Sarchopyton SP PDF
Sarchopyton SP PDF
YUDHI ROMANSYAH
SKRIPSI
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka
dibagian akhir skripsi ini.
YUDHI ROMANSYAH
C54062016
RINGKASAN
YUDHI ROMANSYAH
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA iaaiDr. Ir. Nurjanah, MSaai
NIP. 19460218 197301 1 001 NIP. 19591013 198601 2 002
Mengetahui,
Ketua Departemen
Karang lunak Sarcophyton sp. adalah biota laut yang hidup di ekosistem
kandungan bioaktif dari Sarcophyton sp. alami dan hasil transplantasi di perairan
Penelitian ini adalah tugas akhir yang dibuat sebagai salah satu syarat
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA dan Dr. Ir. Nurjanah, MS selaku Dosen
2. Dr. Ir. Tri Prartono, M.Sc selaku Dosen Penguji Tamu yang telah
3. Beginner Subhan, S.Pi, M.Si, Citra Satrya, S.Pi, dan Safrina Dyah
4. Ibu Ema Masruroh, S.Si, Silvia Rahmawati, A.Md, dan Sulastri, A.Md
5. Dian Rachma Safitri, S.Pi yang telah memberikan ilmu serta saran pada
penelitian ini.
Biologi Laut.
7. Ibu Rohmania, Adik Yurianza Destiana, dan Haezy Satriani yang selalu
Terima kasih atas kerja sama serta kebersamaannya yang tidak akan
terlupakan.
Bunganagara, Khaefah, S.Pi, dan Ahmad Gozali Darda. Terima kasih atas
10. Teman satu kostan (Aditya Asmaranala, S.TP dan Nizar Najmussakib).
Terima kasih atas momen yang diberikan pada saat kita bersama.
11. Teman-teman ITK 43, khususnya Muta Ali Khalifa, Resni Oktavia, S.IK,
Fitriyah Anggraeni, S.IK, dan Dyah Isnaini atas segala masukan, nasihat,
penelitian.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Yudhi Romansyah
DAFTAR ISI
Halaman
1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar belakang ......................................................................... 1
1.2. Tujuan ..................................................................................... 2
Halaman
Halaman
Halaman
pencemaran yang terjadi disertai dengan pola makan yang tidak baik dapat
metabolisme tubuh. Radikal bebas selanjutnya merusak sel dan jaringan dalam
ini mampu meredam kerja radikal bebas dan mengubahnya menjadi senyawa non
saat pasokan radikal bebas terlalu banyak didalam tubuh maka antioksidan dari
luar sangat dibutuhkan. Sumber antioksidan alami dapat berupa buah dan sayur
dan juga berupa antioksidan sintetik yaitu butylated hidroxy toluene (BHT).
Usaha untuk mencari sumber-sumber antioksidan terus dilakukan dan tidak hanya
berpatokan pada sumber dari terrestrial (daratan) namun juga mulai merambah ke
sumberdaya laut.
2
penelitian aktivitas antioksidan dan kandungan bioaktif juga telah dilakukan pada
biota laut lainnya, antara lain keong mas Pomacea canaliculata Lamarck
(Susanto, 2010), kerang pisau Solen sp. (Izzati, 2010), keong melo Melo melo
tidak hanya dari karang lunak alami namun juga dari karang lunak hasil
transplantasi. Jika pemanfaatan antioksidan hanya dari karang lunak alami maka
Sarcophyton sp.
1.2. Tujuan
terhadap aktivitas antioksidan dan kandungan senyawa bioaktif pada karang lunak
Sarcophyton sp.
2. TINJAUAN PUSTAKA
tangkai dan ukuran koloni yang besar. Koloni karang ini mampu mencapai
Kingdom : Animalia
Filum : Coelenterata
Kelas : Anthozoa
Ordo : Alcyonacea
Famili : Alcyoniidae
Genus : Sarcophyton
yaitu autosoid dan sifonosoid. Polip sifonoid ini lebih kecil ukurannya dari
autosoid dan tidak memiliki tentakel atau memiliki tentakel yang belum sempurna
(Manuputty, 2005).
nutrisi dari Sarcophyton sp. yang diperoleh dari hasil fotosintesis dengan bantuan
sinar matahari. Makanan lainnya yang juga dapat diperoleh yaitu mikroplankton,
larva udang, dan segala makanan yang mampu didapatkan oleh jenis invertebrata
filter feeder. Morfologi dari karang lunak Sarcophyton sp. hasil transplantasi di
4
Area Perlindungan Laut Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu dapat dilihat pada
Gambar 1.
berkembang optimal pada perairan bersuhu rata-rata tahunan 23-25C tetapi dapat
harus berada pada rataan terumbu karang yang mendapatkan sinar matahari
polip karang, namun gelombang yang terlalu besar dapat merusak struktur karang
metode fragmentasi dan koloni tersebut diambil dari induk koloni tertentu di alam.
5
alami di habitatnya atau habitat buatan untuk produksi anakan yang dapat dipanen
senyawa kimia aktif yang dihasilkan oleh organisme melalui jalur biosintetik
memiliki keragaman yang tinggi dan struktur kimia yang unik. Hal tersebut
lingkungan laut, yaitu salinitas, intensitas cahaya, arus, dan tekanan. Menurut
evolusi atau strategi adaptasi lingkungan. Kompetisi ruang dan makanan yang
beberapa dari golongan senyawa hasil metabolit sekunder, antara lain alkaloid,
steroid, flavonoid, fenol, saponin, dan peptida. Karang lunak Sarcophyton sp.
Zocchi et al. (2002) in Ismet (2007) melaporkan bahwa kenaikan suhu dapat
laju respirasi. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap produksi
7
asam amino.
subur juga berpengaruh terhadap kandungan bioaktif karang lunak. Perairan yang
alga yang hidup di kolom perairan (marak alga), maka semakin sedikit cahaya
dalam tubuh karang lunak tidak mampu untuk berfotosintesis dan kemudian mati
Radikal bebas adalah atom atau gugus atom yang memiliki satu atau lebih
senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan. Radikal ini akan merebut
elektron dari molekul lain yang ada di sekitarnya untuk menstabilkan diri
sehingga senyawa kimia ini sering dihubungkan dengan terjadinya kerusakan sel,
Radikal bebas dapat bekerja dengan aman dan efektif dalam tubuh manusia
dalam tubuh manusia, yaitu tidak hanya berfungsi untuk menumpas bakteri, virus,
atau benda asing lain yang bertumpuk di tubuh dalam sistem imun tapi juga
8
Radikal bebas memiliki reaktivitas yang sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan
Sebagai dampak dari kerja radikal bebas tersebut maka akan terbentuk radikal
bebas baru yang berasal dari atom atau molekul yang elektronnya diambil untuk
tersebut akan bergabung dan membentuk ikatan kovalen yang stabil. Sebaliknya,
bila senyawa radikal bebas bertemu dengan senyawa yang bukan radikal bebas
maka akan terjadi tiga kemungkinan, yaitu : radikal bebas akan memberikan
elektron yang tidak berpasangan kepada senyawa bukan radikal bebas, radikal
bebas menerima elektron dari senyawa bukan radikal bebas, radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk melalui dua cara, yaitu secara endogen dan
secara eksogen. Radikal bebas juga dapat terbentuk dari senyawa lain yang bukan
radikal bebas yang bersifat endogen dan eksogen dapat dilihat pada Tabel 1.
9
Tabel 1. Sumber Endogen dan Eksogen Radikal Bebas di dalam Tubuh Manusia
Endogen Eksogen
Mitokondria Rokok
Fagosit Polutan lingkungan
Reaksi yang melibatkan logam transisi Radiasi
Jalur Arakhidonat Obat tertentu
Peroksisom Pestisida
Olahraga Anestesi
Peradangan Larutan industri
Iskemia Ozon
Xantin oksidase
Sumber: Tuminah (2000) in Andriyanti (2009)
2.5. Antioksidan
lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat
antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga jika terdapat radikal berlebih dalam
dari luar tubuh. Adanya kekhawatiran akan kemungkinan efek samping yang
odor, dan warna pada produk, efektif pada konsentrasi rendah, tahan terhadap
10
sebagai donor H terhadap radikal bebas sehingga radikal bebas berubah menjadi
bentuk yang lebih stabil (Aini, 2007). Antioksidan alami mampu melindungi
Gambar 3. Struktur kimia senyawa DPPH radikal bebas dan non radikal
(Molyneux, 2004)
metode NBT (Nurjanah et al., 2009), metode Tiosianat (Munim et al., 2003 in
11
Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus
2010 di Area Perlindungan Laut Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta
Gambar 4. Lokasi Pengambilan Sampel Karang Lunak Sarcophyton sp. Alami dan
Hasil Transplantasi di Area Perlindungan Laut Pulau Pramuka,
Kepulauan Seribu
2008 pada dua kedalaman, yaitu 3 dan 12 meter di Area Perlindungan Laut, Pulau
Pramuka, Kep. Seribu. Sampel karang lunak Sarcophyton sp. yang digunakan
dalam penelitian ini adalah karang lunak Sarcophyton sp. yang berada di
mendapatkan sinar matahari yang cukup sehingga karang lunak Sarcophyton sp.
IPB.
Alat yang digunakan untuk mengambil sampel karang lunak adalah peralatan
SCUBA, cool box, alat tulis, dan pisau selam untuk mengambil sampel. Bahan
yang digunakan selama kegiatan laboratorium yaitu karang lunak Sarcophyton sp.
alami dan hasil transplantasi, pelarut metanol p.a., pelarut etil asetat p.a., pelarut
heksana p.a., aquades, larutan DPPH, dan berbagai pereaksi uji fitokimia. Alat
yang digunakan diantaranya orbital shaker, kertas saring kasar dan whatman,
dan pisau untuk memotong karang lunak dari substratnya dan ditempatkan di
Perlindungan Laut tersebut diambil sebanyak 300 g untuk sampel alami dan 300 g
untuk sampel hasil transplantasi. Kemudian sampel dipindahkan ke cool box yang
telah diisi dengan es batu dan blue ice sehingga suhunya tetap rendah agar enzim
tetap berada pada suhu rendah sehingga tidak terjadi pembusukan sebelum
yaitu setiap pelarut dicampurkan dengan sampel yang belum pernah dilarutkan
dengan pelarut lain sebelumnya. Pada setiap sampel (50 g) ditambahkan pelarut
(200 ml) dengan tujuan agar komponen bioaktif pada sampel karang lunak
senyawa dengan tingkat kepolaran yang berbeda, metanol p.a. sebagai pelarut
polar, etil asetat p.a. sebagai pelarut semi polar, dan heksana p.a. sebagai pelarut
menggunakan kertas saring kasar dan whatman hingga diperoleh filtrat dan residu.
Penyaringan ini dilakukan setiap 24 jam sekali dari maserasi. Filtrat hasil
maserasi hari pertama, kedua, dan ketiga dari masing-masing pelarut dievaporasi
15
metanol p.a, etil asetat p.a, dan heksana p.a dapat dilihat pada Gambar 5.
Sarcophyton sp. 50 g
didapatkan ketiga jenis ekstrak maka langkah selanjutnya ialah melakukan uji
16
Larutan DPPH yang digunakan, dibuat dengan melarutkan kristal DPPH sebanyak
0,0197 gram dalam pelarut metanol p.a. dengan konsentrasi 1 mM. Larutan induk
konsentrasinya menjadi 200 ppm, 400 ppm, 600 ppm, dan 800 ppm. Kemudian
larutan DPPH 1 ml. Campuran tersebut diinkubasi pada suhu 37C selama 30
pada panjang gelombang 517 nm. Pengujian ini dilakukan dari konsentrasi 200
ppm berurutan hingga 800 ppm. Diagram alir proses uji DPPH dapat dilihat pada
Gambar 6.
17
Diagram alir pada Gambar 6 berlaku untuk setiap ekstrak dari sampel karang
lunak alami dan transplantasi dengan pelarut metanol p.a., etil asetat p.a., dan
heksana p.a. Pengujian kualitatif dari metode DPPH yaitu dengan melihat warna
ungu pada DPPH menjadi ungu yang lebih muda atau adanya warna kuning ketika
dilakukan dengan cara menghitung nilai persen inhibisi dan dilanjutkan dengan
perhitungan nilai IC50. Persen inhibisi adalah nilai penghambatan radikal bebas
18
sampel yang dibutuhkan untuk mereduksi DPPH sebesar 50%. Semakin kecil
nilai IC50 maka semakin besar aktivitas antioksidan pada suatu bahan.
pelarut polar seperti metanol dan etanol. DPPH merupakan radikal yang stabil
yang dapat diukur intensitasnya pada panjang gelombang 515 nm (Rohman dan
Riyanto, 2005).
Sampel yang diambil untuk diuji fitokimia adalah ekstrak karang lunak dari
pelarut yang memiliki nilai IC50 paling besar. Uji fitokimia bertujuan untuk
pengujian berikut:
a. Uji Alkaloid
diuji dengan tiga pereaksi alkaloid, yaitu pereaksi Dragendroff, Meyer dan
Wagner. Hasil uji dinyatakan positif bila dengan pereaksi Meyer membentuk
Berikut ini prosedur dalam pembuatan pereaksi Meyer, Wagner, dan Dragendroff:
19
1. Pereaksi Meyer dibuat dengan cara menambahkan 1,36 gram HgCl2 dengan
0,5 gram kalium iodida lalu dilarutkan dan diencerkan dengan akuades
gram iodin dan 2 gram kalium iodida lalu dilarutkan dan diencerkan dengan
akuades menjadi 200 ml dalam labu takar. Pereaksi ini berwarna coklat.
ml asam asetat dan 40 ml air. Larutan ini dicampur dengan larutan yang
b. Uji Steroid
reaksi. Anhidrida asetat sebanyak 10 tetes dilanjutkan dengan asam sulfat pekat
c. Uji Flavonoid
Sebanyak 0,05 gram sampel ditambah serbuk magnesium 0,1 mg dan 0,4 ml
amil alkohol (campuran asam klorida 37% dan etanol 95% dengan volume yang
sama) dan 4 ml alkohol 70%, kemudian campuran dikocok. Hasil uji positif
Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Busa yang stabil
selama 30 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2 N menunjukkan
larutan FeCl3 5%. Hasil uji positif sampel mengandung senyawa fenol yaitu
f. Uji Molisch
asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Hasil uji positif sampel mengandung
lapisan cairan.
g. Uji Benedict
benedict. Campuran dikocok dan dididihkan selama 5 menit. Hasil uji positif
h. Uji Biuret
i. Uji Ninhidrin
0,1%. Campuran dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit. Hasil uji
positif sampel mengandung asam amino yaitu terbentuknya larutan berwarna biru.
bioaktif yang terdapat pada suatu bahan. Persentase rendemen ekstrak dihitung
.......................................... (1)
Keterangan:
Pr : Persen rendemen
Be : Bobot ekstrak
untuk menentukan persentase hambatan dari suatu bahan yang dilakukan terhadap
............................................... (2)
22
Keterangan:
Pi : Persen inhibisi
Ab : Absorbansi blanko
As : Absorbansi sampel
(200-800 ppm) selanjutnya digunakan untuk perhitungan IC50. IC50 atau Inhibitor
aktivitas DPPH sebesar 50%. Nilai konsentrasi dari larutan yang telah diencerkan
dari ekstrak dan persen inhibisi diplotkan masing-masing pada sumbu x dan y.
Perlakuan pada penelitian ini adalah sampel jenis alami dan transplantasi.
yang digunakan untuk menganalisis data hasil uji kandungan antioksidan dengan
DPPH adalah Rancangan Acak Faktorial (RAF) dengan model sebagai berikut:
Keterangan:
perlakuan taraf ke-I dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B
= Mean populasi
()ij = Pengaruh taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B
ijk = Pengaruh acak dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi
perlakuan ij
antioksidan dengan DPPH berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%, maka
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil dengan rumus sebagai berikut:
T(,dbs) x (4)
Keterangan:
T = nilai table T-Student pada taraf nyata dengan derajat bebas sisa dbs
= taraf nyata
r = ulangan
Nilai persen rendemen ekstrak dari tiap pelarut, baik karang lunak
Sarcophyton sp. alami maupun hasil transplantasi dapat dilihat pada Gambar 7.
Proses perhitungan rendemen ekstrak dari tiap pelarut dapat dilihat pada
Lampiran 2.
3
2,56
2.5
2 1,71
Persen
1.5
1,1 1,11 Alami
1 Transplant
0,63
0,49
0.5
0
Metanol Etil asetat Heksana
Pelarut
Gambar 7. Nilai Rataan Rendemen Ekstrak Sarcophyton sp. Alami dan Hasil
Transplantasi dengan Pelarut Metanol p.a., Etil Asetat p.a., dan
Heksana p.a.
terkandung dalam jaringan tubuh karang lunak Sarcophyton sp. adalah komponen
bioaktif yang memiliki sifat polar (metanol p.a.) karena ekstrak yang dihasilkan
dengan menggunakan pelarut metanol memiliki rendemen yang paling besar jika
dibandingkan dengan pelarut lainnya. Hal ini dikarenakan kelarutan zat pada
suatu pelarut sangat ditentukan oleh kemampuan zat tersebut membentuk ikatan
25
berbobot molekul rendah yang dapat membentuk ikatan hidrogen sehingga dapat
larut dan bercampur dengan air hingga kelarutan yang tak terhingga (Hart, 1987).
Ikatan hidrogen lebih mudah terbentuk pada pelarut metanol p.a. sehingga zat
bioaktif yang terdapat pada karang lunak Sarcophyton sp. lebih mudah larut dalam
metanol p.a.
digunakan sebagai acuan berapa banyak ekstrak yang dapat dihasilkan dari suatu
sampel. Hal ini juga berkaitan dengan berapa banyak kandungan bioaktif yang
kandungan senyawa bioaktif yang terdapat pada sampel tersebut. Hal ini senada
dengan yang dilaporkan oleh Nurhayati et al. (2009) bahwa nilai rendemen yang
ekstraksi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil ekstrak yang
Susanto, 2010).
Nilai IC50 karang lunak Sarcophyton sp. alami dan transplantasi dapat dilihat
pada Gambar 8. Perhitungan % inhibisi dan IC50 dapat dilihat pada Lampiran 3.
26
4500
3952,87 4174,32 4170,98
4000
3500
2926,43 2985,8
3000
2500
ppm
2000 Alami
1225,46
1500
Transplant
1000
500
0
Metanol p.a. Etil Asetat p.a. Heksana p.a.
Pelarut
Gambar 8. Nilai Rataan IC50 Karang Lunak Sarcophyton sp. Alami dan Hasil
Transplantasi dengan Pelarut Metanol p.a., Etil Asetat p.a., dan
Heksana p.a.
Gambar 8 memperlihatkan nilai IC50 dari setiap jenis sampel dan pelarut.
Sampel hasil transplantasi memiliki nilai IC50 yang lebih kecil dibandingkan
dengan sampel alami pada semua pelarut, yaitu metanol p.a. (1225,46 ppm), etil
didapatkan nilai Fhit > Ftab. Fhit yang didapatkan untuk pengaruh perlakuan
28,86. Setelah dilakukan uji lanjut (P=0,05) didapatkan hasil bahwa perlakuan
(1958) in Hanani et al. (2005) menyatakan bahwa suatu bahan memiliki aktivitas
antioksidan yang kuat jika nilai IC50 yang terukur kurang dari 200 mg/l (ppm).
27
Hal ini menjelaskan bahwa aktivitas antioksidan yang terdapat pada karang lunak
Kemudian sebagai pembanding dengan biota laut lainnya, pada Tabel 2 dapat
dilihat nilai IC50 dari biota uji lain yang telah dilakukan penelitian sebelumnya.
Tabel 2 menunjukkan bahwa ekstrak kasar lili laut dengan pelarut metanol
p.a. memiliki nilai IC50 terbesar, yaitu 419,20 ppm. Keong melo hanya memiliki
nilai IC50 sebesar 2.308 ppm, keong mas memiliki nilai IC50 1.270,47 ppm, dan
kerang pisau memiliki nilai IC50 1.391,08 ppm. Hal ini membuktikan bahwa lili
laut memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan
hewan invertebrata air yang lainnya namun jika dibandingkan dengan buah tomat
maka aktivitas lili laut masih rendah karena nilai IC50 buah tomat sebesar 44,06
ppm. Tomat dan sumber antioksidan dari terrestrial lainnya selama ini lebih
Ekstrak kasar dari karang lunak Sarcopyton sp. kemudian diuji fitokimia
fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkaloid, uji steroid, uji flavonoid, uji
saponin, uji fenol hidrokuinon, uji molisch, uji benedict, uji biuret dan uji
ninhidrin. Uji ini dilakukan terhadap dua sampel, yaitu sampel alami dan hasil
transplantasi yang diwakili oleh pelarut metanol p.a. Metanol p.a. merupakan
yang bersifat nonpolar (Andriyanti, 2009). Hasil uji fitokimia dari sampel karang
Tabel 3. Hasil Uji Fitokimia Karang Lunak Sarcophyton sp. Alami dan Hasil
Transplantasi
Jenis Sampel
Uji Fitokimia Standar
Alami Transplan
Alkaloid
a. Dragendorff - + Endapan merah atau jingga
b. Meyer - + Endapan putih kekuningan
c. Wagner - + Endapan coklat
Steroid + + Perubahan dari merah ke biru/hijau
Lapisan amil alkohol berwarna
Flavonoid + + merah/kuning/hijau
Saponin - - Terbentuk busa
Fenol Hidrokuinon - - Warna hijau atau biru
Molisch - - Warna ungu antara 2 lapisan
Benedict + + Warna hijau/kuning/endapan merah bata
Biuret - - Warna ungu
Ninhidrin - - Warna biru
menghasilkan reaksi positif pada uji steroid, uji flavonoid, dan uji benedict. Pada
29
sampel hasil transplantasi menghasilkan reaksi positif pada uji alkaloid, uji
steroid, uji flavonoid, dan uji benedict. Hal ini senada dengan yang dilaporkan
sedangkan pada sampel karang lunak alami tidak ditemukan. Hal ini berindikasi
alami untuk memperbaiki jaringan yang rusak (menutup luka). Lendir ini adalah
alkaloid dan berguna untuk pertahanan diri, pencegahan infeksi, dan persaingan
ruang.
bioaktif steroid. Steroid dalam karang lunak terbagi menjadi dua, yaitu hormon
adrenal dan hormon seks. Kedua hormon ini berperan dalam metabolisme dan
adanya kandungan gula pereduksi di dalam tubuh karang lunak Sarcophyton sp.,
baik alami maupun hasil transplantasi. Gula pereduksi yaitu monosakarida dan
disakarida merupakan karbohidrat yang dikandung oleh suatu bahan dan dapat
30
Penelitian ini menggunakan dua jenis sampel karang lunak Sarcophyton sp.
antioksidan yang tinggi pada sampel karang lunak Sarcophyton sp. hasil
di sampel karang lunak Sarcophyton sp. hasil transplantasi lebih besar jika
dibandingkan dengan yang alami. Dugaan awal yang dapat diambil adalah
mengeluarkan lendir sebagai respon alami untuk memperbaiki jaringan yang rusak
(menutup luka). Lendir ini adalah hasil dari metabolisme sekunder dan diduga
Hal yang serupa juga ditemui pada hasil uji fitokimia, yaitu terjadi perbedaan
kandungan yang terdapat pada sampel karang lunak Sarcophyton sp. alami dan
hasil transplantasi. Sampel karang lunak Sarcophyton sp. alami bereaksi positif
pada uji steroid, uji flavonoid, dan uji benedict. Sampel karang lunak
Sarcophyton sp. hasil transplantasi bereaksi positif pada uji alkaloid, uji steroid,
uji flavonoid, dan uji benedict. Dapat disimpulkan bahwa karang lunak
31
pereduksi. Hal ini serupa dengan yang diutarakan Badria et al. (1998) dan Sawant
et al. (2006) in Hardiningtyas (2009) bahwa karang lunak Sarcophyton sp. banyak
Perbedaan dalam hasil uji fitokimia terdapat pada uji alkaloid. Pada sampel
karang lunak Sarcophyton sp. alami tidak ditemukan adanya kandungan alkaloid.
Pada sampel karang lunak Sarcophyton sp. hasil transplantasi ditemukan adanya
kandungan alkaloid karena bereaksi positif saat pengujian dengan Wagner, Meyer,
Sarcophyton sp. ini diduga muncul ketika perlakuan transplantasi. Setelah karang
lendir sebagai respon alami untuk memperbaiki jaringan yang rusak (menutup
luka). Lendir ini adalah hasil dari metabolisme sekunder yang diduga
dan asam amino merupakan hasil metabolit primer. Alkaloid, steroid, flavonoid,
adalah sifat penghambat secara langsung terhadap suatu jenis oleh jenis lainnya
dengan menggunakan zat-zat kimia beracun atau berbisa. Hal ini diperkuat
dengan hasil penelitian Fleury et al. (2004) bahwa produktif senyawa bioaktif
ketika didekatkan dengan karang lunak Pacillopora darmiconis dan juga oleh
Produksi metabolit ini hampir serupa pada semua organisme, melibatkan proses
pada saat kebutuhan metabolisme primer sudah terpenuhi dan digunakan dalam
1983 in Ismet, 2007). Contoh pertahanan dan strategi terhadap lingkungan sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Coll et al, (1983) in Kelman et al, (1999) bahwa
Metabolit sekunder yang terbentuk pada karang lunak Sarcophyton sp. diduga
selesai. Proses ini membutuhkan waktu dan ditandai dengan keluarnya lendir
berwarna kuning coklat dari bagian tubuh karang lunak Sarcophyton sp. yang
dipotong. Secara umum, luka yang terdapat pada karang lunak dapat diakibatkan
laboratorium pada bulan Juli dan Agustus 2010. Pada saat pengambilan, luka
tertutup sempurna. Jarak waktu yang lama antara kegiatan transplantasi dengan
predasi, gelombang yang sangat besar, dan keterbatasan cahaya matahari. Hal ini
karang lunak Sarcophyton sp. hasil transplantasi bukan murni akibat kegiatan
senyawa bioaktif pada jangka waktu yang singkat sejak kegiatan transplantasi.
Hal ini nantinya dipengaruhi oleh usia karang lunak setelah ditransplantasi,
aktivitas antioksidan dan senyawa bioaktif. Kemudian pada usia dua dan tiga
bulan juga dilakukan hal yang sama agar dapat diketahui informasi waktu yang
efektif untuk pemanfatan karang lunak Sarcophyton sp. hasil transplantasi sebagai
antioksidan.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
aktivitas antioksidan melalui nilai IC50 didapatkan hasil yaitu aktivitas antioksidan
yang terkandung dalam karang lunak Sarcophyton sp. hasil transplantasi lebih
tinggi.
menghasilkan reaksi positif pada uji steroid, flavonoid, dan benedict. Pengujian
pada karang lunak Sarcophyton sp. hasil transplantasi menghasilkan reaksi positif
menaikkan aktivitas antioksidan pada karang lunak Sarcophyton sp. yang juga
5.2. Saran
Sampel karang lunak Sarcophyton sp. Sarcophyton sp. alami yang telah
alami dan transplantasi yang berada dipotong-potong
di dalam cool box.
Filtrat dari sampel alami ulangan Proses evaporasi filtrat dengan vacuum
pertama yang telah didapatkan dari evaporator untuk memisahkan ekstrak
proses filtrasi hari pertama dengan pelarut
41
Ekstrak yang telah didapatkan kemudian Larutan induk dari ekstrak ditempatkan
ditempatkan di tabung kecil di gelas ukur kecil
Ekstrak yang telah diencerkan dengan Tabung reaksi yang digunakan untuk
metanol p.a. menjadi 200,400,600, dan uji aktivitas antioksidan dan uji
800 ppm. fitokimia
42
Contoh: rendemen ekstrak sampel karang lunak Sarcophyton sp. alami ulangan 1
dengan pelarut metanol p.a.
Rendemen (%)
Ulangan Alami Transplan
Metanol Etil asetat Heksana Metanol Etil asetat Heksana
Ulangan 1 2.8948 1.2476 0.4796 1.3842 1.1874 0.5842
Ulangan 2 2.217 0.9444 0.5048 2.0452 1.0316 0.6686
Rata2 2.5559 1.096 0.4922 1.7147 1.1095 0.6264
43
Contoh: % inhibisi sampel karang lunak Sarcophyton sp. alami ulangan 1 dengan
pelarut metanol p.a. 200 ppm.
30
25
Persen inhibisi (%)
20
15 y = 0.012x + 14.84
10
5
0
0 200 400 600 800 1000
Konsentrasi sampel (ppm)
y = 0,012x + 14,84
50 = 0,012x + 14,84
50 14,84 = 0,012x
35,16 = 0,012x
2930 = x
Data IC50
Jenis % inhibisi
Pelarut Regresi IC50 (ppm)
Sampel 200 400 600 800
Metanol 17.98 19.16 21.16 25.42 y = 0.012x + 14.84 2930,00
Alami 1 Etil asetat 15.20 19.41 20.44 20.60 y = 0.008x + 14.61 4423,75
Heksana 18.08 19.00 20.80 22.91 y = 0.008x + 16.12 4235,00
Metanol 32.50 34.84 37.12 44.60 y = 0.019x + 27.62 1177,89
Transplant 1 Etil asetat 15.11 18.90 24.61 21.60 y = 0.012x + 13.75 3020,83
Heksana 23.31 25.08 26.27 28.19 y = 0.007x + 21.75 4035,71
Metanol 30.89 32.76 34.63 35.46 y = 0.007x + 29.54 2922,86
Alami 2 Etil asetat 16.25 20.87 21.91 23.00 y = 0.010x + 15.18 3482,00
Heksana 6.65 9.92 11.42 13.71 y = 0.011x + 4.750 4113,64
Metanol 26.79 29.07 33.54 41.20 y = 0.023x + 20.72 1273,04
Transplant 2 Etil asetat 14.61 16.49 19.84 22.43 y = 0.013x + 11.64 2950,77
Heksana 16.18 20.45 21.00 21.71 y = 0.008x + 15.55 4306,25
45
Etil asetat
Count 2 2 4
Sum 7905.75 5971.603 13877.35
Average 3952.875 2985.8015 3469.338
Variance 443446.5 2454.412 460377.4
Heksana
Count 2 2 4
Sum 8348.64 8341.96 16690.6
Average 4174.32 4170.98 4172.65
Variance 7364.125 36595.946 14657.08
Total
Count 6 6
Sum 22107.25 16764.493
Average 3684.542 2794.0822
Variance 444814.8 1765980.9
ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Sample 9109795 2 4554898 55.2764 0.000136 5.143253
Columns 2378754 1 2378754 28.8676 0.001707 5.987378
Interaction 1449770 2 724884.9 8.796911 0.016446 5.143253
Within 494413.3 6 82402.21
Total 13432733 11
T(,dbs) x
RIWAYAT HIDUP