Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Selulitis orbita merupakan peradangan dari jaringan seluler orbita,


biasanya berakhir dengan supurasi dan terbentuk abses orbita atau orbital
phlegmone, abses retrobulber, pada perabaan terasa fluktuasi. Perjalanan
penyakit biasanya bersifat akut, seperti yang disebabkan oleh kuman pyogen
pneumokokus, streptokokus, atau staphylokokus. Selulitis orbita dapat juga
berlangsung secara menahun seperti pada lues, jamur, dan sarkaidosis. Selulitis
orbita biasanya dapat dijumpai pada penderita dengan keadaan gizi buruk.

Gejala klinik biasanya didahului oleh peradangan pada daerah muka


sekitar hidung yang menyerupai selulitis kulit, kemudian akan diikiuti dengan
udem palpebra, konjungtiva hiperemis, demam, proptosis, kemosis konjungtiva,
rasa nyeri apabila bola mata digerakkan dan gerakan bola mata menjadi
terbatas. Bila ditemukan adanya penurunan visus dan kelainan pupil, maka hal
ini menunjukan adanya awal dari terinfeksinya daerah apeks orbita. Apabila
terlambat diobati bisa terjadi sindrom apeks orbita atau trombosis sinus
kavernosus.

Penyebab selulitis orbita adalah peradangan, terutama peradangan sinus


etmoidalis. Lebih dari 90% kasus selulitis orbita merupakan penyebaran dari
sinusitis akut atau kronik yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri penyebab yang
paling sering pada selulitis orbita adalah Streptococus pneumonia, Haemophilus
influenza, Pneumococcus dan Staphylococcus. Jamur penyebab selulitis orbita
yang paling sering mucormycosis dan aspergilus. Selain berasal dari sinus, dapat
juga berasal dari kulit muka, kelopak mata, dan sakus lakrimal.

Diagnosis banding selulitis orbita adalah rabdomiosarkoma,


pseudotumor, dan periotitis orbita.

Pengobatan selulitis orbita yaitu dengan pemberian antibiotik sistemik


dosis tinggi, istirahat atau dirawat, bila ditemukan adany adaerah fluktuasi abses
mata, dilakukan insisi untuk mengeluarkan pus. Selain pengobatan kelainannya,
sebaiknya dilakukan juga pengobatan simptomatik, seperti pengobatan kelainan
sinus dan lainnya.
Komplikasi yang mungkin terjadi pada selulitis orbita adalah neuritis
retrobulbar, buta, meningitis dan trombosis kavernosus.

Prognosis pasien selulitis orbita adalah dubia, tergantung dari


penanganan yang tepat dan komplikasi yang dapat timbul pada penderita.Pada
umumnya prognosis ad vitam adalah bonam, dan prognosis ad functionam
adalah bonam bila respons penderita terhadap antibiotik baik dan tidak
ditemukan adanya komplikasi.
LAPORAN KASUS

Seorang laki-laki, umur 70 tahun, suku Sanger, bangsa Indonesia datang


berobat ke poliklinik mata RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado tanggal 2Februari
2011, dengan keluhan utama mata kanan bengkak dan nyeri.

Anamnesis diperoleh dari istri dan penderita. Dari anamnesis keluhan


bengkak dan nyeri pada mata kanan dialami penderita sejak 4 bulan yang lalu,
makin lama makin membesar. Pada awalnya penderita mengalami demam tinggi
disertai batuk. Setelah demam menghilang, kemudian penderita mulai
merasakan mata penderita gatal. Karena terasa gatal penderita penderita
menggosok-gosok matanya dengan tangan. Semenjak itu mata kanan penderita
menjadi nyeri dan kelopaknya mulai membengkak. Sedemikian bengkaknya
sampai-sampai penderita sulit/tidak dapat membuka kelopak mata kanannya.
Selain tidak dapat membuka matanya penderita juga demam dan agak lemah.
Bila kelopak mata kananya disentuh terasa nyeri.

Pada pemeriksaan fisik keadaan umum penderita cukup baik, kesadaran


compos mentis, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 100x/m, 26x/m, suhu badan
37,80C, jantung paru tidak ditemukan kelainan, abdomen lemas, peristaltik
normal,hati dan limpa tidak teraba, kelenjar limf regional normal.

Pemeriksaan psikiatri ekspresi wajah tampak sakit, respon lemah.


Pemeriksaan neurologi motorik, sensibilitas dan refleks fisiologis positif normal.

Pemeriksaan mata subjektif visus mata kanan sulit dievaluasi, sedangkan


mata kiri 6/15. Pada pemeriksaan objektif mata kanan secara inspeksi
ditemukan palpebra superior dan inferior bengkak, lensa jernih, pupil bulat
refleks cahaya positif.

Pemeriksaan dengan oftalmoskopi direk didapatkan refleks fundus positif


uniform, pembuluh darah normal. Pada mata kiri segmen anterior sampai
segmen posterior tidak ditemukan kelainan.

Penderita didiagnosis kerja sebagai selulitis orbita dekstra.

Penatalaksanaan terhadap penderita ini adalah non operatif dengan


observasi dan antibiotika yang berspektrum luas.
RESUME MASUK

Seorang laki-laki, umur 70 tahun, datang berobat kepoliklinik mata RSU.


PROF. R. D. Kandou pada tanggal 02-02-2011 dengan keluhan utama mata
kanan bengkak sejak 4 bulan yang lalu.Nyeri pada mata kanan dialami
penderita.Riwayat demam, batuk pilek dialami penderita 4 bulan yang lalu.

Pemeriksaan Fisik :

Status Generalis : febris, malaise, Fungsi vital (N)

Status Ophtalmicus : Pada pemeriksaan didapatkan VOD sde , VOS 6/15. TIOD
sde, TIOS 14,6 mmH Inspeksi OD : edema palpebra superior dan inferior OD,
pergerakan bola mata OD,Konjungtiva OD Hiperemis (+), Injeksi konjungtiva
OD (+),Injeksi silier OD (-), segmen posterior sde.Mata kiri segmen anterior dan
posterior dalam batas normal.

Diagnosis

-Selulitis orbita ODDDTumor retrobulber OD

Terapi

Rawat inap
Ceftriaxone 2x1 gram IV drips (skin test)
Tramadol 2x1 IM
Paracetamol 3x500 mg bila demam
IVFD RL 20 gtt/mnt
DISKUSI

Diagnosis selulitis orbita dekstra ditegakkan berdasarkan anamnesis dan


pemeriksaan fisik serta pemeriksaan oftalmologis dan pemeriksaan
laboratorium. Dari anamnesis ditemukan adanya keluhan mata kanan bengkak
dan nyeri. Mata kanan bengkak dan nyeri akibat pembengkakkan jaringan lunak
sekeliling orbita karena peradangan. Peradangan pada selulitis orbita dapat
berasal dari infeksi sinus etmoid, gigi dan saluran napas bagian atas atau karena
trauma dan penyebaran secara hematogen. Pada penderita ini sumber infeksi
berasal dari saluran nafas bagian atas, karena sebelumnya penderita mengalami
batuk pilek yang disertai dengan demam. Infeksi selulitis orbita ini lebih
diperkuat dengan gejala lokal dan sistemik yang ditemukan pada pemeriksaan
fisik berupa febris dan malaise.

Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan VOD sde, VOS 6/15, TIOD sde,
TIOS 14,6 mmHg, edema palpebra superior dan palpebra inferior mata kanan,
konjungtiva hiperemi, kornea jernih, sekret (-), refleks pupil (+), pergerakan
bola mata agak terganggu, segmen posterior mata kanan sde, mata kiri normal.
Ketajaman penglihatan mata kanan sukar dievaluasi akibat edema dan nyeri.
Pergerakan bola mata yang terganggu ini membedakan selulitis orbita ini dengan
selulitis preseptal dimana pada selulitis preseptal tidak terjadi gangguan pada
pergerakan bola mata, sedangkan selulitis orbita terjadi gangguan pergerakan
bola mata. Infeksi pada penderita ini perlu penanganan segera karena dapat
timbul komplikasi yang lebih berat berupa abses subperiostal, trombosis sinus
kavernosus, meningitis dan kematian. Pada penderita ini belum sampai terjadi
trombosis sinus kavernosus karena gangguan pergerakan bola mata disini
unilatral, sedangkan pada trombosis sinus kavernosus gangguan pergerakan
bola mata bilateral dan disertai gejala meningeal.

Prinsip penanganan pada penderita ini adalah dengan pemberian


antibiotika spektum luas dan observasi perkembangan penyakit. Pada penderita
ini diberikan antibiotika ceftriaxone 2x1 gram IV, disertai dengan analgetik
tramadol 2x1 IM dan antipiretik berupa paracetamol 3x500 mg bila penderita
demam. Tindakan pembedahan bila terjadi abses.
Prognosa pada penderita ad vitam adalah bonam dimana tanda vital
kehidupan penderita baik. Sedangkan prognosis ad fungsionam adalah dubia ad
bonam karena paska pemberian antibiotika terlihat perubahan edema palpebra
menurun dan visus serta pergerakan bola mata mulai membaik.Dan tidak
ditemukan adanya komplikasi.
SELULITITS ORBITA DEXTRA

Oleh :

STEFAN A.G.P. KAMBEY

Pembimbing :

Dr. Dyana Th. Watania, SpM

Mentor

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT MATA

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2011

Anda mungkin juga menyukai