Anda di halaman 1dari 11

PENGGUNAAN PAHAT BALL END MILL TERHADAP KEKASARAN

PERMUKAAN PADA MATERIAL BAJA ST 37

Noce Novi Tetelepta*)

Abstrac

The process of metal cutting with a milling machine is one of widely used machining process for
manufacturing components that have the features of a profile and complex trajectory. In other
hand the needs of surface quality is also required, the surface quality of milling process depend
on several factors likes the use of ball mill tool, tool movement, depth of cut and surface
roughness (Ra). Based on the result of testing performance of the material of ST 37 80x120x50
with CNC milling Microcut machine for cut spirical type with depth cut (a=0.1mm) and tool
movement (Ap=0.1mm), so it obtained of the minimum roughness is (Ra=0.082797 m), and
For the cut one way type, with the same of depth cut and tool movement, the minimum roughness
is (Ra=0.602909). Whereas maximum roughness for the cut spirical type with depth of cut
(a=0.25mm) and tool movement (Ap=0.5mm), the maximum is (Ra=3.081814 m) , and for the
cut one way type with depth of cut (a=0.3mm) and tool movement (Ap=0.3mm), the maximum
roughness is (Ra=4.794638 m). The best regression model for sprical type is (Ra =
2.3715 + 0.32411+ 0.72 0.0235 12 0.38625 22 0.01045321 2) and for one way cut is (Ra
= 2.93 + 0.7021 + 0.782 0.0559612 0.049222 0.010453212. from the both of cutting
type , which requires a very smooth roughness level , the type of spirical cutting can be used.

Keywords : surface roughness, tool movement, depth of cut.

I. PENDAHULUAN berupa parameter-parameter pemesinan, tool dan


1.1. Latar Belakang material yang digunakan.
Dari penelitian sebelumnya banyaknya
Proses pemotongan logam telah dikenal parameter dan hubungan antar parameter terkait
orang sejak zaman dulu dengan menggunakan proses milling yang telah diteliti. Diantaranya
peralatan yang sederhana, dibandingkan dengan 1. Analisa kekasaran permukaan yang
sekarang perkembangan proses pemotongan dihasilkan dengan tiga macam strategi
logam semakin pesat dan kompleks dan yang pemesinan milling yang berbeda yaitu tipe
paling sering di gunakan adalah proses bubut dan radial, raster dan 3D offset untuk komponen
miling (frais). Milling merupakan salah satu yang mengandung geometri kompleks seperti
proses pemesinan yang banyak digunakan untuk bentuk cembung dan cekung oleh A.M.
pembuatan komponen. Mesin milling sering Ramos, et.al. Dari penelitian yang dilakukan,
digunakan untuk membuat komponen yang Ramos menyimpulkan bahwa ketiga strategi
mempunyai fitur berupa suatu profil dan juga pemesinan menghasilkan kekasaran
trajectory yang kompleks. Sebagai contoh, permukaan yang berbeda dan type 3D offset
proses pemesinan milling sering digunakan adalah yang paling cocok untuk pemesinan
dalam pembuatan cetakan (mould) untuk komponen yang mengandung geometri
membuat produk-produk dari plastik. Dengan kompleks.
perkembangan teknologi manufaktur yang 2. Sedangkan, menggunakan Genetic
semakin pesat dan semakin tingginya kompetisi Programming untuk memprediksi pengaruh
antara produsen produk-produk manufaktur, dari beberapa parameter pemesinan seperti
kebutuhan akan kualitas produk yang tinggi kecepatan potong, kecepatan pemakanan,
(high quality product) yang dihasilkan dengan kedalaman pemotongan dengan
kecepatan produksi yang tinggi (high speed menggunakan strategi pemesinan type zigzag
manufacturing) dengan mengefisiensi biaya terhadap kekasaran permukaan oleh Glolu
produksi (low cost production) menjadi suatu C., et.al. Dimana Glolu C., et.al.
keharusan. Namun hal ini sulit untuk di peroleh menyatakan bahwa selain parameter
diakibatkan banyak factor-faktor yang pemesinan di atas, pergeseran pahat juga
mempengaruhi kualitas suatu proses pemotongan

*)
Noce Novi Tetelepta: Dosen Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Ambon
Noce Novi Tetelepta: Penggunaan Pahat Ball End Mill Terhadap Kekasaran Permukaan Pada Material Baja ST 37 1019

mempengaruhi kekasaran permukaan dari masing-masing cut type yang dapat


pemesinan milling. memperkecil kekasaran permukaan.
3. Pengaruh geometri pahat (radial rake angle
dan nose radius) dan kondisi pemotongan II. LANDASAN TEORI.
(kecepatan potong dan kecepatan makan)
terhadap kekasaran permukaan pada cutting 2.1. Teori permesinan CNC Miling
end milling dari baja karbon medium dan
kemudian mengolah data tersebut untuk Computer Nomerical Control merupakan
mendapatkan kekasaran permukaan paling pengembangan daripada NC numerical control
rendah dan laju pemakanan material paling yang bekerja berdasarkan huruf dan angka.
besar menggunakan Response Surface Dalam aplikasinya mesin CNC telah di
Methodology dan Genetic Algorithms oleh pergunakan dalam berbagai proses baik untuk
Reddy N.S.K., et.al. [3]. Dari hasil penelitian bubut, grinda, frais/ miling dan lain-lain
di dapatkan kekasaran permukaan yang sebagainya.
paling kecil, kecepatan pemakanan 202,17 Khusus dalam mesin CNC Miling proses kerja
mm/menit, rake angle sebesar 4,40, nose dilakukan berdasarkan tiga aksis yaitu X aksis, Y
radius sebesar 0,43 mm dan laju pemakanan aksis dan Z aksis yang digerakan oleh motor
material sebesar 67,58 mm3/detik. dengan dikendalikan oleh suatu program berupa
4. Jaya Suteja Dari hasil optimasi diperoleh kode-kode yang didalamnya huruf dan
bahwa pergeseran pahat dan kedalaman angka.CNC merupakan perangkat lunak yang
potong yang memberikan respon MRR dan berbasis CAM yang sering digunakan pengerjaan
Ra yang optimal berturut-turut adalah 6,7582 manufaktur yang memungkinkan penggunaannya
mm dan 0,22 mm. Dengan menggunakan untuk melakukan berbagai bentuk simulasi
parameter proses tersebut, nilai MRR dan Ra proses pemesinan berbasis CNC. (Randelovic,
yang didapatkan untuk zig-zag cut type 2007)
adalah 9,619 mm/detik dan 1,5124 m
sedang untuk spiral cut type adalah 8,981 2.2. Gemoteri pahat potong
mm/detik dan 1,3824m. Seringkali menjadi tidak realistis ketika
Berdasarkan hasil studi literatur yang sudah menyimpulkan sesuatu hanya berdasarkan satu
dilakukan, peneliti mencoba untuk menyelidiki faktor penyebab. Dalam situasi tersebut, peneliti
beberapa parameter proses penting yang harus dengan cermat mengidentifikasi faktor
mempengaruhi kekasaran permukaan faktor lain dan melibatkannya secara eksplisit
diantaranya penggunaan tool Ball End Mill. kedalam sebuah persamaan misalnya model
Parameter proses yang divariasikan pada Response Surface Methodology (RSM). Pada
penelitian ini dalah pergeseran pahat, dan aplikasinya untuk operasi pemesinan dengan tiga
strategi pemesinan (cut type). Selain itu, faktor penyebab (spindle speed, feedrate dan
kedalaman pemotongan juga digunakan sebagai depth of cut) maka persamaan interaksi ketiga
salah satu parameter yang diselidiki pengaruhnya faktor tersebut adalah :
terhadap kekasaran permukaan dan tool yang Ra = i + 1n i + 2. fi + 3 .t i (2.1)
digunakan.

I.2. Tujuan Penelitian dengan: Ra = kekasaran permukaan (m)


Berdasarkan uraian pada Latar belakang di atas ni = perpindahan pahat (mm)
maka tujuan penelitian yang akan didapatakan fi = depth of cut (mm)
adalah sebagai berikut :
1. Seberapa tingkat kekasaran permukaan bila 2.3 Kecepatan Putaran Sumbu Utama
menggunakan tool ball end mill dalam proses (Spindel Speed)
pekerjaan mold dan pergeseran pahat untuk
masing-masing cut type. Besarnya kecepatan putar sumbu utama
2. Mencari kombinasi pengaturan kedalaman tergantung pada kecepatan potong yang diijinkan
pemotongan dan pergeseran pahat untuk dan diameter alat potong (Cutter). Pengaruh
pemilihan kecepatan potong ini sangat esensial
dalam mendukung keberhasilan penyayatan
1020 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 9 Nomor 1, 2012; 1018 - 1028

dengan teknologi CNC. Jika kecapatan potong terlebih dahulu. Panjang lintasan ini disebut
yang dipilih terlalu besar, maka gigi alat potong panjang pengukuran (traversing tength; /n).
tersebut akan aus. Akan tetapi jika kecepatan Bagian panjang pengukuran di mana dilakukan
potong yang dipilih terlalu kecil, maka kapasitas analisis profil permukaan disebut panjang sampel
penyayatan menjadi rendah sehingga waktu yang (sampling length;). Beberapa istilah profil yang
diperlukan untuk proses penyayatan menjadi penting yaitu:
besar. Jumlah putaran tiap menit dari alat potong - Profilgeometrik ideal (geometrically ideal
mesin frais, dapat ditentukan dengan persamaan profile )
sebagai berikut : - Profilterukur(measuredprofile)
- Profil referensi/ acuan i puncak (reference
D n profile)
Vc = ----------- mm /menit ...... ( 2.2 ) - Profil akar lalas (roof profile)
1000 - Profiltengah (centre profile)
Vc = kecepatan potong (m/menit) Untuk dimensi arah tegak dikenal beberapa
D = diameter alat potong (mm) parameter, yaitu:
n = jumlah putaran tiap menit (rpm) - Kekasaran total (peak to valley heighu total
height); Rt (m).Adalah jarak antara profil
2.4 Kecepatan Asutan (Feedrate) referensi dengan profil alas.
Untuk operasi pengefraisan kecepatan asutan - Kekasaran perataan (depth of surface
diekspresikan sebagai laju pemakanan dalam srnoothness / peak tome an line),
milimeter per menit. Nilai adalah sama dengan -
jarak yang ditempuh dalam milimeter oleh meja Rp (m).
dan benda kerja dalam satu menit. (2.4)

(2.3)
Berdasarkan rumus diatas, akan sama dengan
dimana, jarak antara profil referensi dengan profil tengah.
- Kekasaran rata-rata aritmatik (mean roughness
Fm = feed dalam mm/min. index / center line average, CLA), R, (pm).
f = feed dalam mm/rev. Adalah harga rata-rata aritmatik bagi harga
N = kecepatan spindle dalam RPM absolutnya jarak antara profil terukur dengan
profil tengah.

2 .5 . K eda la ma n P e ma k a na n ( Dep th o f
C ut)
Dalam pemilihan putaran mesin sudah dijelaskan
bahwa, dipengaruhi oleh kecepatan potong,
diameter pahat. Sedangkan dalam pemilihan
kecepatan pemotongan (feeding) ditentukan oleh
jenis bahan yang dipotong dan bahan alat potong
yang digunakan. Kedalaman pemakanan akan
mempengaruhi kecepatan pemotongan.
Kecepatan pemotongan dapat stabil jika G a m b a r 1 : Terminologi tekstur permukaan
mengoperasikan mesin secara otomatis (Saffar,
2009) Kekasaran permukaan pada benda merupakan
suatu bentuk tingkat kekasaran hasil dari proses
pemesinan akhir. Kekasaran ideal dapat diukur
2.6.Parameter kekasaran permukaan secara rata-rata permukaan atau dapat ditulis Ra.
Untuk mereproduksi profil suatu Gambar 2.7 menunjukkan rerata luasan dari
permukaan , sensor/peraba (stylus) alat ukur potongan kurva kekasaran. Hal ini bagian
harus digerakan mengikuti lintasan yang berupa diperkenalkan di suatu grafik yang dengan
garis lurus dengan jarak yang telah ditentukan sumbu X yang membentang di dalam arah sama
Noce Novi Tetelepta: Penggunaan Pahat Ball End Mill Terhadap Kekasaran Permukaan Pada Material Baja ST 37 1021

seperti (ketika garis rerata dan perwakilan Dari proses pemesinan yang didasarkan pada
sumbu Y yang besar). Ra ini juga dikenal sebagai putaran mesin (s) konstan, Kecepatan potong
nilai rata-rata arithmatik dari kekasaran (vc) konstan Kedalaman pemakanan (a) yang
permukaan, atau rata-rata arithmatik atau rata- bervariasi, pergeseran pahat (Ap) yang bervariasi
rata garis tengah. Secara universial Ra dikenal dengan penggunaan Type Cut spiral dan one
sebagai simbol kekasaran yang paling umum way cut pada material St 37 dengan kekerasan
dengan satuan m atau inch. Pada gambar 220 HBn Tegangan tarik: 37 kg/mm2 atau 370
berikut menunjukkan parameter yang disebutkan. N/mm2 (g = 10 m/det). Dengan ukuran 80mm x
Referensi garis horizontal, yang biasanya disebut 50mm x120mm maka data yang di peroleh
garis tengah, terletak di mana jumlah area di atas terlihat pada table 5.1 dan 5.2
adalah sama dengan jumlah area di bawahnya.

TOOL
BALL
END MILL
10

MATERIA
L ST 37

G a m b a r 2 . 7 . Profil kekasaran permukaan


Gambar 5.1.Proses Pemesinan pada Mesin CNC

III. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah metode


eksperimental dengan alur seperti ditunjukkan
dibawah ini:

Gambar 5.2. Hasil Pemesinan

Alat yang digunakan:

1. Mesin CNC Microcut chellenger 2418


1022 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 9 Nomor 1, 2012; 1018 - 1028

Untuk contoh perhitungan digunakan data no.9


2. Jangka sorong pada tabel 5.1, dimana

X1 = 0.73 m; X2 = 0.78 m; X3 = 0.72 m

Maka

3.
Micro Meter

Tabel 5.1 Data Hasil Pengukuran Kekasaran


Permukaan Rata-rata (Ra) untuk cut type spiral

4. urface Tester

5. Tool Ball End Mill 10 Hanita List 7150

Tabel 5.2 Data Hasil Pengukuran Kekasaran


Permukaan Rata-rata (Ra) untuk cut type one way

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Pengolahan data

Kekasaran Permukaan (Surface oughness/Ra)


Pengukuran kekasaran permukaan (Ra)
dilaksanakan setelah proses pemotongan, untuk
masing-masing benda uji pada setiap parameter
pemotongan. Untuk mendapatkan nilai rata-rata
kekasaran permukaan dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut :


Noce Novi Tetelepta: Penggunaan Pahat Ball End Mill Terhadap Kekasaran Permukaan Pada Material Baja ST 37 1023

Setelah ada data kemudian dianalisa menggunakan


5. 2. Menentukan Kekasaran Permukaan Minitab software 16 yang dilengkapi desain untuk
Menggunakan Response Surface response surface. Hasil yang diperoleh ditampilkan
Methodology (RSM) dalam bentuk tabel-tabel, dimana terdiri dari beberapa
bagian, yaitu hasil taksiran parameter model, dan tabel
ANOVA yang digunakan untuk menguji kecocokan
Penggunaan RSM sebagai upaya mencari fungsi yang
model dengan data.
tepat untuk menentukan nilai variabel bebas yang
akhirnya dapat mengoptimalkan variabel terikatnya.
Tabel 5.4 Koefisien regresi kekasaran terhadap
Data akan dianalisis menggunakan metode Central
kedalaman dan pergeseran pahat
Composite Design, seperti ditunjukkan pada tabel 5.3.

5.3.1. Persamaan Kekasaran Permukaan Pada


Proses Pemesinan untuk Spiral Type Cut

Tabel 5.3 Data Kedalaman Pemakanan dan


Pergeseran pahat Pada Type Cut Spiral dan one way
untuk rancangan penelitian Secont Order

Tabel 5.4 menunjukkan koefisien regresi


kekasaran permukaan (Ra) terhadap Kedalaman
Pemakanan Dan Pergeseran Pahat. Analisis
dilakukan dengan menggunakan uncoded units,
berikut hasil response surface dengan variabel
respon kekasaran permukaan.

Tabel 5.5 Analisis varian untuk kekasaran permukaan


(Ra)

Maksud dari tabel di atas dapat dijelaskan


sebagai berikut :
1. pengaruh antara Pergeseran pahat dan
Kedalaman pemotongan terhadap kekasaran
permukaan diperoleh nilai Fhitungt sebesar
21.50 dan nilai Sig F sebesar 0,000. Karena
nilai Fhitung > Ftabel (21,50 > 3,26) dan Sig F <
(0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan
terdapat pengaruh simultan antara Pergeseran
Pahat dan kedalaman pemakanan terhadap
kekasaran permukaan.
2. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut
1024 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 9 Nomor 1, 2012; 1018 - 1028

Ho : Tidak ada lack of fit akhir kurva sedikit menyimpang dari pola garis normal
H1 : Ada lack of fit . Sebagai validasi konfigurasi, bahwa kurva dengan
Hipotesa awal yang mengatakan tidak ada angka-angka percobaan mengikuti distribusi
lack of fit berarti model yang dibuat telah probabilitas normal.
sesuai dengan data, sedangkan hipotesa
Versus Fits
alternatif berarti model yang telah dibuat (response is Kekasaran (Ra))
belum mewakili data. 0.100
Hipotesa awal (H0) akan ditolak bila p-value
kurang dari . Sebaliknya, hipotesa awal akan 0.075

diterima apabila p-value melebihi 0.050

Residual
Pada tabel 5.5, menunjukkan p-value hasil uji lack of 0.025
fit bernilai 0,5 menggunakan level signifikansi 5%
0.000
maka keputusannya akan menerima hipotesa awal
yang mengatakan tidak ada lack of fit. Dengan -0.025
demikian model yang dibuat sesuai dengan data.Untuk
memeriksa kecukupan model kekasaran permukaan -0.050
tidak hanya melihat lack of fit, tetapi juga melakukan
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
analisa residual. Ada 3 hal yang harus dilakukan Fitted Value
dalam analisis residual, yaitu memeriksa kenormalan
residual, membuat plot antara residual dengan hasil
taksiran respon, dan membuat plot antara residual Gambar 5.4.Residual terhadap data pengamatan
dengan order (xj).
Berikut gambar 5.3, 5.4, merupakan gambar analisis
residual yang tersebut di atas. Suatu plot kenormalan Dari gambar 5.4 terlihat bahwa titik-titik menunjukkan
residual apabila titik residual yang di hasilkan telah pola acak sehingga hampir merata di bawah dan di
sesuai atau mendekati garis lurus yang ditentukan atas garis tengah sehingga model regresi yang telah
berdasarkan data (residual) maka residual dapat dibuat cukup tepat dengan data.percobaan
dikatakan telah memenuhi atau mengikuti distribusi Estimasi koefisien regresi untuk kekasaran permukaan
normal. Dengan demikian terlihat pada gambar 5.3 (tabel 5.4), menunjukkan hasil uji parameter model
dengan menggunakan statistik uji t yang
dikonversikan ke dalam p-value. Berdasarkan hasil
Normal Probability Plot analisis, modelnya
(response is Kekasaran (Ra)) = -0.766890 + 3.10714 (Ap) + 7.81629 (a)
99 2.34849(Ap) -15.4509(Ap) - 209064(Ap*a)

95 Gambar 5.6 menunjukkan kurva interaksi


90 antar Pergeseran Pahat dan kedalaman pemotongan .
80
Dari plot ini dapat dinyatakan bahwa terjadi interaksi
70
antar kedua parameter terhadap kekasaran permukaan
namun tidak signifikan. Hal ini juga terlihat pada
Percent

60
50 analisis regresi tersebut di atas.
40
30
Interaction Plot for Kekasaran (Ra)
20 Data Means

0.10 0.15 0.20 0.25 0.30


10 1.0 Pergeseran
Pahat ( A p)
5 0.8 0.1
0.2
0.3
Pergeseran Pahat ( Ap) 0.4
0.6
0.5
1
0.4
-0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 1.0
Kedalaman

Residual 0.8
Pemak anan
( a)
0.10
0.15
Kedalaman Pemakanan ( a) 0.20
0.6
0.25
0.30
Gambar 5.3 Kurva Normal Probability dari residual 0.4

untuk kekasaran permukaan 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

Gambar ini menunjukkan hampir semua titik-titik Gambar 5.6 Plot Interaksi untuk Kekasaran
hasil terletak pada garis diagonal. Hanya satu titik di Permukaan
Noce Novi Tetelepta: Penggunaan Pahat Ball End Mill Terhadap Kekasaran Permukaan Pada Material Baja ST 37 1025

didapat dari derajat bebas (df) pada analisa


Gambar 5.7 merupakan plot kontur antara Pergeseran sebesar n 2 = 13 2 = 11 pada statistik t untuk level
Pahat (Ap) dan Kedalaman Pemakanan (a) . Dari toleransi 0.05 maka didapatkan = 1,796 (
gambar tersebut terlihat bahwa Area kekasaran lampiran A2)
permukaan berbentuk lingkaran-lingkaran yang Dari Tabel estimasi Koefisien Regresi untuk
berwarna semakin besar lingkarannya semakin halus kekasaran maka didapatkan model statistic t yang
dan semakin kecil lingkarannya semakin kasar. di konversikan kedalam p-value berdasarkan
hasil analisis didapatkan model sebagai berikut
= - 0.786764 + 3.66064 (a) + 7.71433 (Ap)
Contour Plot of Kekasaran (Ra) vs Kedalaman Pemaka, Pergeseran Pahat
5.95572(a) -19.6810(Ap) + 209064(a*Ap)
0.30
Kekasaran Dari uji parameter model menunjukan bahwa
(Ra)
< 0.2
variable kedalaman pemotongan pergeseran
0.2 0.4 pahat, kuadrat kedalaman pemakanan dan
Kedalaman Pemakanan ( a)

0.25 0.4 0.6


0.6 0.8 kuadrat pergeseran memiliki pengaruh penting
> 0.8 terhadap kekasaran permukaan . Hal ini di
karenakan p-value pada variable-variabel cukup
0.20 kecil.
Maksud dari tabel 5.6 di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut :
0.15 1. pengaruh Pergeseran Pahat dan kedalaman
pemakanan terhadap kekasaran permukaan
sebesar 90.91%. Artinya sebesar 90.91%
0.10
kekasaran permukaan dikarenakan oleh
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 adanya Pergeseran Pahat (Ap) dan
Pergeseran Pahat ( Ap) Kedalaman pemotongan (a).
2. Nilai thitung untuk Pergeseran Pahat sebesar
Gambar 5.7: Kontur Untuk Kekasaran Permukan pada 2.455 dan nilai Sig t sebesar 0,044, karena
Type Cut Spiral
nilai thtung > ttabel (3,915 > 1,796) dan nilai Sig
t < (0,006 < 0,05), maka dapat disimpulkan
5.3.2. Persamaan Kekasaran Permukaan Pada Proses bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
Pemesinan untuk One Way Type Cut terhadap kekasaran permukaan.
3. Nilai thitung untuk Kedalaman Pemotongan
Tabel 5.6 menunjukkan koefisien regresi sebesar 2.909 dan nilai Sig t sebesar 0,023,
kekasaran permukaan (Ra) terhadap Kedalaman karena nilai thtung > ttabel (2.909 > 1,796) dan
Pemakanan Dan Pergeseran Pahat. Analisis nilai Sig t < (0,023 < 0,05), maka dapat
dilakukan dengan menggunakan uncoded units, disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
berikut hasil response surface dengan variabel signifikan terhadap kekasaran permukaan.
respon kekasaran permukaan 4. Nilai thitung untuk interaksi antara Kedalaman
Pemotongan dan Pergeseran Pahat sebesar
Tabel 5.6.Estimasi Koefisien Regresi untuk kekasaran 1.037 dan nilai Sig t sebesar 0,334, karena
permukaan (Ra) untuk One Way Type Cut nilai thtung < ttabel (1,037 < 1,729) dan nilai Sig
t > (0,334 > 0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa tidak berpengaruh interaksi antara
Pergeseran pahat dan kedalaman pemotongan
terhadap kekasaran permukaan
Lack of Fit dapat digunakan untuk menguji kecukupan
model. Untuk melihat hasil uji tersebut dapat
ditunjukkan pada tabel 5.7
1026 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 9 Nomor 1, 2012; 1018 - 1028

Tabel 5.7 Analisis varian untuk kekasaran permukaan Gambar 5.8 Kurva Normal Probability dari residual
(Ra) untuk Kekasaran permukaan

Normal Probability Plot


(response is Kekasaran)
99

95
90

80
70

Percent
60
50
40
30
20

10

1
-0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15
Residual

Maksud dari tabel di atas dapat dijelaskan Gambar 5.8 Kurva Normal Probability residual untuk
sebagai berikut : Kekasaran permukaan type one way
1. Pengujian secara simultan pengaruh antara
Pergeseran pahat dan Kedalaman Dari gambar 5.9 dapat dijelaskan bahwa titik-
pemotongan terhadap kekasaran permukaan titik menunjukkan pola acak sehingga hampir
diperoleh nilai Fhitungt sebesar 24.99 dan nilai merata di bawah dan di atas garis tengah
Sig F sebesar 0,000. Karena nilai Fhitung > sehingga model regresi yang telah dibuat cukup
Ftabel (24,99 > 3,26) dan Sig F < (0,000 < tepat dengan data.percobaan
0,05), maka dapat disimpulkan terdapat
pengaruh simultan antara Pergeseran Pahat Versus Fits
dan kedalaman pemakanan terhadap (response is Kekasaran)

kekasaran permukaan. 0.100

2. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut : 0.075

Ho : Tidak ada lack of fit 0.050

H1 : Ada lack of fit


Residual

0.025

0.000

Hipotesa awal yang mengatakan tidak -0.025


ada lack of fit berarti model yang dibuat telah -0.050
sesuai dengan data, sedangkan hipotesa alternatif
0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1
berarti model yang telah dibuat belum mewakili Fitted Value
data. Hipotesa awal (H0) akan ditolak bila p-
value kurang dari . Sebaliknya, hipotesa awal Gambar 5.9.Residual terhadap data pengamatan
akan diterima apabila p-value melebihi Pada
tabel 5.7, menunjukkan p-value hasil uji lack of Interaction Plot for Kekasaran
Data Means
fit bernilai 0,5 menggunakan level signifikansi 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30

5% maka keputusannya akan menerima hipotesa 1.0


Kedalaman
Pemak anan
0.1
awal yang mengatakan tidak ada lack of fit. 0.8
0.2
0.3
Kedalaman Pemakanan 0.4
Dengan demikian model yang dibuat sesuai 0.6 0.5

dengan data. 0.4


Pergeseran
Untuk memeriksa kecukupan model kekasaran 1.0 Pahat
0.10
0.15
permukaan tidak hanya melihat lack of fit, tetapi juga 0.8
Pergeseran Pahat
0.20
0.25
melakukan analisa residual. Ada 3 hal yang harus 0.6 0.30

dilakukan dalam analisis residual, yaitu memeriksa 0.4


0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
kenormalan residual, membuat plot antara residual
dengan hasil taksiran respon, dan membuat plot antara Gambar 5.11 Plot Interaksi untuk Kekasaran
residual dengan order (xj). permukaan
Noce Novi Tetelepta: Penggunaan Pahat Ball End Mill Terhadap Kekasaran Permukaan Pada Material Baja ST 37 1027

Gambar 5.11 menunjukkan kurva interaksi antar Sedangkan untuk type cut one way didapatkan
Pergeseran Pahat dan kedalaman pemotongan . model statistic t yang di konversikan kedalam p-
Dari plot ini dapat dinyatakan bahwa terjadi value berdasarkan hasil analisis l sebagai berikut
interaksi antar kedua parameter terhadap
kekasaran permukaan namun tidak signifikan. ( )
Hal ini juga terlihat pada analisis regresi tersebut ( )
di atas ( )
( )
Contour Plot of Kekasaran vs Pergeseran Pahat; Kedalaman Pemakanan [( )(
0,30 )]
Kekasaran
< 0,2
0,2 0,4
0,4 0,6 Jadi model regresi untuk kekasaran permukaan (Ra)
0,25 0,6 0,8
Kedalaman Pemakanan

0,8 1,0 pada type cut one way adalah :


> 1,0

0,20

0,15

Dengan kekasaran Min= 0.602909m pada


0,10 kedalaman pemakanan (a) 0,1mm dan pergeseran
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
Pergeseran Pahat pahat 0,1mm sedangankan Max = 4.794638m
pada a= 0,3 mm dan Ap=0,5mm
Gambar 5.12: Kontur Untuk Kekasaran Permukan
pada Type Cut One Way
Kesimpulan
Dari gambar tersebut terlihat bahwa Area Dari data yang di dapatkan setelah di olah
kekasaran permukaan berbentuk lingkaran- dengan softwear anova maka di dapatkan
lingkaran yang berwarna semakin besar kesimpulan bahwa:
lingkarannya semakin halus dan semakin kecil 1. Antara pergeseran pahat dan kedalaman
lingkarannya semakin kasar. pemakanan sangat berpengaruh cukup
Dari persamaan 5.2 didapatkan model statistic t signifikan terhadap kekasaran
yang di konversikan kedalam p-value permukaan
berdasarkan hasil analisis untuk type cut spiral 2. Dari kedua Type Cut spiral dan one way
didapatkan model sebagai berikut dapat disimpulkan bahwa type spiral
memiliki kekasaran permukaan lebih
( ) halus dari pada type one way
( )
dikarenakan nilai Ra pada spiral lebih
( )
kecil dari one way
( )
[( )(
)] SARAN
1. Perlu adanya penelitian lanjut dengan
Jadi model regresi untuk kekasaran permukaan menggunakan type cut lainnya
(Ra) pada type cut spiral adalah : 2. Dalam proses pemesinan menggunakan
pahat ball end mill harus
memperhatikan pergeseran pahat
maksimum yang di izinkan sehingga
menghasilkan hasil yang baik.
Dengan kekasaran Min= 0.082797m pada
kedalaman pemakanan (a) 0,1mm dan pergeseran
pahat 0,1mm sedangankan Max = 3.081814m
pada a= 0,25mm dan Ap=0,5mm
1028 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 9 Nomor 1, 2012; 1018 - 1028

DAFTAR PUSTAKA

1. Benardos P.G., Vosniakos G.C,


Prediction ofsurface roughness in CNC 8. Ramos A.M., Relvas C., Simoes J.A.,
face milling using neural networks and Theinfluence of finishing milling
Taguchis design ofexperiments, strategies on texture, roughness, and
Robotics and Computer Integrate dimensional deviationson the machining
2. Chang C.K., Lu H.S, Study on the of complex surfaces, Journal of
predictionmodel of surface roughness for Materials Processing Technology, Vol.
side milling operations, International 136,No.1-3, 2003, pp. 209-216.
Journal of AdvanceManufaacturing 9. Reddy N.S.K., Rao P.V., Selection of
Technology, Vol. 29, No. 9-10, 2006, pp. optimum tool geometry and cutting
867-878 conditions using a suface roughness
3. Choudhury S.K., Appa Rao, I.V.K., prediction model for end milling,
Optimization of cutting parameters for International Journal of Advance
maximizing tool life, International Manufaacturing Technology, Vol. 26,
Journal of Machine Tools No.11- 12,2005, pp. 1202-1210.
andManufacture,Vol. 39, No. 2, 1999, pp. 10. Ryu S.H., Choi D.K., Chu C.N.,
343-353 Roughness and texture generation on
4. Glolu C., Arslan Y., Zigzag Machining end milled surfaces, International Journal
Surface Roughness Modelling Using of Machine Tools &Manufacture, Vol. 46,
Evolutionary Approach, IMS'2006: 5th No. 3-4, 2006, pp. 404-412.
International Symposium on Intelligent
Manufacturing Systems,
5. Marsudi, Memprogram Mesin CNC
dengan Mastercam, informatika bandung
2009
6. Nur Irawan, Ph.D, Septin Puji Astuti,S.SI,
MT. Mengelolah Data Statistik dengan
menggunakan Minitab 14, Andi
Yogyakarta 2006.
7. Oktem H., Erzurumlu T., Kurtaran H.,
Application of response surface
methodology in the optimization of
cutting conditions for surface
roughness, Journal of Materials
Processing Technology, Vol. 170, No. 1-2,
2005, pp. 11-16.

Anda mungkin juga menyukai