Anda di halaman 1dari 25

I.

KONSEP KEPERAWATAN
A. Konsep Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
1. Pengertian Nyeri

Nyeri (Pain) adalah kondisi perasaan yang tidak menyenagkan. Sifatnya


sangat subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang baik dalam hal skala
ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan dan
mengevakuasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2008).
Internasional Association for Study of Pain (IASP), mendefenisikan nyeri
sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenagkan
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat akut yang dirasakan dalam
kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2006).
Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang
tidak menyenagkan yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut
dengan istilah distruktif dimana jaringan rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas
terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut dan mual (Judha, 2012).
Dari definisi tersebut maka nyeri terdiri dari dua komponen utama, yaitu
sensorik (fisik) dan emosional (psikologik). Komponen sensorik merupakan
mekanisme neurofisiologi yang menerjemahkan sinyal nosiseptor menjadi informasi
tentang nyeri (durasi, intensitas, lokasi, dan kualitas rangsangan). Sedangkan
komponen emosional adalah komponen yang menentukan berat ringannya individu
merasa tidak nyaman, dapat mengawali kelainan emosi seperti cemas dan depresi,
jika menjadi nyeri kronik, serta diperankan oleh rangsangan nosiseptik melalui
keadaan sistem limbik dan kondisi lingkungan (asal penyakit, hasil pengobatan yang
tidak jelas, dan dukungan sosial/keluarga).
a. Keamanan
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen, kelembaban yang
optimum, nutrisi, dan suhu yang optimum akan mempengauhi kemampuan
seseorang.
1. Oksigen
Bahaya umum yang ditemukan dirumah adalah sistem pemanasan yang tidak
berfungsi dengan baik dan pembakaran yang tidak mempunyai sistem
pembuangan akan menyebabkan penumpukan karbondioksida.
2. Kelembaban
Kelembaban akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien, jika kelembaban
relatifnya tinggi maka kelembaban kulit akan terevaporasi dengan lambat
3. Nutrisi
Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat atau benda yang dapat
menyebabkan kondisi kondisi yang tidak bersih akan meningkatkan resiko infeksi
dan keracunan makanan.
b. Kenyamanan
1. Nyeri
Nyeri adalah kondisi suatu mekanisme prolektif tubuh ayng timbul bilamana
jaringan mengalami kerusakan dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rangsangan tersebut. (Guyton Hall, 1997)
a. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah suatu keadaan dimana seseorang melaporkan adanya
ketidaknyamanan yang hebat. Awitan nyeri akut biasanya mendadak,
durasinya singkat kurang dari 6 bulan.
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah keadaan dimana seorang individu mengalami nyeri
yang berlangsung terus menerus, akibat kausa keganasan dan non
keganasan atau intermiten selama 6 bulan atau lebih
c. Mual
Mual adalah keadaan dimana individu mengalami sesuatu
ketidaknyamanan, sensasi seperti gelombang dibelakang tenggorokan
epigastrium, atau seluruh abdomen yang mungkin atau mungkin tidak
menimbulkan muntah.

2. Faktor-Faktor Mempengaruhi Keamanan dan Kenyamanan


1. Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan.
2. Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injury.
3. Gangguan Persepsi Sensori
Mempengaruhi adaptasi terhadaprangsangan yang berbahayaseperti gangguan
penciuman dan penglihatan.
4. Keadaan Imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah
terserang penyakit.
5. Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan enurun terhadap rangsangan, paralisis,
disorientasi, dan kurang tidur.
6. Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat
menimbulkan kecelakaan.
7. Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi
sebelumnya.
8. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok.
9. Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan
penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit tertentu.
10. Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak
dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri.
11. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon
nyeri dan tingkat kenyamanannya.
12. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punyai.

3. Proses Terjadinya Nyeri


Stimulus nyeri: biologis, zat kimia, panas, listrik serta mekanik

Stimulus nyeri menstimulasi nosiseptor di perifer

Impuls nyeri diteruskan oleh saraf afferen (A-delta dan C) ke medulla spinalis melalui dorsal
horn

Impuls bersinapsis di substansia gelatinosa (lamina II dan III)


Impuls melewati traktus spinothalamus

Impuls masuk ke formation Impuls langsung masuk


retikularis ke thalamus

Sistem limbik Slow pain

Fast pain
- Timbul respon emosi

- Respon otonom: TD meningkat, keringant dingin

4. Faktor faktor Penyebab Nyeri


1 Stimulasi Mekanik
Disebut trauma mekanik adanya suatu penegangan akan penekana jarinagan.
2 Stimulus Kimiawi
Disebabkan oleh bahan kimia.
3 Stimulus Thermal
Adanya kontak atau terjadinya suhu yang ekstrim panas yang dipersepsikan
sebagai nyeri 44C-46C.
4 Stimulus Neurologik
Disebabkan karena kerusakan jaringan saraf
5 Stimulus Psikologik
Nyeri tanpa diketahui kelainan fisik yang bersifat psikologis
6 Stimulus Elektrik
Disebabkan oleh aliran listrik

5. Klasifikasi Nyeri
a) Nyeri Berdasarkan Durasi
1) Nyeri Akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi
bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan
sampai berat), dan berlangsung untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013). Nyeri
akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan menghilang tanpa pengobatan
setalh area yang rusak pulih kembali (Prasetyo, 2010).
2) Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap sepanjang suatu
priode waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi dan
biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan (McCaffery, 1986 dalam Potter &Perry,
2005).
b) Nyeri berdasarkan kualitasnya
1) nyeri yang menyayat
2) nyeri yang menusuk
c) Nyeri menurut sifatnya
a) nyeri timbul sewaktu-waktu
b) nyeri yang menetap
c) nyeri yang kumat-kumatan
d) Nyeri menurut rasa
a) nyeri yang cepat: nyeri yang menusuk
b) nyeri difus: nyeri normal yang bisa dirasakan
e) Nyeri menurut kegawatan
a. nyeri ringan
b. nyeri sedang
c. nyeri berat
d) Nyeri Berdasarkan Asal
1) Nyeri Nosiseptif
Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas atau sensivitas
nosiseptor perifer yang merupakan respetor khusus yang mengantarkan stimulus
naxious (Andarmoyo, 2013). Nyeri nosiseptor ini dapat terjadi karna adanya
adanya stimulus yang mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-
lain (Andarmoyo, 2013).
2) Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas yang di dapat
pada struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini lebih sulit diobati
(Andarmoyo, 2013).
e) Nyeri Berdasarkan Lokasi
1) Supervicial atau kutaneus
Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit. Karakteristik dari
nyeri berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai
sensasi yang tajam (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).
Contohnya tertusuk jarum suntik dan luka potong kecil atau laserasi.
2) Viseral Dalam
Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ internal
(Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Nyeri ini bersifat difusi dan dapat
menyebar kebeberapa arah. Nyeri ini menimbulkan rasa tidak menyenangkan dan
berkaitan dengan mual dan gejala-gejala otonom.
Contohnya sensasi pukul (crushing) seperti angina pectoris dan sensasi terbakar
seperti pada ulkus lambung.
3) Nyeri Alih (Referred pain)
Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karna banyak organ
tidak memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dapat terasa di bagian tubuh
yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa dengan berbagai karakteristik
(Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).
Contohnya nyeri yang terjadi pada infark miokard, yang menyebabkan nyeri alih
ke rahang, lengan kiri, batu empedu, yang mengalihkan nyeri ke selangkangan.
4) Radiasi
Nyeri radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal cedera ke
bagian tubuh yang lain (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).
Karakteristik nyeri terasa seakan menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang
kebagian tubuh. Contoh nyeri punggung bagian bawah akibat diskusi
interavertebral yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari
iritasi saraf skiatik.

6. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Yang Mengalami Gangguan Rasa Aman Dan
Nyaman
1. PENGAKAJIAN
a. Keamanan
Memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu memahami hal-hal yang
memberi kontribusi keadaan rumah, komunitas, atau lingkungan pelayanan
kesehatan dan kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap keamanan klien
dan lingkungan
1) Komunitas Ancaman keamanan dalam komunitas dipengaruhi oleh terhadap
perkembangan, gaya hidup, status mobilisasi, perubahan sensorik, dan
kesadaran klien terhadap keamanan.
2) Lembaga pelayanan kesehatan Jenis dasar resiko terhadap keamanan klien di
dalam lingkungan pelayanan kesehatan adalah terjadi kecelakaan yang
disebabkan klien, kecelakaan yang disebabkan prosedur, dan kecelakaan yang
menyebabkan penggunaan alat.
b. Kenyaman
Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang bersifat subyektif dan
hanya yang menerimanya yang dapat menjelaskannya. Tanda-tanda yang
menunjukan seseorang mengalami sensasi nyeri:
1) Posisi yang memperlihatkan pasien Pasien tampak takut bergerak, dan
berusaha merusak posisi yang memberikan rasa nyaman.
2) Ekspresi umum
- Tampak meringis, merintih
- Cemas, wajah pucat
- Ketakutan bila nyeri timbul mendadak
- Keluar keringat dingin
- Kedua rahang dikatupkan erat-erat dan kedua tangan tampak dalam posisi
menggenggam
- Pasien tampak mengeliat karena kesakitan
3) Pasien dengan nyeri perlu diperhatikan saat pengkajian adalah :
- Lokasi nyeri
- Waktu timbulnya nyeri
- Reaksi fisik/psikologis pasien terhadap nyeri
- Karakteristik nyeri
- Faktor pencetus timbulnya nyeri
- Cara-cara yang pernah dilakukan untuk mengatasi nyeri
4) Intensitas Nyeri
Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10 (Smeltzer & Bare, 2002)
Keterangan:
1 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan (pasien dapat berkomunikasi dengan baik).
4-6 : Nyeri sedang (pasien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat
mengikuti perintah dengan baik).
7-9 : Nyeri berat terkontrol (pasien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respons terhadap tindakan,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan teknik
relaksasi dan distraksi).
10 : Nyeri berat terkontrol (Pasien tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul).
Cara Pengkajian Nyeri Berdasarkan PQRST
P : Provokatif / Paliatif
Apa kira-kira Penyebab timbulnya rasa nyeri...? Apakah karena terkena
ruda paksa / benturan..? Akibat penyayatan..? dll.
Q : Qualitas / Quantitas
Seberapa berat keluhan nyeri terasa..?. Bagaimana rasanya..?. Seberapa
sering terjadinya..? Ex : Seperti tertusuk, tertekan / tertimpa benda
berat, diris-iris, dll.
R : Region / Radiasi
Lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan / ditemukan..? Apakah
juga menyebar ke daerah lain / area penyebarannya..?
S : Skala Seviritas
Skala kegawatan dapat dilihat menggunakan GCS untuk gangguan
kesadaran, skala nyeri / ukuran lain yang berkaitan dengan keluhan
T : Timing
Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan / dirasakan..? Seberapa
sering keluhan nyeri tersebut dirasakan / terjadi...? Apakah terjadi
secara mendadak atau bertahap..? Acut atau Kronis..?

2. DIAGNOSA GANGGUAN RASA NYAMAN DAN AMAN NYERI


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik atau trauma
b. Nyeri kronis berhubungan dengan kontrol nyeri yang tidak adekuat
c. Nausea(mual) berhubungan dengan terapi, biofisik dan situasional
d. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
e. Resiko Infeksi berhubungan dengan faktor resiko prosedur infvasif, tidak cukup
pengetahuan dalam menghindari paparan patogen.

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN

N Diagno
o. sa Tujuan /NOC Intervensi / NIC
Dx Keperawatan
1. Nyeri Setelah dilakukan tindakan Pain Management (140)
- Kaji tingkat nyeri, meliputi :
akut keperawatan selama ...x24
lokasi, karakteristik, dan
berhubungan jam, diharapakan nyeri
onset, durasi, frekuensi,
dengan agen berkurang dengan kriteria:
kualitas, intensitas/beratnya
cedera fisik Kontrol Nyeri (1605)
nyeri, faktor-faktor
atau trauma - Mengenal faktor
presipitasi
penyebab (160501)
- Kontrol faktor-faktor
- Mengenal reaksi lingkungan yang dapat
serangan nyeri (160502) mempengaruhi respon pasien
- Mengenali gejala nyeri
terhadap ketidaknyamanan
(1605009) - Berikan informasi tentang
- Melaporkan nyeri
nyeri
terkontrol (1605011) - Ajarkan teknik relaksasi
- Tingkatkan tidur/istirahat
Tingkat Nyeri (2021)
yang cukup
- Frekuensi nyeri
- Turunkan dan hilangkan
(210203)
faktor yang dapat
- Ekspresi akibat nyeri
meningkatkan nyeri
(210206)
- Lakukan teknik variasi untuk
Keterangan Penilaian NOC
mengurangi nyeri
1 tidak dilakukan sama Analgetik Administration
- Tentukan lokasi, karakteristik,
sekali
kualitas, dan derajat nyeri
2 jarang dilakukan
sebelum pemberian obat
3 kadang dilakukan
- Monitor vital sign sebelum
4 sering dilakukan dan sesudah pemberian
5 selalu dilakukan analgetik
- Berikan analgetik yang tepat
sesuai dengan resep
- Catat reaksi analgetik dan efek
buruk yang ditimbulkan
- Cek instruksi dokter tentang
jenis obat,dosis,dan frekuensi
2. Nyeri Setelah dilakukan tindakan Pain Management (140)
- Kaji tingkat nyeri, meliputi :
kronis keperawatan selama ...x24
lokasi, karakteristik, dan onset,
berhubungan jam, diharapakan nyeri
durasi, frekuensi, kualitas,
dengan kontrol berkurang dengan kriteria:
- Nyeri terkontrol (1605) intensitas/beratnya nyeri,
nyeri yang
- Mengenal faktor
faktor-faktor presipitasi
tidak adekuat
penyebab (160501) - Kontrol faktor-faktor
- Mengenal reaksi
lingkungan yang dapat
serangan nyeri (160502)
mempengaruhi respon pasien
- Mengenali gejala nyeri
terhadap ketidaknyamanan
(1605009) - Ajarkan teknik
- Melaporkan nyeri
nonfarmakologi untuk
terkontrol (1605011)
menguragi nyeri (relaksasi,
Tingkat Nyeri (2021)
distraksi)
- Frekuensi nyeri - Perhatikan tipe dan sumber
(210203) nyeri
- Ekspresi akibat nyeri - Turunkan dan hilangkan faktor
(210206) yang dapat meningkatkan
Keterangan Penilaian NOC nyeri
- Lakukan teknik variasi untuk
1 tidak dilakukan
mengurangi nyeri
samasekali
- Tingkatkan istirahat atau tidur
2 jarang dilakukan
untuk memfasilitasi
3 kadang dilakukan
manajemen nyeri
4 sering dilakukan Analgetik Administration
5 selalu dilakukan - Cek obat, dosis, frekuensi,
pemberian analgesik
- Cek riwayat alergi obat
- Pilih analgetik atau kombinasi
yang tepat apabila lebih satu
analgetik yang diresepkan
- Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
3. Nausea Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management (1100)
- Kaji kemampuan pasien untuk
(mual) keperawatan selama ..x24
mendapatkan nutrisi yang
berhubungan jam diharapkan tidak mual
dibutuhkan
dengan terapi, dengan kriteria :
- Monitor jumlah nutrisi dan
biofisik dan Status Nutrisi meningkat
kandungan kalori
situasional (1004) - Berikan kalori tentang
- Tenaga (100403) kebutuhan nutisi
- Stamina(100401) - Kolaborasi dengan ahli gizi
- Daya tahan tubuh
untuk menentukan jumlah
( 100404
kalori dan nutrisi yang
Keseimbangan Cairan dibutuhkan pasien
- Berat badan stabil Manajemen Cairan (4120)
(160109) - Pertahankan intake dan
- Tidak ada kebingungan
output cairan yang akurat
(160111) - Monitor status hidrasi
- Tidak haus berlebihan - Monitor hasil laboratorium
(160112) berhubungan dengan retensi
- Kelembabkan kulit
cairan
- Membran mukosa
- Monitor vital sign
lembab (160113) - Monitor intake dan output
- Monitor status hemodinamik
4 Cemas Setelah dilakukan tindakan Penurunan Kecemasan (5820)
- Tenangkan klien
berhubungan keperawatan selama ..x24
- Berusaha memahami keadaan
dengan jam diharapakan kecemasan
klien
perubahan menurun atau pasien dapat - Berikan informasi tentang
status tenang dengan kriteria : diagnosa, prognosis dan
- Control Cemas (1402)
kesehatan tindakan
- Menyingkirkan tanda
- Kaji tingkat kecemasan dan
kecemasaan (140202)
reaksi fisik pada tingkat
- Menurunkan stimulasi
kecemasan
lingkungan ketika cemas
- Gunakan pendekatan dengan
(140203)
sentuhan (permisi) verbalisasi
- Menggunakan teknik
- Temani klien untuk
relaksasi untuk
mendukung keamanan dan
menurunkan cemas
menurunkan rasa takut
(140207) - Instruksikan pasien untuk
- Melaporkan penurunan
menggunakan teknik relaksasi
kebutuhan tidur adekuat - Berikan pengobatan untuk
(140214) menurunkan cemas dengan
- Tidak ada manifestasi
cara yang tepat
perilaku kecemasan
Peningkatan Koping (5230)
(140216)
- Hargai pemahaman pasien
Koping (1302)
tentang proses penyakit
- Memanajemen masalah - Gunakan pendekatan yang
(130205) tenang dan memberikan
- Mengekspresikan jaminan
- Sediakan informasi actual
persaan dan kebebasan
tentang diagnosa, penanganan
emosinal (130206)
- Memelihara kestabilan dan prognosis
- Dukung keterlibatan keluarga
financial (130214)
- Menggunakan suport dengan cara yang tepat
- Bantu pasien untuk
sosial (130218)
mengidentifikasi strategi
Keterangan Penilaian NOC
positif untuk mengatasi
1 tidak dilakukan
keterbatasan dan mengelola
samasekali
gaya hidup atau perubahan
2 jarang dilakukan
peran
3 kadang dilakukan
4 sering dilakukan
5 selalu dilakukan
5 Resiko Setelah dilakukan tindakan Enviromental Manajement
Infeksi keperawatan selama .....x24 Safety (6286)
- sediakan lingkungan yang
berhubungan jam diharapkan tidak ada
aman bagi klien
dengan faktor imfeksi dengan kriteria :
- identifikasi kebutuhan
Risk Control (1902)
resiko
- mengetahui resiko keamanan pasien, sesuai
prosedur
(190201) dengan kondisi fisik dan
infvasif, tidak - memonitor faktor resiko
fungsi kognisi pasien dan
cukup lingkungan (190202)
riwayat penyakit terdahulu
- memonitor faktor resiko
pengetahuan
pasien
dari tingkah laku
dalam - menghindarkan lingkungan
(190203)
menghindari yang berbahaya
- mengembagkan strategi
- memasang side rail tempat
paparan
kontrol resiko secara
tidur
patogen.
efektif (190204) - menyediakan tempat tidur
- memodifikasi gaya
yang aman dan bersih
hidup untuk mengurangi - membatasi pengunjung
- memberikan penerangan yang
resiko (190208)
cukup
Keterangan Penilaian NOC
- menganjurkan keluarga untuk
1. tidak dilakukan
menemani pasien
samasekali - mengontrol lingkungan dari
2. jarang dilakukan kebisingan
- berikan penjelasan pada
3. kadang dilakukan
pasien dan keluarga pasien
4. sering dilakukan
atau pengunjung tentang
5. selalu dilakukan
adanya perubahan status
kesehatan dan
penyememasang side rail
tempat tidur

7. GANGGUAN RASA AMAN NYAMAN DAN NYERI PADA CA MAMAE

A. PENGERTIAN
Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya
onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan
payudara (Karsono, 2006). Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di
dalam jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran
susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005).
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel
kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit
payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu,
jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011)

B. Etiologi
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), tidak ada satupun penyebab
spesifik dari ca mammae; sebaliknya serangkaian factor genetik, hormonal, dan
kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang kanker ini. Sedangkan
menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik dari ca mammae masih belum
diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh
terhadap terjadinya ca mammae.

C. Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi. Pada tahap
inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memicu sel menjadi
ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang
disebut karsinogen, yang berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau
sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap
suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut
promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Pada tahap
promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel
yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi (Desen,
2008). Menurut Price & Wilson (2006) pada ca mammae terjadi proliferasi
keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Pada awalnya
hanya terdapat hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel atipikal. Sel-sel ini
kemudian berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker
membutuhkan waktu tujuh tahun untuk tumbuh dari satu sel manjadi massa yang
cukup besar untuk dapat dipalpasi (kira-kira berdiameter 1 cm) pada ukuran itu,
sekitar 25% ca mammae sudah mengalami metastasis.

D. PATHWAY
E. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala ca mammae, yaitu:
a. Benjolan pada payudara. Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada
payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat
pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting
susu.
b. Erosi atau eksema putting susu. Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke
dalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi
oedema,hingga kulit kelihatan seperti jeruk (peau dorange), mengkerut atau
timbul borok (ulkus pada payudara). Borok itu makin lama makin besar dan
mendalam sehingga dapat menghancurkan payudara, sring berbau busuk, dan
mudah berdarah.
c. Pendarahan pada puting susu.
d. Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah besar, sudah
timbul borok atau kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang.
e. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening ketiak, bengkak pada
lengan dan penyebaran kanker diseluruh tubuh.

F. PENTAHAPAN CA MAMAE
Pentahapan klinik yang paling sering digunakan untuk ca mammae adalah
sistem klasifikasi TNM yang mengevaluasi ukuran tumor (T), jumlah nodus limfe
yang terkena (N) dan bukti adanya metastasis yang jauh (M). Sistem klasifikasi
TNM diadaptasi dari The American Joint Commitee on Cancer Staging and End
Result Reporting.

Pentahapan Ca Mammae Berdasarkan TNM (AJCC 1992)

GRADE TUMOR MODUS METAST


ASIS
Tahap 0 Tis N0 M0
Tahap T1 T1 NO M0
Tahap IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Tahap IIB T2 N1 M0
T3 N1 M0
Tahap T0
IIIA
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Tahap T4 Sembaran M0
IIIB gN
Sembaran N3 M0
gT
Tahap IV Sembaran Sembaran M1
gT gN

Keterangan:
Tumor primer (T):
T0 : tidak ada bukti tumor primer
Tis : karsinoma in situ : karsinoma intraduktal, karsinoma lobular in situ atau
penyakit Pagets puting susu dengan atau tanpa tumor.
T1 : tumor 2 cm dalam dimensi terbesarnya.
T2 : tumor >2 cm tetapi tidak > 5 cm dalam dimensi terbesarnya.
T3 : tumor > 5 cm dalam dimensi terbesarnya.
T4 : tumor sembarang ukuran dengan arah perluasan ke dinding dada atau
kulit.
Nodus limfe regional (N):
N0 : tidak ada metastasis nodus limfe regional.
N1 : metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral yang dapat digerakkan.
N2 : metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral terfiksasi pada satu sama
lain atau pada struktur lainnya.
N3 : metastasis ke nodus limfe mamaria internal ipsilateral.
Metastasis jauh (M):
M0: tidak ada metastasis yang jauh
M1: metastasis jauh (termasuk metastasis ke nodus limfe supraklavikular
ipsilateral).
(Brunner dan Suddarth, 2002)

Pentahapan patologi didasarkan pada histologi, memberikan prognosis yang


lebih akurat. Adapun stadium ca mammae adalah:

Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di dalam
jaringan payudara yang normal.
Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar
keluar payudara.
Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar
getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm
tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar
ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau
perlengketah ke struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm
dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit
payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di
dalam dinding dada dan tulang dada
Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada,
misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.
(Medicastore, 2011)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Mammografi

Mammografi merupakan pemeriksaan yang paling dapat diandalkan untuk


mendeteksi kanker payudara sebelum benjolan atau massa dapat dipalpasi.
Karsinoma yang tumbuh lambat dapat diidentifikasi dengan mammografi setidaknya
2 tahun sebelum mencapai ukuran yang dapat dideteksi melalui palpasi.
Mammografi telah digunakan di Amerika Utara sejak tahun 1960 dan teknik ini terus
dimodifikasi dan diimprovisasi untuk meningkatkan kualitas gambarnya.
Mammografi konvensional menyalurkan dosis radiasi sebesar 0,1 sentigray (cGy)
setiap penggunaannya. Sebagai perbandingan, Foto X-ray thoraks menyalurkan 25%
dari dosis radiasi mammografi. Mammografi dapat digunakan baik sebagai skrining
maupun diagnostik. Mammografi mempunyai 2 jenis gambaran, yaitu kraniokaudal
(CC) dan oblik mediolateral (MLO). MLO memberikan gambaran jaringan mammae
yang lebih luas, termasuk kuadran lateral atas dan axillary tail of Spence.
Dibandingkan dengan MLO, CC memberikan visualisasi yang lebih baik pada aspek
medial dan memungkinkan kompresi payudara yang lebih besar. Radiologis yang
berpengalaman dapat mendeteksi karsinoma payudara dengan tingkat false-positive
sebesar 10% dan false-negative sebesar 7%. Gambaran mammografi yang spesifik
untuk karsinoma mammae antara lain massa padat dengan atau tanpa gambaran
seperti bintang (stellate), penebalan asimetris jaringan mammae dan kumpulan
mikrokalsifikasi. Gambaran mikrokalsifikasi ini merupakan tanda penting karsinoma
pada wanita muda, yang mungkin merupakan satu-satunya kelainan mammografi
yang ada. Mammografi lebih akurat daripada pemeriksaan klinis untuk deteksi
karsinoma mammae stadium awal, dengan tingkat akurasi sebesar 90%. Protokol saat
ini berdasarkan National Cancer Center Network (NCCN) menyarankan bahwa
setiap wanita diatas 20 tahun harus dilakukan pemeriksaan payudara setiap 3 tahun.
Pada usia di atas 40 tahun, pemeriksaan payudara dilakukan setiap tahun disertai
dengan pemeriksaan mammografi. Pada suatu penelitian atas screening
mammography, menunjukkan reduksi sebesar 40% terhadap karsinoma mammae
stadium II, III dan IV pada populasi yang dilakukan skrining dengan mammografi.

2. Ultrasonografi (USG)
Penggunaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang penting untuk membantu
hasil mammografi yang tidak jelas atau meragukan, baik digunakan untuk
menentukan massa yang kistik atau massa yang padat. Pada pemeriksaan dengan
USG, kista mammae mempunyai gambaran dengan batas yang tegas dengan batas
yang halus dan daerah bebas echo di bagian tengahnya. Massa payudara jinak
biasanya menunjukkan kontur yang halus, berbentuk oval atau bulat, echo yang
lemah di bagian sentral dengan batas yang tegas. Karsinoma mammae disertai dengan
dinding yang tidak beraturan, tetapi dapat juga berbatas tegas dengan peningkatan
akustik. USG juga digunakan untuk mengarahkan fine-needle aspiration biopsy
(FNAB), coreneedle biopsy dan lokalisasi jarum pada lesi payudara. USG merupakan
pemeriksaan yang praktis dan sangat dapat diterima oleh pasien tetapi tidak dapat
mendeteksi lesi dengan diameter 1 cm.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Sebagai alat diagnostik tambahan atas kelainan yang didapatkan pada mammografi,
lesi payudara lain dapat dideteksi. Akan tetapi, jika pada pemeriksaan klinis dan
mammografi tidak didapat kelainan, maka kemungkinan untuk mendiagnosis
karsinoma mammae sangat kecil. MRI sangat sensitif tetapi tidak spesifik dan tidak
seharusnya digunakan untuk skrining. Sebagai contoh, MRI berguna dalam
membedakan karsinoma mammae yang rekuren atau jaringan parut. MRI juga
bermanfaat dalam memeriksa mammae kontralateral pada wanita dengan karsinoma
payudara, menentukan penyebaran dari karsinoma terutama karsinoma lobuler atau
menentukan respon terhadap kemoterapi neoadjuvan
4. Biopsi Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) dilanjutkan dengan pemeriksaan
sitologi merupakan cara praktis dan lebih murah daripada biopsi eksisional dengan
resiko yang rendah. Teknik ini memerlukan patologis yang ahli dalam diagnosis
sitologi dari karsinoma mammae dan juga dalam masalah pengambilan sampel,
karena lesi yang dalam mungkin terlewatkan. Insidensi false-positive dalam diagnosis
adalah sangat rendah, sekitar 1-2% dan tingkat false-negative sebesar 10%.
Kebanyakan klinisi yang berpengalaman tidak akan menghiraukan massa dominan
yang mencurigakan jika hasil sitologi FNA adalah negatif, kecuali secara klinis,
pencitraan dan pemeriksaan sitologi semuanya menunjukkan hasil negatif. Large-
needle (core-needle) biopsy mengambil bagian sentral atau inti jaringan dengan jarum
yang besar. Alat biopsi genggam menbuat large-core needle biopsy dari massa yang
dapat dipalpasi menjadi mudah dilakukan di klinik dan cost-effective dengan anestesi
lokal. Open biopsy dengan lokal anestesi sebagai prosedur awal sebelum memutuskan
tindakan defintif merupakan cara diagnosis yang paling dapat dipercaya. FNAB atau
core-needle biopsy, ketika hasilnya positif, memberikan hasil yang cepat dengan
biaya dan resiko yang rendah, tetapi ketika hasilnya negatif maka harus dilanjutkan
dengan open biopsy.Open biopsy dapat berupa biopsy insisional atau biopsi
eksisional. Pada biopsi insisional mengambil sebagian massa payudara yang
dicurigai, dilakukan bila tidak tersedianya core-needle biopsy atau massa tersebut
hanya menunjukkan gambaran DCIS saja atau klinis curiga suatu inflammatory
carcinoma tetapi tidak tersedia core-needle biopsy. Pada biopsi eksisional, seluruh
massa payudara diambil
5. Biomarker
Biomarker karsinoma mammae terdiri dari beberapa jenis. Biomarker sebagai salah
satu faktor yang meningkatkan resiko karsinoma mammae. Biomarker ini mewakili
gangguan biologik pada jaringan yang terjadi antara inisiasi dan perkembangan
karsinoma. Biomarker ini digunakan sebagai hasil akhir dalam penelitian
kemopreventif jangka pendek dan termasuk perubahan histologis, indeks dari
proliferasi dan gangguan genetik yang mengarah pada karsinoma. Nilai prognostik
dan prediktif dari biomarker untuk karsinoma mammae antara lain (1) petanda
proliferasi seperti proliferating cell nuclear antigen (PNCA), BrUdr dan Ki-67; (2)
petanda apoptosis seperti bcl-2 dan rasio bax:bcl-2; (3) petanda angiogenesis seperti
vascular endothelial growth factor (VEGF) dan indeks angiogenesis; (4) growth
factors dan growth factor receptors seperti human epidermal growth receptor (HER)-
2/neu dan epidermal growth factor receptor (EGFr) dan (5) p53.

H. PENGKAJIAN CA MAMMAE
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yg
menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah & mengeras, bengkak &
nyeri.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu

Adanya riwayat ca mammae sebelumnya / ada kelainan pada mammae, kebiasaan


makan cukup tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada sehingga
pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit
kanker lainnya, seperti kanker ovarium / kanker serviks.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Adanya keluarga yg mengalami ca mammae berpengaruh pada kemungkinan


klien mengalami ca mammae / pun keluarga klien pernah mengidap penyakit
kanker lainnya, seperti kanker ovarium / kanker serviks.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dgn
tonjolan frontal di bagian anterior & oksipital dibagian posterior.

b. Rambut : biasanya tersebar merata, tak terlalu kering, tak terlalu


berminyak.

c. Mata : biasanya tak ada gangguan wujud & fungsi mata. Mata anemis,
tak ikterik, tak ada nyeri tekan.

d. Telinga : normalnya wujud & posisi simetris. Tak ada gejala-gejala infeksi
& tak ada gangguan fungsi pendengaran.

e. Hidung : wujud & fungsi normal, tak ada infeksi & nyeri tekan.

f. Mulut : mukosa bibir kering, tak ada gangguan perasa.

g. Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB.

h. Dada : adanya kelainan kulit berupa peau dorange, dumpling, ulserasi /


gejala-gejala pembengkakan/radang.

i. Hepar : biasanya tak ada pembesaran hepar.

j. Ekstremitas: biasanya tak ada gangguan pada ektremitas.

5. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon

a. Persepsi & Manajemen

Biasanya klien tak langsung memeriksakan benjolan yg terasa pada payudaranya


kerumah sakit karena menganggap 1tu hanya benjolan biasa.

b. Nutrisi Metabolik

Kebiasaan diet buruk, biasanya klien mau mengalami anoreksia, muntah & terjadi
menurunnya berat badan, klien jg ada riwayat mengkonsumsi makanan
mengandung MSG.

c. Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien mau mengalami melena, nyeri
saat defekasi, distensi abdomen & konstipasi.

d. Aktivitas & Latihan

Anoreksia & muntah bisa membuat pola aktivitas & lathan klien terganggu karena
terjadi kelemahan & nyeri.

e. Kognitif & Persepsi

Biasanya klien mau mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada
komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.

f. Istirahat & Tidur

Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.

g. Persepsi & Konsep Diri

Payudara mewujudkan/adalah alat vital bagi wanita. Kelainan / kehilangan


dampak operasi mau membuat klien tak percaya diri, malu, & kehilangan haknya
sebagai wanita normal.

h. Peran & Hubungan

Biasanya pada sebagian besar klien mau mengalami gangguan dlm melakukan
perannya dlm berinteraksi social.

i. Reproduksi & Seksual

Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien & perubahan pada tataran
kepuasan.

j. Koping & Toleransi Stress

Biasanya klien mau mengalami stress yg berlebihan, denial & keputus asaan.

k. Nilai & Keyakinan


Dibutuhkan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dgn lapang
dada.

I. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :


Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
kerusakan jaringan pain control, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
comfort level Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
DS: Setelah dilakukan tinfakan Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
- Laporan secara verbal keperawatan selama . Pasien tidak dukungan
DO: mengalami nyeri, dengan kriteria Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
- Posisi untuk menahan nyeri hasil: suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Tingkah laku berhati-hati Mampu mengontrol nyeri (tahu Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak penyebab nyeri, mampu Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
capek, sulit atau gerakan kacau, menggunakan tehnik Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi,
menyeringai) nonfarmakologi untuk mengurangi
- Terfokus pada diri sendiri distraksi, kompres hangat/ dingin
nyeri, mencari bantuan) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ...
- Fokus menyempit (penurunan persepsi
Melaporkan bahwa nyeri berkurang Tingkatkan istirahat
waktu, kerusakan proses berpikir,
dengan menggunakan manajemen Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
penurunan interaksi dengan orang dan
nyeri lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari
lingkungan)
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan- Mampu mengenali nyeri (skala, prosedur
jalan, menemui orang lain dan/atau intensitas, frekuensi dan tanda Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
aktivitas, aktivitas berulang-ulang) nyeri) pertama kali
- Respon autonom (seperti diaphoresis, Menyatakan rasa nyaman setelah
perubahan tekanan darah, perubahan nyeri berkurang
nafas, nadi dan dilatasi pupil) Tanda vital dalam rentang normal
- Perubahan autonomic dalam tonus otot Tidak mengalami gangguan tidur
(mungkin dalam rentang dari lemah ke
kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah,
merintih, menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan
minum

DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marlyn E, Moorhouse Mary Frances, Geissler Alice C, 1999, "Pedoman Asuhan
Keperawatan", Edisi ke-3. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Long Barbara C, 1996, "Medical Bedah 2" Yayasan IAPK, Pajajaran, Bandung

Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-2011.


Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. EGC: Jakarta

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, 1995 "Patifosiologi", Edisi ke-4 Buku ke II, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Volume I dan II. EGC: Jakarta


Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi
4 Salemba Medika : Jakarta

Sumber : (diakses pada tanggal 13 Juni 2016)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44327/4/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai