Presus Sinusitis
Presus Sinusitis
SINUSITIS
Diajukan kepada:
dr. Indera Istiadi, Sp.THT
Disusun oleh:
Mia Mukti Rahayu
20100310127
2016
BAB I
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Umbulharjo, Yogyakarta
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama:
Nyeri kepala
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poli THT RSUD Jogja dengan keluhan nyeri kepala terus
menerus sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, disertai pilek selama 1
bulan dan lendir yang meleleh ketenggorokan, demam 3 hari SMRS dan
nyeri pada muka.
2
Abdomen :Datar, supel, bising usus (+) normal, nyeri
tekan (-), udema (-), hepar dan lien tidak teraba, ginjal tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, nadi kuat, gerakan bebas
3
Hidung
Kanan Kiri
Deformitas (-) (-)
Nyeri tekan :
Pangkal hidung (-) (-)
Pipi (+) (+)
Dahi (+) (+)
Vestibulum
Lapang Lapang
Tenggorok
Arkus faring Simetris, massa (-)
Pilar anterior Simetris
Uvula Ukuran dan bentuk normal, letak lurus di tengah
4
Dinding faring Granula (-), cobble stone appearance (-)
Mukosa faring Hiperemis (-), post nasal drip (-) ,
massa (-), Pseudomembran (-), granul (-) , bercak-bercak putih (-)
Tonsil T1 T1, hiperemis (-/-), kripta normal, detritus (-/-)
Gigi geligi Lengkap, Caries gigi (+) , tambalan (+) di molar II kiri bawah
Palatum Durum Simetris, massa (-)
Palatum Mole Simetris, massa (-), bercak-bercak keputihan (-)
IV. DIAGNOSIS
Sinusitis akut
V. PENATALAKSANAAN
Coamoxiclav 625mg No XV
3 dd 1 tab
Tremenza No 1
Mucohexim No 1
m.f.l.a pulv dtd No XV da in caps
3 dd 1 caps
Avamys nasal spray No 1
2 dd puff 2 nasal Dextra dan Sinistra
5
TINJAUAN PUSTAKA
ETIOLOGI
6
Seperti yang diketahui, terdapat banyak faktor menjadi penyebab sesuatu
penyakit timbul, antaranya faktor internal seperti daya tahan tubuh yang menurun
akibat defisiensi gizi yang menyebabkan tubuh rentan dijangkiti penyakit dan
faktor eksternal seperti perubahan musim yang ekstrim, terpapar lingkungan yang
tinggi zat kimiawi, debu, asap tembakau dan lain-lain.
7
Jamur
EPIDEMIOLOGI
KLASIFIKASI
Untuk menilai beratnya penyakit, pasien diminta untuk menentukan dalam VAS
jawaban dari pertanyaan:
8
Berapa besar gangguan dari gejala rinosinusitis saudara?
_______________________________________________________________
Akut
< 12 minggu
Resolusi komplit gejala
Kronik
12 minggu
Tanpa resolusi gejala komplit
Termasuk rinosinusitis kronik eksaserbasi akut
PATOFISIOLOGI
9
Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga
mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak
dan lendir tidak dapat dialirkan karena ostium sinus tersumbat. Maka terjadi
tekanan negatif di dalam rongga sinus terjadinya transudasi, yang mula-mua
cairan serosa. Gangguan drainase dan ventilasi didalam sinus, sehingga silia
menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa sinus menjadi lebih
kental dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri patogen.
Kondisi inilah yang disebut rhinosinusitis non-bacterial.
Bila sumbatan berlangsung terus akan terjadi hipoksia dan retensi lendir
sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob. Selanjutnya terjadi perubahan
jaringan menjadi hipertrofi, polipoid atau pembentukan kista. Polip nasi dapat
menjadi manifestasi klinik dari penyakit sinusitis. Polipoid berasal dari edema
mukosa, dimana stroma akan terisi oleh cairan interseluler sehingga mukosa yang
sembab menjadi polipoid. Bila proses terus berlanjut, dimana mukosa yang
sembab makin membesar dan kemudian turun ke dalam rongga hidung sambil
membentuk tangkai, sehingga terjadilah polip.7
Perubahan yang terjadi dalam jaringan dapat disusun seperti dibawah ini,
yang menunjukkan perubahan patologik pada umumnya secara berurutan:
1. Jaringan submukosa di infiltras ioleh serum, sedangkan permukaannya
kering. Leukosit juga mengisi rongga jaringan submukosa.
10
2. Kapiler berdilatasi, mukosa sangat menebal dan merah akibat edema dan
pembengkakan struktur subepitel. Pada stadium ini biasanya tidak ada
kelainan epitel.
3. Setelah beberapa jam atau sehari dua hari, serum dan leukosit keluar
melalui epitel yang melapisi mukosa. Kemudian bercampur dengan
bakteri, debris, epitel dan mukus. Pada beberapa kasus perdarahan kapiler
terjadi dan darah bercampur dengan sekret. Sekret yang mula-mula encer
dan sedikit, kemudian menjadi kental dan banyak, karena terjadi koagulasi
fibrin dan serum.
4. Pada banyak kasus, resolusi terjadi dengan absorpsi eksudat dan
berhentinya pengeluaran leukosit memakan waktu 10 14 hari.
5.Akan tetapi pada kasus lain, peradangan berlangsung dari tipe kongesti ke
tipe purulen, leukosit dikeluarkan dalam jumlah yang besar sekali. Resolusi
masih mungkin meskipun tidak selalu terjadi, karena perubahan jaringan
belum menetap, kecuali proses segera berhenti. Perubahan jaringan akan
menjadi permanen, maka terja diperubahan kronis, tulang di bawahnya
dapat memperlihatkan tanda osteitis dan akan diganti dengan nekrosis
tulang.
Perluasan infeksi dari sinus kebagian lain dapat terjadi melalui:
-
Tromboflebitis dari vena yang perforasi
-
Perluasan langsung melalui bagian dinding sinus yang ulserasi atau
nekrotik
-
Terjadinya defek
-
Melalui jalur vaskuler dalam bentuk bakterimia.
Masih dipertanyakan apakah infeksi dapat disebarkan dari sinus secara
limfatik.
GEJALA KLINIS
Wald mencatat bahwa gejala flu biasa membaik dalam 5 sampai 7 hari,
dan jika gejala menetap lebih dari 10 hari, gejala cenderung menjadi sekunder ke
salah satu sinusitis akut atau gejala persisten dari sinusitis kronis. Gejala sinusitis
11
kronis berlangsung lebih dari 3 minggu.American Academy of Otolaryngology
membagi kategori gejala untuk menegakan rinosinusitis, yaitu kategori gejala
mayor dan minor. Menurut durasi gejala, rinosinusitis didefinisikan sebagai akut
bila gejala berlangsung 4 minggu atau kurang, subakut bila gejala hadir selama 4
sampai 12 minggu, atau kronis untuk gejala yang berlangsung lebih dari 12
minggu.
Sinusitis akut
Sinusitis akut umumnya dimulai dari infeksi saluran pernafasan atas oleh
virus yang melebihi 10 hari. Organisme yang umum menyebabkan sinusitis akut
termasuk Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza dan Moraxella
catarrhalis. Diagnosis dari sinusitis akut dapat ditegakkan ketika infeksi saluran
napas atas oleh virus tidak sembuh salama 10 hari atau memburuk setelah 5-7
hari.
Sinusitis akut berulang tejadi gejala lebih dari 4 episode per tahun dengan
interval bebas penyakit lain. Eksaserbasi akut rinosinusitis didefinisikan sebagai
memburuknya gejala pada pasien yang sudah didiagnosis rhinosinusitis secara
tiba-tiba, dengan kembali ke gejala awal setelah perawatan. Untuk mendiagnosis
rhinosinusitis memerlukan 2 faktor mayor atau 1 faktor mayor 2 faktor minor. Jika
hanya 1 faktor mayor atau 2 faktor minor ini harus dimasukkan dalam diagnosis
diferensial.
12
Nyeri atau rasa tertekan pada muka Sakit kepala
Kebas atau rasa penuh pada muka Demam (pada sinusitis kronik)
Sinusitis kronik
13
REQUIREMENTS FOR DIAGNOSIS OF CHRONIC RHINOSINUSITIS
(2003 TASK FORCE)
> 12 minggu Satu atau lebih dari gejala 1. perubahan pada hidung, polip, atau
gejala terus tersebut polypoid pembengkakan pada
menerus rhinoskopi anterior (dengan
decongestion) atau hidung endoskopi
2. Edema atau eritema di meatus tengah
pada hidung endoskopi
3. Generalized atau lokal edema,
eritema, atau jaringan granulasi di
cavum hidung. Jika tidak melibatkan
meatus tengah,foto diperlukan untuk
diagnosis
4. Foto untuk memperjelas diagnosis
(foto polos atau computerized
tomography)
Stadium Area
I kelainan anatomi Semua penyakit sinus unilateral Penyakit Bilateral
terbatas pada sinus ethmoid
II ethmoid bilateral dengan keterlibatan satu sinus lainnya
III ethmoid bilateral dengan keterlibatan 2 atau lebih sinus lainnya
IV Poliposis sinonasal Diffuse
14
DIAGNOSIS
Gejala subyektif : Gejala sistemik yaitu : demam dan rasa lesu, serta gejala lokal
yaitu :hidung tersumbat, ingus kental yang kadang berbau dan mengalir ke
nasofaring (postnasal drip), halitosis, sakit kepala yang lebih berat pada pagi hari,
nyeri di daerah sinus yang terkena, serta kadang nyeri alih ke tempat lain.
1. Sinusitis Maksilaris
2. Sinusitis Etmoidalis
3. Sinusitis Frontalis
Nyeri berlokasi di atas alis mata, biasanya pada pagi hari dan
memburuk menjelang tengah hari, kemudian perlahan-lahan mereda hingga
menjelang malam. Pasien biasanya menyatakan bahwa dahi terasa nyeri bila
disentuh dan mungkin terdapat pembengkakan supra orbita. Pemeriksaan fisik,
nyeri yang hebat pada palpasi atau perkusi di atas daerah sinus yang terinfeksi
merupakan tanda patognomonik pada sinusitis frontalis.
15
4. Sinusitis Sfenoidalis
Sinusitis sfenoidalis dicirikan oleh nyeri kepala yang mengarah ke
verteks kranium. Penyakit ini lebih lazim menjadi bagian dari pansinusitis dan
oleh karena itugejalanya menjadi satu dengan gejala infeksi sinus lainnya.
Gejala Obyektif : Pembengkakan pada sinus maksila terlihat di pipi dan
kelopak matabawah, pada sinusitis frontal terlihat di dahi dan kelopak
mata atas, pada sinusitis ethmoid jarang timbul pembengkakan kecuali jika
terdapat komplikasi.
Pada rhinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema,
pada sinusitismaksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior
tampak nanah di meatus medius,sedangkan pada sinusitis ethmoid
posterior dan dansinusitis sphenoid nanah tampak keluardari meatus
superior.( Pada sinusitis akut tidak ditemukan polip,tumor maupun
komplikasisinusitis.Jika ditemukan maka kita harusmelakukan
penatalaksanaan yang sesuai).
Pada rinoskopi posterior tampak pus di nasofaring (post nasal drip).
Pada posisional testyakni pasien mengambil posisi sujud selama kurang
lebih 5 menit, dan provokasi test, yaknisuction dimasukkan pada hidung,
pemeriksa memencet hidung pasien kemudian pasien disuruhmenelan
ludan dan menutup mulut dengan rapat. Jika positif sinusitis maksilaris,
maka akan keluar pus dari hidung.
Gambaran Radiologis
Pemeriksaan radiologis untuk mendapatkan informasi dan untuk
mengevaluasi sinus paranasal adalah; pemeriksaan foto kepala dengan
berbagai posisi yang khas, pemeriksaan tomogram dan pemeriksaan CT-
Scan. Dengan pemeriksaan radiologis tersebut para ahli radiologi dapat
memberikan gambaran anatomi atau variasi anatomi, kelainan-kelainan
patologis pada sinus paranasalis dan struktur tulang sekitarnya, sehingga
dapat memberikan diagnosis yang lebih dini.
16
a. Foto kepala posisi anterior-posterior ( AP atau posisi Caldwell)
17
Foto lateral menunjukkan gambaran air fluid level di sinus
maksilla
18
d. Foto kepala posisi Submentoverteks
Foto diambil dengan meletakkan film pada vertex, kepala
pasien menengadah sehingga garis infraorbito meatal sejajar
dengan film. Sentrasi tegak lurus film dalam bidang midsagital
melalui sella turcica kearah vertex. Posisi ini biasa untuk melihat
sinus frontalis dan dinding posterior sinus maxillaris.
19
Pemeriksaan Tomogram
Pemeriksaan tomogram pada sinus paranasal biasanya digunakan
multidirection tomogram. Sejak digunakannya CT-Scan, pemeriksaan
tomogram sudah jarang digunakan. Tetapi pada fraktur daerah sinus
paranasal, pemeriksaan tomogram merupakan suatu teknik yang terbaik
untuk menyajikan fraktur-fraktur tersebut dibandingkan dengan
pemeriksaan axial dan coronal CT-Scan. Pada Pemeriksaan Tomogram
biasanya dilakukan pada kepala dengan posisi AP atau Waters.
Pemeriksaan Ct Scan
Pemeriksaan CT-Scan sekarang merupakan pemeriksaan yang
sangat unggul untuk mempelajari sinus paranasal, karena dapat
menganalisis dengan baik tulang-tulang secara rinci dan bentuk-bentuk
jaringan lunak, irisan axial merupakan standar pemeriksaan paling baik
yang dilakukan dalam bidang inferior orbitomeatal (IOM). Pemeriksaan
ini dapat menganalisis perluasan penyakit dari gigi geligi, sinus-sinus
dan palatum, terrmasuk ekstensi intrakranial dari sinus frontalis.
20
Foto CT scan posisi coronal memperlihatkan gambaran sinusitis maxilla
dengan penebalan dinding mukosa di sinus maxilla kanan
Pemeriksaan MRI
21
MRI menunjukkan ekstensi intraorbital sinus ethmoid bagian kanan
PENATALAKSANAAN
Acute Chronic
Streptococcus pneumonia Staphylococcus aureus
Haemophilus influenzae Streptococcus pneumonia
Moraxella catarrhalis Anaerobes
Anaerobes Enteric gram-negative bacilli
Staphylococcus aureus Coagulase-negative staphylococcus
Other streptococci Haemophilus influenzae
Pseudomonas aeruginosa
Alpha streptococcus
Antibiotik
Moraxella catarrhalii
merupakan
kunci dalam penatalaksanaan sinusitis supuratif akut. Amoksisilin merupakan
pilihan tepat untuk kuman gram positif dan negatif. Vankomisin untuk kuman S.
pneumoniae yang resisten terhadap amoksisilin. Pilihan terapi lini pertama yang
lain adalah kombinasi eritromicin dan dulfonamide atau cephalexin dan
sulfonamide.
22
sinus yang terlibat, perlu mempertahankan kadar antibiotika yang adekuat bila
tidak, mungkin terjadi sinusitis supuratif kronik.
Tindakan lain yang dapat dilakukan untuk membantu memperbaiki
drainase dan pembersihan secret dari sinus. Untuk sinusitis maxillaris dilakukan
pungsi dan irigasi sinus, sedangkan untuk sinusitis ethmoidalis frontalis dan
sinusitis sphenoidalis dilakukan tindakan pencucian Proetz. Irigasi dan pencucian
dilakukan 2 kali dalam seminggu. Bila setelah 5 atau 6 kali tidak ada perbaikan
dan klinis masih tetap banyak secret purulen, maka perlu dilakukan bedah radikal.
Dekongestan
Dekongestan Oral (Lebih aman untuk penggunaan jangka
panjang)Phenylproponolamine dan pseudoephedrine, yang merupakan
agonis alfa adrenergik. Obat ini bekerja pada osteomeatal komplek
Dekongestan topikal
Phenylephrine Hcl 0 , 5 % d a n oxymetazoline Hcl 0,5 % bersifat
vasokonstriktor lokal.Obat ini bekerja melegakan pernapasan dengan
mengurangi oedema mukosa.
23
Antihistamin serta kortikosteroid diberikan lebih khusus untuk penderita
sinusitis yangdicetuskan karena keadaan rhinitis alergi.
Antihistamin
Antihistamin golongan II yaitu Loratadine. Anti histamingolongan II
mempunyai keunggulan, yaitu lebih memiliki efek untuk mengurangi
rhinore, danmenghilangkan obstruksi, serta tidak memiliki efek samping
menembus sawar darah otak
Kortikosteroid
bisa diberi oral ataupun topikal, namun pilihan disini adalah kortikosteroid
oral yaitu metil prednisolon, efek samping berupa retensi air sangat
minimal, begitupula denganefek terhadap lambung juga minimal.
Onset tiba-tiba dari 2 atau lebih gejala, salah sa Keadaan yang harus sege
Edema
tunya termasuk hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek; sekret hidung anterior/ periorbita
posterior; nyeri/ ras
Penghidu terganggu/ hilang Pendorongan letak bola m
Pemeriksaan: Rinoskopi Anterior Penglihatan ganda
Foto Polos SPN/ Tomografi Komputer tidak direkomendasikan Oftalmoplegi
Penurunan visus
Nyeri frontal unilateral ata
Bengkak daerah frontal
Tanda meningitis atau tan
24
Rujuk ke dokter spesialis Teruskan terapi untuk 7-14 hari Rujuk ke dokter
Skema penatalaksanaan rinosinusitis akut pada dewasa untuk pelayanan kesehatan
25
2 atau lebih gejala, salah satunya berupa hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek; sekret hidung
Pikirkananteri
diag
Penghidu terganggu/Sinusitis
hilang kronis Gejala unilat
Pemeriksaan: Rinoskopi Anterior Perdarahan
Foto Polos SPN/ Tomografi Komputer tidak direkomendasikan Krusta
Gangguan pe
Gejala Orbita
Pertimbangkan
2 atau lebih gejala, salah satunya berupa hidung tersumbat atau pilek yang tidak jernih; diagnosis
nyeri bagian
Edema lain
frontal,
Perior
Gangguan Penghidu Gejala unilateralPendorongan
Pemeriksaan THT termasuk Endoskopi: Pertimbangkan Tomografi Komputer Perdarahan Penglihatan g
Tes Alergi Krusta Oftalmoplegi
Pertimbangkan diagnosis dan penatalaksanaan penyakit penyerta; misal Asma Kakosmia Nyeri kepala
Tersedia Endoskopi
Gejala Orbita Bengkak dae
Edema PeriorbitaTanda menin
Penglihatan ganda
Oftalmoplegi
Nyeri kepala bagian frontal ya
Edem frontal
Polip TandaTidak
meningitis
ada polip atau tanda
Endosko
Pemerik
Ikuti skema polip hidungIkuti
Ringan VAS 0-3 Dokter
skema
Spesialis
Rinosinusitis
THT atau
Sedang kronik Dokter
berat VASSpesialis
Foto PoT
>3-10
Komput
Perbaikan
Skema penatalaksanaan rinosinusitis kronik dengan atau tanpa polip hidung pada
dewasa untuk pelayanan kesehatan primer dan dokter spesialis non THT
Tindak lanjut Jangka Panjang + cuci hidung Reevaluas
berdasarkan European Position Paper on Rhinosinusitisnand Nasal Polyps 2007
Steroid topikal
Makrolide jangka panjang
26
La
2 atau lebih gejala, salah satunya berupa hidung tersumbat atau sekret hidung berwarnar;
Pertimbangkan
nyeri
diagnosis
bagian front
lain :
Gangguan Penghidu Gejala unilateral
Pemeriksaan THT termasuk Endoskopi: Pertimbangkan Tomografi Komputer Perdarahan
Tes Alergi Krusta
Pertimbangkan diagnosis dan penatalaksanaan penyakit penyerta; misal ASA Kakosmia
Gejala Orbita
Edema Periorbita
Penglihatan ganda
Oftalmoplegi
Nyeri kepala bagian frontal ya
Edem frontal
Tanda meningitis atau tanda fo
Perlu inv
Skema penatalaksanaan berbasis bukti rinosinusitis kronik tanpa polip hidung
Steroid topikal (spray) Steroid topikal tetes hidung Steroid oral jangka pendek
pada dewasa untuk dokter spesialis THT berdasarkan European Position Paper on
Steroid topikal
6
Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2007
Perbaikan
KOMPLIKASI
28
1. Komplikasilokal
a) Mukokel
b) Osteomielitis (Potts puffy tumor)
2. Komplikasi orbital
a) Inflamatori edema
b) Abses orbital
c) Absessubperiosteal
d) Trombosis sinus cavernosus.
3. Komplikasiintrakranial
a) Meningitis
b) AbsesSubperiosteal
Osteomielitis
29
muncul pada usia lebih dari 6 tahun karena sinus frontalis belum terbentuk pada
usia di bawah 6 tahun.
a) Etiologi
b) Gejala klinis
Gejala klinis antara lain nyeri dan nyeri tekan dahi setempat sangat berat,
gejala sistemik berupa sakit kepala, malaise, demam, dan menggigil.
Pembengkakan diatas alis mata juga lazim terjadi dan bertambah hebat bila
terbentuk abses subperiosteal, terbentuk edema supraorbita dan mata menjadi
tertutup. Timbul fluktuasi dan tulang menjadi sangat nyeri tekan. Jika
disertaidengan Pott`s puffy tumor juga ditemukan penonjolan pada dahi.
c) Diagnosis
30
sel memiliki nilai yang rendah dan tidak spesifik, tapi peningkatan laju endap
darah mungkin mengindikasikan adanya osteomielitis.
d) Penatalaksanaan
Infeksi orbital
Infeksi orbita disebabkan oleh penetrasi ruang orbita saat operasi atau
trauma, kebanyakan disebabkan oleh bakteri yang menyebar dari sinus yang
terinfeksi. Oleh karena ruang orbita dibatasi oleh beberapa sinus, seperti sinus
frontalis, etmoid, dan maksilari, infeksi dari sinus tersebut berpotensial menyebar
hingga ruang orbita. Sinus etmoid sangat mempengaruhi penyebaran infeksi ke
ruang orbita. Hal ini dipengaruhi karena sangat eratnya hubungan antara dinding
sinus dengan orbita. Dinding yang tipis menyebabkan infeksi lebih mudah
menyebar. Sinus etmoid mempunyai dinding yang paling tipis, disebut lamina
papyracea yang batas lateral dan medialnya adalah orbita. Sehingga infeksi pada
orbita biasanya dimulai dari bagian medial. Walaupun jarang terjadi dinding sinus
yang lebih tebal dapat juga menyebabkan infeksi orbita. Sekali infeksi menyebar
melalui dinding sinus, batas periosteal dinding sinus berperan sebagai barrier
tambahan untuk memproteksi orbita dari penyebaran infeksi. Jika terbentuk abses
di antara dinding dengan periosteum, disebut abses subperiosteal. Jika periosteum
rusak maka akan terbentuk abses orbita.
a) Etiologi
31
Banyak organisme yang dapat diisolasi dari penderita infeksi orbita. Dapat
berupa organisme tunggal maupun organisme campuran, anaerob maupun aerob,
atau gabungan keduanya. Biasanya, hasil isolasi sama dengan yang ditemukan
pada sinus terinfeksi.
b) Diagnosis
2. Selulitis orbita, terlihat sebagai edema difus dari garis batas orbita dan bakteri
telah secara aktif menginvasi isi orbita namun pus belum terbentuk. Selulitis
ini menyebabkan kelopak mata bengkak dan nyeri ketika otot ekstra okular
bergerak.
3. Abses subperiosteal, ditandai oleh edema dari garis batas orbita dengan
pengumpulan pus diantara periorbita dan dinding tulang orbita. Secara klinis
pasien dengan kondisi ini mirip dengan grup dua, tetapi terdapat proptosis
yang menonjol dan kemosis.
32
4. Abses orbita, ditandai adanya abses pada rongga orbita, pus telah menembus
periosteum dan bercampur dengan isi orbita. Pada tahap ini disertai gejala sisa
neuritis optik dan kebutaan unilateral yang lebih serius. Keterbatasan gerak
otot ekstraokuler mata yang terserang dan kemosis konjungtiva merupakan
tanda khas abses orbita, juga proptosis yang makin bertambah.
5. Trombosis sinus kavernosus. Komplikasi ini merupakan akibat penyebaran
bakteri melalui saluran vena ke dalam sinus kavernosus dimana selanjutnya
terbentuk suatu tromboflebitis septik. Secara patognomonik trombosis sinus
kavernosus terdiri dari oftalmoplegia, kemosis konjungtiva, gangguan
penglihatan yang berat, kelemahan pasien dan tanda-tanda meningitis oleh
karena letak sinus kavernosus yang berdekatan dengan saraf kranial II, III, IV,
dan VI, serta berdekatan juga dengan otak.
33
lain pada kulit disekeliling mata yang menyebabkan infeksi sekunder. Infeksi ini
biasanya terjadi secara tiba-tiba. H. influenzae tipe B menyebabkan infeksi pada
kelopak mata sehingga kelopak mata bengkak dan menutup dalam hitungan jam.
Pada proses inflamasi selulitis preseptal terdapat inflamasi lokal pada mata,
ditemukannya panas, kemerahan, indurasi dan nyeri pada penekanan. Pasien
dengan kelopak mata bengkak, merah, tidak nyeri pada palpasi, tidak indurasi
merupakan suatu reaksi alergi atau pembendungan vena karena terdapatnya
sinusitis harus diperhatikan.20
Infeksi orbita (grup dua sampai empat) lebih sulit untuk diidentifikasi dan
tidak khas waktu kejadiannya. Pasien biasanya memiliki riwayat keluar cairan dari
hidung, sakit kepala atau terasa berat dan demam. Jika infeksi terjadi pada orbita,
kemungkinan dapat tejadi hilangnya penglihatan. Infeksi orbita dapat menyerupai
infeksi preseptal. Pasien datang dengan inflamasi orbita. Kelopak mata yang
bengkak tidak mengindikasikan adanya inflamasi. Karena terbatasnya ruang pada
orbita, massa inflamasi dapat mengenai sekeliling struktur. Infeksi orbita yang
simple menyebabkan tekanan pada otot okular dan menyebabkan nyeri bila mata
bergerak. Jika terdapat abses subperiosteal atau bentuk abses lainnya, penekanan
orbita menyebabkan proptosis. Jika proses inflamasi menekan nervus optikus
dapat menyebabkan kebutaan. Pada keadaan awal ditemukannya infeksi orbita
mungkin minimal, tetapi akan banyak ditemukan bila infeksi terus berlanjut.
PROGNOSIS
Sinusitis akut memiliki prognosis yang sangat baik, dengan perkiraan 70%
penderita sembuh tanpa pengobatan. Sedangkan sinusitis kronik memiliki
prognosis yang bervariasi. Jika penyebabnya adalah kelainan anatomi dan telah
diterapi dengan bedah, maka prognosisnya baik.lebih dari 90% pasien membaik
dengan intervensi bedah, namun pasien ini kadang mengalami kekambuhan.19
34