KONSEP KEPERAWATAN
A. Konsep Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
1. Pengertian Nyeri
Impuls nyeri diteruskan oleh saraf afferen (A-delta dan C) ke medulla spinalis melalui dorsal
horn
Fast pain
- Timbul respon emosi
5. Klasifikasi Nyeri
a) Nyeri Berdasarkan Durasi
1) Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi
bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan
sampai berat), dan berlangsung untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013). Nyeri
akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan menghilang tanpa pengobatan
setalh area yang rusak pulih kembali (Prasetyo, 2010).
2) Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap sepanjang suatu
priode waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi dan
biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan (McCaffery, 1986 dalam Potter &Perry,
2005).
b) Nyeri berdasarkan kualitasnya
1) nyeri yang menyayat
2) nyeri yang menusuk
c) Nyeri menurut sifatnya
a) nyeri timbul sewaktu-waktu
b) nyeri yang menetap
c) nyeri yang kumat-kumatan
d) Nyeri menurut rasa
a) nyeri yang cepat: nyeri yang menusuk
b) nyeri difus: nyeri normal yang bisa dirasakan
e) Nyeri menurut kegawatan
a. nyeri ringan
b. nyeri sedang
c. nyeri berat
d) Nyeri Berdasarkan Asal
1) Nyeri Nosiseptif
Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas atau sensivitas
nosiseptor perifer yang merupakan respetor khusus yang mengantarkan stimulus
naxious (Andarmoyo, 2013). Nyeri nosiseptor ini dapat terjadi karna adanya
adanya stimulus yang mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-
lain (Andarmoyo, 2013).
2) Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas yang di dapat
pada struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini lebih sulit diobati
(Andarmoyo, 2013).
e) Nyeri Berdasarkan Lokasi
1) Supervicial atau kutaneus
Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit. Karakteristik dari
nyeri berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai
sensasi yang tajam (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).
Contohnya tertusuk jarum suntik dan luka potong kecil atau laserasi.
2) Viseral Dalam
Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ internal
(Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Nyeri ini bersifat difusi dan dapat
menyebar kebeberapa arah. Nyeri ini menimbulkan rasa tidak menyenangkan dan
berkaitan dengan mual dan gejala-gejala otonom.
Contohnya sensasi pukul (crushing) seperti angina pectoris dan sensasi terbakar
seperti pada ulkus lambung.
3) Nyeri Alih (Referred pain)
Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karna banyak organ
tidak memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dapat terasa di bagian tubuh
yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa dengan berbagai karakteristik
(Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).
Contohnya nyeri yang terjadi pada infark miokard, yang menyebabkan nyeri alih
ke rahang, lengan kiri, batu empedu, yang mengalihkan nyeri ke selangkangan.
4) Radiasi
Nyeri radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal cedera ke
bagian tubuh yang lain (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).
Karakteristik nyeri terasa seakan menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang
kebagian tubuh. Contoh nyeri punggung bagian bawah akibat diskusi
interavertebral yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari
iritasi saraf skiatik.
6. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Yang Mengalami Gangguan Rasa Aman Dan
Nyaman
1. PENGAKAJIAN
a. Keamanan
Memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu memahami hal-hal yang
memberi kontribusi keadaan rumah, komunitas, atau lingkungan pelayanan
kesehatan dan kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap keamanan klien
dan lingkungan
1) Komunitas Ancaman keamanan dalam komunitas dipengaruhi oleh terhadap
perkembangan, gaya hidup, status mobilisasi, perubahan sensorik, dan
kesadaran klien terhadap keamanan.
2) Lembaga pelayanan kesehatan Jenis dasar resiko terhadap keamanan klien di
dalam lingkungan pelayanan kesehatan adalah terjadi kecelakaan yang
disebabkan klien, kecelakaan yang disebabkan prosedur, dan kecelakaan yang
menyebabkan penggunaan alat.
b. Kenyaman
Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang bersifat subyektif dan
hanya yang menerimanya yang dapat menjelaskannya. Tanda-tanda yang
menunjukan seseorang mengalami sensasi nyeri:
1) Posisi yang memperlihatkan pasien Pasien tampak takut bergerak, dan
berusaha merusak posisi yang memberikan rasa nyaman.
2) Ekspresi umum
- Tampak meringis, merintih
- Cemas, wajah pucat
- Ketakutan bila nyeri timbul mendadak
- Keluar keringat dingin
- Kedua rahang dikatupkan erat-erat dan kedua tangan tampak dalam posisi
menggenggam
- Pasien tampak mengeliat karena kesakitan
3) Pasien dengan nyeri perlu diperhatikan saat pengkajian adalah :
- Lokasi nyeri
- Waktu timbulnya nyeri
- Reaksi fisik/psikologis pasien terhadap nyeri
- Karakteristik nyeri
- Faktor pencetus timbulnya nyeri
- Cara-cara yang pernah dilakukan untuk mengatasi nyeri
4) Intensitas Nyeri
Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10 (Smeltzer & Bare, 2002)
Keterangan:
1 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan (pasien dapat berkomunikasi dengan baik).
4-6 : Nyeri sedang (pasien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat
mengikuti perintah dengan baik).
7-9 : Nyeri berat terkontrol (pasien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respons terhadap tindakan,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan teknik
relaksasi dan distraksi).
10 : Nyeri berat terkontrol (Pasien tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul).
Cara Pengkajian Nyeri Berdasarkan PQRST
P : Provokatif / Paliatif
Apa kira-kira Penyebab timbulnya rasa nyeri...? Apakah karena terkena
ruda paksa / benturan..? Akibat penyayatan..? dll.
Q : Qualitas / Quantitas
Seberapa berat keluhan nyeri terasa..?. Bagaimana rasanya..?. Seberapa
sering terjadinya..? Ex : Seperti tertusuk, tertekan / tertimpa benda
berat, diris-iris, dll.
R : Region / Radiasi
Lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan / ditemukan..? Apakah
juga menyebar ke daerah lain / area penyebarannya..?
S : Skala Seviritas
Skala kegawatan dapat dilihat menggunakan GCS untuk gangguan
kesadaran, skala nyeri / ukuran lain yang berkaitan dengan keluhan
T : Timing
Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan / dirasakan..? Seberapa
sering keluhan nyeri tersebut dirasakan / terjadi...? Apakah terjadi
secara mendadak atau bertahap..? Acut atau Kronis..?
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
N Diagno
o. sa Tujuan /NOC Intervensi / NIC
Dx Keperawatan
1. Nyeri Setelah dilakukan tindakan Pain Management (140)
- Kaji tingkat nyeri, meliputi :
akut keperawatan selama ...x24
lokasi, karakteristik, dan
berhubungan jam, diharapakan nyeri
onset, durasi, frekuensi,
dengan agen berkurang dengan kriteria:
kualitas, intensitas/beratnya
cedera fisik Kontrol Nyeri (1605)
nyeri, faktor-faktor
atau trauma - Mengenal faktor
presipitasi
penyebab (160501)
- Kontrol faktor-faktor
- Mengenal reaksi lingkungan yang dapat
serangan nyeri (160502) mempengaruhi respon pasien
- Mengenali gejala nyeri
terhadap ketidaknyamanan
(1605009) - Berikan informasi tentang
- Melaporkan nyeri
nyeri
terkontrol (1605011) - Ajarkan teknik relaksasi
- Tingkatkan tidur/istirahat
Tingkat Nyeri (2021)
yang cukup
- Frekuensi nyeri
- Turunkan dan hilangkan
(210203)
faktor yang dapat
- Ekspresi akibat nyeri
meningkatkan nyeri
(210206)
- Lakukan teknik variasi untuk
Keterangan Penilaian NOC
mengurangi nyeri
1 tidak dilakukan sama Analgetik Administration
- Tentukan lokasi, karakteristik,
sekali
kualitas, dan derajat nyeri
2 jarang dilakukan
sebelum pemberian obat
3 kadang dilakukan
- Monitor vital sign sebelum
4 sering dilakukan dan sesudah pemberian
5 selalu dilakukan analgetik
- Berikan analgetik yang tepat
sesuai dengan resep
- Catat reaksi analgetik dan efek
buruk yang ditimbulkan
- Cek instruksi dokter tentang
jenis obat,dosis,dan frekuensi
2. Nyeri Setelah dilakukan tindakan Pain Management (140)
- Kaji tingkat nyeri, meliputi :
kronis keperawatan selama ...x24
lokasi, karakteristik, dan onset,
berhubungan jam, diharapakan nyeri
durasi, frekuensi, kualitas,
dengan kontrol berkurang dengan kriteria:
- Nyeri terkontrol (1605) intensitas/beratnya nyeri,
nyeri yang
- Mengenal faktor
faktor-faktor presipitasi
tidak adekuat
penyebab (160501) - Kontrol faktor-faktor
- Mengenal reaksi
lingkungan yang dapat
serangan nyeri (160502)
mempengaruhi respon pasien
- Mengenali gejala nyeri
terhadap ketidaknyamanan
(1605009) - Ajarkan teknik
- Melaporkan nyeri
nonfarmakologi untuk
terkontrol (1605011)
menguragi nyeri (relaksasi,
Tingkat Nyeri (2021)
distraksi)
- Frekuensi nyeri - Perhatikan tipe dan sumber
(210203) nyeri
- Ekspresi akibat nyeri - Turunkan dan hilangkan faktor
(210206) yang dapat meningkatkan
Keterangan Penilaian NOC nyeri
- Lakukan teknik variasi untuk
1 tidak dilakukan
mengurangi nyeri
samasekali
- Tingkatkan istirahat atau tidur
2 jarang dilakukan
untuk memfasilitasi
3 kadang dilakukan
manajemen nyeri
4 sering dilakukan Analgetik Administration
5 selalu dilakukan - Cek obat, dosis, frekuensi,
pemberian analgesik
- Cek riwayat alergi obat
- Pilih analgetik atau kombinasi
yang tepat apabila lebih satu
analgetik yang diresepkan
- Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
3. Nausea Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management (1100)
- Kaji kemampuan pasien untuk
(mual) keperawatan selama ..x24
mendapatkan nutrisi yang
berhubungan jam diharapkan tidak mual
dibutuhkan
dengan terapi, dengan kriteria :
- Monitor jumlah nutrisi dan
biofisik dan Status Nutrisi meningkat
kandungan kalori
situasional (1004) - Berikan kalori tentang
- Tenaga (100403) kebutuhan nutisi
- Stamina(100401) - Kolaborasi dengan ahli gizi
- Daya tahan tubuh
untuk menentukan jumlah
( 100404
kalori dan nutrisi yang
Keseimbangan Cairan dibutuhkan pasien
- Berat badan stabil Manajemen Cairan (4120)
(160109) - Pertahankan intake dan
- Tidak ada kebingungan
output cairan yang akurat
(160111) - Monitor status hidrasi
- Tidak haus berlebihan - Monitor hasil laboratorium
(160112) berhubungan dengan retensi
- Kelembabkan kulit
cairan
- Membran mukosa
- Monitor vital sign
lembab (160113) - Monitor intake dan output
- Monitor status hemodinamik
4 Cemas Setelah dilakukan tindakan Penurunan Kecemasan (5820)
- Tenangkan klien
berhubungan keperawatan selama ..x24
- Berusaha memahami keadaan
dengan jam diharapakan kecemasan
klien
perubahan menurun atau pasien dapat - Berikan informasi tentang
status tenang dengan kriteria : diagnosa, prognosis dan
- Control Cemas (1402)
kesehatan tindakan
- Menyingkirkan tanda
- Kaji tingkat kecemasan dan
kecemasaan (140202)
reaksi fisik pada tingkat
- Menurunkan stimulasi
kecemasan
lingkungan ketika cemas
- Gunakan pendekatan dengan
(140203)
sentuhan (permisi) verbalisasi
- Menggunakan teknik
- Temani klien untuk
relaksasi untuk
mendukung keamanan dan
menurunkan cemas
menurunkan rasa takut
(140207) - Instruksikan pasien untuk
- Melaporkan penurunan
menggunakan teknik relaksasi
kebutuhan tidur adekuat - Berikan pengobatan untuk
(140214) menurunkan cemas dengan
- Tidak ada manifestasi
cara yang tepat
perilaku kecemasan
Peningkatan Koping (5230)
(140216)
- Hargai pemahaman pasien
Koping (1302)
tentang proses penyakit
- Memanajemen masalah - Gunakan pendekatan yang
(130205) tenang dan memberikan
- Mengekspresikan jaminan
- Sediakan informasi actual
persaan dan kebebasan
tentang diagnosa, penanganan
emosinal (130206)
- Memelihara kestabilan dan prognosis
- Dukung keterlibatan keluarga
financial (130214)
- Menggunakan suport dengan cara yang tepat
- Bantu pasien untuk
sosial (130218)
mengidentifikasi strategi
Keterangan Penilaian NOC
positif untuk mengatasi
1 tidak dilakukan
keterbatasan dan mengelola
samasekali
gaya hidup atau perubahan
2 jarang dilakukan
peran
3 kadang dilakukan
4 sering dilakukan
5 selalu dilakukan
5 Resiko Setelah dilakukan tindakan Enviromental Manajement
Infeksi keperawatan selama .....x24 Safety (6286)
- sediakan lingkungan yang
berhubungan jam diharapkan tidak ada
aman bagi klien
dengan faktor imfeksi dengan kriteria :
- identifikasi kebutuhan
Risk Control (1902)
resiko
- mengetahui resiko keamanan pasien, sesuai
prosedur
(190201) dengan kondisi fisik dan
infvasif, tidak - memonitor faktor resiko
fungsi kognisi pasien dan
cukup lingkungan (190202)
riwayat penyakit terdahulu
- memonitor faktor resiko
pengetahuan
pasien
dari tingkah laku
dalam - menghindarkan lingkungan
(190203)
menghindari yang berbahaya
- mengembagkan strategi
- memasang side rail tempat
paparan
kontrol resiko secara
tidur
patogen.
efektif (190204) - menyediakan tempat tidur
- memodifikasi gaya
yang aman dan bersih
hidup untuk mengurangi - membatasi pengunjung
- memberikan penerangan yang
resiko (190208)
cukup
Keterangan Penilaian NOC
- menganjurkan keluarga untuk
1. tidak dilakukan
menemani pasien
samasekali - mengontrol lingkungan dari
2. jarang dilakukan kebisingan
- berikan penjelasan pada
3. kadang dilakukan
pasien dan keluarga pasien
4. sering dilakukan
atau pengunjung tentang
5. selalu dilakukan
adanya perubahan status
kesehatan dan
penyememasang side rail
tempat tidur
A. PENGERTIAN
Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya
onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan
payudara (Karsono, 2006). Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di
dalam jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran
susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005).
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel
kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit
payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu,
jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011)
B. Etiologi
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), tidak ada satupun penyebab
spesifik dari ca mammae; sebaliknya serangkaian factor genetik, hormonal, dan
kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang kanker ini. Sedangkan
menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik dari ca mammae masih belum
diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh
terhadap terjadinya ca mammae.
C. Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi. Pada tahap
inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memicu sel menjadi
ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang
disebut karsinogen, yang berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau
sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap
suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut
promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Pada tahap
promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel
yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi (Desen,
2008). Menurut Price & Wilson (2006) pada ca mammae terjadi proliferasi
keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Pada awalnya
hanya terdapat hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel atipikal. Sel-sel ini
kemudian berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker
membutuhkan waktu tujuh tahun untuk tumbuh dari satu sel manjadi massa yang
cukup besar untuk dapat dipalpasi (kira-kira berdiameter 1 cm) pada ukuran itu,
sekitar 25% ca mammae sudah mengalami metastasis.
D. PATHWAY
E. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala ca mammae, yaitu:
a. Benjolan pada payudara. Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada
payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat
pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting
susu.
b. Erosi atau eksema putting susu. Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke
dalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi
oedema,hingga kulit kelihatan seperti jeruk (peau dorange), mengkerut atau
timbul borok (ulkus pada payudara). Borok itu makin lama makin besar dan
mendalam sehingga dapat menghancurkan payudara, sring berbau busuk, dan
mudah berdarah.
c. Pendarahan pada puting susu.
d. Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah besar, sudah
timbul borok atau kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang.
e. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening ketiak, bengkak pada
lengan dan penyebaran kanker diseluruh tubuh.
F. PENTAHAPAN CA MAMAE
Pentahapan klinik yang paling sering digunakan untuk ca mammae adalah
sistem klasifikasi TNM yang mengevaluasi ukuran tumor (T), jumlah nodus limfe
yang terkena (N) dan bukti adanya metastasis yang jauh (M). Sistem klasifikasi
TNM diadaptasi dari The American Joint Commitee on Cancer Staging and End
Result Reporting.
Keterangan:
Tumor primer (T):
T0 : tidak ada bukti tumor primer
Tis : karsinoma in situ : karsinoma intraduktal, karsinoma lobular in situ atau
penyakit Pagets puting susu dengan atau tanpa tumor.
T1 : tumor 2 cm dalam dimensi terbesarnya.
T2 : tumor >2 cm tetapi tidak > 5 cm dalam dimensi terbesarnya.
T3 : tumor > 5 cm dalam dimensi terbesarnya.
T4 : tumor sembarang ukuran dengan arah perluasan ke dinding dada atau
kulit.
Nodus limfe regional (N):
N0 : tidak ada metastasis nodus limfe regional.
N1 : metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral yang dapat digerakkan.
N2 : metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral terfiksasi pada satu sama
lain atau pada struktur lainnya.
N3 : metastasis ke nodus limfe mamaria internal ipsilateral.
Metastasis jauh (M):
M0: tidak ada metastasis yang jauh
M1: metastasis jauh (termasuk metastasis ke nodus limfe supraklavikular
ipsilateral).
(Brunner dan Suddarth, 2002)
Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di dalam
jaringan payudara yang normal.
Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar
keluar payudara.
Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar
getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm
tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar
ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau
perlengketah ke struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm
dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit
payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di
dalam dinding dada dan tulang dada
Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada,
misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.
(Medicastore, 2011)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Mammografi
2. Ultrasonografi (USG)
Penggunaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang penting untuk membantu
hasil mammografi yang tidak jelas atau meragukan, baik digunakan untuk
menentukan massa yang kistik atau massa yang padat. Pada pemeriksaan dengan
USG, kista mammae mempunyai gambaran dengan batas yang tegas dengan batas
yang halus dan daerah bebas echo di bagian tengahnya. Massa payudara jinak
biasanya menunjukkan kontur yang halus, berbentuk oval atau bulat, echo yang
lemah di bagian sentral dengan batas yang tegas. Karsinoma mammae disertai dengan
dinding yang tidak beraturan, tetapi dapat juga berbatas tegas dengan peningkatan
akustik. USG juga digunakan untuk mengarahkan fine-needle aspiration biopsy
(FNAB), coreneedle biopsy dan lokalisasi jarum pada lesi payudara. USG merupakan
pemeriksaan yang praktis dan sangat dapat diterima oleh pasien tetapi tidak dapat
mendeteksi lesi dengan diameter 1 cm.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Sebagai alat diagnostik tambahan atas kelainan yang didapatkan pada mammografi,
lesi payudara lain dapat dideteksi. Akan tetapi, jika pada pemeriksaan klinis dan
mammografi tidak didapat kelainan, maka kemungkinan untuk mendiagnosis
karsinoma mammae sangat kecil. MRI sangat sensitif tetapi tidak spesifik dan tidak
seharusnya digunakan untuk skrining. Sebagai contoh, MRI berguna dalam
membedakan karsinoma mammae yang rekuren atau jaringan parut. MRI juga
bermanfaat dalam memeriksa mammae kontralateral pada wanita dengan karsinoma
payudara, menentukan penyebaran dari karsinoma terutama karsinoma lobuler atau
menentukan respon terhadap kemoterapi neoadjuvan
4. Biopsi Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) dilanjutkan dengan pemeriksaan
sitologi merupakan cara praktis dan lebih murah daripada biopsi eksisional dengan
resiko yang rendah. Teknik ini memerlukan patologis yang ahli dalam diagnosis
sitologi dari karsinoma mammae dan juga dalam masalah pengambilan sampel,
karena lesi yang dalam mungkin terlewatkan. Insidensi false-positive dalam diagnosis
adalah sangat rendah, sekitar 1-2% dan tingkat false-negative sebesar 10%.
Kebanyakan klinisi yang berpengalaman tidak akan menghiraukan massa dominan
yang mencurigakan jika hasil sitologi FNA adalah negatif, kecuali secara klinis,
pencitraan dan pemeriksaan sitologi semuanya menunjukkan hasil negatif. Large-
needle (core-needle) biopsy mengambil bagian sentral atau inti jaringan dengan jarum
yang besar. Alat biopsi genggam menbuat large-core needle biopsy dari massa yang
dapat dipalpasi menjadi mudah dilakukan di klinik dan cost-effective dengan anestesi
lokal. Open biopsy dengan lokal anestesi sebagai prosedur awal sebelum memutuskan
tindakan defintif merupakan cara diagnosis yang paling dapat dipercaya. FNAB atau
core-needle biopsy, ketika hasilnya positif, memberikan hasil yang cepat dengan
biaya dan resiko yang rendah, tetapi ketika hasilnya negatif maka harus dilanjutkan
dengan open biopsy.Open biopsy dapat berupa biopsy insisional atau biopsi
eksisional. Pada biopsi insisional mengambil sebagian massa payudara yang
dicurigai, dilakukan bila tidak tersedianya core-needle biopsy atau massa tersebut
hanya menunjukkan gambaran DCIS saja atau klinis curiga suatu inflammatory
carcinoma tetapi tidak tersedia core-needle biopsy. Pada biopsi eksisional, seluruh
massa payudara diambil
5. Biomarker
Biomarker karsinoma mammae terdiri dari beberapa jenis. Biomarker sebagai salah
satu faktor yang meningkatkan resiko karsinoma mammae. Biomarker ini mewakili
gangguan biologik pada jaringan yang terjadi antara inisiasi dan perkembangan
karsinoma. Biomarker ini digunakan sebagai hasil akhir dalam penelitian
kemopreventif jangka pendek dan termasuk perubahan histologis, indeks dari
proliferasi dan gangguan genetik yang mengarah pada karsinoma. Nilai prognostik
dan prediktif dari biomarker untuk karsinoma mammae antara lain (1) petanda
proliferasi seperti proliferating cell nuclear antigen (PNCA), BrUdr dan Ki-67; (2)
petanda apoptosis seperti bcl-2 dan rasio bax:bcl-2; (3) petanda angiogenesis seperti
vascular endothelial growth factor (VEGF) dan indeks angiogenesis; (4) growth
factors dan growth factor receptors seperti human epidermal growth receptor (HER)-
2/neu dan epidermal growth factor receptor (EGFr) dan (5) p53.
H. PENGKAJIAN CA MAMMAE
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yg
menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah & mengeras, bengkak &
nyeri.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dgn
tonjolan frontal di bagian anterior & oksipital dibagian posterior.
c. Mata : biasanya tak ada gangguan wujud & fungsi mata. Mata anemis,
tak ikterik, tak ada nyeri tekan.
d. Telinga : normalnya wujud & posisi simetris. Tak ada gejala-gejala infeksi
& tak ada gangguan fungsi pendengaran.
e. Hidung : wujud & fungsi normal, tak ada infeksi & nyeri tekan.
b. Nutrisi Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien mau mengalami anoreksia, muntah & terjadi
menurunnya berat badan, klien jg ada riwayat mengkonsumsi makanan
mengandung MSG.
c. Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien mau mengalami melena, nyeri
saat defekasi, distensi abdomen & konstipasi.
Anoreksia & muntah bisa membuat pola aktivitas & lathan klien terganggu karena
terjadi kelemahan & nyeri.
Biasanya klien mau mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada
komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
Biasanya pada sebagian besar klien mau mengalami gangguan dlm melakukan
perannya dlm berinteraksi social.
Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien & perubahan pada tataran
kepuasan.
Biasanya klien mau mengalami stress yg berlebihan, denial & keputus asaan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marlyn E, Moorhouse Mary Frances, Geissler Alice C, 1999, "Pedoman Asuhan
Keperawatan", Edisi ke-3. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Long Barbara C, 1996, "Medical Bedah 2" Yayasan IAPK, Pajajaran, Bandung
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, 1995 "Patifosiologi", Edisi ke-4 Buku ke II, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44327/4/Chapter%20II.pdf