Anda di halaman 1dari 20

PROYEK CITRA GARDEN

RENCANA KERJA & SYARAT


PEMBANGUNAN RUKO FLAVOUR WALK II
DAFTAR ISI

SPESIFIKASI TEKNIS

II.1 PEKERJAAN UMUM


Pasal 1 MOBILISASI ALAT
Pasal 2 UKURAN TINGGI PEIL BANGUNAN

II.2 PEKERJAAN PERSIAPAN LAPANGAN


Pasal 1 FASILITAS AIR KERJA
Pasal 2 PEMBERSIHAN
Pasal 3 PEMASANGAN BOUWPLANK/UITZET

II.3 PEKERJAAN TANAH


Pasal 1 GALIAN, TIMBUNAN DAN PEMADATAN
Pasal 2 URUGAN PASIR

II.4 PEKERJAAN PONDASI


Pasal 1 KUALITAS MATERIAL
Pasal 2 PELAKSANAAN

II.5 PEKERJAAN AIR KOTOR DAN PEMBUANGAN


Pasal 1 KUALITAS MATERIAL
Pasal 2 PELAKSANAAN

II.6 PEKERJAAN SEPTICTANK DAN PEMBEBASAN


Pasal 1 KUALITAS MATERIAL

II.7 PEKERJAAN BETON BERTULANG DAN LANTAI KERJA


Pasal 1 RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Pasal 2 STANDAR-STANDAR YANG DIPAKAI
Pasal 3 BAHAN-BAHAN
Pasal 4 SYARAT-SYARAT KUALITAS
Pasal 5 ACUAN
Pasal 6 PEMBERHENTIAN PENGECORAN
Pasal 7 PERAWATAN BETON
Pasal 8 TOLERANSI
II.7.1 PEKERJAAN PEMASANGAN SLOOF
Pasal 1 KUALITAS MATERIAL
Pasal 2 CARA PELAKSANAAN

II.7.2 PEKERJAAN KOLOM


Pasal 1 CARA PELAKSANAAN

II.7.3 PEKERJAAN DAK BETON/LANTAI BETON


Pasal 1 CARA PELAKSANAAN

II.7.4 PEKERJAAN RINGBALK


Pasal 1 CARA PELAKSANAAN

II.8 PEKERJAAN PEMASANGAN DINDING


Pasal 1 BAHAN-BAHAN
Pasal 2 CARA PELAKSANAAN

II.9 PEKERJAAN PLESTERAN DAN FINISHING


Pasal 1 KUALITAS MATERIAL
Pasal 2 CARA PELAKSANAAN

II.10 PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH


Pasal 1 KUALITAS MATERIAL
Pasal 2 CARA PELAKSANAAN

II.11 PEKERJAAN KUSEN PINTU DAN JENDELA


Pasal 1 BAHAN-BAHAN
Pasal 2 CARA PELAKSANAAN

II.12 PEMBUAT/PENYETEL RANGKA ATAP

II.13 PEKERJAAN PENUTUP ATAP


Pasal 1 KUALITAS MATERIAL
Pasal 2 CARA PELAKSANAAN

II.14 PEKERJAAN PEMBUATAN TALANG


Pasal 1 KUALITAS MATERIAL
Pasal 2 CARA PELAKSANAAN

II.16 PEKERJAAN LANGIT-LANGIT/PLAFONT

II.17 PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG, PENGUNCI DAN KACA


Pasal 1 BAHAN-BAHAN

II.18 PEKERJAAN PENUTUP LANTAI


Pasal 1 KUALITAS MATERIAL
Pasal 2 CARA PELAKSANAAN

II.19 PEKERJAAN HALAMAN


Pasal 1 PAGAR DAN HALAMAN

II.20 PENGECATAN TEMBOK

II.21 PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK RUMAH TINGGAL


Pasal 1 KUALITAS MATERIAL
Pasal 2 CARA PELAKSANAAN
Pasal 1 PERSYARATAN KHUSUS PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
RUMAH

II.22 PENUTUP
Pasal 1 URAIAN PENUTUP
SPESIFIKASI TEKNIK
PEMBANGUNAN RUKO FLAVOUR WALK II CITRA GARDEN
DI PROYEK PT. CIPUTRA FAJAR MITRA
MAKASSAR

SPESIFIKASI TEKNIK
II.1. PEKERJAAN UMUM

Pasal 1 MOBILISASI ALAT


Kontraktor harus mempersiapkan setiap peralatan yang akan digunakan di tempat kerja untuk
melaksanakan pekerjaan dan sudah harus memperhitungkan semua biayanya.

Pasal 2 UKURAN TINGGI PEIL BANGUNAN


Ketinggian peil +/- 0,00 yang tertera dalam gambar akan ditentukan oleh Pemberi Tugas,
berdasarkan pengukuran dari Kontraktor.

II.2. PEKERJAAN PERSIAPAN LAPANGAN

Pasal 1 FASILITAS AIR KERJA


Kontraktor harus memperhitungkan biaya penyediaan air untuk keperluan air kerja. Air yang
dimaksud air bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumur pompa dan harus mendapat
persetujuan dari Pemberi Tugas terlebih dahulu.

Pasal 2 PEMBERSIHAN
Kontraktor harus melaksanakan pembersihan, sebelum dimulainya proyek, selama pelaksanaan
berlangsung sampai dengan selesainya proyek, baik berupa puing - puing, kotoran-kotoran dan
segala macam peralatan yang diperlukan.

Pasal 3 PEMASANGAN BOUWPLANK / UITZET


a. Sebelum dilaksanakan pekerjaan galian, bouwplank untuk setiap bangunan harus
dipasang dan disetujui oleh Pemberi Tugas.
b. Papan dan patok-patok bouwplank terbuat dari papan terentang (2/20) dan kaso 5/7, yang
tertancap dalam tanah sehingga tidak bisa digerak-gerakan atau diubah-ubah, dan berjarak
maksimum 1,5 meter antara satu sama lain.
c. Papan dasar pelaksanaan/bouwplank dibuat dari papan yang lurus dan diserut rata pada
sisi bagian atasnya (waterpass).
d. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan yang lainnya, kecuali
dikehendaki lain oleh Pemberi Tugas.
e. Untuk peil lantai harus diberi tanda +/- 0,00 pada tugu patokan dasar utama peil tersebut
diambil minimum 50 cm dan maksimum 60 cm di atas As jalan terdekat.
f. Kecuali dalam keadaan khusus tinggi peil dapat ditentukan lain oleh Pemberi Tugas.
g. Untuk data letak rumah termasuk Uitzet terlihat dari gambar rencana pelaksanaan.
h. Pertemuan GSB dan garis batas kavling harus siku. Kontraktor melanjutkan
pembuatan/penarikan benang untuk seluruh as bangunan yang lain berdasarkan titik acuan
yang pertama.
i. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau dengan benang secara azas segitiga
phitagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui Pemberi Tugas.
j. Letak dan jumlah tugu patokan dasar ditentukan oleh Pemberi Tugas.
k. Tugu patokan dibuat dari balok berpenampang sekurang-kurangnya 8 x 12 cm, tertancap
kuat ke dalam tanah sedalam 1 m dengan bagian yang menonjol di atas permukaan tanah
secukupnya untuk mempermudah pengukuran selanjutnya.
l. Tugu patokan dasar dibuat permanent, tidak bisa dirubah, diberi tanda yang jelas dan
dijaga keutuhannya sampai ada intruksi tertulis dari Pemberi Tugas untuk membongkarnya.
m. Pada waktu pematokan (penentuan) peil dan setiap sudut-sudut tapak (perpindahan)
Kontraktor wajib membuat shop drawing dahulu sesuai keadaan lapangan.
n. Segala biaya pekerjaan bouwplank dan Uitzet adalah tanggung jawab/beban Kontraktor.

II.3. PEKERJAAN TANAH


Pasal 1 GALIAN, TIMBUNAN DAN PEMADATAN
a. Kontraktor harus memberi tanda paku di bouwplank pada bagian as-as bangunan yang
akan digali yang sesuai dengan lebar pondasi yang tertera pada gambar kerja. Penggalian
dilakukan berdasarkan garis-garis yang terbentuk oleh benangbenang pada bouwplank
tersebut.
b. Kontraktor mengerjakan galian tersebut sesuai dengan ukuran-ukuran yang ada pada
gambar kerja.
c. Kemiringan galian harus cukup landai agar dinding tidak mudah longsor.
d. Tanah bekas galian sebaiknya ditimbun di luar bouwplank agar tidak mudah longsor dan
tidak mengganggu ruang gerak kerja dan kelancaran pemasangan pondasi.
e. Penyanggah/penahan tanah agar ditempatkan pada tempat-tempat yang sekitarnya dapat
menerima beban yang sangat besar yang berdekatan dengan lubang galian.
f. Pada lokasi dimana letak tanah asli lebih rendah daripada dasar galian yang direncanakan
atau pada tempat dimana letak lantainya lebih tinggi dari tanah yang ada harus dilakukan
pengurangan dan pemadatan lapis per lapis dengan stamper.
g. Pengurugan tersebut tidak boleh dilakukan pada daerah-daerah yang tergenang air. Jika
ada air, lumpur harus disingkirkan terlebih dahulu dari lokasi bangunan.
h. Kedalaman dasar galian diukur dengan benang yang ditarik antar titik bouwplank dengan
tongkat yang telah diberi ukuran tertentu ke dasar galian.
i. Semua halangan yang dijumpai sewaktu pelaksanaan penggalian seperti akar akar
pohon, batang pohon terpendam, pipa-pipa drainage yang tak terpakai atau lainnya harus
dikeluarkan.
j. Harus dijaga agar pipa drainage/pipa gas atau pipa air, kabel-kabel listrik yang masih
berfungsi yang dijumpai pada waktu penggalian tidak terganggu atau menjadi rusak.
k. Bilamana hal ini dijumpai di lapangan, maka Pimpinan Proyek dan pihak-pihak yang
berwenang harus segera diberitahu dan menunggu instruksi selanjutnya untuk mengeluarkan
barang-barang tersebut, sebelum penggalian yang berdekatan dengan barang tersebut
diteruskan.
l. Bilamana dasar dari lubang penggalian lebih rendah dari muka air tanah di daerah
penggalian tersebut, maka selama penggalian berlangsung harus diadakan pemompaan air
tanah/penurunan muka air tanah yang disebut Dewatering.
m. Air yang tergenang dalam lubang galian yang diakibatkan oleh mata air, hujan atau
kebocoran pipa-pipa selama pekerjaan berlangsung harus dipompa keluar.
n. Jika sehubungan dengan peil, tanah harus ditambah atau dibuang, maka biaya ini akan
ditanggung olah Kontraktor sesuai dengan gambar/petunjuk Pemberi Tugas.
o. Bila dijumpai tanah lebih dari 10 m2/kavling maka kelebihan tersebut akan diperhitungkan
dengan Pemberi Tugas.
p. Tanah bekas galian setelah bersih dari kotoran dapat dipakai unutk meninggikan kavling
atau mengurug kembali dengan diberi air secukupnya dan ditumbuk sampai padat yang
dilaksanakan lapis demi lapis setebal 10 cm tiap lapisan.
q. Galian/pemboran tanah untuk pondasi harus sesuai dengan gambar, kecuali ditentukan
lain oleh Pemberi Tugas sehubungan dengan keadaan di lapangan.
r. Pemadatan dapat dilakukan dengan stamper (light mechanical stamper).
s. Kontraktor harus menjaga supaya tanah di bawah dasar elevasi seperti pada gambar
rencana atau yang ditentukan oleh Pemberi Tugas tidak terganggu, jika terganggu Kontraktor
harus menggalinya dan mengurugnya kembali lalu dipadatkan seperti yang ditentukan oleh
Pemberi Tugas.
t. Kontraktor wajib mengambil langkah-langkah pengamanan terhadap bangunan lain yang
berada dekat sekali dengan lubang galian yaitu dengan memberikan penunjang semantara
pada bangunan tersebut sehingga dapat menjamin bangunan tersebut tidak akan mengalami
kerusakan.
u. Bila pekerjaan pelayanan umum terganggu sebagai akibat pekerjaan Kontraktor, maka
Kontraktor harus segera mengganti kerugian yang terjadi yang dapat berupa perbaikan dari
barang yang rusak akibat pekerjaan Kontraktor.

Pasal 2 URUGAN PASIR


a. Pasir yang digunakan harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan keras, bebas
Lumpur, tanah lempung dan lain sebagainya, serta konsisten terhadap NI 3 (PUBB tahun
1970) pasal 14 ayat 3.
b. Air siraman digunakan air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam alkali,
dan bahan-bahan organik lainnya serta memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI 3
pasal 10.
c. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan di atas
dan harus dengan persetujuan Pemberi Tugas.
d. Pekerjaan pasir urug dilakukan bila seluruh pekerjaan lain di bawahnya / didalamnya telah
selesai dengan baik dan sempurna.
e. Urugan pasir harus disiram air dan ditimbris tebal tiap lapisan maksimum 5 cm sehingga
padat, pekerjaan ini dilaksanakan setelah permukaan tanah dibersihkan dan diratakan.
f. Setiap lapis pasir urug harus diratakan, disiram air dan dipadatkan dengan alat pemadat
yang disetujui Pemberi Tugas. Pemadatan dilakukan hingga mencapai kepadatan tidak kurang
dari 95% dari kepadatan maksimum hasil laboratorium.
g. Di tempat-tempat yang sulit dilakukan pemadatan dengan alat pemadat, dapat dikerjakan
dengan tenaga manusia dengan persetujuan Pemberi Tugas. Hasil pemadatan harus
memenuhi persyaratan/ketentuan.
h. Lapisan pekerjaan diatasnya, dapat dikerjakan bilamana pekerjaan urugan pasir padat
telah sempurna, memenuhi semua persyaratan yang ditentukan dan sudah mendapat
persetujuan Pemberi Tugas.

II.4. PEKERJAAN PONDASI

Pasal 1 KUALITAS MATERIAL


a. Pondasi yang dipakai adalah jenis pondasi Tiang Pancang, sesuai gambar gambar kerja.

Pasal 2 PELAKSANAAN
a. Pemberi Tugas telah menyiapkan tiang pancang dan Kontraktor dianggap sudah mengerti
sistem pekerjaan penyambungan tiang pancang dengan struktur diatasnya.

II.5. PEKERJAAN AIR KOTOR DAN PEMBUANGAN


Pasal 1 KUALITAS MATERIAL
a. Pipa sanitair yang dipakai adalah pipa PVC (ex Vinilon klasifikasi D / setara).
b. Lem (perekat) sesuai dengan spesifikasi teknis.

Pasal 2 CARA PELAKSANAAN


a. Kontraktor dianggap sudah mengerti scope sistem pembuangan air maupun instalasi-
instalasinya, sehingga apabila ada kekurangan dari gambar maka Kontraktor wajib
memberitahu sebelum memulai pekerjaan tersebut.
b. Talang PVC harus terbungkus kawat ayam jika tertanam dalam tembok atau beton.
c. Pada bagian-bagian tertentu, ditentukan adanya bak control, Kontraktor wajib
membuatnya.
d. Air hujan dari atas yang dibuang melalui talang beton, kemudian disalurkan ke pipa PVC
diameter 4 dalam tanah.
e. Perletakan Septictank, bak control, closed harus sesuai dengan gambar kerja.
f. Pemasangan sambungan dengan lem khusus PVC perlu diperhatikan kemiringan pipa
horizontal agar air dapat mengalir (1 1,5%). Pertemuan harus dengan elbow atau sudut 45
derajat.
g. Pipa yang terpasang harus terhindar dari terik matahari agar diberi pelindung.
h. Penyambungan pipa harus dengan knee / schok sesuai dengan ukuran pipa, tidak
diperkenankan dengan cara pembakaran / pemasangan.
i. Bila ada pemasangan pipa yang harus melewati pondasi maka pada saat pembuatan
pondasi harus dipersiapkan sparing untuk pipa.

II.6. PEKERJAAN SEPTICTANK DAN PEMBEBASAN


Pasal 1 KUALITAS MATERIAL
a. Sama dengan syarat pada pemasangan dinding bata, apabila septictank dari pasangan
bata.
b. Lantai dan penutup sama dengan pada pekerjaan dak beton.
c. Ijuk kualitas baik.
d. PVC sesuai dengan yang ditentukan Pemberi Tugas.
e. Koral dan batu kali untuk rembesan.

II.7. PEKERJAAN BETON BERTULANG DAN BETON TUMBUK


Pasal 1 RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Bagian ini mencakup segala sesuatu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan beton sesuai
dengan gambar dan spesifikasi yaitu :
a. Pengadaan dan penyediaan segala tenaga kerja, instalasi proyek, perlengkapan dan
bahan-bahan yang berhubungan fabrikasi, pembesian, memasang cetakan, mengaduk,
pengecoran, pemeliharaan, pembongkaran cetakan dan semua pekerjaan beton termasuk
pengangkutan dan penyimpanan barang-barang.
b. Kontraktor harus bertanggung jawab atas sparring semua alat-alat yang terpasang dan
tertanam dalam beton. Harap diperhatikan bahwa sparring tersebut tidak terlihat dalam
gambar, akan tetapi pekerjaan sparring merupakan keharusan pekerjaan Kontraktor.
c. Pekerjaan yang mencakup pondasi-pondasi, sloof, kolom/pilar, dinding, portal, balok pelat-
pelat dan lain-lain.

Pasal 2 STANDAR-STANDAR YANG DIPAKAI


- PUBB (Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan) 1970.
- N.I.3. Peraturan Muatan Indonesia (1970).
- N.I.2. Peraturan Beton Indonesia (1971).
- N.I.8. Peraturan Cement Indonesia (1964).
Persyaratan-persyaratan ini adalah persyaratan minimum, semua material yang dipakai harus
mandapat persetujuan lebih dahulu dari Pemberi Tugas sebelum dipergunakan dalam proyek ini.

Pasal 3 BAHAN-BAHAN
a. Semen
Semen yang dipakai adalah semen Portland biasa dengan persyaratan standart
Indonesia N.I.8.
Cara pengaturan dan penyimpanan semen harus sedemikian rupa sehingga
terdapat system first in first out pada tempat-tempat yang baik untuk memudahkan pekerjaan
dan setiap saat semen secara cermat terlindung terhadap kelembaban dan air hujan. Semen
yang rusak, mengeras atau sudah tercampur dengan bahan lain, sama sekali tidak boleh
dipakai.
b. Agregat
Split untuk adukan beton harus berupa batu hasil dari Crusher yang bersifat kasar,
keras, tidak berpori dan berbentuk tajam-tajam. Bersih dari alkali atau subtansi yang
merusak beton, Lumpur tanah liat dan memenuhi persyaratan PBI 1971 serta berukuran
maksimal 2,5 cm.
Agregat halus harus berupa pasir alam atau pasir yang dihasilkan mesin pemecah
batu atau abu batu dari sungai dan harus bersih dari bahan organis, Lumpur, zat-zat alkali
atau subtansi yang merusak beton.
Perhatian : pasir laut tidak boleh dipakai.
Penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan pelaksanaan
pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi yang tidak diinginkan.
c. Air
Air untuk pembuatan beton dan perawatan beton harus bersih, tidak mengandung minyak,
garam, zat-zat yang merusak beton & baja dan harus mendapatkan persetujuan Pemberi
Tugas terlebih dahulu, dalam hal ini sebaiknya digunakan air yang dapat diminum.
d. Baja Tulangan
Dipakai mutu baja tulangan minimum U-24, kecuali ditentukan lain oleh gambar
kerja.
Diameter baja tulangan serta jarak tulangan harus sama dengan yang tertera
dalam gambar. Ketidaklengkapan gambar harus selalu dikonsultasikan dengan Pemberi
Tugas.
Penyimpanan baja tulangan harus sedemikian rupa sehingga tidak berhubungan
dengan tanah lembab.
Tulangan harus bersih dari kotoran-kotoran karat, minyak, cat dan lain-lain.
Pelaksanaan penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan
harus sesuai dengan pesyaratan PBI (1971).
e. Pasir Beton
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan organis, Lumpur dan
sebagainya dan harus memenuhi syarat komposisi butir dan kekasaran yang tercantum dalam
PBI 1971 Bab 3 pasal 3.3.
f. Kawat Pengikat
Kawat pengikat besi beton/rangka dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng, dengan
diameter kawat lebih besar atau sama dengan 1,0 mm. Kawat pengikat besi beton/rangka
harus memenuhi persyaratan yang ditentukan NI2 (PBI 1971).
g. Bahan Penambah
Bahan penambah campuran beton yang bertujuan untuk mempercepat pengerasan beton,
meningkatkan mutu beton, penyambungan pengecoran dan lain-lain harus atas persetujuan
Pemberi Tugas.

Pasal 4 SYARAT-SYARAT KUALITAS


a. Beton harus dibentuk dari campuran semen, agregat, air dalam suatu perbandingan yang
tepat sehingga didapat kualitas beton minimum K-175 dengan mengikat syarat-syarat lain
dalam PBI 1971. Atau kualitas lain sesuai tuntutan konstruksi.
b. Campuran beton bertulang biasa, untuk pndasi, kolom, plat, balok, kolom praktis, portal,
sloof, ringbalk, listplank, serta bagian-bagian struktur lain yang harus terbuat dari beton adalah
type 1 Pc : 2 Ps : 3 Split dengan jumlah minimum semen adalah 340 kg semen tiap 1 m3
beton, dan water semen rasio adalah maksimum 0,06 dalam berat. Campuran untuk mutu
beton yang lain akan ditentukan Pemberi Tugas kemudian.
c. Campuran beton tumbuk adalah 1 Pc : 3 Ps : 5 Split digunakan untuk lantai carport dan
jalan setapak dan tempat lain seperti dalam gambar.
d. Pasal 5 ACUAN (BEKISTING)
e. Acuan (bekisting) yang dibuat Kontraktor harus diperhitungkan kuat dan stabil mendukung
beban-beban yang bekerja. Rencana kerja untuk pembuatan bekisting harus disetujui oleh
Pemberi Tugas terlebih dahulu.
f. Kontraktor harus memberitahukan kepada Pemberi Tugas secara tertulis selambat-
lambatnya 24 jam sebelum suatu pengecoran beton dilaksanakan.
g. Persetujuan Pemberi Tugas untuk pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan cetakan dan pemasangan besi serta bukti bahwa Kontraktor bisa melaksanakan
pengecoran tanpa gangguan.
h. Persetujuan ini tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor atas pelaksanaan pekerjaan
beton secara menyeluruh. Pengecoran, harus di bawah pengawasan pengawas lapangan. Dan
harus dijaga agar tidak terjadi penyerapan air beton yang baru dituang dengan membasahi
permukaan cetakan.
i. Acuan harus rapat dan tidak bocor, permukaan licin, bebas dari kotoran-kotoran seperti
serbuk gergaji, potongan-potongan kayu, tanah dan sebagainya sebelum pengecoran
dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan beton.
j. Tiang-tiang acuan harus di atas papan atau baja untuk memudahkan perpindahan
perletakan. Tiang-tiang tidak boleh disambung lebih dari satu. Tiang-tiang dari dolken
berdiameter 8 10 cm atau 5/7 cm.
k. Tiang acuan satu dengan yang lain harus diikat dengan palang papan/balok secara cross.
l. Kayu yang dipakai adalah papan dengan tebal 2,0 cm. Khusus untuk beton expose dipakai
multiplex.
m. Penggunaan bekisting Formwork harus sesuai dengan petunjuk/spesifikasi.
n. Pembongkaran bekisting (Acuan) setelah beton cukup umur dan atas persetujuan Pemberi
Tugas.

Pasal 6 PEMBERHENTIAN PENGECORAN


a. Tempat pemberhentian pengecoran harus disetujui oleh Pemberi Tugas. Sambungan
harus dibersihkan atau dikasarkan kemudian dibasahi sehingga didapat pengikatan yang kuat.
b. Mengenai letak dilatasi akan ditentukan kemudian oleh Pemberi Tugas.

Pasal 7 PERAWATAAN BETON (CURING)


a. Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik dengan cara yang disetujui oleh
Pemberi Tugas. Segera sesudah beton dicor dan difinishing maka permukaan yang tidak
tertutup oleh cetakan dijaga terhadap kehilangan kelembabannya dengan menjaga agar tetap
basah secara terus menerus selama 7 hari dengan diberi air bersih dan harus dilindungi dari
sinar Matahari langsung dan dari angin yang terlalu keras dengan cara-cara yang disetujui oleh
Pemberi Tugas.
b. Lantai beton dan permukaan beton lainnya yang tidak disebut di atas harus dirawat
dengan diberi/disiram air.

Pasal 8 TOLERANSI
a. Toleransi pada pengecoran permukaan lantai tidak boleh melampaui 1 cm dalam 10 cm,
kecuali untuk dak beton harus dijamin agar air hujan dapat mengalir dengan baik (dengan
memberikan kemiringan air menuju lubang pembuangan).
b. Toleransi mengenai mutu bahan dan kualitas pekerjaan beton senantiasa menuju kepada
peraturan dan ketentuan yang berlaku.
II.7.1. PEKERJAAN PEMASANGAN SLOOF
Pasal 1 KUALITAS MATERIAL
a. Besi beton jenis bulat (plant round steel bars) mutu U-24 dan bentuk penulangan serta
ukuran disesuaikan dengan gambar detail.
b. Besi beton tidak boleh cacat seperti retak, gelembung, lipatan dan lain-lain. Pada
percobaan lengkung 180 derajat tidak terlihat ada tanda-tanda getas.
c. Besi beton harus bersih dari kotoran, lemak, karat, dan lain-lain.
d. Ukuran diameter besi beton harus sesuai dengan gambar rencana yang disetujui Pemberi
Tugas.
e. Kawat pengikat besi beton harus berkualitas baik, lunak dan berdiameter 1 mm.
f. Pasir harus bersih, kasar, tidak mengandung lumpur.
g. Split ukuran 2/3 dan tajam.

Pasal 2 CARA PELAKSANAAN


a. Kontraktor membuat rangkai besi sloof sesuai dengan gambar. Bekisting sloof dibuat
sesuai dengan ukuran gambar kerja/pelaksanaan dan memakai papan terentang yang baik.
Sebelum pengecoran sloof terlebih dahulu disiram.
b. Kontraktor melaksanakan pengecoran beton dengan kualitas K-175 (sesuai dengan mutu
beton yang ditentukan) sesuai Peraturan Beton Indonesia (PBI) 1971 sesuai dengan campuran
1 Pc : 2 Ps : 3 Kr. Pemadatan dilakukan dengan alat penggetar.
c. Untuk konstruksi yang berhubungan dengan air 1 Pc : 1,5 Ps : 2,5 Kr. Apabila dianggap
perlu pembuktian kualitas beton, Kontraktor wajib membuat kubus beton untuk ditest
dilaboratorium beton dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor.
d. Pengecoran tidak boleh dilakukan terputus-putus untuk satu unit sloof dan tidak
diperbolehkan adanya kropos-kropos pada besi cor. Tidak diperbolehkan melakukan
pengecoran pada waktu hujan.
e. Pembuatan adukan beton harus merata dengan menggunakan molen. Beton yang mulai
mengeras harus dirawat (curing) dengan cara membasahi sampai cetakan dibongkar.
Pembukaan rangkaian papan bekisting +/- 14 hari setelah beton dicor.
f. Sebelum tanah diurug kembali disekitar pondasi semua bagian kayu cetakan harus
diangkat dari lobang galian sampai bersih.
g. Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan dan bila tidak ada dalam gamabr, maka
Kontraktor harus mengusulkan dan meminta persetujuan dari Pemberi Tugas.
h. Bilamana sparing berpotongan dengan tulangan besi, maka besi tidak boleh ditekuk atau
dipindahkan tanpa persetujuan dari Pemberi Tugas.
i. Semua sparing-sparing harus dipasang sebelum pengecoran dan harus diperkuat
sehingga tidak akan bergeser pada saat pembongkaran pengecoran beton.
j. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton sewaktu mengecoran.

II.7.2. PEKERJAAN KOLOM


Pasal 1 CARA PELAKSANAAN
a. Kolom dikerjakan setelah pekerjaan pondasi selesai, umumnya hamper bersamaan
dengan mengerjakan sloof dan saling mengikat.
b. Bekisting kolom harus dilot agar benar-benar vertikal dan diikat, diberi penyokong agar
tidak bergerak.
c. Campuran yang dipergunakan 1 Pc : 2 Ps : 3 : Kr pada pelaksanaan pengecoran harus
pakai alat penggetar atau sodokan besi begel supaya beton tersebut padat dan tidak kropos.
d. Bekisting tidak boleh dibuka sebelum umur beton mencapai 14 hari dan harus melalui
persertujuan Pemberi Tugas.
e. Pada waktu pembukaan bekisting diusahakan tidak merusak beton yang sudah jadi.

I.7.3. PEKERJAAN DAK BETON/LANTAI BETON


Pasal 1 CARA PELAKSANAAN
a. Besi-besi yang dipakai harus diukur dan dibentuk sesuai dengan gambar kerja.
b. Bekisting harus kuat dan waterpass, pada tiang bekisting dilengkapi klos yang gunanya
untuk menyetel naik turun bidang datar bekisting.
c. Bekisting dikontrol bidang horizontalnya untuk mencapai kondisi waterpass, dengan cara
penyetelan klos tiang penyangga.
d. Untuk bagian-bagian pinggir tarik benang, apakah sudah sejajar dengan dinding, listplank
atau belum.
e. Bekisting beton expose harus pakai tripleks dan rata permukaannya, dan jika akan dimulai
dicor harus disiram air semen.
f. Pemasangan pipa-pipa harus sudah selesai sebelum dicor,di bawah besi harus ada beton
decking dan antara besi atas dan bawah harus memakai cakar ayam.
g. Jika dak beton bukan expose harus dipakai besi gantung langit-langit.
h. Campuran beton menggunakan mesin molen dan dipadatkan dengan vibrator.
i. Pada setiap akhiran beton-beton harus dibuat tanggul dari beton setinggi +/- 10 cm dari
atas lantai.
j. Perawatan beton sesuai dengan peraturan yang ada.
k. Bekisting dapat dibongkar setelah 21 hari.

II.7.4. PEKERJAAN RINGBALK


Pasal 1 CARA PELAKSANAAN
a. Besi-besi harus diukur lebar dan tinggi serta jarak-jarak ring yang sudah ditentukan sesuai
dengan gambar kerja.
b. Bekisting harus kuat dan persegi, agar pengecoran balok sesuai dengan yang
dikehendaki.
c. Besi yang telah disusun, disetel dan harus sudah diikat dengan besi-besi kolom dan dihak.
d. Bekisting harus kuat dan kedap air.
e. Sebelum dicor bekisting dan besi harus bersih dari segal kotoran.
f. Bekisting-bekisting tidak boleh berhimpit, harus pakai beton decking agar beton tidak
kropos.
g. Untuk menyambung beton yang telah lama harus disiram air semen terlebih dahulu atau
bahan penyambung lainnya.
h. Bekisting dibiarkan +/- 14 hari agar beton tersebut benar-benar kering.

II.8. PEKERJAAN PEMASANGAN DINDING


Pasal 1 BAHAN-BAHAN
a. Batu bata yang dipergunakan berkualitas baik dengan pengertian berukuran sama, harus
terbakar dengan matang, tidak boleh pecah-pecah atau lebih dikenal dengan Bata Press.
Batu bata yang baik ukuran lebarnya, warnanya kemerahmerahan, bercahaya dan sudah
benar-benar matang.
b. Batako
Batako yang dipergunakan berkualitas baik dengan pengertian berukuran sama dengan dibuat
dengan alar press, harus kering sempurna, tidak bolong, dan mempunyai permukaan yang
relatif halus.
c. Adukan
Adukan transram dengan campuran 1 Pc : 2 Ps digunakan untuk;
- Mulainya sloof sampai dengan 20 cm di atas permukaan lantai +/- 0,00.
- Dapur, KM & WC mencapai +1,50 m atau sesuai gambar kerja.
Adukan 1 Pc : 5 Ps dipergunakan untuk semua pemasangan batu-bata.
d. Semen yang digunakan jenis semen Portland.
e. Pasir tidak boleh mengandung bahan organik.

Pasal 2 CARA PELAKSANAAN


a. Sebelum dimulai pemasangan bata harus dilakukan pengukuran yaitu dengan jalan
mendirikan profil tegak lurus dengan menggunakan lot atau unting-unting, bahan profil dari
kaso atau papan dengan permukaan lurus. Kegunaan profil adalah untuk acuan pemasangan
batako agar senantiasa lurus vertikal dan horizontal.
b. Batu bata sebelum dimulai pemasangan harus dibasahi terlebih dahulu dan bersih dari
kotoran, harus direndam dalam air, hingga buihnya habis dan permukaan yang akan dipasang
harus juga basah.
c. Dalam satu hari pasangan batu-bata tidak boleh lebih tinggi dari 1 m dan pengakhiran
pasangan pada satu hari harus dibuat bertangga menurun dan tidak tegak bergigi.
d. Pada semua pasangan bata setengah batu, satu sama lain harus terdapat pengikatan
yang sempurna dan tidak dibenarkan menggunakan batu pecah, kecuali sesuai peraturannya
(disudut).
e. Bidang-bidang setengah batu harus diperkuat dengan kolom praktis beton ukuran (11 x 11)
cm dengan pembesian 4 diameter 8 mm dan beugel diameter 6 mm 12 cm sedemikian rupa
sehingga tidak ada bidang-bidang dengan luas lebih dari 10 m2 tanpa kolom praktis. Harap
diperhatikan bahwa penempatan kolom kolom praktis harus ada (selalu tertera dalam gambar).
Ringbalk dan portal berukuran (11 x 15) cm dengan pembesian yang sama dengan kolom
praktis. Sebelum specie mengeras, alur (voeg) harus dikerok dengan rapi ikatan plesterannya.
f. Batu bata tidak boleh disusun berurutan, harus disusun zig-zag agar dinding tidak mudah
retak.
g. Spesi tidak boleh lebih dari 2 cm.
h. Pelubangan akibat pembuatan perancah pada pasangan bata merah sama sekali tidak
diperkenankan.
i. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap pekerjaan beton harus diberi
penguat stek-stek besi beton diameter 8 mm dengan jarak 60 cm, yang terlebih dahulu ditanam
dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang tertanam dalam pasangan batako
sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain.
j. Pasangan dinding batu bata tebal batu harus menghasilkan dinding finish setebal 15 cm
dan untuk tebal 1 batu dengan tebal finish 30 cm setelah diplester (lengkap acian) pada kedua
belah sisinya. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus
terhadap lantai serta merupakan bidang rata.
k. Pasangan bata harus dilaksanakan dengan toleransi deviasi bidang pada arah bidang
diagonal dinding seluas 9 m2 tidak boleh lebih dari 0,5 cm (sebelum diplester/aci).
l. Khusus untuk pertemuan antara pasangan bata dengan beton guna menghindarkan retak-
retak setelah diplester, maka dipasang kawat kasa dengan ukuran lubang-lubangnya 1 x 1 cm
pada pertemuan itu sebelum diplester.

II.9. PEKERJAAN PLESTERAN DAN FINISHING


Pasal 1 KUALITAS MATERIAL
a. Pasir harus bersih dari segala macam kotoran/bahan organic.
b. Semen yang digunakan adalah jenis semen Portland.
c. Air harus bersih dari bahan organik.

Pasal 2 CARA PELAKSANAAN


a. Tarik garis as bangunan dari ruang muka ke belakang.
b. Siku tiap ruangan.
c. Buat kepalaan pada tiap-tiap hasil sikuan di dinding +/- 10 cm, lot dari atas kepalaan hasil
sikuan.
d. Setelah jadi, buat kepalaan dari atas ke bawah seperti jalur jarak kepalaan satu dengan
yang lain tidak terlalu panjang, agar memudahkan jangkauan tangan +/- 150 cm.
e. Plesteran harus dari bawah ke atas pada jalur kepalaan tidak boleh ke kiri/ke kanan pada
jalur yang lain.
f. Pekerjaan acian dapat dilakukan apabila plesteran benar-benar kering, untuk menghindari
terjadinya retak-retak pada dinding. Plesteran pada bidang tertentu harus selesai seluruhnya,
setelah pemipaan listrik dan air sudah ditanam.
g. Plesteran atau acian pada satu bidang selesai sehari bekerja tanpa pergantian tukang.
h. Sebagai persiapan untuk plesteran, maka siarnya harus dikerok ke dalam 0,5 cm sehingga
adukan cukup mengikat plesteran yang akan dipasang dan semua dinding yang akan diplester
harus disiram air terlebih dahulu.
i. Jenis plesteran 1 Pc : 2 Ps dipakai untuk dinding transram, plesteran beton dan sudut-
sudut dinding tegak/datar serta tepi tali air.
j. Jenis untuk plesteran dinding batako dipakai campuran 1 Pc : 5 Ps.
k. Semua siar antara rangka kusen harus diisi dengan adukan sekurang-kurangnya tebal 1
cm.
l. Dimana diperlukan pasangan pipa atau alat-alat yang ditanam di dalam dinding (alat-alat
listrik, talang dan sebagainya), maka harus dibuat pahatan secukupnya untuk meletakan
sparring pipa pada pasangan bata (sebelum diplester). Plesteran ini dikerjakan bersama-sama
dengan seluruh bidang tembok.
m. Tebal plesteran maksimum 2,5 cm, apabila melebihi ketebalan tersebut, Kontraktor wajib
memakai kawat ayam yang berfungsi sebagai pengikat dan sebagai tulangan susut.
n. Plesteran halus (acian) dengan campuran Pc dan air sampai mendapatkan campuran yang
homogen, dapat dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari (sampai kering betul).
o. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar tidak terlalu
tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindungi
dari terik Matahari langsung dengan bahan penutup yang bisa mencegah penyerapan air
secara cepat.
p. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulang/mengganti bila ada kerusakan yang terjadi
selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya sendiri selama kerusakan bukan
disebabkan oleh tindakan Pemberi Tugas/Pemakai.
q. Untuk setiap pertemuan permukaannya dalam satu bidang datar yang berbeda jenisnya
misalnya dengan kusen dan lain-lainnya, harus diberi/dibuat naat (tali air) dengan ukuran lebar
5 mm dalamnya 5 mm, kecuali bila ada petunjuk lain dalam gambar.
r. Bila ada kelainan dalam hal apapun antar gambar, spesifikasi dan lainnya, Kontraktor
harus segera melaporkan kepada Pemberi Tugas.

II.10. PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH


Pasal 1 KUALITAS MATERIAL
Pipa yang dipakai adalah pipa PVC klasifikasi AW ex Rucika (setara) ditanam didalam tanah
dengan ke dalam min 30 cm untuk pipa O (induk) dan untuk pipa sekunder. Sambungan
harus diberi sealtape demikian pula pada belahan siku harus dipasang pipa elbow. Untuk instalasi
dalam rumah pipa dipasang diatas plafond.

Pasal 2 CARA PELAKSANAAN


a. Kontraktor wajib mengetahui sebelumnya posisi/lintasan dari instalasi listrik, sanitair,
struktur beton dan lain-lain. Kerugian yang disebabkan oleh kelalaian akan hal tersebut
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
b. Kontraktor wajib mengadakan tes pemeriksaan/kebocoran dengan hasil baik yang
disaksikan dan disetujui oleh Pemberi Tugas (test tekanan s/d 5 atm dalam waktu 2 jam tiap
rumah).
c. Instalair wajib membuat dan menyerahkan hasil test dan asbuilt drawing kepada Pemberi
Tugas dalam bentuk isometri.
d. Harus mengikuti gambar yang ditentukan.
e. Pemasangan/penanaman untuk titik kran dilaksanakan sebelum plesteran dikerjakan,
diperhitungan dengan teliti sebelum dipotong-potong.
f. Pipa harus tertanam minimal 2 cm dari permukaan dinding/plesteran.
g. Penyambungan pipa PVC, sebelum disambung harus diamplas terlebih dahulu, kemudian
digunakan lem secara merata.
h. Setelah pekerjaan penarikan selesai, harus diadakan pengetesan terlebih dahulu, jika
instalasi melalui bawah, pengetesan dilakukan sebelum pekerjaan lantai dimulai, dan jika
melalui atas plafond, setelah pemasangan rangka plafond.

II.11. PEKERJAAN KUSEN PINTU DAN JENDELA


Pasal 1 BAHAN-BAHAN
a. Jenis kayu dipakai jenis kayu Kamper Singkil atau ditentukan lain oleh Pemberi Tugas.
b. Kayu harus lurus dan tidak ada cacat atau mata kayu maupun retak-retak, melintir,
berlobang dan lain-lain.
c. Kusen dilengkapi dengan sponing 10 x 40 mm, angkur besi diameter 8 mm berbentuk L
berdiri tegak lurus dengan panjang 20 cm berjarak 60 cm satu dengan lain.
d. Permukaan kayu rata, lurus, tidak bergelombang, pada pertemuan sambungan harus
rapat.
e. Mutu dan kualitas kayu yang dipakai sesuai persyaratan dalam Ni5 (PKKI 1961), PUBI 82
pasal 37 dan memenuhi persyaratan SII 0458 81.
f. Sebelum pemasangan, penimbunan kayu di tempat pekerjaan harus ditempatkan pada
tempat/ruang dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuacalangsung dan terlindung
dari kerusakan dan kelembaban.

Pasal 2 CARA PELAKSANAAN


a. Pembuatan kusen, bentuk dan ukuran harus sesuai gambar.
b. Pembuatan kusen harus pada saat pekerjaan perseiapan atau bouwplank dimulai.
c. Pada saat kusen dikirim ke lokasi, Kontraktor harus melapor kepada Pemberi Tugas untuk
diperiksa.
d. Pemasangan kusen dapat dimulai pada waktu saat pemasangan dinding batu bata
dilaksanakan.
e. Sebelum dilakukan pemasangan kusen, pada bagian sisi luar harus dibuat sponing dan
dilabur/dimeni dan diberi angkur.
f. Ukuran kusen pintu pada kedua buah tiang diberi penguat dari kayu ukuran 2 x 4 cm, atau
sejenisnya.
g. Pada waktu penyetelan kusen harus dibantu dengan penunjang dari kayu kaso/dolken
untuk memperkuat kedudukan kusen pada waktu penyetelan, juga perlindungan terhadap
benturan.
h. Kedudukan kusen harus tegak lurus arah vertical dan horizontal, tidak melintir pada sisi
sudut siku.
i. Kusen kayu harus terhindar dari kemungkinan dari benturan benda keras dan pengaruh
cuaca agar diberi pengaman.
j. Kusen tidak diperkenankan dipulas dengan cat, vernis, meni atau finishing lainnya sebelum
diperiksa dan diteliti oleh Pemberi Tugas.
k. Semua sambungan harus dibuat secara teknik dan rapi, permukaan yang tampak harus
diserut rapi lalu didempul, kemudian diamplas, dibersihkan, dimeni, kemudian dicat (politur).

II.12. PEMBUAT/PENYETEL RANGKA ATAP

II.13. PEKERJAAN PENUTUP ATAP


Pasal 1 KUALITAS MATERIAL
a. Bahan atap yang digunakan adalah Zincalume
Pasal 2 CARA PELAKSANAAN
a. Pemasangan atap dipasang dengan baik disusun teratur, lurus pada setiap sisi.
b. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian maka bahan-bahan pengganti
harus disetujui Pemberi Tugas berdasarkan contoh yang diajukan Kontraktor.
c. Kecuali peralatan/bahan yang tampak pada gambar, Kontraktor tidak diperkenankan untuk
memasang bahan lain tanpa persetujuan Pemberi Tugas.
d. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya, maka
Kontraktor harus segera melaporkan kepada Pemberi Tugas.
e. Kontraktor tidak diperkenankan memulai pekerjaan di suatu tempat bila ada
kelainan/perbedaan di tempat itu, sebelum kelainan/perbedaan tersebut terselesaikan.
f. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada kerusakan yang terjadi
selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Kontraktor selama kerusakan
tersebut bukan disebabkan oleh tindakan Pemberi Tugas.
g. Hasil pemasangan atap harus merupakan suatu bidang yang rata, landai dengan
kemiringan sesuai dengan detail gambar dan tidak bocor.

II.14. PEKERJAAN PEMBUATAN TALANG


Pasal 1 KUALITAS MATERIAL
a. Talang yang dipakai adalah talang zincalum
b. Pipa PVC dengan merk sesuai dengan spesifikasi teknis (Vinilon) dengan diameter sesuai
gambar kerja.
c. Lem harus menggunakan lem tahan air.

Pasal 2 CARA PELAKSANAAN


a. Pada pertemuan sopi-sopi dengan genteng serta atap jurai pada bagian bawah genteng
harus diberi plasing seng untuk mencegah terjadinya kebocoran.
b. Pada waktu penyambungan seng harus dilipat minimum tiga kali dan disolder/dipatri.
c. Talang seng harus dicat sesuai dengan cat genteng.
d. Pada pembuatan talang datar/jurai, dibuat overlap kedua sisi untuk mencegah pelimpahan
air, dan yang mengarah ke dinding seng talang dimasukan ke dalam dinding untuk mencegah
kebocoran atau rembesan air.
e. Pemasangan talang atau plasing harus merupakan lembaran yang utuh (tanpa
sambungan) dengan hasil pemasangan rata sesuai dengan kemiringannya serta tidak terjadi
kebocoran.
f. Pada sambungan-sambungan pipa menyiku dipasang knee disesuaikan dengan ukuran
talang.
g. Pada tempat pembuangan air melalui talang tegak dibuatkan bak kontrol, penempatannya
sesuai dengan gambar.
h. Pipa-pipa talang (pipa PVC) yang tertanam dalam tembok diberi lapisan kawat ayam atau
sejenisnya agar lebih mengikat dengan pasangan bata.
i. Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman.
j. Bila Pemberi Tugas memadang perlu adanya pengujian maka segala biaya dan fasilitas
yang dibutuhkan untuk itu menjadi tanggung jawab Kontraktor.
k. Kontraktor wajib memperbaiki, mengulang, mengganti bila ada kerusakan yang terjadi
selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Kontraktor selama kerusakan
tersebut bukan disebabkan oleh tindakan Pemberi Tugas.
l. Bila ada kelalaian dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya, maka
Kontraktor harus segara melaporkan kepada Pemberi Tugas.

II.16. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT/PLAFONT


II.17. PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG, PENGUNCI DAN KACA
Pasal 1 BAHAN-BAHAN
a. Setiap pintu dan jendela harus dilengkapi dengan 2 (dua) engsel, kecuali pintu utama ada
3 (tiga) buah engsel.
b. Kaca yang dipakai adalah kaca bening atau sesuai dengan gambar dan spesifikasi.
c. Semua alat kunci harus dilengkapi dengan tanda pengenal terbuat dari plat aluminium
yang tertera nomor pengenalnya. Pelat ini dihubungkan dengan anak kunci dengan kunci nikel.
d. Seluruh kunci dipasang lengkap dengan anak kunci, masing-masing minimal 3 buah anak
kunci.
e. Kunci tanam harus terpasang kuat pada rangka daun pintu.
f. Setelah kunci terpasang, noda-noda bekas cat atau bahan finish lainnya yang menempel
pada kunci harus dibersihkan dan dihilangkan sama sekali.
g. Untuk seluruh pintu yang dapat membentur dinding bila dibuka, diberi door stop dari merk
dan type seperti yang telah diisyaratkan, dipasang dengan baik pada lantai dengan
menggunakan skrup dan nylon plug.
h. Engsel atas dipasang tidak lebih dari 28 cm (as) dari sisi atas pintu ke bawah. Engsel
bawah dipasang tidak lebih dari 32 cm (as) dari permukaan lantai ke atas. Engsel tengah
dipasang ditengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
i. Penarik pintu (handle) dipasang 100 cm (as) dari permukaan lantai setempat.

II.18. PEKERJAAN PENUTUP LANTAI


Pasal 1 KUALITAS MATERIAL
Pasir, air dan semen sesuai dengan pekerjaan beton.

Pasal 2 CARA PELAKASANAAN


a. Tanah harus dipadatkan dengan memakai stamper.
b. Pasir dipasang setebal yang tertera pada gambar kerja dan dipadatkan.
c. Dinding harus sudah siku/vertical.
d. Beton tumbuk dipasang dengan campuran 1Pc : 3 Ps : 5 Kr dengan tebal sesuai dengan
gambar kerja.
e. Keramik sebelum dipasang harus disortir dan direndam agar tidak aus akan air aduk.
f. Sebelum keramik dipasang, beton tumbuk harus disiram sampai bersih.
g. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing dari ploa
keramik yang disetujui Pemberi Tugas.
h. Keramik yang akan dipasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, tidak cacat, dan tidak
bernoda serta telah direndam dalam air sampai jenuh.
i. Pada setiap pemasangan keramik harus selalu ditarik benang agar natnya lurus.
j. Setiap langkah pemasangan harus segera diratakan dengan jidar dan bekas adukan harus
dibersihkan dari permukaannya.
k. Untuk setiap las-lasan harus selalu memakai mesin potong.
l. Pinggulan pasangan keramik harus dilakukan dengan alat gurinda, sehingga diperoleh
pasangan yang teratur, siku dan memperoleh bentuk tepian yang sempurna.
m. Keramik yang dipasang harus dihindarkan dengan pekerjaan lain selama 3 x 24 jam dan
dilindungi dari kemungkinan cacat pada permukaan lantai.
n. Untuk pengecoran nat-natnya harus terlebih dahulu memakai grouting yang encer, setelah
itu baru yang kental.
o. Setiap pemasangan adukan harus rata dan penuh.
p. Untuk adukan dipakai campuran 1 Pc : 5 Ps dengan tebal adukan minimum 2 cm kecuali
KM dan WC dengan campuran 1 Pc : 2 Ps agar kedap air.
q. Pemasangan keramik harus dengan tukang yang berpengalaman (nat harus rata dan
lurus).

II.19. PEKERJAAN HALAMAN


Pasal 1 PAGAR DAN HALAMAN
a. Pagar dan halaman harus dibuat sesuai dengan gambar. Halaman harus diratakan,
dirapihkan sebersih mungkin.

II.20. PENGECATAN TEMBOK

II.21. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK RUMAH TINGGAL


Pasal 1 KUALITAS MATERIAL
a. KABEL
Penggunaan kabel standart LMK/SPLN Merk SUPREME, KABELINDO,Kabel Metal, TRANKA.
Kabel line NYM 3 x 2,5 mm.
Kabel line untuk AC NYM 3 x 4 mm.
Kabel yang turun ke stop kontak dalam tembok memakai pipa PVC 5/8 NYM 3 x
2,5 mm atau NYA 2,5 mm (tiga warna).
Kabel yang turun dalam Saklar dalam tembok memakai pipa PVC 5/8 dengan
NYM 2,5 mm, atau NYM 2 x 2,5 mm / 3 x 2,5 mm.
Kabel dari peretakan titik lampu dengan menggunakan kabel NYM 2 x 2,5mm.
Kabel yang turun ke box zekering dalam tembok memakai pipa 5/8 menggunakan
kabel NYM 3 x 2,5 mm.
Kabel untuk lampu taman menggunakan kabel NYY 2 x 2,5 mm dan untuk
tiangnya ditentukan kemudian.
Kabel tuvur menggunakan NYY 3 x 6 mm / 4 x 6 mm (ruko) batas maksimum 5 m,
selebihnya diperhitungkan pekerjaan tambah.
b. BOX ZEKERING
Box zekering menggunakan merk yang ditentukan pada spesifikasi material.
MCB menggunakan merk yang ditentukan pada spesifikasi material.
c. ARDE (PENTANAHAN)
Arde ditanam minimal sampai dengan permukaan air (6 meter) dengan
menggunakan kawat BC 6 mm (tembaga).
Pipa yang dipergunakan Galvanis / 1.
d. SAKLAR, STOP KONTAK & FITTING
Saklar yang digunakan merk Broco (setara).
Stop kontak menggunakan merk Broco (setara).
Plafond fitting menggunakan merk Broco Kw 1 (setara).
e. TEE DOOS, IN BOW DOOS, dan KLEM
Setiap perletakan/sambungan instalasi listrik harus menggunakan Tee Doos dan
diisolasi yang rapi.
Setiap penempatan saklar/Stop Kontak harus menggunakan In Bow Doos.
Untuk tarikan kabel line/kabel lampu setiap jarak 50 cm harus menggunakan klem.
Pipa dipakai PVC dengan mutu baik.
Doos-doos penyambungan Lico.
Lasdop, isolasiband dan in bow doos kwitansi baik.
Bocht, socket, tulles dan klem-klem union.

Pasal 2 CARA PELAKSANAAN


a. Tinggi stop kontak dari 0,00 lantai = 30 cm (kecuali tempat-tempat tertentu).
b. Tinggi saklar dari 0,00 lantai 150 cm.
c. Tinggi box zekering dari 0,00 = 165 cm.
d. Perletakan komponen-komponen harus waterpass, simetris/lot, rapid an kuat dalam
pemasangannya.
e. Perletakan plafond fitting ditentukan kemudian atau dilihat kondisi dilapangan dan
disesuaikan dengan gambar yang berlaku.
f. Setiap pekerjaan harus berpedoman pada time schedule yang telah disyahkan Pemberi
Tugas.
g. Setiap akan dimulai suatu pekerjaan pihak kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan
izin pelaksanaan secara tertulis dan diketahui oleh pimpinannya masing-masing, dan juga
harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan pihak Pemberi Tugas.
h. Pekerjaan bobokan harus dimulai apabila ringbalk sudah terpasang dan sudah dicor
sampai kering.
i. Untuk ketentuan-ketentuan lain yang tidak tercantum disini, pihak instalatir agar
berpedoman pada peraturan-peraturan lain yang berhubungan dengan kelistrikkan.

Pasal 3 PERSYARATAN KHUSUS PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK RUMAH


a. Kontraktor harus menyerahkan berkas gambar instalasi pada saat prestasi pekerjaan
mencapai 25% untuk proses PLN.
b. Serah terima pekerjaan listrik mengikuti system Serah Terima rumah, dimana sebelum
diserahkan aeluruh instalasi dan komponen-komponen harus dicheck terlebih dahulu dan
diadakan Merger untuk mengetahui system instalasi telah bekerja dengan baik.

II.22. PENUTUP
Pasal 1 URAIAN PENUTUP
Pekerjaan atau bahan yang nyata menjadi bagian dari pekerjaaan pembangunan tetapi tidak
diuraikan atau tidak dimuat dengan jelas dalam uraian dan syarat-syarat ini haruslah dianggap
sebagai bahan dari pekerjaan yang harus diselesaikan Kontraktor, dan segala resiko yang
diakibatkan menjado tanggung jawab Kontraktor.

Anda mungkin juga menyukai