Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.

6, September 2014 (301-309) ISSN: 2337-6732

EVALUASI BALOK DAN KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA

Christy Merril Rantung


Marthin D. J. Sumajouw, Reky S. Windah
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado
email: christyrantung@ymail.com

ABSTRAK
Pembangunan rumah tinggal sederhana yang cepat dan praktis tanpa memeperhatikan kualitas
struktur atau dalam perencanaannya tidak berdasarkan standar/peraturan yang berlaku sangat
beresiko bagi penghuninya. Penting untuk memperhatikan kualitas struktur sebagai penopang beban
bangunan dan gaya dari luar, seperti gempa. Apalagi Indonesia merupakan Negara yang rawan
terhadap resiko gempa baik dalam intensitas sedang maupun berat. Untuk itu perlu dilakukan
evaluasi terhadap kinerja dari rumah tinggal sederhana apabila terjadi gempa serta mengevaluasi
komponenkomponen strukturnya dalam hal ini balok dan kolom.
Evaluasi kinerja bangunan diperoleh melalui metode analisis statik pushover dengan Program SAP
2000. Analisis ini berupa peningkatan beban secara berangsurangsur sampai bangunan mencapai
titik keruntuhan. Analisis pushover menghasilkan kurva pushover yang menunjukan target
perpindahan yang akan menentukan kinerja bangunan. Selanjutnya dicek ulang untuk komponen
struktur apakah cukup aman menahan beban yang bekerja. Pengecekan dalam bentuk redesain
dimensi tulangan sampai didapat dimensi tulangan baru kemudian dibandingkan dengan tulangan
terpasang di lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah tinggal yang diteliti berada pada kondisi damage control
yang artinya masih dalam kondisi aman untuk dihuni. Sedangkan untuk pengecekan balok dan kolom
diperoleh dimensi tulangan yang lebih kecil daripada tulangan terpasang. Artinya tulangan
terpasang di lapangan aman untuk digunakan namun masih bisa diperkecil agar lebih ekonomis
tanpa mengurangi nilai keamanannya.
Kata kunci : rumah tinggal sederhana, analisis pushover, balok, kolom

PENDAHULUAN oleh pertemuan sistem-sistem lempeng kerak


bumi aktif. Apabila terjadi gempa kuat dapat
Latar Belakang menimbulkan korban material dan korban jiwa
Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat yang cukup besar. Adanya korban jiwa biasanya
menuntut pembangunan rumah tinggal yang bukan disebabkan oleh peristiwa gelombang
cepat dan praktis. Pada daerah permukiman seismik namun lebih disebabkan karena tertimpa
padat penduduk banyak ditemui bangunan rumah reruntuhan bangunan.
tinggal yang dibangun tanpa memperhatikan Untuk mengurangi kerusakan bangunan
kualitas struktur atau dengan kata lain dalam maupun korban jiwa akibat gempa bumi maka
perencanaannya tidak ada analisa dan desain dalam perencanaan bangunan rumah tinggal
struktur, yang menjadikan bangunan rumah perlu diperhatikan kualitas dari komponen
tinggal tersebut rentan terhadap bahaya bencana komponen struktur bangunan yang nantinya akan
alam. Munculnya kondisi bangunan seperti ini bekerja untuk menahan beban yang ada.
biasanya disebabkan oleh lemahnya kondisi Dengan dilatar belakangi oleh hal di atas
ekonomi masyarakat dan ketidaktahuan mereka maka perlu dilakukan evaluasi terhadap balok
akan pentingnya kualitas struktur sebagai dan kolom sebagai komponen struktur bangunan
penopang beban bangunan dan gaya dari untuk rumah tinggal sederhana dari beton
pengaruh luar bangunan seperti, gempa. bertulang yang mampu menahan beban gempa.
Ancaman gempa bumi bisa datang kapan
saja di Indonesia. Apalagi Indonesia merupakan Rumusan Masalah
negara yang sebagian besar wilayahnya terletak Mengacu pada uraian sebelumnya, maka
pada zona gempa dengan intensitas gempa dapat diambil rumusan masalah, yaitu apakah
sedang maupun berat karena Indonesia dilewati balok dan kolom yang digunakan pada rumah

301
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.6, September 2014 (301-309) ISSN: 2337-6732

tinggal sederhana tanpa perhitungan struktur bekerja, maka pada perencanaan struktur
sudah aman dan mampu menahan beban yang digunakan faktor keamanan tertentu. Faktor
bekerja. keamanan ini terdiri atas dua jenis, yaitu:
1. Faktor keamanan yang berkaitan dengan
Pembatasan Masalah beban luar yang bekerja pada struktur,
1. Bangunan yang ditinjau adalah rumah disebut faktor beban.
tinggal sederhana satu lantai dari beton 2. Faktor keamanan yang berkaitan dengan
bertulang. kekuatan struktur (gaya dalam), disebut
2. Hanya meninjau balok dan kolom bangunan. faktor reduksi kekuatan ()
3. Variasi penampang beserta tulangan Karena pada dasarnya kuat rencana (Rr)
terpasang diambil dari data lapangan. merupakan kekuatan gaya dalam sedangkan kuat
4. Menggunakan analisa 3D. perlu (Ru) merupakan gaya luar yang bekerja
5. Analisis dengan nonlinear statik pushover. pada struktur, maka agar struktur dapat dijamin
6. Analisis Pushover menggunakan Program keamanannya harus dipenuhi syarat berikut:
SAP 2000 Metode Koefisien FEMA 356. ( ) ( )

Tujuan dan Manfaat Penelitian Desain dan Analisis Balok Persegi


Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi Pada perencanaan penampang beton
balok dan kolom pada rumah tinggal sederhana bertulangan sangat dihindari terhadap
yang dibangun oleh masyarakat tanpa mengikuti keruntuhan tekan (over-reinforced), karena
kaidah kaidah keteknikan apakah sudah mampu sistem ini dapat berakibat runtuhnya balok secara
menahan beban yang bekerja. mendadak. Sistem perencanaan penampang
Manfaat penelitian ini adalah mendapatkan beton bertulang terhadap keruntuhan seimbang
informasi mengenai kondisi balok dan kolom (balance) merupakan kondisi yang sangat ideal
pada rumah tinggal sederhana yang dibangun tetapi sulit dan tidak akan pernah dicapai.
oleh masyarakat tanpa mengikuti kaidahkaidah Sedangkan sistem perencanaan penampang beton
keteknikan apakah aman dan mampu untuk bertulang dengan kondisi keruntuhan tarik
menahan beban yang bekerja. (under-reinforced) boleh digunakan karena
mudah dicapai dan dapat dijamin keamanan
asalkan baja tulangan yang digunakan jangan
LANDASAN TEORI terlalu kecil atau sedikit.
Menurut peraturan beton Indonesia (SNI
Rumah Sederhana 03-2847-2002), sistem perencanaan beton
Menurut Pedoman Teknis Rumah dan bertulang dibatasi dengan 2 kondisi berikut:
Bangunan Gedung Tahan Gempa yang 1. Agar tulangan yang digunakan tidak terlalu
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta sedikit atau rasio tulangan () tidak terlalu
KaryaDepartemen Pekerjaan Umum, rumah kecil, diberikan syarat berikut:
tinggal sederhana adalah bangunan rumah layak As harus As min atau min
huni yang bagian huniannya berada langsung di Dengan :
atas permukaan tanah, berupa rumah tinggal, = As/b.d
rumah kopel dan rumah deret. Harganya terjang-
atau
kau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan
sedang. Luas lantai bangunan tidak lebih dari 90
m2, yang dibangun di atas tanah dengan luas
kaveling 54 m2 sampai dengan 200 m2.
2. Agar penampang beton bertulang dapat
mendekati keruntuhan seimbang, diberikan
Beton Bertulang
syarat berikut:
Beton bertulang adalah beton yang ditulangi
As harus As maks atau maks
dengan baja tulangan dengan luas dan jumlah
Dengan:
yang tidak kurang dari nilai minimum yang
diisyaratkan oleh peraturan dan direncanakan
berdasarkan asumsi bahwa kedua material
bekerja bersamasama.
Agar dapat terjamin bahwa suatu struktur ( )
yang direncanakan mampu menahan beban yang Sehingga,

302
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.6, September 2014 (301-309) ISSN: 2337-6732

inelastis struktur. Proses tersebut sama dengan


( ) Metode Koefisien Perpindahan, kecuali bahwa
hasilnya diplotkan dalam format ADRS
Struktur Kolom (acceleration displacement response spectrum).
Kolom adalah komponen struktur bangunan
yang tugas utamanya menyangga beban aksial
tekan vertikal. Atau dengan kata lain kolom
harus diperhitungkan untuk menyangga beban
aksial tekan dengan eksentrisitas tertentu. Pada
kolom, pembatasan jumlah tulangan kolom agar
penampang berperilaku daktail agak sukar
dilakukan karena beban aksial tekan lebih
dominan sehingga keruntuhan tekan sulit
dihindari. Jumlah luas penampang tulangan
pokok memanjang kolom dibatasi dengan rasio
penulangan g antara 0.010.08. Penulangan
yang lazim dilakukan diantara 1.5% sampai 3% Gambar 1. Penentuan Titik Kinerja menurut
dari luas penampang kolom. Metode Spektrum Kapasitas
Karena Pu Pn (maks) dapat disusun Ag perlu
berdasarkan kuat kolom Pu dengan rasio Metode Koefisien Perpindahan (FEMA 356)
penulangan g, sebagai berikut: Merupakan metoda utama yang dalam
FEMA 273/356 untuk prosedur statik nonlinier.
Untuk kolom dengan pengikut sengkang,
Penyelesaian dilakukan dengan memodifikasi
respons elastis linier dari sistem SDOF ekivalen
{ ( ) } dengan faktor koefisien C0, C1, C2 dan C3
sehingga diperoleh perpindahan global
Untuk kolom dengan pengikat spiral, maksimum (elastis dan inelastis) yang disebut
target perpindahan, T.
{ ( ) } Selanjutnya target perpindahan pada titik
kontrol T, ditentukan dari rumus berikut.
Analisis Nonlinear Statik (Pushover)
Analisa statik nonlinear adalah suatu ( )
prosedur analisis untuk mengetahui perilaku
keruntuhan suatu bangunan terhadap gempa. Tingkat Kinerja Bangunan
Tujuan analisa pushover adalah untuk Ada dua metode yang tersedia untuk
memperkirakan gaya maksimum dan deformasi pemeriksaan tingkat kinerja bangunan yaitu
yang terjadi serta untuk memperoleh informasi berdasarkan Applied Technology Council
bagian mana saja yang kritis. Selanjutnya dapat (ATC)40 dan Federal Emergency Management
diidentifikasi bagian-bagian yang memerlukan Agency (FEMA) 273/356.
perhatian khusus untuk pendetailan atau Berdasarkan ATC40, kinerja bangunan
stabilitasnya. Analisis dilakukan dengan dibagi dalam beberapa tingkat. Berikut uraian
memberikan suatu pola beban lateral statik pada dari tingkatantingkatan tersebut.
struktur, yang kemudian secara bertahap SP-1 Immediate Occupancy (IO), Struktur
ditingkatkan dengan faktor pengali sampai satu bangunan aman. Resiko korban jiwa dari
target perpindahan lateral dari suatu titik acuan kegagalan struktur tidak terlalu berarti.
tercapai. Gedung tidak mengalami kerusakan
struktural dan dapat segera difungsikan.
Metode Spektrum Kapasitas (ATC-40) SP-2 Damage Control (DC), Termasuk
Merupakan metoda utama ATC 40 (ATC dalam kategori ini adalah struktur bangunan
1996), meskipun dimaksudkan untuk konstruksi pada pasca gempa, kerusakan yang terjadi
beton bertulang, tetapi ternyata banyak juga bervariasi diantara kategori Immediate
diaplikasikan pada konstruksi lain. Dalam Occupancy dan Life Safety. Resiko korban
Metoda Spektrum Kapasitas proses dimulai jiwa sangat rendah.
dengan menghasilkan kurva hubungan gaya- SP-3 Life Safety (LS), Struktur bangunan
perpindahan yang memperhitungkan kondisi terlalu daktail. Termasuk dalam kategori ini

303
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.6, September 2014 (301-309) ISSN: 2337-6732

adalah bangunan yang dalam pasca gempa T = perioda getar fundamental struktur.
tidak sangat mendesak sebagai fasilitas
penyelamatan. Contoh adalah gedung
perkantoran, perumahan, dan sebagainya.
Resiko Korban jiwa sangat rendah.
SP-4 Limited Safety, Bukan merupakan level
spesifik, tetapi merupakan jarak/tingkat
antara SP-3 dengan SP-5. METODE PENELITIAN
SP-5 Structural Stability (SS), Termasuk
dalam kategori ini adalah struktur bangunan Metode evaluasi yang digunakan peneliti
yang dalam pasca gempa, gedung diambang dalam penelitian ini adalah dengan melakukan
batas runtuh total. perencanaan ulang dimensi tulangan balok dan
SP-6 Not Considered, Bukan merupakan kolom berdasarkan Tatacara Perhitungan
tingkat kinerja, tetapi khusus untuk situasi- Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI
situasi dimana hanya untuk evaluasi seismic 03-2847-2002, kemudian membandingkan hasil
nonstructural atau retrofit. perencanaan ulang dengan dimensi tulangan
Berdasarkan FEMA 273, terdapat beberapa yang sudah terpasang di lapangan. Gaya-gaya
tingkat kinerja bangunan. Berikut uraian yang dipakai dalam perencanaan ini adalah gaya-
mengenai tingkat kinerja tersebut. gaya yang dihasilkan dari analisa pushover.
Tingkat Operasional (Operational Level),
peralatan utilitas masih berfungsi, terdapat
sedikit kerusakan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkat Penggunaan Sedang (Immediate Datadata bangunan yang dipakai dalam
Occupancy Level), bangunan menerima penelitian ini adalah sebagai berikut.
"tanda hijau" (aman untuk digunakan), dari Tipe bangunan: rumah tinggal sederhana
hasil pemeriksaan perlu sedikit perbaikan.
Jumlah lantai: 1
Tingkat Aman untuk Dihuni (Life Safety
Tinggi bangunan: 350 cm
Level), struktur tetap stabil dan mempunyai
Ukuran denah: 850 cm arah-X dan 750 cm
kapasitas pelayanan cukup, kerusakan bagian
arah-Y
nonstructural masih terkontrol.
Dimensi penampang balok 11 cm x 15 cm
Tingkat Pencegahan Keruntuhan (Collapse
Prevention Level), bangunan tetap berdiri, Dimensi penampang kolom 11cm x 11cm
hampir runtuh, kerusakan lain masih Tul. balok: 4D10mm, sengkang: D6200
diperkenankan. Tul. kolom: 4D10mm, sengkang D6200
Bangunan terletak di Kotamobagu, Profinsi
Analisis Beban Seismik Sulawesi Utara.
Parameter percepatan spektral desain untuk Jenis Tanah : Tanah Keras
perioda pendek, SDS dan pada perioda 1 detik,
SD1, harus ditentukan melalui perumusan berikut
ini:


Menentukan spektrum respons desain,
sebagai berikut.
Untuk T < T0; ( )
Untuk T0 T Ts;
Untuk T > Ts;
dengan,
SDS = parameter respons spektral percepatan
desain pada perioda pendek; Gambar 2. Denah Rumah Tinggal
Sederhana
SD1 = parameter respons spektral percepatan
desain pada perioda 1 detik;

304
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.6, September 2014 (301-309) ISSN: 2337-6732

Denah tersebut kemudian dimodelkan Berdasarkan metode koefisien FEMA356,


dalam bentuk 3D menggunakan program SAP target perpindahan dapat dihitung dengan rumus
2000, menjadi seperti pada gambar berikut. berikut.

( )

Arah-X
Diketahui : Te = 0,3846 detik
C0 = 1,0803
C1 = 1.1394
C2 = 1,0
C3 = 1,0
Sa = 1,1
g = 9,81 m/det2

Arah-Y
Diketahui : Te = 0,3786 detik
C0 = 0,9778
Gambar 3. Pemodelan Struktur C1 = 1,1416
C2 = 1,
Dari hasil analisis pushover pada program C3 = 1,0
sap2000 v.16 berdasarkan metode FEMA 356, Sa = 1,1
maka didapat kurva pushover (hubungan antara g = 9,81 m/det2
base shear dan roof displacement) pada arah X
dan Y.
Evaluasi Level Kinerja Bangunan

Gambar 6. Kurva Untuk Evaluasi Kinerja Bangunan

Gambar 4. Kurva Pushover Arah X (FEMA 356) Berdasarkan target perpindahan yang
diperoleh dari metode koefisien FEMA 356,
diperoleh kinerja bangunan sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil Kriteria Bangunan


Target
Arah Perpindahan Kriteria Bangunan
(cm)
X 4,843 Damage Control
Y 4,256 Damage Control

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa


berdasarkan target perpindahan metode koefisien
FEMA 356, kinerja bangunan yang ditinjau
berada pada kriteria damage control yaitu antara
Gambar 5. Kurva Pushover Arah Y (FEMA 356) immediate occupancy dan life safety yang artinya

305
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.6, September 2014 (301-309) ISSN: 2337-6732

bangunan tersebut masih dalam kondisi aman


untuk digunakan dan belum mengalami
kerusakan yang berat.
Menghitung tulangan memanjang
Evaluasi Sendi Plastis Kmaks = 5,9786
Dari hasil target perpindahan metode
koefisien FEMA 356 arah X sebesar 4,843 cm,
maka berdasarkan tabel di atas nilai
displacement berada di antara step 2 dan 3
dengan kondisi sendi plastis berada pada daerah
Immediate Occupancy. Karena K Kmaks, maka dipakai perhitungan
tulangan tunggal

( )

( )

Menghitung luas tulangan perlu


Gambar 7. Kondisi Sendi Plastis Arah X

Dari hasil target perpindahan metode


koefisien FEMA 356 arah Y sebesar 4,256 cm,
maka berdasarkan tabel di atas nilai
displacement berada di antara step 3 dan 4 Dipakai tulangan diameter 8 mm.
dengan kondisi sendi plastis berada pada daerah Menghitung jumlah tulangan
Immediate Occupancy.

Dipakai 4 buah tulangan.


Menghitung jumlah tulangan per baris.

Gambar 8. Kondisi Sendi Plastis Arah Y

Evaluasi Balok Dipakai 4 tulangan per baris.


Perhitungan Tulangan Balok Arah X Menghitung luas tulangan terpasang (As)
Diketahui : ( )
b = 110 mm ( )
h = 150 mm
ds = 20 mm
f'c = 20 MPa
fy = 240 MPa
Es = 200000 MPa
1 = 0,85 (untuk f'c < 30 MPa) Menghitung momen nominal
Mu = 449,3049 kgm = 4493049 Nmm ( )
Menghitung tinggi efektif penampang
( )

306
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.6, September 2014 (301-309) ISSN: 2337-6732

Menghitung momen rencana

Menghitung dimensi tulangan


{ ( ) }
Kontrol momen (Mr harus Mu)
( )
Menghitung regangan Dipakai tulangan 8mm
Luas untuk 18mm =

Menghitung jumlah tulangan

Kontrol regangan ( )
( ) Sesuai dengan syarat minimum tulangan
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh longitudinal, digunakan 48mm.
dimensi tulangan baru untuk arah X berupa
tulangan tunggal yaitu berdiameter 8mm
berjumlah 4 buah. Jika dibandingkan dengan Cek rasio penulangan pokok:
tulangan yang sudah terpasang dilapangan 4
buah tulangan diameter 10mm, maka hasil ini
lebih ekonomis. Dengan demikian tulangan
terpasang dilapangan sudah cukup kuat untuk
menopang beban yang bekerja, namun belum Kontrol :
cukup ekonomis. Untuk lebih ekonomis bisa
digunakan tulangan hasil redesain.
(Ok)
Perhitungan Tulangan Balok Arah Y
Dengan langkahlangkah perhitungan yang Dari hasil perhitungan di atas diperoleh
sama seperti pada perhitungan tulangan balok dimensi tulangan baru untuk kolom yaitu 4 buah
arah x dengan Mu sebesar 4731385 Nmm, tulangan berdimensi 8mm. Jika dibandingkan
diperoleh dimensi tulangan baru untuk arah Y dengan tulangan yang sudah terpasang
berupa tulangan tunggal yaitu berdiameter 10mm dilapangan 4 buah dimensi 10mm, maka hasil ini
berjumlah 3 buah. Jika dibandingkan dengan lebih ekonomis. Dengan demikian tulangan
tulangan yang sudah terpasang dilapangan 4 terpasang dilapangan sudah cukup kuat untuk
buah dimensi 10mm, maka hasil ini lebih menopang beban yang bekerja namun belum
ekonomis. Dengan demikian tulangan terpasang cukup ekonomis. Untuk lebih ekonomis bisa
dilapangan sudah cukup kuat untuk menopang digunakan tulangan hasil redesain.
beban yang bekerja, namun belum cukup
ekonomis. Untuk lebih ekonomis bisa digunakan Perhitungan Tulangan Kolom Arah Y
tulangan hasil redesain. Dengan langkahlangkah perhitungan yang
sama seperti pada perhitungan tulangan kolom
Evaluasi Kolom arah x dengan Pu sebesar 15269,238 N,
diperoleh dimensi tulangan baru untuk kolom
Perhitungan Tulangan Kolom Arah X yaitu 4 buah tulangan berdimensi 8mm. Jika
Diketahui : dibandingkan dengan tulangan yang sudah
Kolom = 110/110 terpasang dilapangan 4 buah dimensi 10mm,
f'c = 25 MPa maka hasil ini lebih ekonomis. Dengan demikian
fy = 240 MPa tulangan terpasang dilapangan sudah cukup kuat
untuk menopang beban yang bekerja namun
Pu = 9622,33 N
belum cukup ekonomis. Untuk lebih ekonomis
bisa digunakan tulangan hasil redesain.
Diambil rasio tulangan (g) = 0,02

307
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.6, September 2014 (301-309) ISSN: 2337-6732

PENUTUP 5. Dari hasil evaluasi menunjukan bahwa


dimensi tulangan terpasang di lapangan
Kesimpulan masih bisa diperkecil agar lebih ekonomis,
Dari hasil dan pembahasan penelitian ini tanpa mengurangi tingkat keamanan
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: bangunan.
1. Berdasarkan performance point diperoleh
hasil evaluasi kinerja bangunan berdasarkan Saran
metode koefisien FEMA 273/356 yang Saran yang dapat diberikan melalui karya
menunjukan bahwa struktur bangunan tulis ini adalah sebagai berikut:
berada pada kategori damage control yang 1. Untuk memeriksa kinerja dari suatu
artinya bangunan masih dalam kondisi aman, bangunan, bisa dilakukan analisa pushover
belum mengalami kerusakan yang berat. dengan menggunakan program SAP 2000
2. Dari hasil evaluasi sendi plastis, bangunan karena lumayan mudah untuk dioperasikan
berada dalam kategori Immediate Occupancy dan hasilnya mudah diperoleh dan
yang artinya bangunan masih aman. diinterpretasikan.
3. Dari hasil evaluasi balok dan kolom 2. Jika suatu saat ada penelitian lagi tentang
diperoleh dimensi tulangan baru yaitu: tingkat kinerja bangunan rumah sederhana
dengan Analisis Statik Nonlinear Pushover,
alangkah baiknya jika diperhitungkan
pengaruh dinding.
3. Sebaiknya dievaluasi juga untuk bagian
sambungan/pertemuan balok-kolom.
4. Meskipun pada kenyataannya tulangan
4. Dari hasil evaluasi balok dan kolom tunggal tidak ada di lapangan, namun pada
menunjukan bahwa kapasitas elemen penelitian ini diperoleh hasil bahwa untuk
struktur bangunan rumah yang ditinjau rumah sederhana seperti ini cukup dipasang
sangat aman dan masih memenuhi tulangan tunggal saja. Tapi untuk memenuhi
persyaratan terhadap pengaruh kombinasi ketentuan yang berlaku, tetap harus dipasang
beban mati dan beban gempa. tulangan tekan dan sengkang.

DAFTAR PUSTAKA

Applied Technology Council. 1996. Seismic Evaluation and Retrofit of Concrete Building (ATC-40).
California, U.S.A.

Asroni, A. 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Badan Standardisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
(SNI-03-2847-2002)., Bandung.

Badan Standardisasi Nasional. 2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan
Gedung (SNI-1726-2002)., Jakarta.

Dewobroto, W. 2007. Aplikasi Rekayasa Konstruksi dengan SAP 2000 Edisi Baru. Elex Media
Komputindo, Jakarta.

Federal Emergency Management Agency. 1997. NEHRP GUIDELINES FOR THE SEISMIC
REHABILITATION OF BUILDING (FEMA 273). Washington, U.S.A.

Federal Emergency Management Agency. 2000.PRESTANDARD AND COMMENTARY FOR THE


SEISMIC REHABILITATION OF BUILDINGS (FEMA 356). Washington, U.S.A.

Haryono, S., 2003. Kajian Penggunaan Nonlinear Statik Pushover Analysis dengan Metode ATC-40,
FEMA 356, FEMA 440 dan Perilaku Seismic Inelastic Time History Analysis untuk Evaluasi
Kinerja Struktur Bangunan pasca Gempa. Jurnal Teknik Sipil UGM, Yogyakarta.

308
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.6, September 2014 (301-309) ISSN: 2337-6732

Pranata, Y.A., 2006. Evaluasi Kinerja Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa dengan Pushover
Analysis. Jurnal Teknik Sipil UKM, Bandung.

Resmi, B. M., 2010. Modul Kuliah struktur Beton Bertulang 1. Universitas Mercu Buana.

Sembiring, J. T., 2002. Beton Bertulang Edisi Revisi. Rekayasa Sains, Bandung.

Waworuntu, G., 2014. Evaluasi Kemampuan Struktur Rumah Tinggal Sederhana Akibat Gempa.
Skripsi Program S1 Teknik Sipil Unsrat, Manado.

309

Anda mungkin juga menyukai