Anda di halaman 1dari 10

TEMUAN KASUS BANGSAL

SEORANG PEREMPUAN USIA 29 TAHUN DENGAN


KANDIDIASIS ORAL

Disusun Oleh:
Shofura Azizah G991520
Immanuel Billy Brilliandi G99152059
Asti Swari Paramanindita G99152060
Periode: 16 Oktober 30 Oktober 2016

Pembimbing:
Drg. Sandy Trimelda, Sp.Ort

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2016
KASUS BANGSAL RSUD DR. MOEWARDI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan :
Alamat : Rejosari, Palur Mojolaban, Sukoharjo
Tanggal masuk : 15 Oktober 2016
Tanggal pemeriksaan : 21 Oktober 2016
No RM : 0134xxx

II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Benjolan di rongga mulut

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluhkan adanya benjolan di dalam rongga mulut.
Benjolan dirasakan muncul sejak 2 bulan SMRS yang awalnya kecil.
Benjolan semakin lama semakin membesar dan menutupi hampir
setengah rongga mulut. Benjolan tidak terasa nyeri, tidak berdarah,
namun dirasa mengganggu oleh pasien.
Selain benjolan, pasien mengeluhkan adanya sesak napas. Sesak
napas muncul sejak 5 hari dirawat di rumah sakit. Sesak napas tidak
disertai mengi, tidak bertambah berat dengan aktivitas, dan tidak disertai
dengan adanya nyeri dada.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Penyakit Hati : disangkal
Riwayat HIV/AIDS : disangkal
Riwayat TB : (+) tahun 2010. Minum OAT lengkap dan
dinyatakan sembuh

4. Riwayat Penyakit Keluarga

1
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Penyakit Hati : disangkal
Riwayat HIV/AIDS : disangkal

5. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien berobat dengan BPJS.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum: tampak sakit sedang, kesan gizi kurang
Kesadaran : GCS E4V5M6 Compos Mentis
Vital sign :
Tekanan darah : 90/60 mmHg Nadi : 90x/menit
RR : 28x/menit Suhu : 37,80C
Kepala : mesocephal
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), reflek
cahaya
Telinga : Sekret (-), nyeri tekan tragus (-), darah (-)
Hidung : Epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-), sekret (-)
Mulut : Sianosis (-), bibir pecah-pecah (+), krusta (-), mukosa
basah (+), kandidiasis oral (+)
Leher : Trakhea di tengah, simetris; pembesaran KGB (-), JVP
tidak meningkat, nyeri telan (+), faring hiperemis (-),
tonsil T1-T1
Thoraks : Normochest, simetris, retraksi dinding dada (-)
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V linea
midclavicularis, tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II int normal, reguler, bising (-)
Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan=kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan=kiri, krepitasi (-/-)
Perkusi : Sonor/sonor

2
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi basah
halus (-/-), ronki basah kasar (+/+)
wheezing (-/-)
Abdomen : Inspeksi : Dinding perut // dinding dada
Auskultasi : Bising usus (+) 20x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Hepar & lien tidak teraba, nyeri tekan
epigastrium (+)
Ekstremitas : Oedem - - Akral Dingin - -
- - - -
CRT < 2 detik

IV. ORAL STATUS


Ekstra Oral
Maxilla : tak tampak kelainan
Mandibula : tak tampak kelainan
Lips : tampak bibir sedikit pecah-pecah
Intra Oral
Palatum : tampak plak putih, multipel, batas tidak tegas pada
seluruh permukaan palatum
Lingua : tampak plak putih , multipel, batas tidak tegas di
permukaan atas lidah
Upper Gingiva : tampak massa tumor pada palatum, permukaan licin,
berwarna kemerahan, berbenjol, pada perabaan teraba
pada kenyal, mobile, tidak nyeri, tidak berdarah.
Lower Gingiva : tidak ada kelainan
Left Bucal : tampak plak putih , multipel, batas tidak tegas
Right Bucal : tampak plak putih, multipel, batas tidak tegas
Gigi : a. Tidak ada gigi molar 2 kiri bawah
Oral Hygiene : sedang

3
Foto: Kondisi gigi dan mulut pasien

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tanggal 20 Oktober 2016
Nilai Satuan Rujukan
Hematologi Rutin
Haemoglobin 10.7 g/dL 13.5-17.5
Hematokrit 32 % 33-45
Leukosit 5.4 ribu/uL 4.5-11.0
Trombosit 154 ribu/uL 150-450
Eritrosit 4.09 ribu/uL 4.50-5.90

Kimia Klinik
GDS 100 mg/dl 60-140
SGOT 25 u/l <35
SGPT 29 u/l <45
Albumin 2.4 g/dl 3.5-5.2
Creatinine 0.5 mg/dl 0.5-1.0
Ureum 15 mg/dl <48

Serologi HIV
HIV SD Reaktif

4
HIV Advenced Q Non
reaktif
HIV VIKIA Reaktif

V. ASSESSMENT
1. Diagnosa
Tumor Palatum
Candidiasis oral
Hospital Acquired Pneumonia tipe Late Onset
B20
Hipoalbuminemia

2. Tatalaksana
Mondok bangsal
O2 2lpm n.c
Infus NaCl 0,9% 16 tpm
Inj fluconazole 200mg/8 jam
Inj ceftriaxone 2gr/24 jam
Inf Paracetamol 500mg/8 jam
Inf Albumin 25% 100cc
Nystatin drop 1cc/6 jam
N-asetilsistein 3x200mg PO

3. Prognosa
Advitam : dubia ad malam
Ad sanam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam

VI. PEMBAHASAN
Pada kasus bangsal kali ini diketahui pasien berinisial Tn. S, usia 54 tahun,
mengeluhkan adanya rasa nyeri perut di bagian ulu hati sejak 1 bulan sebelum
masuk rumah sakit. Keluhan tersebut disertai dengan munculnya bercak-bercak
putih di mulut yang berawal dari daerah lidah keudian lama-kelamaan meluas ke
bawah lidah dan daerah mukosa mulut. Pasien juga mengeluhkan adanya rasa
nyeri saat menelan.
Pada pemeriksaan intraoral ditemukan adanya bercak - bercak putih
dibagian lingual, dorsum lingua, palatal, serta mucosal bucal kanan dan
kiri. Bercak - bercak tersebut dapat terkelupas ketika diangkat dan

5
dikelilingi oleh daerah yang eritem. Keadaan tersebut dapat mengarah
pada bentuk kandidiasis oral pseudomembranous akut yang memiliki ciri
khas lesi putih dapat dihilangkan dengan kerokan halus dan meninggalkan
permukaan mukosa yang eritematous. Selain itu, rasa nyeri yang
dikeluhkan pasien juga dapat mengarah pada bentuk kandidiasi oral
eritematuos akut yang memiliki ciri khas lesi sering muncul di bagian
dorsum lingua dan menimbulkan rasa nyeri terus - menerus. Manifestasi
klinis yang muncul pada pasien tidak menutup kemungkinan bahwa pasien
memiliki kedua bentuk kandidiasis oral tersebut. Kondisi pasien untuk
menderita kandidiasis oral sangat didukung dengan riwayat penyakit yang
sedang diderita pasien yaitu HIV/AIDS.
Pada orang dengan HIV/AIDS akan terjadi imunocompromise, yaitu
menurunnya sistem imunitas pada tubuh. Hal ini mengakibatkan infeksi
oportunistik seperti kandidiasis oral mudah terjadi. Pemeriksaan klinis
dilakukan untuk melihat gambaran klinis lesi yang terdapat pada rongga
mulut. Pemeriksaan penunjang untuk pasien dengan kandidiasis yaitu
pemeriksaan sitologi eksfoliatif, kultur swab, uji saliva, dan biopsi hal ini
berkaitan dengan diagnosis dan terapi yang tepat untuk pasien.
Bagan patofisiologi HIV menyebabkan kandidiasis oral

Th 17 dan CD4 membentuk


IL-17, IL-21, IL-22 untuk
menekan virulensi HIV

Di oral terbentuk mekanisme


protektif oleh saliva (lactoperoxidase,
Pasien Sistem imunitas lysozyme, thrombospondin, mucins,
HIV/AIDS tubuh melemah proline-rich proteins, defensins,
secretory leukocyte protease inhibitor
(SLPI), dan gp340)

Produksi saliva menurun,


mikroflora berkembang pesat Sistem imun oral gagal
(Candida albicans) pada mukosa membendung replikasi virus HIV
labial, bukal, lidah, dan palatum
6
Terbentuk plak/pseudomembran
berwarna putih atau kuning yang
Candida albicans berubah bentuk terdiri dari sel epitel, deskuamasi,
dari ragi menjadi hifa dan fibrin, dan hifa jamur pada
memproduksi enzim hidrolitik mukosa labial, bukal, palatum,
(aspartyl proteinase) serta lidah, jaringan periodontal, dan
mebentuk lapisan biofilm orofaring

Pengobatan farmakologis kandidiasis oral dikelompokkan dalam


tiga kelas agen antifungal yaitu: polyenes, azoles, dan echinocandins.
Antifungal Polyenes mencakup Amphotericin B dan Nystatin.
Amphotericin B dihasilkan oleh Streptomyces nodosus dan memiliki
aktivitas antijamur yang luas. Di samping keuntungannya, antifungal ini
dapat menimbulkan efek nefrotoksik. Obat antifungal lain yang sekarang
banyak digunakan adalah Nystatin. Azoles dibagi dalam dua kelompok
yaitu imidazoles dan triazoles. Azoles akan menghambat ergosterol yang
merupakan unsur utama sel membran jamur sedangkan Caspofungin
termasuk golongan antifungal echinocandins yang digunakan untuk
pengobatan terhadap infeksi jamur Candida sp. dan Aspergillus sp.
Obat anti jamur dapat diberikan secara topikal maupun sistemik,
dengan syarat pemakaiannya harus sesuai dengan tipe kandidiasis yang
akan dirawat. Obat - obat anti jamur yang dapat diberikan secara topikal
berupa: clotrimazolelozenge, nystatinpastiles, dan nystatin suspensi oral,
sedangkan obat anti jamur yang dapat diberikan secara sistemik yaitu:
ketoconazole tablet, itraconazole tablet, fluconazole tablet. Hal yang

7
sangat penting dilakukan oleh pasien adalah menjaga kebersihan rongga
mulut, sehingga kandida albikans yang merupakan mikroorganisme
komensal dan flora normal di rongga mulut tidak berubah menjadi agen
infeksius opportunistik penyebab kandidiasis oral. Pasien juga harus
menghindari faktor-faktor predisposisi yang dapat menimbulkan
kandidiasis.
Dalam kasus ini, terapi kandidiasis oral yang diberikan adalah :
1. Cotrimoxazole
Cotrimoxazole adalah bakterisid yang merupakan kombinasi
sulfametoksazol dan trimetoprim dengan perbandingan 5 : 1.
Kombinasi tersebut mempunyai aktivitas bakterisid yang besar karena
menghambat pada dua tahap biosintesis asam nukleat dan protein yang
sangat esensial untuk mikroorganisme sehingga diharapkan
pertumbuhan Candida sp. dapat dihambat dengan lebih maksimal.
2. Nystatin drop
Nystatin adalah agen fungistatik dan fungisidal in vitro pada
beberapa jenis ragi dan jamur. Nystatin berikatan dengan sterol dalam
membral sel dari Candida sp. yang sensitif sehingga mengakibatkan
perubahan pada permabilitas membra dan selanjudnya menimbulkan
kehilangan komponen intraseluler tidak berkembang selama terapi.
Nystatin tidak menunjukan aktivitas perlawanan pada bakteri,
protozoa, atau virus.

VII. KESIMPULAN
- Kandidiasis merupakan penyakit infeksi oral yang disebabkan oleh
jamur Candida sp., yang merupakan flora normal di mulut
- Faktor risiko dari pasien ialah keadaan immunocompromised sehingga
mengakibatkan infeksi oportunistik kandidiasis oral
- Pasien mengeluh nyeri di daerah mulut dan nyeri saat menelan akibat
lesi di seluruh mulut
- Dalam penegakkan diagnosis kandidiasis oral, perlu dilakukan
pemeriksaan yang cermat pada pasien sehingga dapat diberikan terapi
yang efektif untuk kondisi pasien yang lebih baik.

8
DAFTAR PUSTAKA

Andryani S (2010). Skripsi: Kandidiasis oral pada pasien tuberkulosis pada


akibat pemakaian antibiotik dan steroid. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatra Utara.
Findya A (2010). Pemeliharaan oral hygiene dan penanggulangan komplikasi
perawatan ortodonti. Sumatera Utara: USU.
Harty FJ (1995). Kamus kedokteran Gigi, terj. alih bahasa drg. Narlan
Sumawinata. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Machfoedz I (2006). Menjaga kesehatan gigi dan mulut anak-anak dan ibu hamil.
Yogyakarta: Fitramaya.
Setiani dan Sufiawati (2005). Efektifitas heksetidin sebagai obat kumur terhadap
frekuensi kehadiran jamur candida albicans pada penderita kelainan
lidah.http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/
publikasi_dosen/EFEKTIVITAS%20HEKSETIDIN%20SBG%20OBAT
%20KUMUR.pdfDiakses tanggal 12 Juni 2016.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2009. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta: Interna Publishing
Thoothclub (2011). Dental diagnosis poor oral hygiene overview.
http://www.toothiq.com/dental-diagnoses/dental-diagnosis-poor-oral-
hygiene-overview.html/ Diakses tanggal 12 Juni 2016.
Widyanti N (2005). Pengantar ilmu kedokteran gigi pencegahan. Yogyakarta:
Medika Fakultas Kedokteran UGM.
Williams D (2011). Pathogenesis and treatment of oral candidosis. Journal of
Oral Microbiology 2011, vol 3: 5771.

Anda mungkin juga menyukai