Anda di halaman 1dari 24

BAB II

LANDASAN TEORI

Perancangan mesin pemisah padi ini ada beberapa elemen dan teori dasar

yang akan digunakan, antara lain, poros, bantalan gelinding, transmisi sabuk
(belt),
dan motor listrik. Landasan teori ini memuat uraian sistematis tentang

mesin pemisah padi . Secara garis besar landasan teori tersebut adalah sebagai
berikut :

2.1. Pengolahan Padi


Pengolahan padi mulai dari panen sampai menjadi beras melalui beberapa
tahap yaitu panen, pembersihan padi, pengeringan, penggilingan dan penyortiran.
Pengeringan padi dapat dilakukan dengan menjemur (dengan sinar matahari) atau
dengan alat pengering buatan, untuk mendapatkan mutu beras dengan rendaman
tinggi, kadar air padi sebaiknya antara 13-14 % (Buku Petunjuk Praktek
Pengolahan Hasil Pertanian, 1979)[1] .

2.2. Pengelupas Kulit Padi


Pengupasan kulit padi dapat dilakukan dengan beberapa macam alat,
antara lainhuller, gilingan monyet dan gilingan karet (rubber roll). Gilingan
monyet dalam proses pengupasan kulit padi dipergunakan 2 buah batu pengupas.
Batu pengupas yang di sebelah atas tidak bergerak, sedangkan batu pengupas
yang disebelah bawah bergerak, sehingga padi yang masuk akan terjepit dan
pecah kulitnya. Mesin gilingan karet, silinder karet sebelah kiri dan kanan
mempunyai putaran yang berlawanan arah. Putaran kedua silinder karet tersebut
tidak sama kecepatannya, sehingga padi yang jatuh diantara kedua silinder
tersebut akan terjepit serta terkelupas kulitnya. Hasilnya berupa beras pecah kulit.
Hasil alat ini adalah 80 persen berupa beras pecah kulit dan 20 persen masih
berupa padi.

II-1

II-2

Gambar 2.1 Mesin Gilingan Karet

2.3. Pemoles (Polishing)


Mesin ini berfungsi sebagai pra-poles atau untuk mengawali proses
pengelupasan lapisan kulit ari beras yang menutup biji beras dari sistem pemutihan
yang lebih dari satu pass, Prinsip kerja memakai mesin pemutih batu, disamping
tingkat butir patah dapat ditekan pada presentase yang terkecil juga tingkat derajat
pemutihan diatur sejak dari fase ini. Sehingga untuk fase selanjutnya beban gaya
gesek beras menjadi berkurang dan sebagai proses pemutihan pada beras.

II-3

Gambar 2.2 Mesin Polisher

2.4. Pemisah Padi


Alat pemisah ini untuk memisahkan beras pecah kulit dari padi yang
masih tercampur. Pemisahan ini berdasarkan berat jenis dan keadaan permukaan
antara padi dan beras. Konstruksi alat ini dapat dilihat pada gambar 2.3 dibawah
ini :

Gambar 2.3 Mesin Pemisah Padi

II-4

2.5. Proses Penggilingan Padi


Proses penggilingan padi pada umumnya dilakukan dengan dua kali

pengelupasan kulit yang menggunakan gilingan karet dan langsung menuju

pemoles tanpa dipisahkan dahulu antara padi dengan beras pecah kulit, dan hasil
akhirnya akan menyebabakan beras pecah kulit bersatu dengan padi, untuk
mengatasi
masalah tersebut digunakan mesin pemisah (separator).
Mesin ini disimpan setelah proses pemecahan kulit padi agar hasil akhir

dari proses tersebut mengeluarkan beras pecah kulit bersih tanpa ada padi yang

tersisa.

2.5.1. Proses Pengilingan Padi dengan Dua Kali Pengilingan


Proses ini dilakukan dua kali pengelupasan kulit padi, agar padi
betul-betul terkelupas semuanya, namun antara padi dengan beras pecah kulit
masih tercampur selama proses, setelah semua padi terkelupas baru dilanjutkan ke
proses polisher untuk dibersihkan.

Pemecah kulit pertama

Pemoles (polisher)
Pemecah kulit kedua
Gambar 2.4 Proses Penggilingan Padi dengan Dua Kali Proses

II-5


2.5.2. Proses Pengilingan Padi dengan Satu Kali Pengilingan

Pemecahan kulit dilakukan hanya satu kali, pada proses kedua diganti

dengan menggunakan alat pemisah agar antara beras pecah kulit dengan padi
terpisah.

Padi yang terkelupas sebesar kurang lebih 60% dapat dimasukan ke


polisher untuk dibersihkan, sedangkan yang masih menjadi padi sebesar kurang
lebih
40% dimasukan kembali ke mesin pemecah kulit, namun pada proses ini
tidak ada pencampuran padi dengan beras pecah kulit, sehingga dapat menghemat

waktu yang diperlukan untuk proses penggilangan padi.

Padi dimasukan

Pemecah kulit

60%
Polisher (pembersih)

Pemisah padi(paddy separator)

Gambar 2.5 Penggilingan Padi dengan Satu Kali Proses

II-6


Gambar 2.6 dibawah merupakan padi yang telah dikeringkan dengan cara

dijemur sebelum masuk ke penggilingan.


Gambar 2.6 Padi

Gambar 2.7 menunjukan beras yang sudah digiling dengan pengelupas


kulit padi dengan satu kali proses pengelupasan, sehingga masih tercampur
dengan padi yang belum terkelupas.

Gambar 2.7 Campuran Beras Pecah Kulit dengan Padi

Gambar 2.8 menunjukan beras pecah kulit yang sudah diputihkan


setelah dilakukan pengelupasan kulit padi dengan dua kali proses pengelupasan,
baru dilakukan pemolesan agar beras lebih putih.

II-7


Gambar 2.8 Beras Pecah Kulit Bersih

2.6. Poros

Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang


bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), puli, flywheel,
engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban
lentur, beban tarik, beban tekan atau beban puntir yang bekerja sendiri-sendiri
atau berupa gabungan satu dengan lainnya. (Josep Edward Shigley, 1983)[2].

2.6.1. Klasifikasi Poros

a) Poros Transmisi
Poros ini dikhususkan penggunaannya bila poros yang difungsikan akan
menerima beban puntir dan lentur. Daya ditransmisikan kepada poros ini
melalui kopling, roda gigi, puli sabuk atau sproket rantai, dan lain-lain.

b) Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas,
dimana beban utamanya berupa puntiran. Syarat yang harus dipenuhi
poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya
harus teliti.

II-8

c) Gandar (Axle)
Poros jenis ini banyak diaplikasikan di kendaraan beroda seperti pada
mobil. Poros ini bersifat fixed dan tidak ikut berputar bersama dengan
roda. Gandar hanya mendapat beban lentur.

2.6.2. Perencanaan Poros

a) Kekuatan Poros

Poros merupakan elemen mesin yang cocok untuk mentransmisikan daya


yang kecil, jika ditinjau dari segi besarnya daya transmisi yang mampu

ditransmisikan, hal ini dimaksudkan agar terdapat kebebasan bagi


perubahan arah (arah momen putar).

b) Kekakuan Poros
Poros mempunyai kekuatan yang cukup, tetapi jika lenturan atau defleksi
puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidak-telitian (pada mesin
perkakas) atau getaran dan suara (misalnya pada turbin dan gearbox).

c) Putaran Kritis
Putaran suatu mesin bila dinaikan maka pada suatu harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran
kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik dan
lain-lain yang dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian
lainnya.

d) Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeler dan pompa
bila terjadi kontak langsung dengan fluida yang bersifat korosif,
demikian pula untuk poros-poros yang terancam kavitasi dan poros mesin
yang sering berhenti lama.

II-9


e) Bahan Poros

Poros yang biasa digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang berat
pada umumnya dibuat dari baja paduan (alloy steel) dengan proses
pengerasan kulit (case hardening) sehingga tahan terhadap keausan.
Baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya hanya

karena putaran tinggi dan pembebanan yang berat saja.

2.6.3.
Rumus Perhitungan Poros

1) .......................................................................................(1)

Dengan : = Daya rencana (kW)

= Faktor koreksi daya (antara 1-2)

P = Daya yang akan ditransmisikan (kW)

(Sularso, 1994: Hal 7)

2) ......................................................................................(2)

Dengan : = Tegangan geser yang diijinkan (N/mm2)


= Kekuatan bahan (N/mm2)
= Safety Factor (antara 5,6 -6)
= Safety Factor (antara 1,3 3)
(Sularso, 1994: Hal 7)

3) T = 9,74.105 ..............................................................................(3)

Dengan : T = Momen puntir (N.mm)

n 1 = Putaran motor penggerak (rpm)

= Daya rencana

(Sularso, 1994: Hal 7)

II-10


4) Penentuan diameter poros:

Untuk beban lentur



1/ 3
10,2
( poros pejal) : ds . Kt . Km . M ...................................(4)
a

1/ 3
10,2
( poros berongga) : do . Kt . Km . M .............(5)
a . 1 k
4

Untuk beban puntir


1/ 3
5,1
( poros pejal) : ds . Kt . Cb . T .....................................(6)
a

1/ 3
5,1
( poros berongga) : do . Kt . Cb . T ................(7)
a . 1 k
4

Untuk beban puntir dan lentur
(poros pejal) :


{ ( ) ( ) } ......................................................(8)

(poros berongga) :


{ ( ) ( ) } .........................................(9)
( )

Dengan : = Diameter poros pejal (mm)

= Tegangan geser (N/mm2)

M = Momen lentur yang terjadi (N.mm)

T = Torsi (momen puntir) yang terjadi (N.mm)

k = Perbandingan luar dengan dalam poros

Cb = Faktor koreksi beban lentur ( 1,2 sampai 2,3 )

II-11

Kt = Faktor koreksi momen puntir

1 = beban dikenakan secara halus



1 1,5 =beban dikenakan sedikit kejutan

km = Faktor koreksi momen lentur



1,5 = Tumbukan halus

12 = Tumbukan ringan

(Sularso, 1994: Hal 7)

2.7. Bantalan

Bantalan gelinding adalah nama lain dari pendukung poros yang


mempunyai elemen yang berputar. Elemen yang berputar tersebut terletak antara
lain poros dengan rumah bantalan (Teknik Perawatan Komponen Mekanik,
hal 44)[3].

Gambar 2.9 Bagian Komponen Bantalan Gelinding/bola

II-12


Secara prinsip, berdasarkan tipe elemen yang berputar, bantalan gelinding dapat

dibedakan menjadi :

a) Bantalan Bola (Ball Bearing)


b) Bantalan Silinder (Cylinder Bearing)

c) Bantalan Kerucut (Taper Bearing)

d) Bantalan Jarum (Needle Bearing)



Bantalan yang dapat digunakan ada beberapa macam dan bentuk dimana

satu sama lainnya memiliki beberapa sifat yang khusus. Hal-hal yang perlu

diketahui dalam pemilihan dan pemasangan bantalan gelinding antara lain :

1) Mengetahui kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan dan


akibatnya, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengatasi masalah pada pemasangan bantalan
2) Mengetahui standar bantalan gelinding, hal ini untuk memudahkan
pemesanan penggantian bantalan.

2.7.1 Konstruksi dan Operasi Bantalan Gelinding

Gambar 2.10 Konstruksi Bantalan

II-13


Nama- nama bagian bantalan gelinding dapat dilihat pada gambar yaitu :

a) Elemen yang berputar ( bola, silinder, tong, kerucut atau jarum ),


selalu dipasang pada jarak yang telah ditentukan dan keberadaannya

karena sangkar;

b) Cincin dalam ( inner ring ) berputar yang kecepatannya sama dengan


putaran poros
c) Cincin luar ( outer ring ), keberadaanya tetap dan tak berputar.

Bantalan gelinding memiliki keuntungan dan kerugian yang spesifik bila


dibandingkan dengan bantalan luncur yaitu :

Keuntungan :

a) Keausan kurang.
b) Panas yang ditimbulkan kurang.
c) Gesekan konstan pada setiap putaran.
d) Pemakaian pelumas minimum.
e) Ukuran lebarnya kecil
f) Mudah untuk mengganti
g) Elemen standar dapat didapat dimana-mana.

Kerugian :

a) Untuk beban kejut (getaran karena ketidak seimbangan komponen


mesin), bantalan akan lebih cepat rusak.
b) Lebih sensitif terhadap debu dan kelembaban
c) Lebih mahal.

II-14


2.7.2 Tipe-Tipe Bantalan Gelinding dan Penerapannya

Bantalan yang dapat digunakan ada beberapa macam dan bentuk yang

masing-masing memiliki sifat-sifat yang khusus.

Hal-hal yang perlu diketahui dalam pemilihan dan pemasangan bantalan

gelinding antara lain :

a) Mengetahui kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan dan



akibatnya. Bantalan yang telah rusak akan menimbulkan bunyi
yang berisik. Dengan mengetahui dan memahami kemungkinan
penyebab kesalahan dan kesalahnnya dapat digunakan sebagai
dasar untuk mengatasi masalah masalah pada pemasangan
bantalan.
b) Mengetahui standar bantalan gelinding, hal ini untuk memudahkan
pemesanan penggantian bantalan.

Jenis-jenis bantalan gelinding antara lain :

a) Bantalan bola alur dalam baris tunggal ( single row groove ball
bearings )

b) Bantalan bola mampu mapan sendiri baris ganda( double row self
aligning ball bearings )

c) Bantalan bola kontak sudut baris tunggal( single row angular


contact ball bearings )

d) Bantalan bola kontak sudut baris ganda( double row angular


contact ball bearings )

e) Bantalan gelinding tong baris ganda( double row barrel /spherical


roller bearings )

f) Bantalan silinder baris tunggal ( single row cylinder bearings )

g) Bantalan gelinding konis/kerucut ( tapered roller bearings )

h) Bantalan bola aksial arah tunggal ( single direction thrust ball


bearing )

II-15


i) Bantalan bola aksial arah ganda ( double direction thrust ball

bearings )

j) Bantalan bola dan sendi ( ball and socket bearing )

Bantalan memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi. Bantalan baru,

variasi-variasi tersebut disebutkan dalam nomor kode bantalan yang dibuat oleh
pabrik
dan dicantumkan dalam buku katalog atau catalog electronic. Variasi
dalam
bantalan gelinding yaitu :

a) Diameter poros
b) Lubang bantalan cincin dalam ( silinder atau kerucut )
c) Lebar bantalan
d) Sil atau perapat
e) Pemasangan dengan adaptor luncur

2.7.3 Standar Bantalan Gelinding


Standar bantalan gelinding dicantumkan berbentuk kode bantalan. Kode
bantalan dan markah terdapat pada sisi bantalan.

Konstruksi dan tipe bantalan

a) Dimensi :
1. Diameter cincin dalam
2. Diameter cincin luar
3. Lebar bantalan

b) Sil
Standar atau kode bantalan biasanya mencantumkan pabrik pembuat atau
merk dagang berikut kode awalan (prefix), ukuran dan jenis serta kode akhiran
(suffix).

II-16


Contoh :

SKF 6 0 12

Kode bantalan yang utama terdiri dari 4 digit :

Digit I = menunjukkan manufacturer atau pabrik pembuat



Digit II = menunjukkan kode tipe ( type code )

Digit III = menunjukkan kode seri ( series code )

Digit IV = menunjukkan kode lubang ( bore code )

2.7.4 Kode Tipe


Kode-kode tipe ditunjukkan sebagai berikut :

a) Angka 1, menunjukkan bantalan bola mapan sendiri baris ganda


( double row selfaligning ball bearing )
b) Angka 2, menunjukkan tipe no 1, tetapi lebih lebar
c) Angka 3, menunjukkan bantalan bola kontak sudut baris ganda
( double row angular contact ball bearing )
d) Angka 4, menunjukkan bantalan bola alur dalam baris ganda
( double row deep groove ball bearing )
e) Angka 6, menunjukkan bantalan bola alur dalam baris tunggal
( single row deep groove ball bearing )
f) Angka 7, menunjukkan bantalan bola kontak sudut baris tunggal
( single row angular contact ball bearing )
g) Angka 16, menunjukkan tipe 6, tetapi lebih sempit
h) Angka 22, menunjukkan bantalan gelinding tong baris ganda ( double
row spherical roller bearing )
i) Angka 30, menunjukkan bantalan gelinding kerucut ( taper roller
bearing )

II-17


j) Angka 51, menunjukkan bantalan bola aksial ( thrust ball bearing )

k) Huruf N, menunjukkan bantalan gelinding silinder baris tunggal



( single row roller cylinder bearing )

2.7.5 Kode Seri


Kode-kode seri bantalan antara lain :

a) Angka 0, menunjukkan seri diameter ISO 0, beban sangat ringan
( extra light )
b) Angka 1, menunjukkan seri diameter ISO 1, beban aksial sangat ringan
( extra light thrust )
c) Angka 2, menunjukkan seri diameter ISO 2, beban ringan ( light )
d) Angka 3, menunjukkan seri diameter ISO 3, beban menengah
( medium )
e) Angka 4, menunjukkan seri diameter ISO 4, beban berat ( heavy )

2.7.6 Kode Lubang


Kode-kode diameter lubang sebagai berikut :

a) Kode 00, menunjukkan diameter lubang 10 mm


b) Kode 01, menunjukkan diameter lubang 12 mm
c) Kode 02, menunjukkan diameter lubang 15 mm
d) Kode 03, menunjukkan diameter lubang 17 mm
e) Kode 04, menunjukkan diameter lubang 20 mm
f) Kode lebih besar atau sama dengan 4, menunjukkan diameter
lubangnya 5 kali dari angka tersebut dalam mm

II-18


Awalan dan Akhiran ( Prefix dan Suffix )

Untuk keperluan dan disain khusus, kode bantalan dilengkapi dengan


awalan dan akhiran.

Kode-kode awalan antara lain :

a) GS, awalan ini menunjukkan rumah pengunci bantalan gelinding


aksial silinder.
b) L, bantalan yang mana ring dalam dan ring luar dapat dipisah

c) R, bantalan yang dapat dipisah tanpa menggerakkan ring dalam dan

ring luar
d) WS, pengunci poros dari bantalan gelinding silinder

Kode-kode akhiran antara lain :

a) E, bantalan gelinding kontak sudut 40 baris tunggal


b) K, diameter lubang berbentuk kerucut/konis 1 : 12
c) K 30, diameter lubang berbentuk kerucut/konis 1 : 30
d) N, alur snap ring pada ring luar.
e) Z, sil pada satu sisi bantalan
f) 2Z, sil pada kedua sisi bantalan
g) C1, clearance kurang dari C2
h) C2, clearance kurang dari normal
i) C3, clearance lebih besar dari normal
j) C4, clearance lebih besar dari C3
k) C5, clearance lebih besar dari C4

2.7.7 Perencanaan Bantalan Gelinding


1. Beban yang ditumpu
Wr = Beban radial (N atau kgf)
Wa = Beban aksial (N atau kgf)
n = Putaran poros (rpm)
d = Diameter poros (mm)

II-19


fw = Faktor beban

v = Beban putar (pada cincin dalam/luar)


Lh = umur nominal bearing

2. Beban rencana
Beban radial Fr = Wr.fw
Beban aksial Fa = Wa.fw
Beban ekivalen dinamis Pr = x. v. Fr. + y. Fa
(data dapat dilihat pada tabel)


3. Faktor kecepatan

Ball bearing ( ) ....(10)

Roll bearing ( ) ....(11)

4. Faktor umur
1/ 3
Ball bearing Lh ..............(12)
fh
500 .

3 / 10
Lh .............(13)
fh
Roll bearing 500

5. Kapasitas beban nominal dinamis spesifik


fh
C . Pr .................................................................................(14)
fn

fn . C 10 / 3 .............................................................(15)
Lh 500
Pr

II-20


2.8 Sistem Transmisi Sabuk

Sabuk dapat digunakan untuk memindahkan tenaga dari poros yang satu

dengan yang lain, dimana posisi poros sejajar dan jarak relatif jauh. Pemindahan
tenaga
efektif dapat digunakan roda gigi, tetapi untuk jarak poros yang relatif jauh

akan mengalami kesulitan dalam mengkonstruksi dan memilih roda giginya.

Pemindahan tenaga dengan sabuk memiliki beberapa keuntungan antara lain :



a) Konstruksi sederhana, sehingga lebih murah.
b) Dapat memindahkan tenaga pada poros yang jaraknya relatif jauh.

c) Luwes dan getaran rendah.

Kerugian memindahkan tenaga dengan sabuk antara lain :

a) Terjadi slip
b) Dalam kondisi terbuka, keselamatan kerja kurang.
c) Kapasitas terbatas

2.8.1 Bahan Sabuk


Beberapa bahan pembuatan sabuk diantaranya yaitu :

a) Kulit
b) Ayaman benang
c) Karet

Jarak yang jauh antara dua buah poros sering tidak memungkinkan
transmisi langsung dengan roda gigi. Dalam hal demikian, cara transmisi putaran
atau daya yang lain dapat diterapkan, di mana sebuah sabuk luwes dibelitkan pada
puli yang terpasang pada poros. Transmisi belt dapat dibagi 3 jenis, yaitu :

II-21


a) Sabuk Datar (Flat Belt)

Salah satu dari beberapa sabuk yang berbentuk rata dan biasanya
sabuk ini digunakan untuk pemindahan daya kecil dan putaran yang

lebih rendah dari pada sabuk yang lainnya. ( Sularso, 1991)[4].

b) Sabuk-V (V-belt)

Sabuk-V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.


Bagian sabuk yang membelit pada puli mengalami kelengkungan

sehingga lebar pada bagian dalamnya akan bertambah besar pula.


Gaya gesekan juga akan bertambah karena pengaruh bentuk puli, yang
akan menghasilkan daya yang besar pada tegangan yang relative
rendah ( Sularso, 1991)[5] .

c) Sabuk Bergigi (Toothed Belt)


Sabuk bergigi merupakan jenis sabuk yang mengait seperti rantai atau
roda gigi sehingga dapat memindahkan daya atau putaran dengan
perbandingan putaran tetap tanpa slip.

2.8.2 Perencanaan Sabuk


Perencanaan sabuk yang digunakan ialah tipe V.
P = Daya yang ditransmisikan (kW)
n1 = Putaran poros penggerak (rpm)
n2 = Putaran poros yang digerakan (rpm)
C = Jarak antar sumbu poros (mm)
fc = Faktor koreksi
,k0, = keterangan dari tabel profil alur sabuk V

1. Perbandingan putaran
i = ..........................................................................................(16)

II-22


2. Daya rencana (kW)

...................................................................................(17)

3. Kecepatan sabuk (m/s)

...............................................................................(18)

4. Pemilihan diameter puli


=i. .n1 = .n2

= 2.ko Din = 2.k0

= + 2.k Dout = + 2.k

5. Pengecekan terhadap diameter puli


dout Dout .............................(19)
C
2
6. Sudut kontak
Dp dp 0 ................................(20)
1800 .57
c

7. Panjang sabuk

L 2.c Dp dp 1 Dp dp 2 .......(21)
2 4.c

2.9 Motor Listrik


Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis yang
mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Contoh pengaplikasiannya
berupa memutar impeller pompa, fan atau blower, menggerakan kompresor,
mengangkat bahan, dan lain-lain. Motor listrik digunakan juga di beberapa
peralatan di rumah (mixer, bor listrik, kipas angin) dan di industri.

II-23

Gambar 2.11 Bagian Komponen Motor Listrik

Aplikasi ke dalam pembuatan alat ini, jenis motor yang digunakan adalah
motor AC.

2.9.1 Jenis motor AC


a) Motor Sinkron
Motor sinkron adalah motor AC, bekerja pada kecepatan tetap pada sistem
frekuensi tertentu. Motor ini memerlukan arus searah (DC) untuk pembangkitan
daya dan memiliki torsi awal yang rendah, dan oleh karena itu motor sinkron
cocok untuk penggunaan awal dengan beban rendah, seperti kompresor udara,
perubahan frekuensi dan generator motor. Motor sinkron mampu untuk
memperbaiki faktor daya sistim, sehingga sering digunakan pada sistim yang
menggunakan banyak listrik.

b) Motor Induksi
Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada
berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana,
murah dan mudah didapat, dan dapat langsung disambungkan ke sumber daya
AC.

II-24


Motor induksi dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama

(Parekh, 2003)[6] :

a) Motor induksi satu fase. Motor ini hanya memiliki satu gulungan

stator, memiliki sebuah rotor kandang tupai, Sampai sekarang, motor

ini merupakan jenis motor yang paling umum digunakan dalam


peralatan rumah tangga, seperti fan angin, mesin cuci dan pengering
pakaian, dan untuk penggunaan hingga 3 sampai 4 Hp.


b) Motor induksi tiga fase. Diperkirakan bahwa sekitar 70% motor di

industry menggunakan motor jenis ini, sebagai contoh, pompa,


kompresor, belt conveyor, jaringan listrik,dan grinder. Tersedia dalam
ukuran 1/3 hingga ratusan Hp.

Gambar 2.12 Klasifikasi Jenis Utama Motor Listrik


Gambar 11. Klasifikasi jenis utama motor listrik

Anda mungkin juga menyukai