Anda di halaman 1dari 15

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/299975256

Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis


Menggunakan Desain Didaktis Berdadasarkan
Kesulitan Belajar pada...

Article February 2016

CITATIONS READS

0 1,112

3 authors, including:

Sulistiawati --
College of Teacher Education
9 PUBLICATIONS 1 CITATION

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Analisis Hambatan Belajar Mahasiswa Papua Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan


Pemahaman Materi dan Menumbuhkan Karakter Percaya Diri Dalam Perkuliahan Aljabar Linear View
project

All content following this page was uploaded by Sulistiawati -- on 08 April 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are added to the original document
and are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.
JPPM Vol. 9 No 1 (2016)

Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis


Menggunakan Desain Didaktis Berdadasarkan Kesulitan Belajar pada Materi
Luas dan Volume Limas
SULISTIAWATI1),DIDI SURYADI2),SITI FATIMAH3)
Email : sulistiawati@stkipsurya.ac.id1)

STKIP Surya1)

Universitas Pendidikan Indonesia2,3)

Abstrak. Latar belakang dari penelitian ini adalah adanya kemampuan penalaran dan kompetensi strategis siswa di
sekolah yang belum dapat berkembang sebagaimana mestinya sebagai dampak dari rendahnya pemahaman siswa dalam
matematika. Secara lebih khusus, siswa masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran materi geometri. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kesulitan belajar (learning obstacle) siswa terkait penalaran matematis
pada materi luas dan volume limas dan untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis
siswa yang belajar dengan menggunakan desain didaktis (didactical design) yang dikembangkan lebih baik daripada
siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis
kuasi eksperimen berdesain kelompok kontrol non-ekuivalen. Perlakuan yang diberikan adalah pembelajaran dengan
menggunakan desain didaktis penalaran matematis yang dikembangkan berdasarkan analisis kesulitan belajar. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas yaitu
kelas VIII I (30 siswa) sebagai kelas kontrol dan kelas VIII J (30 siswa) sebagai kelas eksperimen. Instrumen dalam
penelitian ini adalah instrumen tes kemampuan penalaran matematis dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa
dalam pembelajaran. Analisis data menggunakan uji-t untuk mengetahui perbedaan rata-rata kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Selain itu juga digunakan uji gain ternormalisasi (N-gain) untuk mengetahui besarnya peningkatan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa siswa masih memiliki kesulitan dalam kemampuan penalaran matematis pada materu
luas dan volume limas dengan rata-rata sebesar 76,87%. Disamping itu, kemampuan penalaran matematis siswa kelas
eksperimen secara signifikan lebih baik daripada kelas kontrol. Perolehan rata-rata skor gain ternormalisasi sebesar
0,55 untuk kelas eksperimen dengan kategori sedang dan kelas kontrol sebesar 0,36 dengan kategori sedang.

Kata Kunci: penalaran matematis, desain didaktis, kesulitan belajar, luas limas, volume limas

Abstract. The background of this research is the ability of reasoning and strategic com-petence of students in the
school who have not been able to develop properly as a result of a lack of understanding by students in mathematics.
More spe-cifically, students are still experiencing difficulties in learning the mate-rial geometry. This study aims to
determine how the difficulties of learning (learning obstacle) students related mathematical reasoning to the material
area and volume of the pyramid and to determine whether the increased ability of the mathematical reasoning students
learn using the design of didactic (di-dactical design) developed better than students who received learning conven-
tional. This research method is quantitative research with this type of quasi-experimental design non-equivalent control
group. The treatments were learning by using mathematical reasoning didactic design developed based on the analy-
sis of learning difficulties. The study population was all students in grade VIII SMP Negeri 29 Bandung. The study
sample consisted of two classes of eighth grade I (30 students) as the control class and class VIII J (30 stu-dents) as
an experimental class. Instruments in this research is mathematical reasoning ability test instruments and observation
sheet activities of teach-ers and students in learning. The data analysis using t-test to determine dif-ferences in the
average grade control and the experimental class. It is also used to test the gain normalized (N-gain) to determine the
magnitude of the increase. The results showed that students still have difficulty in mathemati-cal reasoning ability on
materu area and volume of a pyramid with an average of 76.87%. In addition, mathematical reasoning skills students
experimental group was significantly better than the control class. Obtaining an average score of 0.55 for the gain
normalized experimental class with category and class control of 0.36 with the medium category.

Keywords: mathematical reasoning, didactic design, learning difficulties, ex-tensive pyramid, the pyramid volume

175
176

SULISTIAWATI1),DIDI SURYADI2),SITI FATIMAH3)

A. PENDAHULUAN

Dalam Standar Isi (SI) kurikulum 2006 pembelajaran geometri dan menunjukkan kinerja yang
disebutkan bahwa tujuan mata pelajaran matematika di buruk. Menurut Usiskin (Halat, 2008) menyatakan
sekolah adalah agar siswa mampu memahami konsep bahwa banyak siswa yang gagal dalam memahami
matematika, menggunakan penalaran, memecahkan konsep-konsep kunci dalam geometri, dan meninggalkan
masalah, mengkomunikasikan gagasan, dan memiliki pelajaran geometri tanpa belajar terminologi dasar. Siswa
sikap menghargai kegunaan matematika dalam sering salah mengidentifikasi gambar dalam pembelajaran
kehidupan (Wardhani, 2010). Dalam National Council geometri dan sulit dalam pembuktian suatu teorema
of Teachers of Mathematics/NCTM (2000) menetapkan pada bangun geometri (Burger dan Shaughnessy, 1986).
bahwa standar untuk matematika tingkat sekolah dari TK Penjelasan-penjelasan tersebut didukung oleh hasil
sampai SMA kelas XII meliputi bilangan dan operasi, survey Programme for International Students Assesment
aljabar, geometri, pengukuran, analisis data dan peluang, (PISA) 2000/2001 (Suwaji, 2008) yang menunjukkan
pemecahan masalah, penalaran dan pembuktian, bahwa siswa lemah dalam geometri, khususnya dalam
komunikasi, koneksi, dan representasi. Dari penjelasan pemahaman ruang dan bentuk.
tesebut, penalaran merupakan salah satu kemampuan Kesulitan belajar (learning difficulties atau
yang harus dimiliki oleh siswa dan perlu dikembangkan learning disabilities) merupakan ketidakmampuan
dalam pembelajaran matematika. dalam belajar (Depdiknas, 2007). Kesulitan-kesulitan
Sebuah fakta ditemukan bahwa kemampuan yang dimiliki siswa harus didiagnosa agar ditemukan
penalaran dan kompetensi strategis siswa di sekolah permasalahan yang dihadapi, terutama kesulitan siswa
belum dapat berkembang sebagaimana mestinya yang bersifat intelektual. Hal ini dilakukan sebagai
sebagai dampak dari rendahnya pemahaman siswa upaya untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat
dalam matematika. Fakta ini didukung oleh hasil kesulitan belajar yang dialami. Langkah selanjutnya
survey IMSTEP-JICA (dalam Herman, 2007) bahwa adalah mempelajari faktor-faktor penyebab dan
pemahaman siswa dalam matematika di sekolah masih menentukan cara mengatasinya, baik secara pencegahan
rendah yang salah satunya disebabkan oleh pembelajaran maupun penyembuhan. Misalnya, dengan menetapkan
yang terlalu berkonsentrasi pada hal-hal mekanistik dan model pembelajaran tertentu atau mendesain bahan ajar
prosedural. Lebih lanjut, beberapa pembelajaran masih dengan metode tertentu. Pengembangan bahan ajar atau
berpusat pada guru dan siswa banyak berlatih soal. desain didaktis dapat menjadi alternatif solusi untuk
Dari studi awal yang dilakukan oleh peneliti mengatasi kesulitan belajar siswa.
kepada 35 siswa kelas IX E SMP Negeri 29 Bandung, Pengembangan desain didaktis mempunyai
41siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Lembang, dan peranan dalam belajar matematika dan pembelajaran
49 mahasiswa STKIP Siliwanngi Bandung semester matematika (Supriatna, 2011). Peranan tersebut sangat
6 diperoleh hasil bahwa para siswa dan mahasiswa berpengaruh terhadap bagaimana mereka melakukan
masih kesulitan menyelesaikan soal terkait kemampuan pembelajaran di kelas (Suryadi, 2010). Bahkan
penalaran matematis. Siswa dan mahasiswa memiliki pengembangan teori-teori baru diharapkan mampu
kesulitan bernalar terkait materi luas dan volume menjawab hambatan-hambatan pembelajaran, lintasan
limas. Rata-rata persentase kesulitan yang dialami oleh belajar siswa dan karakteristik siswa. Pengembangan
siswa SMP sebesar 85,71%, siswa SMA 63,25%, dan desain didaktis perlu terus dilakukan baik oleh guru,
mahasiswa PT sebesar 79,32%. Hal ini menunjukkan maupun peneliti.
bahwa kesulitan siswa dalam menggunakan kemampuan Desain didaktis yang dikembangkan dalam
penalaran matematis masih besar. penelitian ini berdasarkan kesulitan belajar yang biasa
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa metode dikenal dengan learning obstacle. Learning obstacle ada
mengajar yang digunakan oleh guru secara umum 3 jenis, yaitu ontogenical learning obstacle, didactical
cenderung guru yang lebih aktif dan siswa pasif menerima learning obstacle dan epistemological learning obstacle
informasi yang disampaikan oleh guru. Hal ini sejalan (Brousseau, 2002). Ontogenical learning obstacle adalah
Sutiarso (2000) yang menyatakan bahwa kenyataan di kesulitan belajar berdasarkan psikologis, dimana siswa
lapangan justru menunjukkan siswa pasif dalam proses mengalami kesulitan belajar karena faktor kesiapan
pembelajaran, dan siswa pada umumnya hanya menerima mental, dalam hal ini cara berfikir siswa yang belum
transfer pengetahuan dari guru. Hal yang sama juga masuk karena faktor usia. Didactical learning obstacle
diungkapkan oleh Sumarmo (dalam Rofingatun, 2006) adalah kesulitan belajar siswa terjadi karena kekeliruan
bahwa proses pembelajaran pada umumnya kurang penyajian, dalam hal ini bahan ajar yang digunakan
melibatkan aktivitas siswa secara optimal sehingga siswa siswa dalam belajar dapat menimbulkan miskonsepsi.
jarang aktif dalam pembelajaran. Epistemological learning obstacle adalah kesulitan
Hasil penelitian dari beberapa peneliti belajar siswa karena pemahaman siswa tentang sebuah
menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam konsep yang tidak lengkap, hanya dilihat dari asal-
177

PENALARAN MATEMATIS

usulnya saja. deduktif atau induktif; menggunakan data yang


Menurut Keraf (dalam Shadiq, 2004) penalaran mendukung untuk menjelaskan mengapa cara yang
diartikan sebagai proses berpikir yang menghubungkan digunakan serta jawaban adalah benar; dan memberikan
fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat-
pada suatu kesimpulan. Menurut Shurter dan Pierce sifat, dan hubungan.
(Sumarmo, 1987) penalaran adalah proses pencapaian Penskoran terhadap kemampuan penalaran
kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber matematis digunakan rubrik penilaian kemampuan
yang relevan. Penalaran adalah proses berpikir yang penalaran matematis yang dikembangkan oleh Thompson
dilakukan dengan suatu cara untuk menarik kesimpulan. (2006):
Kesimpulan yang bersifat umum dapat ditarik dari
kasus-kasus yang bersifat individual. Tetapi dapat pula Tabel 1. Kriteria Penilaian Penalaran Matematis
sebaliknya, dari hal yang bersifat individal menjadi kasus
yang bersifat umum (Suherman, 2003). Skor Kriteria
Daya nalar siswa dalam mata pelajaran matematika 4 Jawaban secara substansi benar dan lengkap
perlu ditumbuhkembangkan. Seperti yang dijelaskan
dalam dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 206/C/ Jawaban memuat satu kesalahan atau kelalaian
3
PP/2004 (Depdiknas, 2004), penalaran dan komunikasi yang signifikan
merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam
melakukan penalaran dan mengkomunikasikan gagasan sebagian jawaban benar dengan satu atau
matematika. Menurut dokumen di atas indikator yang 2
lebih kesalahan atau kelalaian yang signifikan
menunjukkan adanya penalaran adalah:
1. menyajikan pernyataan secara lisan, tertulis,
gambar, dan diagram
2. mengajukan dugaan (conjectures) Sebagian besar jawaban tidak lengkap tetapi
1
3. melakukan manipulasi matematika paling tidak memuat satu argumen yang benar
4. menarik kesimpulan, menyusun bukti,
memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa
Jawaban tidak benar berdasarkan proses atau
solusi 0
argumen, atau tidak ada respon sama sekali
5. menarik kesimpulan dari pernyataan
6. memeriksa kesahihan suatu argumen
7. menemukan pola atau sifat dari gejala matematis Peneliti melakukan identifikasi terhadap
untuk membuat generalisasi kesulitan belajar siswa yang berkaitan dengan kesulitan
pembelajaran matematika berkaitan dengan materi limas.
Sedangkan menurut Sumarmo (Kusumah, 2008) Kesulitan belajar ini diidentifikasi berdasarkan studi
indikator penalaran matematis meliputi: (1) menarik pendahuluan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan
kesimpulan logis; (2) memberikan penjelasan dengan penelitian. Untuk itu, rumusan masalah dalam penelitian
menggunakan model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan; dalam penelitian ini adalah 1) bagaimanakah kesulitan
(3) memperkirakan jawaban dan proses solusi; (4) belajar (learning obstacle) siswa terkait penalaran
menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis matematis pada materi luas dan volume limas?; dan 2)
situasi matematik; (5) menyusun dan menguji konjektur; apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis
(6) merumuskan lawan contoh; (7) mengikuti aturan pada siswa yang belajar menggunakan desain didaktis
referensi dan memeriksa validitas argumen; (8) penalaran matematis yang dikembangkan pada materi luas
menyusun argumen yang valid; dan (9) menyusun dan volume limas lebih baik daripada siswa pada siswa
pembuktian langsung, tak langsung dan menggunakan yang mendapat pembelajaran konvensional. Hipotesis
induksi matematika. dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan
Dalam penelitian ini, indikator penalaran penalaran matematis siswa yang belajar menggunakan
matematis yang akan diukur meliputi: memperkirakan desain didaktis penalaran matematis yang dikembangkan
jawaban dan proses solusi; menganalisis pernyataan- pada materi luas dan volume limas lebih baik daripada
pernyataan dan memberikan contoh yang dapat siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
mendukung atau bertolak belakang; mempertimbangkan
validitas dari argumen yang menggunakan berpikir
178

SULISTIAWATI1),DIDI SURYADI2),SITI FATIMAH3)

B.METODE

Desain Penelitian matematis materi luas dan volume limas. Instrumen tes
Metode dalam penelitian ini termasuk metode kemampuan penalaran matematis pada penelitian ini
kuantitatif yang berbentuk kuasi eksperimen dengan berbentuk uraian yang terdiri dari 6 butir soal. Tes ini
tujuan untuk mengetahui kemampuan penalaran dilakukan bertujuan untuk melihat proses pengerjaan
matematis siwa yang belajar menggunakan desain yang dilakukan siswa agar dapat diketahui sejauh
didaktis penalaran matematis materi luas dan volume mana siswa mampu bernalar. Dalam penyusunan tes
limas yang diberikan.Variabel penelitian ini terdiri dari kemampuan penalaran matematis, terlebih dahulu
dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. peneliti menyusun kisi-kisi soal yang dilanjutkan
Variabel bebasnya adalah desain didaktis bahan ajar dengan menyusun soal beserta kunci jawaban. Soal
penalaran matematis yang telah disusun dan direvisi. yang sudah disusun kemudian diujicobakan dan hasilnya
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan diuji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat
penalaran matematis. kesukaran.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini Untuk uji validitas menggunakan rumus korelasi
terdiri dua kelompok yang memiliki kemampuan Product Moment Pearson, sedangkan uji reliabilitas
awal yang setara, dan kondisi kesetaraan kelompok- dengan tes berbentuk uraian menggunakan rumus Alpha.
kelompok tersebut diketahi berdasarkan hasil pretes Uji daya pembeda dalam penelitian ini dengan membagi
kedua kelas. Untuk meyakinkan bahwa kedua kelas testee ke dalam dua kelompok, yaitu: kelompok
setara dilakukan uji normalitas dilanjutkan dengan uji atas (the higher group); yaitu kelompok testee yang
homogenitas. Kelas pertama sebagai kelas eksperimen berkemampuan tinggi; dan kelompok bawah (the lower
mendapatkan pembelajaran yang menggunakan desain group), yaitu kelompok testee yang berkemampuan
didaktis penalaran matematis yang telah direvisi rendah. Kelompok kecil (kurang dari 100 orang) maka
dan kelas kedua sebagai kelas kontrol mendapatkan seluruh kelompok testee dibagi dua sama besar, 50%
pembelajaran konvensional. Desain quasi eksperimen kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Untuk
yang digunakan adalah desain kelompok kontrol non- mengukur tingkat kesukaran menggunakan rumus yang
ekuivalen (Ruseffendi, 2005), yang dapat dilihat pada digunakan untuk soal tipe uraian.
tabel di bawah ini: Instrumen desain didaktis atau bahan ajar
disusun berdasarkan kesulitan belajar yang muncul dari
Tabel 2. Desain Penelitian tes diagnostik yang dilakukan. Desain didaktis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah desain didaktis
Kelas Pretest Perlakuan Posttest revisi. Desain didaktis revisi diperoleh dari analisis dari
Eksperimen O X O pengujicobaan desain didaktis yang masih didasarkan
Kontrol O O pada kesulitan belajar.

Analisis Data Kuantitatif


Keterangan:
Untuk melihat terdapat atau tidaknya perbedaan
O : pretest/posttest tentang penalaran matematis
kemampuan penalaran matematis antara kelas eksperimen
pada luas dan volume limas
dengan kelas kontrol dilakukan uji beda rata-rata dengan
X : perlakuan pembelajaran dengan desain didaktis
uji Independent-Sample T Test. Hal ini dilakukan apabila
penalaran matematis pada materi luas dan volume
data berdistribusi normal dan homogen. Apabila data
limas
tidak berdistribusi normal maka tidak perlu dilakukan
uji homogenitas varians, sehingga uji hipotesisnya
Populasi dan Sampel
menggunakan uji statistik nonparametrik yaitu uji
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
Mann-Whitney U dikarenakan sampelnya bebas. Proses
siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung tahun ajaran
perhitungan ini menggunakan software SPSS.
2011/2012. Sampel yang diambil sebanyak dua kelas yaitu
Untuk melihat besarnya peningkatan sebelum dan
kelas VIII I dan VIII J. Teknik pengambilan sampelnya
sesudah pembelajaran dihitung dengan menggunakan
adalah purposive sampling yaitu dengan memilih dua
rumus N-gain yang dikembangkan oleh Meltzer (2002)
kelas dari sepuluh kelas yang ada. Pemilihan dua kelas
sebagai berikut:
ini merujuk pada desain penelitian yang terdiri dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol..
Gain Ternormalisasi/ skor postes skor pretes ...... (Meltzer,
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
N-gain (g) = skor ideal skor pretes 2002)
terdiri dari instrumen tes, desain didaktis, dan lembar
observasi. Instrumen tes adalah soal tes penalaran
179

PENALARAN MATEMATIS

Selanjutnya indeks gain yang diperoleh jalannya proses pembelajaran. Hasil penilaian dilakukan
diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi indeks pada setiap aspek kegiatan guru dan siswa berkaitan
N-gain dari Hake (1999) sebagai berikut: dengan keterlaksanaan pembelajaran menggunakan
desain didaktis penalaran matematis pada materi luas dan
Tabel 3. Interpretasi Indeks N-gain volume limas dinyatakan dalam kategori penilaian, yaitu
1 (sangat tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3 (setuju), dan
Indeks N-gain Interpretasi 4 (sangat setuju). Persentase pada aktivitas ini dihitung
dengan:
g 0,7 Tinggi
0,3 g < 0,7 Sedang Q
g < 0,3 Rendah
P= 100%
R

Observasi Guru dan Siswa Keterangan:


Observasi dilakukan sebanyak pertemuan P = persentase aktivitas
pembelajaran yaitu tiga kali. Pengamatan di dalam kelas Q = skor pada aspek aktivitas
dilakukan sebaik mungkin dengan tidak mengganggu R = skor maksimum pada suatu aspek, yaitu 4

C. HASIL PENELITIAN

Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana signifikan sedangkan no. soal 1 dan 7 tidak signifikan).
kesulitan belajar (learning obstacle) siswa terkait penalaran Berdasarkan pertimbangan berkaitan indikator penalaran
matematis pada materi luas dan volume limas dan untuk matematis yang digunakan, soal nomor 1 dibuang
mengetahui apakah peningkatan kemampuan penalaran dan soal nomor 7 digunakan. Selanjutnya soal yang
matematis pada siswa yang belajar menggunakan desain telah diperbaiki di uji cobakan kembali untuk uji coba
didaktis penalaran matematis yang dikembangka pada terbatas. Uji coba terbatas di laksanakan di SMPK 1 BPK
luas dan volume limas lebih baik dari pada siswa dengan Penabur Bandung sebanyak 12 siswa dengan kelompok
pembelajaran konvensional. Desain didaktis yang berkemampuan tinggi sebanyak 3 orang, berkemampuan
digunakan dalam penelitian ini adalah desain didaktis sedang 6 orang, dan berkemampuan rendah sebanyak 3
yang dikembangkan, diujicobakan, kemudian direvisi. orang.
Hasil desain didaktis revisi inilah yang dijadikan sebagai
perlakuan pada kelas eksperimen. Pengembangan dan Kesulitan Belajar pada Kemampuan Penalaran
perevisian desain didaktis ini didasarkan pada kesulitan Matematis Terkait Luas dan Volume Limas
belajar siswa dalam kemampuan penalaran matematis Instrumen yang telah diujicobakan terbatas
terkait materi luas dan volume limas. Kesulitan belajar selanjutnya digunakan sebagai instrumen dalam studi
siswa ini diperoleh dengan menggunakan instrumen tes pendahuluan untuk mencari kesulitan belajar (learning
diagnostik yang dikembangkan berdasarkan indikator obstacle) dalam penalaran matematis terkait luas dan
kemampuann penalaran matematis. Beberapa aspek yang volume limas. Responden yang diambil adalah siswa
diukur dapat dilihat pada tabel 4. kelas IX E SMP Negeri 29 Bandung sebanyak 35
Aspek yang diukur tersebut diperoleh setelah orang, siswa Kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Lembang
peneliti melakukan uji coba instrumen tes penalarann sebanyak 41 orang dan mahasiswa STKIP Siliwangi
matematis di SMP Assalam Bandung kelas IX A, dengan Bandung semester 6 sebanyak 49 orang. Jawaban-
jumlah sampel sebanyak 30 orang. Instrumen uji coba jawaban dari responden selanjutnya diidentifikasi untuk
terdiri dari 7 butir soal yang sesuai dengan indikator mendapatkan data kesulitan belajar siswa berkaitan
penalaran matematis pada materi luas dan volume limas dengan kemampuan penalaran matematis pada materi
yang telah ditentukan. Setelah uji coba selesai dilakukan, luas dan volume limas. Identifikasi jawaban siswa ini
kemudian dilakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat mengacu pada rubrik jawaban yang memuat langkah-
kesukaran, dan uji daya pembeda untuk mengetahui langkah penyelesaian berdasarkan level kemampuan
soal mana yang dapat digunakan, harus diperbaiki, atau penalaran siswa. Berdasarkan analisis hasil jawaban
dibuang. siswa ternyata siswa masih memiliki banyak kesulitan
Dari analisis jawaban siswa pada uji coba yang dalam penalaran matematis yang direpresentasikan dari
telah dilakukan diperoleh bahwa: (i) 5 butir soal valid indikator-inndikatornya. Data selengkapnya dapat dilihat
dan 2 butir soal tidak valid (soal no. 1 dan soal no.7), (ii) pada tabel 4 di bawah ini.
reliabilitas tinggi, (iii) tingkat kesukaran meliputi mudah,
sedang, dan sukar, dan (iv) daya pembeda (no. soal 2 6
180

SULISTIAWATI1),DIDI SURYADI2),SITI FATIMAH3)

Tabel 4. Indikator, Aspek Penalaran Matematis, dan Persentase Kesulitan

Persentase
Aspek
Indikator Penalaran Matematis Kesulitan
Penalaran Matematis
(%)
1. Memperkirakan jawaban dan 1. Siswa dapat menduga volume air di dalam kubus yang di
85,71
proses solusi dalamnya dimasukkan piramida dengan ukuran tertentu.
2. Siswa dapat memeriksa jawaban atau pendapat atas
2. Menganalisis pernyataan-
pernyataan yang berkaitan dengan jaring-jaring limas. 20,41
pernyataan dan memberikan
3. Siswa dapat memeriksa pernyataan berkaitan dengan
penjelasan/alasan yang dapat
volume limas yang merupakan bagian dari limas yang 93,88
mendukung atau bertolak belakang
lain.
3. Mempertimbangkan validitas 4. Siswa dapat merancang pola suatu masalah tertentu
dari argumen yang menggunakan berdasarkan kondisi yang berkaitan dengan volume
berpikir deduktif atau induktif limas, kemudian dapat menunjukkan bukti kebenaran 82,99
dari jawaban yang diberikan.
5. Siswa dapat menunjukkan bukti kebenaran/
ketidakbenaran tentang selisih volume limas sebelum 78,23
dan sesudah mengalami perpanjangan, jika panjang
rusuk alas mengalami perubahan.
4. Menggunakan data yang
mendukung untuk menjelaskan
mengapa cara yang digunakan
6. Siswa dapat menyajikan alasan dari pernyataan tentang
serta jawaban adalah benar; dan 100
kesamaan volume dari 3 buah limas yang diberikan.
memberikan penjelasan dengan
menggunakan model, fakta, sifat-
sifat, dan hubungan.

Berdasarkan tabel di atas kesulitan paling menggunakan desain didaktis penalaran matematis luas
sedikit tampak pada indikator menganalisis pernyataan- dan volume limas dilakukan analisis statistik untuk
pernyataan dan memberikan penjelasan/alasan yang data kuantitatif dari hasil pretes, postes, dan N-gain
dapat mendukung atau bertolak belakang, yang mana kedua kelas. Analisa data yang dilakukan adalah
siswa memeriksa jawaban atau pendapat atas pernyataan analisis deskripstif dan analisis inferensial. Analisa
yang berkaitan dengan jaring-jaring limas. Sekitar deskriptif memberikan gambaran tentang kemampuan
79,59% siswa dapat menyelesaikan soal ini dengan baik. siswa sebelum dan sesuadah perlakuan pembelajaran,
Kesulitan paling banyak adalah kemampuan penalaran sedangkan analisa inferensial dilakukan untuk menarik
matematis terkait menggunakan data yang mendukung kesimpulan melalui ui kesamaan atau uji perbedaan
untuk menjelaskan mengapa cara yang digunakan serta dua rata-rata kemampuan dan peningkatan kemampuan
jawaban adalah benar, dan memberikan penjelasan siswa. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
dengan menggunakan model, fakta, sifat-sifat, dan software excel dan software SPSS 16.0 for windows
hubungan. Seluruh siswa tidak dapat menyelesaikan untuk pengujian hipotesis penelitian.
soal untuk menyajikan alasan dari pernyataan tentang Hasil dari penelitian ini adalah data kuantitatif
kesamaan volume dari 3 buah limas. Kebanyakan siswa yang terdiri dari: (1) skor pretes kemampuan penalaran
salah dalam menentukan langkah-langkah pengerjaan matematis kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
sehingga berakibat pada jawaban yang dihasilkan (2) skor pretes kemampuan penalaran matematis
menjadi salah. Hal ini disebabkan responden kurang kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dan (3)
terbiasa mengerjakan soal-soal penalaran matematis, Data observasi pembelajaran.
terlebih lagi untuk soal-soal bangun ruang seperti limas. Kemampuan penalaran matematis siswa sebelum
Keseluruhan rata-rata kesulitan siswa terkait kemampuan diberi perlakuan tercermin dari hasil pretes, dan
penalaran matematis pada materi luas dan volume limas kemampuan penalaran matematis siswa sesudah diberi
dengan persentase adalah sebesar 76,87%. perlakuan tercermin dari hasil postes. Untuk peningkatan
kemampuan siswa diperoleh dari data N-gain. Berikut
Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis ini deskripsi kemampuan penalaran siswa sebelum dan
pada Luas dan Volume Limas sesudah perlakuan pebelajaran menggunakan desain
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan didaktis:
penalaran matematis pada siswa yang belajar 1. Tes Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
181

PENALARAN MATEMATIS

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kemampuan awal dan akhir siswa pada kelas
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan eksperimen dan kelas kontrol meliputi skor maksimum
penalaran matematis siswa peneliti harus melihat hasil (Xmaks) dan skor minimum (Xmin), skor rata-rata ( X ),
pretes, postes, dan gain yang dihitung. dan standar deviasi (S). Untuk data lebih lengkap dapat
a. Kemampuan Awal (Pretes) dan Kemampuan dilihat pada tabel di bawah ini:
Akhir (Postes) Siswa
1) Statistik Deskriptif Skor Pretes dan
Postes Siswa Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Tabel 5. Statistik Deskriptif Skor Pretes dan Postes Siswa

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Kemampuan
Skor
Penalaran N Xmaks Xmin S N Xmaks Xmin S
Ideal X X
Matematis

Pretes 24 30 9 0 4,53 2,25 30 8 2 5,43 1,99

Postes 24 30 19 9 15,3 2,89 30 19 3 11,93 4,11

Dari tabel di atas diketahui bahwa rata-rata 2) Uji Normalitas Skor Pretes Siswa Kelas
kemampuan awal siswa dalam kemampuan penalaran Eksperimen dan Kelas Kontrol
matematis untuk kelas eksperimen dan kelas konrtrol Uji normalitas data dalam penelitian ini
tidak jauh berbeda. Berdasarkan skor rata-rata dan menggunaan program SPSS 16.0 One-Sample
standar deviasi pada tabel di atas dapat disimpulkan Kolmogorov-Smirnov. Pasangan hipotesis yang diuji
bahwa penyebaran data pretes pada kedua kelas tidak adalah:
jauh berbeda. Sedangkan untuk penyebaran data postes H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
pada kedua kelas jauh berbeda. normal
Untuk mengetahui apakah perbedaan skor H1 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak
pretes pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol normal
cukup signifikan atau tidak, maka data diuji dengan Kriteria pengujian adalah pada taraf signifikansi
menggunakan uji kesamaan dua rata-rata. Selain itu, dan . H0 diterima jika sig. > taraf
untuk mengetahui perbedaan skor postes pada siswa kelas signifikansi yang berarti data berdistribusi tidak
eksperimen dan kelas kontrol cukup signifikan atau tidak, normal, sedangkan jika sig. < taraf signifikansi maka
maka data diuji dengan menggunakan uji perbedaan dua H0 ditolak yang berarti data berdistribusi tidak normal.
rata-rata. Sebelum dilakukan analisis uji kesamaan dua Hasil penghitungan uji normalitas pretes siswa kelas
rata-rata, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di
homogenitas terhadap data pretes dan postes. bawah ini:

Tabel 6. Uji Normalitas Skor Pretes Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kolmogorov- Smirnov
Aspek Kemampuan Kelas Kesimpulan Keterangan
Statistic Sig.

Eksperimen 0,127 0,200


Penalaran Matematis Terima H0 Normal
Kontrol 0,134 0,177

Dari tabel 6 di atas diketahui bahwa aspek bahwa hasil uji normalitas untuk aspek kemampuan
kemampuan penalaran matematis untuk kelas eksperimen penalaran matematis untuk kelas eksperimen dan kelas
dan kelas kontrol secara umum berdistribusi normal. kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Hal ini dikarenakan nilai signifikansi lebih besar dari
. Dengan demikian diperoleh kesimpulan
182

SULISTIAWATI1),DIDI SURYADI2),SITI FATIMAH3)

3) Uji Homogenitas Skor Pretes Siswa Dari tabel di atas terlihat bahwa varians
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol kemampuan penalaran matematis siswa kelas
Dari uji normalitas telah diketahui bahwa eksperimen dan kelas kontrol memiliki nilai signifikansi
skor pretes kemampuan penalaran matematis siswa lebih besar dari sehingga H0 diterima. Hal ini
berdistribusi normal. Untuk itu, langkah selanjutnya menunjukkan bahwa data skor pretes kelas eksperimen
adalah melakukan uji homogenitas varians skor pretes dan kelas kontrol berasal dari varians yang homogen.
digunakan uji Lavene statistik dengan SPSS 16.0. 4) Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah: Skor Pretes Siswa Kelas Eksperimen
2 2
H0 : 1 = 2 , varians kedua distribusi populasi sama dan Kelas Kontrol
H1 : 12 2 2 , varians kedua distribusi populasi Setelah data berdistribusi normal dan varians
berbeda atau tidak sama populasinya homogen maka dilakukan uji kesamaan
Kriteria pengujian adalah pada taraf signifikansi dua rata-rata dengan menggunakan uji-t yaitu Compare
. Varians kelas eksperimen dan kelas kontrol Mean Independent Samples Test dengan signifikansi
dikatakan homogen jika p value (sig) > maka H0 = 0,025 . Uji kesamaan rata-rata dilakukan untuk
diterima, sedangkan jika p value (sig) maka H0 mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan
ditolak. Hasil perhitungan homogenitas varians skor pada kemampuan awal siswa antara kelas eksperimen
pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat dan kelas kontrol. Pengujian dilakukan berdasatkan
pada tabel 7 berikut hipotesis statistik berikut:
H0 = Rata-rata kemampuan awal siswa pada kelas
Tabel 7. Uji Homogenitas Varians Skor Pretes eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara
siginifikan
Lavene Statistic =
Aspek pretes - eksperimen pretes - kontrol
Kemam Kelas Lavene Signi
-puan df1 df2 H1 =Rata-rata kemampuan awal siswa pada kelas
Statitic fikan
eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara
Pena- signifikan )

laran pretes - eksperimen pretes - kontrol
Pretes 0,050 1 58 0,824
Mate-
matis

Tabel 8. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Skor Pretes Kemampuan Penalaran Matematis

Asymp.Sig.
Aspek Kemampuan Kelas t Kesimpulan Keterangan
(2-tailed)

Eksperimen
Penalaran Matematis -1,637 0,107 H0 diterima Tidak terdapat perbedaan
Kontrol

Signifikansi penolakan H0 untuk pengujian Uji normalitas data dalam penelitian ini
kesamaan rata-rata yaitu = 0,025 , karena pengujian menggunaan program SPSS 16.0 One-Sample
kesamaan dua rata-rata ini menggunakan uji dua Kolmogorov-Smirnov. Pasangan hipotesis yang diuji
pihak. Sesuai dengan pendapat Millan (1997:500) adalah:
menyatakan bahwa untuk pengujian dua ekor maka H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
daerah penolakan dibagi dua antara ujung distribusi normal
yaitu 0,025 pada setiap ujung distribusi. Dari tabel H1 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak
di atas terlihat bahwa rata-rata pretes kemampuan normal
penalaran matematis adalah 0,107. Hal ini berarti nilai Kriteria pengujian adalah pada taraf signifikansi
signifikan lebih besar dari nilai = 0,025 , sehingga dan . H0 diterima jika sig. > taraf
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikansi yang berarti data berdistribusi tidak
yang signifikan untuk pretes kemampuan penalaran normal, sedangkan jika sig. < taraf signifikansi maka
matematis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. H0 ditolak yang berarti data berdistribusi tidak normal.
Hasil penghitungan uji normalitas pretes siswa kelas
5) Uji Normalitas Skor Postes Siswa Kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di
Eksperimen dan Kelas Kontrol bawah ini:
183

PENALARAN MATEMATIS

Tabel 9. Uji Normalitas Skor Postes Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kolmogorov- Smirnov
Aspek Kemampuan Kelas Kesimpulan Keterangan
Statistic Sig.

Eksperimen 0,174 0,021 H0 ditolak Tidak Normal


Penalaran Matematis
Kontrol 0,138 0,147 H0 diterima Normal

Dari tabel 9 di atas bahwa nilai signifikansi yang rata-rata postes adalah:
diperoleh melalui uji normalitas untuk kelas eksperimen H0 = Rata-rata kemampuan akhir siswa pada kelas
adalah tolak H0 yang berarti sampel berasal dari populasi eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara
yang berdistribusi tidak nomal, sedangkan untuk kelas siginifikan
kontrol adalah terima H0 yang berarti sampel berasal dari =
populasi yang berdistribusi normal. Dengan demikian postes - eksperimen postes - kontrol
data postes yang diperoleh berdistribusi tidak normal, H1 = Rata-rata kemampuan akhir siswa pada kelas
sehingga uji perbedaan rata-rata yang digunakan adalah eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara
uji nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney U. signifikan

6) Uji Perbedaan Dua Rata-Rata postes - eksperimen postes - kontrol
Skor Postes Siswa Kelas Eksperimen Kriteria pengujian perbedaan rata-rata postes
dan Kelas Kontrol adalah terima H0 jika nilai Asymp.Sig(2-tailed) >
Tujuan dilakukan uji perbedaan dua rata-rata , dan tolak H0 jika nilai Asymp.Sig(2-tailed)
skor postes adalah untuk menunjukkan bahwa terdapat < . Berikut ini adalah rangkuman hasil uji
perbedaan kemampuan penalaran matematis siswa antara perbedaan rata-rata skor postes kemampuan penalaran
kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberikan matematis dengan uji nonparametrik Mann-Whitney U.
perlakuan. Hipotesis yang digunakan pada uji perbedaan

Tabel 10. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Skor Postes Kemampuan Penalaran Matematis

Mann-Whitney Asymp.Sig.
Aspek Kemampuan Kelas Kesimpulan Keterangan
U (2-tailed)
Eksperimen
Penalaran Matematis 227,500 0,001 H0 ditolak Terdapat perbedaan
Kontrol

Berdasarkan tabel 10 diperoleh nilai Asymp. Informasi tentang peningkatan kemampuan


Sig(2-tailed) < , sehingga H0 ditolak. Hal ini penalaran matematis siswa setelah proses belajar
berarti bahwa terdapat perbedaan rata-rata skor postes mengajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
kemampuan penalaran matematis siswa pada kelas diperoleh dari skor gain siswa kelas eksperimen dan
eksperimen dan kelas kontrol. kelas kontrol. Hasil perhitungan gain dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
b. Peningkatan Kemampuan Penalaran
Matematis Siswa Setelah Proses Belajar
Mengajar (KBM)

Tabel 11. Statistik Deskriptif Data N-gain Kemampuan Penalaran Matematis

Kemampuan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Penalaran
Matematis N Xmaks Xmin X S N Xmaks Xmin X S

Gain 30 0,80 0,20 0,563 0,156 30 0,70 0,00 0,367 0,193


184

SULISTIAWATI1),DIDI SURYADI2),SITI FATIMAH3)

Sebelumnya telah diketahui bahwa terdapat 1) Uji Normalitas Skor Peningkatan


perbedaan ata-rata postes kemampuan penalaran (N-gain)
matematis siswa. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap Uji normalitas data dalam penelitian ini
rata-rata N-gain. Rata-rata N-gain pada kelas eksperimen menggunaan program SPSS 16.0 One-Sample
lebih tinggi dari pada rata-rata N-gain kelas kontrol. Kolmogorov-Smirnov. Pasangan hipotesis yang diuji
Untuk memperoleh hasil yang lebih jelas, dilakukan adalah:
analisis peningkatan kemampuan penalaran matematis H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
dengan uji statistik. Sebelum melakukan uji perbedaan normal
rata-rata hasil N-gain terlebih dahulu dilakukan uji H1 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normalitas sebaran data dan uji homogenitas variansi. tidak normal
Jika data memenuhi syarat normalitas dan homogenitas, Kriteria pengujian adalah pada taraf signifikansi
maka uji perbedaan menggunakan uji-t, sedangkan jika dan . H0 diterima jika sig. > taraf
sebaran data normal namun variansinya tidak homogen, signifikansi yang berarti data berdistribusi tidak
maka digunakan uji nonparametrik yaitu uji Mann- normal, sedangkan jika sig. < taraf signifikansi maka
Whitney U. Berikut ini uraian uji normalitas skor N-gain H0 ditolak yang berarti data berdistribusi tidak normal.
kemampuan penalaran matematis pada kelas eksperimen Hasil penghitungan uji normalitas N-gain siswa kelas
dan kelas kontrol. eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:

Tabel 12. Uji Normalitas Skor N-gain Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Aspek Kemampuan Kelas Kolmogorov- Smirnov Kesimpulan Keterangan


Statistic Sig.
Eksperimen 0,193 0,006 H0 ditolak Tidak Normal
Penalaran Matematis
Kontrol 0,202 0,003 H0 ditolak Tidak Normal

Dari tabel 12 di atas bahwa nilai signifikansi yang mendapat pembelajaran konvensional.
diperoleh melalui uji normalitas untuk kelas eksperimen Hipotesis statistik yang diajukan adalah:
dan kelas adalah H0 ditolak yang berarti sampel berasal H0 =Rata-rata peningkatan kemampuan penalaran
dari populasi yang berdistribusi tidak nomal. Dengan matematis siswa pada kelas eksperimen sama
demikian data N-gain yang diperoleh berdistribusi tidak dengan kontrol
normal, sehingga uji perbedaan rata-rata yang digunakan
=
adalah uji nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney U.
gain - eksperimen gain - kontrol
2) Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Skor H1 =Rata-rata peningkatan kemampuan penalaran
N-gain Siswa Kelas Eksperimen dan matematis siswa pada kelas eksperimen lebih baik
Kelas Kontrol daripada kelas kontrol
Sebelumnya telah dilakukan uji perbedaan rata- >
rata skor postes kemampuan penalaran matematis. Untuk gain - eksperimen gain - kontrol
menjawab hipotesis kelima, dilakukan uji perbedaan Kriteria pengujian perbedaan rata-rata postes
gain ternormalisasi. Hipotesis yang diajukan adalah: adalah terima H0 jika nilai Asymp.Sig(2-tailed) >
Hipotesis: , dan tolak H0 jika nilai Asymp.Sig (2-tailed)
Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa < . Berikut ini adalah rangkuman hasil uji
yang belajar menggunakan desain didaktis penalaran perbedaan rata-rata skor N-gain kemampuan penalaran
matematis pada materi luas dan volume limas setelah matematis dengan uji nonparametrik Mann-Whitney U.
dikembangkan yang lebih baik daripada siswa yang

Tabel 13. Uji perbedaan Dua Rata-Rata Skor N-gain pada Kemampuan Penalaran Matematis

Asymp.Sig.
Aspek Kemampuan Mann-Whitney U Kesimpulan Keterangan
(2-tailed)

Penalaran Matematis 198,500 0,000 H0 ditolak Terdapat peningkatan


185

PENALARAN MATEMATIS

Berdasarkan tabel 13 diperoleh nilai Asymp.Sig Dari tabel 14 kita dapat melihat rata-rata
(2-tailed) < , sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti aktivitas guru adalah 3,77 dan persentasenya 94,43%.
bahwa peningkatan kemampuan penalaran matematis Hal ini menunjukkan aktivitas guru dalam pelaksanaan
siwa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan pembelajaran desain didaktis telah sesuai dengan RPP
kemampuan penalaran siswa kelas kontrol. yang direncanakan.

2. Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Kelas Tabel 15. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas
Eksperimen Eksperimen
Observasi pada penelitian eksperimen ini pada
prinsipnya sama dengan observsi yang dilakukan pada Pertemuan Rata-rata
ujicoba desain didaktis. Begitu juga dengan penilaian Materi Persentase
Ke- Skor
terhadap keterlaksanaan pembelajaran desain didaktis. (%)
Hasil dari penghitungan skor observasi pada tiap Konsep limas,
pertemuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. unsur-unsur
1 limas, dan konsep 3,9 97,2
Tabel 14. Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas alas dan tinggi
Eksperimen limas
2 Luas limas 3,4 85
Pertemuan Rata-rata
Materi Persentase 3 Volume limas 3,1 77,8
Ke- Skor
(%) Rata-rata 3,47 86,67
Konsep Limas,
unsur-unsur Dari tabel di atas kita dapat melihat rata-rata
1 limas, dan konsep 3,9 97,2 aktivitas siswa adalah 3,47 dan persentasenya 86,67%.
alas dan tinggi Hal ini menunjukkan aktivitas siswa dalam pelaksanaan
limas pembelajaran desain didaktis telah sesuai dengan RPP
yang direncanakan.
2 Luas Limas 4,0 100
3 Volume Limas 3,4 86,1
Rata-rata 3,77 94,43

D. PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis kesulitan belajar yang muncul dikembangkan dibagi kedalam tiga submateri yaitu
dikembangkan desain didaktis untuk mengantisipasi konsep limas, luas limas, dan volume limas. Salah satu
kesulitan belajar dalam penalaran matematis pada cuplikan dari desain didaktis dapat dilihat pada gambar
materi luas dan volume limas. Desain didaktis yang berikut .

(1) (2)
186

SULISTIAWATI1),DIDI SURYADI2),SITI FATIMAH3)

(3) (4)

Gambar 1. Cuplikan Desain Didaktis pada Volume Limas


Berdasarkan analisis awal terhadap skor pretes itu pembelajaran juga lebih mengutamakan
pada kedua kelas menunjukkan tidak terdapat perbedaan kerjasama dengan teman kelas dalam membangun
rata-rata yang signifikan. Dengan demikian, kedua pemahaman materi baru. Berdasarkan wawancara
kelas tersebut diberikan perlakuan yang berbeda. tidak terstruktur dengan siswa, pembelajaran
Kelas eksperimen mendapatkan perlakuaan dengan biasanya dilakukan dengan guru menjelaskan,
pembelajaran yang menggunakan desain didaktis siswa mencatat, kemudian berlatih soal. Kebiasaan
bahan ajar penalaran matematis luas dan volume limas, ini berpengaruh dengan siswa, dan mereka merasa
sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan dengan pembelajaran yang dilakukan cukup sulit.
pembelajaran yang menggunakan buku pegangan 2) Pada pertemuan pertama siswa begitu senang
sekolah, sebagaimana yang sering dilakukan oleh guru menikmati proses mendiskusikan desain didaktis
pada pembelajaran sebelumnya pada sekolah tersebut. yang mereka terima dalam bentuk LKS. Setiap
Untuk selanjutnya, dalam penelitian ini disebut sebagai guru memberikan pertanyaan tentang topik
pembelajaran konvensional. konsep limas, unsur-unsur limas, dan konsep alas
Berdasarkan hasil perhitungan N-gain, secara dan tinggi limas, siswa begitu antusias maju ke
keseluruhan kelas eksperimen rata-rata peningkatan depan untuk menuliskan jawaban. Proses diskusi
kemampuan penalaran matematis siswa sebesar 0,55, dengan teman sekelompok juga berjalan secara
sedangkan untuk kelas kontrol rata-rata peningkatan aktif, mereka saling berbagi pendapat dan tidak
kemampuan penalaran matematis sebesar 0,36. Kedua segan-segan bertanya pada guru jika menemui
peningkatan berada pada kategori sedang, namun kesulitan dalam memahami. Berbeda dengan
untuk kelas eksperimen rata-rata peningkatannya lebih pertemuan pertama, pada pertemuan kedua
tinggi dari kelas kontrol. Secara umum peningkatan siswa terlihat cukup bingung dalam memahami
gain kemampuan penalaran matematis siswa yang desain didaktis yang diberikan. Pada menit-
memperoleh pembelajaran menggunakan desain menit pertama siswa begitu bersemangat dalam
didaktis bahan ajar penalaran matematis lebih baik dari mengerjakan LKS, namun beberapa anak terlihat
peningkatan N-gain kemampuan penalaran matematis bingung dan beberapa berkomtar tidak dapat
siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. memahami. Materi pada pertemuan kedua adalah
Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai luas limas dan anak terlihat sulit mengidentifikasi
pengajar pelaksanaan pembelajaran menggunakan desain unsur-unsur yang harus dicari, seperti tinggi
didaktis bahan ajar penalaran matematis luas dan volume segitiga pada sisi tegak limas. Hal ini terlihat
limas. Oleh karena itu selama proses pembelajaran pada soal-soal yang menuntut anak untuk melihat
peneliti menemukan beberapa hal penting diantaranya: bangun limas yang ada di dalam kubus. Untuk
1) Pembelajaran dengan menggunakan desain pertemuan ketiga, sekaligus pertemuan terakhir
didaktis bahan ajar penalaran matematis luas dapat berjalan lebih baik. Siswa dapat dengan
dan volume limas tergolong baru untuk siswa mudah menerima penjelasan guru bagaimana
kelas VIII J SMP Negeri 29 Bandung. Hal ini mengkonstruksi limas dari kubus dan prisma.
memberikan nuansa baru bagi siswa terhadap Secara umum, pelaksanaan pembelajaran dengan
kegiatan pembelajaran matematika. Selain menggunakan desain didaktis bahan ajar penalaran
187

PENALARAN MATEMATIS

matematis luas dan volume limas berjalan dengan pada awal pembelajaran untuk melatih siswa berpikir
baik. Peran guru dalam memberikan bimbingan bagi di luar kebiasaan yang lebih banyak menyelesaikan
siswa sangat memegang peranan yang sangat penting. soal dengan menghitung, melainkan dengan memahami
Bimbingan guru lebih mengarah pada menstimulasi maksud dari instruksi kemudian memikirkan apa yang
siswa agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan selanjutnya harus dilakukan terhadap soal yang mereka
dalam LKS dengan memberikan pertanyaan pancingan hadapi. Beberapa siswa mampu berpikir out of the box,
pada siswa. Pertanyaan pancingan yang diberikan terlihat dari jawaban siswa pada postes yang berbeda dari
berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa kunci jawaban yang dibuat peneliti.
sebelumnya. Dalam pembelajaran ini guru bertindak Terkait aktivitas guru dan siswa, pembelajaran
sebagai fasilitator, motivator, dan moderator. Selama yang terjadi adalah siswa secara interaktif bersama-
pembelajaran guru dapat mengendalikan kelas dengan sama dengan guru membangun pemahaman tentang
baik dan dapat melayani pertanyaan-pertanyaan siswa materi yang dipandu oleh LKS. Dari hasil observasi yang
yang begitu banyak. Siswa juga tidak malu-malu untuk dilakukan peranan guru sangat penting dalam memberikan
membagi jawaban kepada teman yang lebih banyak scaffolding dalam tahap-tahap siswa mengerjakan LKS.
dilakukan secara lisan. Siswa juga aktif bertanya jika menemukan kesulitan.
Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan Terdapat kasus dimana jika seorang siswa bertanya
bahwa pembelajaran dengan menggunakan desain kepada guru, siswa-siswa pada kelompok lain juga
didaktis bahan ajar penalaran matematis luas dan volume meminta guru memberikan bimbingan kepadanya. Hal
limas secara signifikan meningkatkan kemampuan ini tidak dapat guru hindari, namun untuk materi seperti
penalaran matematis siswa dalam materi limas di dalam mengkonstruksi luas limas guru lebih memegang
bandingkan dengan pembelajaran konvensional. kendali kelas dengan pembelajaran berpusat pada guru.
Keberhasilan dalam pembelajaran dengan menggunakan Hal ini dilakukan, karena pada pembelajaran sebelumnya
desain didaktis ini terjadi karena siswa diberikan cara di kelas implementasi siswa cukup kesulitan dalam
melihat pertanyaan secara berbeda. Pemberian masalah mengkonstruksi luas limas yang berada dalam prisma.

E. KESIMPULAN

Kesimpulan volume limas yang di rancang hendaknya dimulai (1)


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, konsep limas (definisi limas, unsur-unsur limas, jenis-
maka diperoleh beberapa kesimpulan terkait dengan jenis limas, dan jaring-jaring limas); (2) konsep alas
pertanyaan penelitian yang diajukan. Siswa masih dan tinggi limas; (3) konsep luas dan volume limas
memiliki kesulitan kemampuan penalaran matematis yang difokuskan pada pengkonstruksian rumus luas
dengan persentase sebesar 76,87%. Peningkatan dari limas segitiga, limas segiempat, juga limas di
kemampuan penalaran matematis siswa yang dalam prisma, dan volume limas yang difokuskan pada
memperoleh pembelajaran dengan desain didaktis secara pengkonstruksian volume limas dari bangun ruang
signifikan lebih baik daripada siswa yang memperoleh kubus dan prisma. Untuk mengeskplorasi kemampuan
pembelajaran konvensional. Walaupun demikian kedua penalaran matematis siswa pada materi luas permukaan
peningkatan pada kedua kelas berada dalam kategori dan volume limas hendaknya diberikan soal-soal yang
sedang. lebih bervariasi agar terjadi peningkatan kemampuan
penalaran matematis yang signifikan. Disamping itu
Saran desain didaktis dapat dapat dikembangkan lebih lanjut
Bagi guru mata pelajaran matematika, desain untuk materi matematika yang lain yang lain seperti
didaktis penalaran matematis pada materi luas dan geometri bangun datar, aljabar, statistika, dan lain-lain.
188

SULISTIAWATI1),DIDI SURYADI2),SITI FATIMAH3)

DAFTAR PUSTAKA

Brouseau, G. (1997). Theory of Didactical Situation Shadiq, F. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran, dan
in Mathematics. Dordrecht: Kluwer Academic Komunikasi. Yogyakarta: Depdiknas PPPG.
Publishers Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan.
Brueckner, Cooney, dkk. (1975). Dynamics of Teaching Bandung: Alfabeta
Secondary School Mathematics. Boston: Hougton Suherman, E., dkk. (2003). Strategi Pembelajaran
Mifflin Company Matematika Kontemporer. Bandung: UPI
Burger, W.F & Shaugnessy, J.M. (1986). Characterizing Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan
the van Hiele Levels of Development in Geometry. Penalaran Matematis Siswa SMA dikaitkan
Journal for Research in Mathematics Education, dengan Kemampuan Penalaran Logis Siswa
Vol. 17, No.1. (Jan., 1986, pp. 31-48) dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar.
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum Disertasi PPs IKIP Bandung: tidak dipublikasikan
Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas Supratman. (2009). Meningkatkan Kemampuan
. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pemecahan Masalah Matematika melalui
Jakarta: Depdiknas Pembelajaran Matematika dengan Peta
Halat, E. (2008). Reform-Based Curriculum and Konsep. Laporan Penelitian UPI Bandung: tidak
Motivation in Geometry. Eurasia Journal of dipublikasikan
Mathematics, Science & Tecnology Education, Supriatna . (2011). Pengembangan Bahan Ajar
2008, 4(3), 285-292 Matematika Pemecahan Masalah pada Luas
Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Daerah Segitiga. Tesis SPs Upi Bandung: tidak
[Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana. dipublikasikan
edu/~sdi/Analyzingchange-Gain.pdf. . (2011). Didactical Design Research (DDR) dalam
Herman, T. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah Pengembangan Pembelajaran Matematika.
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Makalah pada joint-Conference UPI-UTiM, tidak
Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah diterbitkan
Menengah Pertama. Jurnal Educationist, Vol. 1 Suryadi. (2010). Menciptakan Proses Belajar Aktif:
No.1 Januari 2007. Kajian dari Sudut Pandang Teori Belajar dan
Kusumah, Y.S. (2009). Implementasi Model Computer Teori Didaktik. Makalah pada Seminar Nasional
Based Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Pendidikan Matematika di UNY, tidak diterbitkan
Penalaran dan Komunikasi Matematis Mahasiswa . (2011). Didactical Design Research (DDR) dalam
dalam Perkuliahan Matematika Dasar (Inovasi Pengembangan Pembelajaran Matematika.
Pembelajaran Matematika Berbasis Teknologi Makalah pada joint-Conference UPI-UTiM, tidak
Informasi. Bandung: UPI tidak dipublikasikan diterbitkan
Meltzer, D.E (2002). The Relationship between Sutiarso, S.(2000). Problem Posing, Strategi
Mathematics Preparation and Conceptual Efektif Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam
Learning Gain in Physics. American Journal of Pembelajaran Matematika. Makalah pada
Physics Vol. 70. Page 1259-1268 Seminar di Bandung: tidak diterbitkan
NCTM. (2000). Principles and Standard for School Suwaji, U.T. (2008). Permasalahan Pembelajaran
Mathematics. Reston, Virginia: The National Geometri Ruang SMP dan Alternatif
Council of Mathematics of Teachers of Pemecahannya. P4TKM Yogyakarta: Depdiknas
Mathematics, Inc. Thompson, J. 2006. Assesing Mathematical Reasoning;
Rofingatun, S. (2006). Penggunaan Metode penemuan An Action Research Project. http://www.msu.edu/
dalam Pembelajaran Matematika untuk thomp603/asses%20reasoning.pdf. diakses pada
Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika tanggal 13 Desember 2011.
Siswa SMP. Skripsi UPI Bandung: tidak Wardhani, S. (2010). Implikasi Karakteristik Matematika
dipublikasikan dalam Pencapaian Tujuan Mata Pelajaran
Ruseffendi, E.T. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Matematika di SMP/MTs. Yogyakarta: Depdiknas
Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran PPPPTK.
Matematika. Bandung: Bahan Perkuliahan tidak
diterbitkan
Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian
Pendidikan dan Bidang Non-eksakta Lainnya.
Tarsito: Bandung

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai