Kelompok 2
Anggota:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas dan menyusun makalah ini. Shalawat dan salam tak lupa penulis panjatkan
kepada nabi besar Muhammad SAW. Allahumma Shalli alaa Muhammad Waalaa Alii Muhammad.
Masih banyak kekurangan dalam penyusunan, dan penyusun memohon maaf atas segala
kekhilafan dan keterbatasan yang ada selama penyusunan makalah ini. Kritik dan saran senantiasa
penulis harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan pengetahuan penulis selanjutnya. Semoga
Allah SWT membalas segala budi baik yang telah kalian berikan dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Reaksi Anafilaksis pada Penggunaan Lidocaine sebagai Obat Anestesi Lokal 3
3.1 Kesimpulan 7
DAFTAR PUSTAKA 8
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
1. Bagaimana penggunaan lidocaine sebagai obat anestesi lokal?
2. Bagaimana reaksi anafilaksis pada penggunaan lidocaine sebagai obat anestesi
lokal?
3. Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan shock anafilaksis akibat
penggunaan lidocaine?
4. Bagaimana pencegahan terjadinya shock anafilaksis pada penggunaan
lidocaine?
BAB II
2
PEMBAHASAN
2.2 Reaksi Anafilaksis pada Penggunaan Lidocaine sebagai Obat Anestesi Lokal
Anafilaksis adalah suatu respon klinis hipersensitivitas yang akut dan berat yang
dapat menerang berbagai macam organ. Reaksi hipersensitivitas merupakan suatu reaksi
hipersensitivitas tipe cepat antara antigen dan antibodi spesifik (IgE) yang terikat pada sel
mast. Sel mast dan basofil akan mengeluarkan mediator mempunyai efel farmakologik
terhadap berbagai macam organ. Sistem organ yang terlibat selain sistem kardiovaskuler
adalah kulit, mukosa, sistem pernafasan dan sistem pencernan. (Kapitanyan, R.,dkk.
2010)
3
propyl paraben yang mempunyai struktur kimia mirip dengan PABA, sehingga dapat
menimbulkan reaksi alergi. Sediaan lidocaine baik dalam bentuk larutan ataupun jelly
biasanya mengandung bahan pengawet methyl paraben 0.061% dan propyl paraben
0,027%. (Kapitanyan, R.,dkk. 2010)
4
Dari kasus diatas, etika yang dilanggar oleh dokter gigi/perawat gigi adalah
non-maleficence, karena pasien mengalami shock anafilaksis setelah diinjeksi
anestesi lokal lidocaine. Hal tersebut dikarenakan dokter gigi/perawat gigi tidak
melakukan pemeriksaan / anamesa secara lengkap sebelum tindakan perawatan
dilakukan, seperti menanyakan kepada pasien tentang riwayat alegi obat/ antibiotik
sebelumnya sehingga dapat membatasi kemungkinan pasien bereaksi terhadap
antibiotik yang digunakan dalam anastesi.
5
3. Individu dengan riwayat asma dan alergi mempunyai resiko lebih besar terkena shock
anafilaksis
4. Tersedia obat penawar untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya reaksi
anafilaksis dan adanya alat bantu resusitasi saat keadaan darurat (Judarwanto, 2011).
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Anestesi lokal lidocaine memiliki mekanisme kerja yang menghambat transmisi
implus saraf (blokade konduksi). Pada umumnya penggunaan lidocaine sebagai anestesi
lokal jarang menimbulkan alergi. Namun, bahan preservative yang terkandung
didalamnya yaitu methyl paraben dan propyl paraben yang mempunyai struktur kimia
mirip dengan PABA sehingga dapat menimbulkan reaksi alergi. Penatalaksanaan pasien
dengan shock anafilaksis yang terpenting adalah tidakan segera untuk membantu fungsi
vital, melawan pengaruh mediator dan mencegah lepasnya mediator lebih lanjut serta
melakukan monitoring.
6
DAFTAR PUSTAKA
Kapitanyan, R.,dkk. 2010. Toxicity, Local Anesthetics. Diakses : 25 Oktober 2015 dari
http://emedicine.medscape.com/article/1844551-overview
Keshri, Umashanker Pd. Khan, Rashid Haider. 2014. Anaphylactic Reaction to Local
Administration of Lidocaine : A case Report Vol 3 Issue 12. World Journal Of
Pharmacy And Pharmaceutical Sciences. From :
file:///C:/Users/empirol/Downloads /article_wjpps_1417840974.pdf (diakses Jumat
23 Oktober 2015 pukul 19. 32 WIB)
Putra, I.B., 2008. Erupsi Obat Alergik. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, RSUP H. Adam Malik : Medan