
dari empat perspektif: finansial, pelanggan, proses Khusus untuk perspektif pelanggan, tim manajemen
bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. harus menyatakan dengan jelas pelanggan dan segmen
Empat perspektif ini memberi kerangka kerja bagi pasar yang diputuskan untuk dimasuki.
Balanced Scorecard (David, 2006 : 450) Setelah tujuan finansial dan pelanggan
ditetapkan, perusahaan kemudian mengidentifikasi
berbagai tujuan dan ukuran proses bisnis internal.
BALANCED SCORECARD SEBAGAI SISTEM Identifikasi semacam ini merupakan salah satu inovasi
MANAJEMEN dan manfaat utama dari pendekatan scorecard.
Keterkaitan yang terakhir, tujuan pembelajaran dan
Balanced Scorecard menekankan ukuran pertumbuhan, memberi alasan logis terhadap adanya
kinerja terpadu dan merupakan bahagian sistem kebutuhan investasi yang besar untuk melatih ulang
informasi kepada karyawan (information system for para pekerja, dalam teknologi dan sistem informasi,
employee) pada setiap jenjang organisasi. Karyawan serta dalam meningkatkan berbagai prosedur
garis depan (front line employee) harus mengerti organisasional. Semua investasi dalam sumber daya
konsekwensi keuangan dari keputusan dan tindakan manusia, sistem dan prosedur menghasilkan inovasi
mereka; para eksekutif senior harus memahami dan perbaikan yang nyata pada proses bisnis internal,
berbagai faktor yang mendorong keberhasilan untuk kepentingan pelanggan dan pada akhirnya,
finansial jangka panjang. Tujuan dan ukuran dalam untuk kepentingan para pemegang saham.
Balanced Scorecard lebih dari sekedar sekumpulan
ukuran kinerja finansial dan nonfinansial khusus; 2. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai
semua tujuan dan ukuran ini diturunkan dari suatu tujuan dan ukuran strategis.
proses atas ke bawah (top-down) yang digerakkan Tujuan dan ukuran strategis Balanced
oleh misi dan strategi unit bisnis. Scorecard dikomunikasikan ke seluruh organisasi
Balanced Scorecard seharusnya menerjemahkan melalui surat edaran, papan bulletin, video dan bahkan
misi dan strategi unit bisnis ke dalam berbagai tujuan secara elektronis melalui jaringan komputer.
dan ukuran. Balanced Scorecard menyatakan adanya Komunikasi tersebut memberi informasi kepada
keseimbangan antara berbagai ukuran eksternal para semua pekerja mengenai berbagai tujuan penting yang
pemegang saham dan pelanggan, dengan berbagai harus di capai agar strategi organisasi berhasil.
ukuran internal proses bisnis penting, inovasi, serta Beberapa perusahaan berusaha untuk menguraikan
9
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 7 14
ukuran strategis tingkat tinggi scorecard unit bisnis ke memberikan kapabilitas bagi pembelajaran
dalam ukuran yang lebih spesifik pada tingkat perusahaan pada tingkat eksekutif. Balanced
operasional. Scorecard memungkinkan manajer memantau dan
Scorecard juga memberi dasar untuk menyesuaikan pelaksanaan strategi, dan, jika perlu
mengkomunikasikan strategi unit bisnis untuk membuat perubahan-perubahan mendasar terhadap
mendapatkan komitmen para eksekutif korporasi dan strategi itu sendiri. Proses pembelajaran strategis
dewan direksi. Scorecard mendorong adanya dialog mendorong timbulnya proses penetapan visi dan
antara unit bisnis dengan eksekutif korporasi dan strategi baru di mana tujuan dalam berbagai perspektif
anggota dewan direksi. Dialog tersebut tidak hanya di tinjau ulang, diperbaharui dan diganti agar sesuai
mengenai sasaran-sasaran finansial jangka pendek, dengan pandangan terkini mengenai hasil strategis dan
tetapi juga mengenai perumusan dan pelaksanaan pendorong kinerja yang dibutuhkan untuk periode
strategi yang menghasilkan terobosan kinerja masa mendatang. (Kaplan & Norton, 2000 : 13)
depan. Di akhir proses pengkomunikasian dan
<l
pengaitan, setiap orang di dalam perusahaan
Memperjelas
seharusnya sudah memahami tujuan-tujuan jangka dan
panjang unit bisnis dan juga strategi untuk mencapai Menerjemahkan
tujuan-tujuan tersebut.
Merencanakan
3. Merencanakan, menetapkan sasaran dan Dan
Menetapkan
menyelaraskan berbagai inisiatif strategis Sasaran
Balanced Scorecard akan memberi dampak
terbesar ketika dimanfaatkan untuk mendorong Visi dan Strategi
terjadinya perubahan perusahaan. Untuk itu para Meng- BALANCED
I
komunikasikan
eksekutif senior harus menentukan sasaran bagi Dan
SCORECARD
berbagai ukuran scorecard untuk tiga atau lima Menghubungkan
tahunan, yang jika berhasil dicapai, akan mengubah
perusahaan. Sasaran-sasaran tersebut harus
mencerminkan adanya perubahan dalam kinerja unit
bisnis. Jika unit bisnis tersebut adalah perusahaan
publik, maka pencapaian sasaran harus menghasilkan
harga saham yang meningkat dua kali lipat atau lebih.
Sedang sasaran keuangan antara lain pelipatgandaan
tingkat pengembalian investasi modal atau
}
peningkatan penjualan sebesar 150% selama lima Gambar 2. Balanced Scorecard Sebagai Kerangka Kerja
tahun berikutnya. Tindakan Strategis
Untuk mencapai tujuan finansial yang Sumber: Kaplan & Norton (2000 : 11)
ambisius seperti itu, para manajer harus
mengidentifikasi rentang sasaran pelanggan, proses
bisnis internal, tujuan pembelajaran dan pertumbuhan. EMPAT PERSPEKTIF BALANCE SCORECARD
Sasaran-sasaran ini dapat berasal dari berbagai
sumber. Sasaran ukuran pelanggan seharusnya berasal 1. Perspektif Finansial
dari upaya untuk memenuhi atau melampaui Balanced Scorecard tetap menggunakan
ekspektasi pelanggan. Benchmarking dapat dipakai perpektif finansial, karena ukuran finansial sangat
agar praktek ternaik yang ada dapat disertakan untuk penting dalam memberikan ringkasan konsekwensi
memeriksa apakah sasaran-sasaran yang diusulkan tindakan ekonomis yang sudah diambil. Ukuran
secara internal mampu membuat unit bisnis memenuhi kinerja finansial memberikan petunjuk apakah strategi
berbagai ukuran strategi yang telah ditetapkan. perusahaan, implementasi dan pelaksanaannya
memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan
4. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran laba perusahaan. Tujan finansial biasanya
strategis. berhubungan dengan profitabilitas, yang diukur
Proses manajemen yang terakhir menyertakan misalnya oleh laba operasi, return on capital
Balanced Scorecard dalam suatu kerangka employed (ROCE), nilai tambah ekonomis (economic
pembelajaran strategi. Proses ini adalah yang paling value added). Tujuan finansial lainnya, mungkin
inovatif dan merupakan aspek yang paling penting berupa pertumbuhan penjualan yang cepat atau
dari seluruh proses manajemen scorecard. Proses ini terciptanya arus kas (Grant, 1997 : 33).
Tujuan finasial mungkin sangat berbeda untuk
setiap tahap siklus hidup bisnis. Teori strategi bisnis
menawarkan beberapa strategi yang berbeda yang
dapat diikuti oleh unit bisnis, dari pertumbuhan pasar
yang agresif sampai kepada konsolidasi bisnis, keluar
dan likwidasi. Pada umumnya ada tiga tahap:
10
Friska Sipayung Balanced Scorecard: Pengukuran Kinerja Perusahaan
11
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 7 14
Ukuran inti
Bangun produk/jasa HASIL
Luncurkan produk/jasa
CRetensi Produktivitas
Proses Pekerja pekerja
Layanan
Purna
jual
asl
Kebutuhan pelanggan
terpuaskan
12
Friska Sipayung Balanced Scorecard: Pengukuran Kinerja Perusahaan
13
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 7 14
Hitt, Michael.A, Ireland & Hoskisson, (2001) Pearce J.A & Robinson R.B, (2008). Strategic
Manajemen Strategis, Daya Saing dan Management, Formulasi, Implementasi dan
Globalisasi, Salemba Empat, Jakarta. Jauch & Pengendalian, Buku 1, Salemba Empat,
Glueck, W (1999). Manajemen Strategis Dan Jakarta.
Kebijakan Perusahaan, Erlangga, Jakarta. Supriyono, (1998). Manajemen Strategi Dan
Kaplan R.S & Norton D.P, (2000). Balanced Kebijaksanaan Bisnis, BPFE, Yogyakarta.
Scorecard, Menerapkan Strategi Menjadi Thomson, Strickland, Gamble (2007). Crafting and
Aksi, Erlangga, Jakarta. Kuncoro, Mudrajad, executing Strategy, The Quest For
2006). Strategi, Bagaimana Competitive Advantage, Concepts & Cases,
Meraih Keunggulan Kompetitif, Erlangga, Mc. Graw Hill, Irwin.
Jakarta. William, Chuck (2001). Manajemen, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
14
MENCIPTAKAN PENGALAMAN KONSUMEN
DENGAN EXPERIENTIAL MARKETING
Endang Sulistya Rini
Staf Pengajar FE USU
Abstract
Experiential marketing gives customers an opportunity to engage and interact with brands, products,
and services in sensory ways that provide the icing on the cake of providing information. Personal experiences
help people connect to a brand and make intelligent and informed purchasing decisions. The term experiential
marketing refers to actual costomers esperiences with the brand/product/services that drive sales and increase
brand image and awareness through sense, feel, think, act, and relate to Company and Brands. Its difference
between telling people about features of product or service and letting them experience the benefits for
themselves. When done right, its the most powerfull tool out there to win brand loyalty.
15
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 15 20
Dalam bukunya, Schmitt (1999) juga merasa senang dengan keputusan pembelian yang
mengemukakan tentang pendekatan features and telah dibuat.
benefits (F & B) dalam pemasaran tradisional. Dalam
pemasaran tradisional ini, pemasar menganggap Schmitt (1999) memberikan suatu framework
konsumen berfikir melalui suatu proses pengambilan alternatif yang terdiri dari dua elemen, yaitu Strategic
keputusan, yang mana masing-masing karakteristik expereince modules (SEMs), yang terdiri dari
dari suatu produk, baik barang atau jasa, akan beberapa tipe experience dan Experience producers
memberikan keuntungan yang jelas, dan karakteristik (ExPros), yaitu agen agen yang dapat
ini dievaluasi oleh pembeli-pembeli potensial (baik menghantarkan experience ini.
pembeli yang telah mengenal produk tersebuat Strategic experience modules terdiri dari lima
maupun yang belum). Bagaimanapun juga, Schmitt tipe, yaitu sense, feel, think, act, dan relate.
(1999) mengganggap konsep ini sangat membatasi
cara pandang pemasar terhadap pengambilan Sense
keputusan yang diambil oleh konsumen, yang Sense adalah aspek- aspek yang berwujud dan
melibatkan elemen rasionalitas dan logika, serta aspek dapat dirasakan dari suatu produk yang dapat
emosional dan irasional dalam pembelian. ditangkap oleh kelima indera manusia,meliputi
Experiential marketing dapat sangat berguna pandangan,suara,bau, rasa, dan sentuhan. Sense ini,
untuk sebuah perusahaan yang ingin meningkatkan bagi konsumen, berfungsi untuk mendiferensiasikan
merek yang berada pada tahap penurunan, suatu produk dari produk yang lain,untuk memotivasi
membedakan produk mereka dari produk pesaing, pembeli untuk bertindak, dan untuk membentuk value
menciptakan sebuah citra dan identitas untuk sebuah pada produk atau jasa dalam benak pembeli.
perusahaan, meningkatkan inovasi dan membujuk Indera manusia dapat digunakan selama fase
pelanggan untuk mencoba dan membeli produk. Hal pengalaman (pra pembelian, pembelian dan sesudah
yang terpenting adalah menciptakan pelanggan yang pembelian) dalam mengkonsumsi sebuah produk atau
loyal jasa. Perusahaan biasanya menerapkan unsur sense
Pelanggan mencari perusahaan dan merek- dengan menarik perhatian pelanggan melalui hal-hal
merek tertentu untuk dijadikan bagian dari hidup yang mencolok, dinamis, dan meninggalkan kesan
mereka. Pelanggan juga ingin perusahaan-perusahaan yang kuat.
dan merek-merek tersebut dapat berhubungan dengan Ada tiga tujuan strategi panca indera (sense
hidup mereka, mengerti mereka, menyesuaikan strategic objective): (Schmitt,1999)
dengan kebutuhan mereka dan membuat hidup mereka 1. Panca indera sebagai pendiferensiasi
lebih terpenuhi. Dalam era informasi, teknologi, Sebuah organisasi dapat menggunakan sense
perubahan dan pilihan, setiap perusahaan perlu lebih marketing untuk mendiferensiasikan produk
selaras dengan para pelanggan dan pengalaman yang organisasi dengan produk pesaing didalam pasar,
diberikan produk atau jasa mereka. memotivasi pelanggan untuk membeli produknya,
Tahap awal dari sebuah experiential dan mendistrisbusikan nilai kepada konsumen.
marketing terfokus pada tiga kunci pokok: 2. Panca indera sebagai motivator
1. Pengalaman Pelanggan. Pengalaman pelanggan Penerapan unsur sense dapat memotivasi pelanggan
melibatkan panca indera, hati, pikiran yang dapat untuk mencoba produk dan membelinya.
menempatkan pembelian produk atau jasa di 3. Panca indera sebagai penyedia nilai
antara konteks yang lebih besar dalam kehidupan. Panca indera juga dapat menyediakan nilai yang
2. Pola Konsumsi. Analisis pola konsumsi dapat unik kepada konsumen.
menimbulkan hubungan untuk menciptakan
sinergi yang lebih besar. Produk dan jasa tidak Feel
lagi dievaluasi secara terpisah, tetapi dapat Perasaan berhubungan dengan perasaan yang
dievaluasi sebagai bagian dari keseluruhan pola paling dalam dan emosi pelanggan. Iklan yang bersifat
penggunaan yang sesuai dengan kehidupan feel good biasanya digunakan untuk membuat
konsumen. Hal yang terpenting, pengalaman hubungan dengan pelanggan, menghubungkan
setelah pembelian diukur melalui kepuasan dan pengalaman emosional mereka dengan produk atau
loyalitas. jasa, dan menantang pelanggan untuk bereaksi
3. Keputusan rasional dan emosional. Pengalaman terhadap pesan
dalam hidup sering digunakan untuk memenuhi Feel campaign sering digunakan untuk
fantasi, perasaan dan kesenangan. Banyak membangun emosi pelanggan secara perlahan. Ketika
keputusan dibuat dengan menuruti kata hati dan pelanggan merasa senang terhadap produk yang
tidak rasional. Experiential marketing pelanggan ditawarkan perusahaan, pelanggan akan menyukai
16
Endang Sulistya Rini Menciptakan Pengalaman Konsumen
produk dan perusahaan. Sebaliknya, ketika pelanggan yang mereka harapkan yang pada akhirnya dapat
merasa tidak senang terhadap produk yang ditawarkan membuat pelanggan merasa senang. Dalam
perusahaan, maka konsumen akan meninggalkan experiential marketing, unsur surprise menempati
produk tersebut dan beralih kepada produk lain. Jika hal yang sangat penting karena dengan
sebuah strategi pemasaran dapat menciptakan pengalaman-pengalaman yang mengejutkan dapat
perasaan yang baik secara konsisten bagi pelanggan, memberikan kesan emosional yang mendalam dan
maka perusahaan dapat menciptakan loyalitas merek diharapkan dapat terus membekas di benak
yang kuat dan bertahan lama (Schmitt,1999). konsumen dalam waktu yang lama.
Affective experience adalah tingkat 2. Memikat (intrigue)
pengalaman yang merupakan perasaan yang bervariasi Jika kejutan berangkat dari sebuah harapan,
dalam intensitas, mulai dari perasaan yang positif atau intrigue campaign mencoba membangkitkan rasa
pernyataan mood yang negatif sampai emosi yang ingin tahu pelanggan, apa saja yang memikat
kuat. Jika pemasar bermaksud untuk menggunakan
pelanggan. Namun, daya pikat ini tergantung dari
affective experience sebagai bagian dari strategi
acuan yang dimiliki oleh setiap pelanggan.
pemasaran, maka ada dua hal yang harus diperhatikan
Terkadang apa yang dapat memikat seseorang
dan dipahami, yaitu:
1. Suasana hati (moods), Moods merupakan affective dapat menjadi sesuatu yang membosankan bagi
yang tidak spesifik.Suasana hati dapat orang lain, tergantung pada tingkat pengetahuan,
dibangkitkan dengan cara memberikan stimuli kesukaan, dan pengalam pelanggan tersebut.
yang spesifik (Schmitt, 1999). Suasana hati 3. Provokasi (provocation)
merupakan keadaan afektif yang positif atau Provokasi dapat menimbulkan sebuah diskusi,
negatif. Suasana hati seringkali mempunyai atau menciptakan sebuah perdebatan. Provokasi
dampak yang kuat terhadap apa yang diingat dapat beresiko jika dilakukan secara tidak baik
konsumen dan merek apa yang mereka pilih. dan agresif (Shmitt, 1999).
2. Emosi (emotion), lebih kuat dibandingkan suasana
hati dan merupakan pernyataan afektif dari Act
stimulus yang spesifik, misalnya marah, irihati, Tindakan yang berhubungan dengan
dan cinta. Emosi-emosi tersebut selalu disebabkan keseluruhan individu (pikiran dan tubuh) untuk
oleh sesuatu atau seseorang (orang, peristiwa, meningkatkan hidup dan gaya hidupnya. Pesan-pesan
perusahaan, produk, atau komunikasi). yang memotivasi, menginspirasi dan bersifat spontan
dapat menyebabkan pelanggan untuk berbuat hal-hal
Think dengan cara yang berbeda, mencoba dengan cara yang
Perusahaan berusaha untuk menantang baru merubah hidup mereka lebih baik.
konsumen, dengan cara memberikan problem-solving
experiences, dan mendorong pelanggan untuk Relate
berinteraksi secara kognitif dan/atau secara kreatif Relate menghubungkan pelanggan secara
dengan perusahaan atau produk. Iklan pikiran individu dengan masyarakat, atau budaya. Relate
biasanya lebih bersifat tradisional, menggunakan lebih menjadi daya tarik keinginan yang paling dalam bagi
banyak informasi tekstual, dan memberikan pelanggan untuk pembentukan self-improvement,
pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawabkan status socio-economic, dan image. Relate campaign
Menurut Schmitt cara yang baik untuk menunjukkan sekelompok orang yang merupakan
membuat think campaign berhasil adalah (1) target pelanggan dimana seorang pelanggan dapat
menciptakan sebuah kejutan yang dihadirkan baik berinteraksi, berhubungan, dan berbagi kesenangan
dalam bentuk visual, verbal ataupun knseptual, (2) yang sama.
berusaha untuk memikat pelanggan dan (3) Kelima tipe dari experience ini disampaikan
memberikan sedikit provokasi. 1. Kejutan (surprise) kepada konsumen melalui experience provider. Agen-
Kejutan merupakan suatu hal yang penting dalam agen yang bisa menghantarkan experience ini adalah
membangun pelanggan agar mereka terlibat dalam 1. Komunikasi, meliputi iklan, komunikasi
cara berpikir yang kreatif. Kejutan dihasilkan perusahaan baik internal maupun eksternal, dan
ketika pemasar memulai dari sebuah harapan. public relation.
Kejutan harus bersifat positif, yang berarti 2. Identitas dan tanda baik visual maupun verbal,
pelanggan mendapatkan lebih dari yang mereka meliputi nama, logo, warna, dan lain-lain.
minta, lebih menyenangkan dari yang mereka 3. Tampilan produk, baik desain, kemasan, maupu
harapkan, atau sesuatu yang sama sekali lain dari penampakan.
17
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 15 20
18
Endang Sulistya Rini Menciptakan Pengalaman Konsumen
RCC adalah bagian dari aktivitas brand image id dan password yang didaftarkan. Tidak ada biaya
building Citra. Tujuannya, untuk memperkuat citra untuk itu. Pola keanggotaan digunakan agar HPI bisa
merek Citra dibenak konsumen, khususnya pecinta lebih mengetahui siapa konsumennya. Cara
produk perawatan kulit dan muka lokal. Citra mendekatkan diri kepada konsumen tanpa harus tahu
bukanlah produk perawatan tradisional belaka, tapi siapa konsumen dan apa aspirasi, dan merangsang
juga sudah dikemas dan diolah secara modern seiring anggotanya, HPI menawarkan berbagai bentuk
dengan kemajuan pola berpikir dan sikap wanita program reward point yang dapat ditukarkan dengan
Indonesia itu sendiri yang semakin mandiri dan fasilitas di dalam ataupun di luar Blizt.
modern, alasan utama kehadiran RCC, agar konsumen Selain membidik konsumen perorangan, HP
semakin kenal produk-produk Citra dan merasakan Xperience Zone ditujukan pula bagi kalangan usaha
efek langsungnya pada kulit dengan menikmai kecil-menengah. Hanya saja, perlakuannya sedikit
berbagai perawatan spa dan, tentu saja meningkatkan berbeda. Untuk UKM hanya berdasarkan undangan.
penjualan. Mekanismenya seperti workshop. HPI akan
RCC menyediakan berbagai perawatan spa mengundang 10-15 perusahaan dari industri yang
seperti hand and foot spa, body massage & scrub, punya kebutuhan yang sama/mirip, dan produk yang
totok wajah dan konsultasi kulit. Berbagai macam ditampilkan akan disesuaikan dengan jenis UKM yang
perawatan tersebut dapat dinikmati dengan membeli diundang. Acara ini akan dilakukan setidaknya dua
atau membawa produk Citra. Disamping itu pada kali sebulan. Hal ini untuk memanfaatkan waktu luang
Sabtu dan Minggu pengunjung dapat mengikuti kelas di siang hari. Biasanya konsumen perorangan lebih
yoga, manajemen stress, aura healing, dan banyak datang pada sore dan malam hari.
hipnoterapi gratis. Saat ini, UKM yang sudah bersentuhan
Jika dibandingkan, harga jual per item di RCC dengan tegnologi informasi masih relatif kecil. Karena
dengan supermarket tidak jauh berbeda. Namun, di itu, HPI berani mengambil inisiatif tersebut walaupun
RCC konsumen dapat merasakan sensasi dan mereka sadar bahwa HP hanyalah salah satu bagian
menikmati suasana. Disini konsumen jadi lebih dari TI. HP ingin menciptakan smart office bagi
mengerti produk Citra. Apalagi konsumen sering ikut UKM, Ujarnya. Untuk mencapai tujuan itu, HPI
kelas-kelas gratis yang ditawarkan citra, khususnya menjajaki kerja sama dengan berbagai pihak, seperti
stress manajemen dan hipnoterapi. perusahaan aplikasi (berkaitan dengan produktivitas)
serta perbankan dan finansial (berkaitan dengan
2. PT Hewlett-Packard Indonesia (HPI) affordability).
HPI mulai menerapkan konsep yang
dikemukakan Schmitt. Bahkan apa yang dilakukan 3. Rajawali Hiyoto
HPI jauh lebih ekstrem ketimbang Unilever. Lewat Produsen beberapa merek cat ini bahkan
HP Xperience Zone, HPI menyediakan tempat khusus memimpin pasar di beberapa area menciptakan
di Blitz Megaplex, Grand Indonesia, bagi calon konsep dapur cat yang dinamakan Ralston De
konsumennya untuk mengetahui dan mencoba secara Verfkeuken. Dapur cat ini dibuat untuk keluar dari
langsung produk-produk mereka. Disini konsumen persainagn cat di Indonesia yang menjadi produk
dapat mencoba berbagai produk terbaru tanpa harus komoditas. Tiap-tiap merek tidak memiliki
ada paksaan untuk membeli, karena memang tidak ada diferensiasi yang unik, dan konsumen mungkin tak
aktivitas jual beli di toko ini. Keberadaannya hanya memperhitungkan lagi keunikan masing-masing.
untuk memberikan pengalaman dan sekaligus Sehingga perang harga di produk cat pun tidak bisa
membangun citra HP. Konsumen dapat mencoba dan dihindari, seperti halnya produk komoditas lain.
bertanya berbagai hal yang berkaitan dengan produk. Untuk menghindari perang harga itu, dapur cat pun di
HP Xperience Zone sejalan dengan tema ciptakan, yang memberikan pengalaman (experience)
kampanye global HP yang diluncurkan dua tahun lalu, unik bagi konsumennya.
Personal Again. Lewat HP Xperience Zone, mereka Di Ralston De Verfkeuken, konsumen dapat
ingin lebih mendekatkan diri dengan konsumen. membuat pilihan cat menurut seleranya. Dapur cat ini
Selama ini, walau memiliki cakupan produk yang menyediakan mesin yang memungkinkan konsumen
sangat lengkap, baik untuk personal maupun korporat, membuat cat serta jasa konsultasi bagi konsumen.
citra HP masih sangat korporat. Untuk itu, diberikan Tersedia juga coffee shop, perpustakaan, dan taman
wadah atau sarana agar orang merasa personal. bermain bagi anggota keluarga konsumen yang
Fasilitas HP Xperience Zone menggunakan menemani sehingga mereka merasa nyaman.
sistem membership. Untuk menjadi anggota, cukup Konsumen dapat menimbang catnya, mengoperasikan
mengisi aplikasi yang tersedia di HP Xperience Zone. mesin yang men-customized warna cat sesuai dengan
Selanjutnya, tinggal login dengan menggunakan user keinginan dan memilih aroma yang mereka sukai.
19
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 15 20
Dengan melakukan hal ini, Rajawali Hiyoto tidak ini menjadi diferensiasi bagi merek tersebut. Ini dapat
mengikuti pemain lain yang hanya berfokus pada membuat konsumen (pengguna) menjadi loyalis, dan
harga, tetapi menawarkan pengalaman dan solusi kemudian menjadi advocate. Lebih lagi, nilai merek
kepada konsumen. bukan lagi hanya tergantung pada diferensiasi
produknya (functional benefit), tapi juga diferensiasi
dalam emosionalnya (emotional benefit).
PENUTUP
20
PENGARUH HARGA (PRICE) DAN KUALITAS PELAYANAN
(SERVICE QUALITY) TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP
DI RSU DELI MEDAN
Arlina Nurbaity Lubis1 dan Martin2
1
Staf Pengajar FE
USU 2Alumni FE USU
Abstract
The purpose of the research is to examine the influence of the price and service quality to consumers
satisfaction at RSU Deli Medan. The result of the research indicate that the price and service quality are together
have significant effect toward consumers satisfaction. The result also indicates that price have more dominant
and significant effect than service quality towards consumers satisfaction at RSU Deli Medan.
22
Arlina Nurbaity Lubis dan Martin Pengaruh Harga (Price) dan Kualitas Pelayanan
Artinya, suatu variabel independen bukan Tabel 2. Uji Regresi Secara Bersama-sama (Uji-F)
merupakan penjelas yang signifikan terhadap ANOVA(b)
variabel dependen Model Sum of df Mean F Sig.
H0: b1 0 Squares Square
Artinya, suatu variabel independen 1 Regressi 635.8 2 165. .000(a)
317.9
merupakan penjelas yang signifikan terhadap Residual Total 259.6 135 298
variabel dependen. 895.4 137 1.92
Kriteria pengambilan keputusan:
H0 diterima jika thit<ttab pada = 5% a Predictors: (Constant), kualitaspelayanan,
H0 ditolak jika thit>ttab pada = 5% harga b Dependent Variable: kepuasan
23
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 21 24
2. Variabel kualitas pelayanan berpengaruh secara ditawarkan oleh RSU Deli Medan sesuai dengan
positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien, pelayanan yang diberikan sehingga tercipta suatu
hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,000) < 0,05 kepuasan pasien. 3. Berdasarkan Koefisien
dan nilai t hitung (6,198) > t tabel (1,96) artinya Determinasi diketahui bahwa variabel harga dan
jika ditingkatkan variabel kualitas pelayanan kualitas pelayanan secara signifikan berpengaruh
sebesar satu satuan maka kepuasan pasien akan terhadap kepuasan pasien.
meningkat sebesar 0,115.
24
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KERJA
PEGAWAI PADA PEGAWAI DINAS LUAR ASURANSI JIWA BERSAMA
BUMIPUTERA 1912 CABANG SETIABUDI MEDAN
Yulinda1 dan Sri Wulan Harlyanti2
1
Staf Pengajar FE USU 2Alumni
Departemen Manajemen FE USU
Abstract
This research aim to know and analyze factor influence level of motivator factor and hygiene factor to
work satisfaction of out sourcing employee Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 Setiabudi Branch,
Medan, and know factor having an effect on most dominand to employye`s work satisfaction at out sourcing
employee Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 Setiabudi Branch, Medan. This research method
applied is descriptive analiytical method and multiple regression analytical method and using the SPSS version
15.00 software as processing data. The data collection technic of primary data is by distributing questionnaires
in which variables are measured with Likert scale. The result of this research indicates that independent variable
applied that is motivator factor and hygiene factor simultaneously and individually has significant influence to
variable dependent that is work satisfaction of out sourcing employee Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera
1912 Setiabudi Branch, Medan. The result of this also indicates that motivator factor is which most dominant
influences work satisfaction of out sourcing employee Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912
Setiabudi Branch, Medan. Based on determinant identification showed that adjusted R is 76% that means work
satisfaction of out sourcing employee Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 effected by motivator
factor and hygiene factor by 76% and 24% effected by other variables that not been used in this research.
25
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 25 32
seperti gaji, keamanan dan kondisi kerja aman serta Pada Tabel 1 dapat dilihat walaupun terjadi
hubungan rekan kerja dan atasan baik. Pimpinan yang peningkatan dan penurunan yang bervariasi namun
menyediakan faktor-faktor hygiene secara memadai para agen hanya mampu mengumpulkan premi
belum sepenuh merangsang motivasi karyawan tetapi tertagih sesuai standar perusahaan pada tahun 2006
hanya memastikan karyawan tidak merasakan
yaitu diatas 85%. Hal yang sama juga dapat dilihat
ketidakpuasan atau berada pada titik nol landasan
motivasi. Untuk itu pihak pimpinan harus pada Tabel 2 dimana para agen hanya mampu
menyediakan faktor penggerak motivator (intrinsik) memproduksi polis sesuai target pada tahun 2005. Hal
kepada karyawan seperti prestasi, pengakuan, ini tentu mengindikasikan adanya faktor kepuasan
tanggung jawab dan pengembangan kesempatan untuk kerja yang belum terpenuhi atau kepuasan kerja yang
maju. Bila hal ini mendapat perhatian dari perusahaan menurun pada para agen AJB Bumiputera 1912
akan memberikan tingkat kepuasan yang tinggi Cabang Setiabudi, Medan.
(Griffin,2006:43).
Dampak kepuasan kerja cenderung terpusat
pada kinerja karyawan, tingkat kehadiran, dan tingkat PERUMUSAN MASALAH
keluar masuknya karyawan (turnover). Organisasi
dengan karyawan yang lebih puas cenderung memiliki Berdasarkan latar belakang masalah yang
kinerja dan tingkat kehadiran yang lebih tinggi serta
telah diuraikan sebelummya, maka perumusan
turnover yang lebih rendah dibandingkan dengan
organisasi yang memiliki karyawan yang kurang puas masalah dalam penelitian ini Faktor-faktor apa yang
(Robbins, 2006:102) mempengaruhi kepuasan kerja pegawai pada pegawai
Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama dinas luar Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera
Bumiputra 1912 merupakan perusahaan asuransi 1912 Cabang Setiabudi Medan?
nasional yang tertua di Indonesia yang menghadapi
berbagai rintangan/tantangan dari perusahaan
asuransi yang bermodal besar, asuransi patungan, KERANGKA KONSEPTUAL
asuransi nasional dan asuransi milik negara. Hal ini
tentunya berdampak pada asuransi lokal yang Untuk mengetahui faktor faktor yang
bermodal kecil, yang tak punya daya saing. AJB mempengaruhi kepuasan kerja menurut F. Herzberg
Bumiputera 1912 memiliki kekuatan yang unik pada dalam Luthans (2006:283) adalah Two faktor theori
pemilikan yaitu mutual life artinya pemegang polis (teori dua faktor), menyatakan puas atau tidaknya
adalah pemegang saham, Oleh sebab itu agen harus
bekerja keras dengan sungguhan dan penuh tanggung karyawan bekerkerja dipengaruhi faktor motivator
jawab,trampil dan diperjaya sehingga mampu (satisfier) dan faktor hygiene (dissatisfier). Faktor
memberikan pelayanan terbaik pada pemegang polis. motivator (satisfier) berhubungan dengan aspek-aspek
Agen memiliki kinerja yang berkaitan dengan yang terkandung dalam pekerjaan itu sendiri atau job
tingkat kemampuan untuk mencapai target yang content yang disebut juga sebagai aspek intrinsik
ditetapkan perusahaan. Berikut disajikan aktivitas dalam pekerjaan. Faktor-faktor yang termasuk dalam
penagihan premi serta aktivitas produksi AJB faktor motivator adalah keberhasilan melakukan
Bumiputera 1912 Cabang Setiabudi Medan. tugas, pengakuan, pekerjaan itu sendiri,tanggung
Tabel 1.Aktivitas Penagihan Premi Agen jawab, kemungkinan untuk pengembangan kemajuan.
Faktor yang kedua adalah faktor hygiene (dissatisfier)
Tahun Tanggung jawab Premi tertagih Rasio(%)
premi yang berhubungan dengan aspek di sekitar
2005 4.666.321.694 3.603.800.244 77,23 pelaksanaan pekerjaan atau job context yang disebut
2006 4.858.185.125 4.145.975.186 85,34 juga aspek ekstrinsik pekerja, yang terdiri dari:
2007 5.473.251.869 4.143.798.990 75,71 kebijaksanaan dan prosedur perusahaan, supervisor,
2008 6.500.589.145 4.580.315.112 70,46 upah/gaji, hubungan dengan rekan kerja, kondisi
Bagian Administrasi AJB Bumiputera 1912 Cabang
Setiabudi Medan (diolah)
kerja.
Sumber: Aktivitas produksi polis Menurut Gatot dan Adisasmito (2005) faktor-
faktor isi pekerjaan (job content) dan lingkungan
Tahun Target Realisasi Rasio pekerjaan (job context) mempunyai hubungan dengan
Tabel 2.
2005 600 650 108,3 kepuasan kerja. Kepuasan karyawan akan dipengaruhi
2006 750 603 80,40 oleh terpenuhi atau tidak faktor motivator dan faktor
2007 853 776 90,97 hygiene. Berdasarkan penjabaran tersebut maka
2008 942 605 64,22 dibentuk kerangka konseptual sebagai berikut:
Sumber: Bagian Administrasi AJB Bumiputera 1912 Cabang
Setiabudi Medan (diolah)
26
Yulinda dan Sri Wulan Harlyanti Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
27
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 25 32
28
Yulinda dan Sri Wulan Harlyanti Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
signifikan variabel faktor motivator (X1) dan Tabel 4. Masa kerja responden
faktor hygiene (X2) terhadap variabel Masa kerja Frekuensi Persentase (%)
kepuasan kerja (Y). Ho: b1b20, artinya 1-5 tahun 6 20
secara parsial terdapat pengaruh yang positif 6-10 tahun 5 16,67
dan signifikan variabel faktor motivator (X1) 11-15 tahun 4 13,33
dan faktor hygiene (X2) terhadap variabel 16-20 tahun 9 30
kepuasan kerja (Y). Kriteria pengambilan 21-25 tahun 3 10
26-30 tahun 3 100
keputusan: Ho diterima jika t hitung < t tabel,
Jumlah 30 100%
= 5% Ho ditolak jika t hitung > t tabel, = Sumber: Pengolahan data primer (2009)
5%
Pada Tabel 4 dapat diketahui responden yang
memiliki masa kerja 1-5 tahun sebanyak 6 orang,
ANALISIS DESKRIPTIF masa kerja 6-10 tahun sebanyak 5 orang, masa kerja
11-15 tahun sebanyak 4 orang, masa kerja 16-20 tahun
Kuesioner yang disebarkan pada responden sebanyak 9 orang, masa kerja 21-25 tahun sebanyak 3
berikan pertanyaan-pertanyaan mengenai faktor orang, masa kerja 26-30 tahun sebanyak 3 orang. Hal
motivator (X1) dan faktor hygiene (X2) sebagai faktor- ini menunjukkan bahwa mayoritas masa kerja agen
faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja dan sudah cukup lama berkisar 16 20 tahun.
kepuasan kerja itu sendiri (Y) pada pegawai dinas luar
Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 3. Usia Responden
Cabang Setiabudi Medan. Berikut ini diperlihatkan Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka
data karakteristik responden yang dapat dilihat dari dapat diketahui karakteristik usia responden. Adapun
beberapa segi: 1. Tingkat Pendidikan usia responden dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka Tabel 5. Usia Responden
dapat diketahui tingkat pendidikan terakhir pegawai
Usia Responden Frekuensi Persentase (%)
dinas luar Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera
<30 tahun 6 20
1912 Cabang Setiabudi Medan. Tingkat pendidikan
31-40 tahun 12 40
responden dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. 41-50 tahun 7 23,3
51-60 tahun 5 16,7
Tabel 3. Tingkat pendidikan responden
Jumlah 30 100
Tingkat pendidikan Frekuensi Persentase (%) Sumber: Pengolahan ata primer (2009)
rerponden d
SMU 6 20 Pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa
Diploma 15 50 responden yang memiliki usia <30 tahun ada
S1 9 30 sebanyak 6 orang atau 20%, usia 31-40 tahun
Jumlah 30 100 sebanyak 12 orang atau 40%, usia 41-50 tahun
Sumber: Pengolahan primer (2009) sebanyak 7 orang atau 23,3%, usia 51-60 tahun
data
sebanyak 5 orang atau 16,7%. Artinya mayoritas
Pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa responden yaitu sebesar 40% berusia sekitar 31-40
responden yang berpendidikan terakhir SMU tahun.
sebanyak 6 orang, berpendidikan Diploma 15 orang
berpendidikan S1 sebanyak 9 orang. Hal ini 4. Jenis Kelamin Responden
menunjukkan bahwa mayoritas agen yang bekerja Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka
pada Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 dapat diketahui jenis kelamin responen. Perbandingan
Cabang Setiabudi Medan berpendidikan terakhir jenis kelamin responden dapat dilihat pada Tabel
Diploma. dibawah ini:
30
Yulinda dan Sri Wulan Harlyanti Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
31
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 25 32
32