A. IDENTITAS
No. Kartu : I.3155
Nama Pasien : Muhammad Ilyas
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
B. KASUS
Seorang pasien laki-lakiberusia 65 tahun yang berdomisili di Faal 2, datang ke klinik RSGM-
PSKG UNSRAT dengan keluhaningin dibuatkan gigi palsukarena gigi-giginya pada rahang
atas dan rahang bawah sudah hilang sehingga pasien merasa kesulitan saat mengunyah
makanan, berbicara dan merasa terganggu penampilannya. Sebelumnya gigi sisa akar yang
tersisa telah dicabut sekitar 4 bulan yang lalu. Pasien sudah pernah menggunakan gigi palsu,
yaitu pada gigi anterior rahang atasnya. Namun, sudah tidak digunakan lagi.
C. KONDISI SISTEMIK
- Penyakit jantung : t.a.k
- Hiper/hipotensi : t.a.k
- Kelainan darah : t.a.k
- Haemophilia : t.a.k
- Diabetes melitus : t.a.k
- Penyakit ginjal : t.a.k
- Hepatitis` : t.a.k
- Penyakit pernafasan : t.a.k
- Kelainan pencernaan : t.a.k
- Epilepsi : t.a.k
- HIV / AIDS : t.a.k
- Alergi obat : t.a.k
- Alergi makanan : t.a.k
- Hamil/menyusui : t.a.k
H. STATUS LOKAL
1. Extra oral :
- Sendi kanan : tidak bengkak, tidak sakit
2
- Sendi kiri : tidak bengkak, tidak sakit
- Pembukaan mulut : sedang
- Gerakan protrusive : lancar
- Gerakan lateral kanan : lancar
- Gerakan lateral kiri : lancar
- Bibir : simetris, ukuran sedang, tonus otot sedang
2. Intra oral:
- Bentuk lengkung RA : persegi
- Bentuk lengkung RB : persegi
- Ukuran lengkung RA : sedang
- Ukuran lengkung RB : sedang
- Bentuk linggir RA : lonjong
- Bentuk linggir RB : lonjong
- Ukuran linggir RA : sedang
- Ukuran linggir RB : sedang di daerah anterior ; rendah di daerah posterior
- Hubungan RA-RB : normal
- Kesejajaran linggir RA/RB: sejajar
- Ruang antar maksila : sedang
- Ruang antar alveolar : sedang
- Tuberositas kanan : sedang
- Tuberositas kiri : sedang
- Exostosis : kecil, di regio anterior kiri
- Torus palatina : kecil
- Torus mandibula : tidak ada
- Palatum lunak : K1.1
- Gerakan : sedang
- Perlekatan otot labial RA : sedang
- Perlekatan otot bukal ka. : sedang
- Perlekatan otot bukal ki. : sedang
- Perlekatan otot labial RB : sedang
- Perlekatan otot lingual : sedang
- Perlekatan otot bukal ka. : dangkal
- Perlekatan otot bukal ki. : dangkal
3
- Frenulum labialis RA : sedang
- Frenulum bukalis kanan : sedang
- Frenulum bukalis kiri : sedang
- Frenulum labialis RB : rendah
- Frenulum lingualis : rendah
- Frenulum bukalis kanan : sedang
- Frenulum bukalis kiri : rendah
- Tahanan jaringan : sedang
- Bentuk palatum : persegi
- Kedalaman palatum : sedang
- Retromylohyoid : sedang
- Ludah, konsistensi : sedang
- Volume ludah : sedang
- Refleks muntah : Kecil
- Lidah, ukuran : besar
- Gerakan lidah : sedang
Gambaran Klinis
X X X X X X X X X X X X X X X X
Rahang Atas Rahang Bawah
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
I. STATUS GIGI-GELIGI
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
X X X X X X X X X X X X X X X X
4
Keterangan:
X : gigi yang telah hilang
J. DIAGNOSIS KLINIK
Missing teeth11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 31, 32, 33, 34,
35, 36, 37, 38, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48.
K. INDIKASI PERAWATAN
Gigi tiruan penuh.
L. PROSEDUR PERAWATAN
1. Indikasi dan pencetakan pendahuluan RA dan RB sebagai model studi.
- Alat: sendok cetak perforated stock tray No. 1
- Bahan cetak: alginat
- Cara mencetak: mukostatik
- Setelah diperoleh cetakan yang akurat, kemudian diisi dengan stone gips.
2. Melakukan mouth preparation, mencakup :
Pasien dikonsul ke bagian Bedah Mulut untuk dilakukan alveolektomi pada eksostosis di
daerah anterior kananmaksila.
5
sampai vestibulum labialis. Bagian distolingual meluas secara vertikal dari retromolar
pad meluas ke retromylohioid sampai ke sulkus alveolingual.
1
2
Keterangan :
RA RB
1. Plat akrilik 1. Plat akrilik
2. Elemen GT 2.ElemenGT
4. Melakukan pencetakan rahang kembali untuk memperoleh model yang akan digunakan
untuk pedoman dalam pembuatan sendok cetak perorangan, dengan menggunakan bahan
cetak alginat.
5. Membuat sendok cetak perorangan
1) Terlebih dahulu dibuat gambar desain untuk sendok cetak perorangan pada model
anatomis.
2) Gambar desain dibuat 1-2 mm dari batas jaringan bergerak dan tidak bergerak.
Selanjutnya, shellac base platedilunakkan dengan alat khusus lalu diletakkan di atas
model anatomis, dandilakukan pemotongan sesuai dengan gambar desain tadi.
3) Setelah itu, dibuat pegangan pada sendok cetak perorangan tersebut.
4) Melakukan muscle trimming sendok cetak perorangan yang telah dibuat tadi pada
pasien dengan menggunakan greenstick compound tujuannya agar mendapat cetakan
dengan peripheral seal yang baik.
6
5) Setelah muscle trimming, selanjutnya dilakukan pencetakan rahang yang akan
digunakan sebagai working model dengan menggunakan sendok cetak perorangan
tersebut.
- Pencetakan dilakukan secara mukostatis dengan bahan cetak pasta light body
type.Sebelum pencetakan pada rahang atas, terlebih dahulu dilakukan penentuan
AH line melalui pemberian tanda dengan spidol pada batas jaringan bergerak
dan tidak bergerak saat pasien diinstruksi untuk mengucapkan kata A, sehingga
nantinya pada hasil cetakan akan terlihat juga tanda spidol tersebut. Jadi, batas
posterior gigi tiruan lengkap harus tepat pada batas palatum durum dan palatum
molle, pada daerah ini nantinya akan dibuat postdam.
6) Selanjutnya hasil cetakan dicor dengan stone gips. Untuk working model rahang atas,
nantinya akan dilakukan pengerokan di bagian posterior sebagai pedoman untuk
pembuatan postdam.
7
1) Pindahkan garis puncak linggir model kerja pada tanggul malam sehingga garis
puncak linggir rahang letaknya pada tanggul malam rahang atas yaitu bagian bukal :
bagian palatal = 2 :1 (4 mm di bagian bukal dan 2 mm di bagian palatal),
2) dan pada tanggul malam rahang bawah yaitu bagian bukal : bagian lingual = 1:1 (3
mm di bagian bukal dan 3 mm di bagian lingual).
3) Panjang bite rim sampai bagian distal gigi Molar 2.Selanjutnya, kontur bagian bukal
bite rim dirapikan dengan menggunakan pisau malam.
7. Melakukan uji coba bite rim rahang atas dan bawah pada pasien
1) Pasien diminta duduk dengan posisi tegak, lalu bite rim rahang atas dimasukkan ke
dalam mulut pasien dan dilakukan uji coba bite rim rahang atas dengan pedoman :
Adaptasi base plate;
Base plate harus diam di tempat, tidak boleh mudah lepas ataupun bergerak karena
akan mengganggu pekerjaan tahap selanjutnya.Permukaan base plate harus merapat
dengan jaringan pendukung.Tepi base plate tidak boleh terlalu panjang atau terlalu
pendek.
Dukungan bibir dan pipi;
Pasien harus tampak normal seakan-akan seperti bergigi.Penilaiannya : sulkus naso-
labialis dan philtrum pasien tampak tidak terlalu dalam atau hilang alurnya.Bibir dan
pipi pasien tidak boleh tampak cekung atau cembung.Sebagai pedoman ketebalan bite
rim rahang atas anterior adalah low lip line yaitu pada saat pasien istirahat, garis
incisal bite rim atas setinggi garis bawah bibir atas dilihat dari depan dan dilihat dari
lateral sejajar garis ala nasi-tragus. Sedangkan pada saat pasien tersenyum, garis
incisal bite rim atas ini terlihat 1-2 mm di bawah sudut bibir.
Mengukur kesejajaran bidang orientasi dengan menggunakan fox bite gauge.
Pertama-tama, kita cari bidang orientasi dengan mensejajarkan :
1. Bagian anterior dengan garis pupil.
2. Bagian posterior dengan garis camper yang berjalan dari ala nasi ke tragus atau
porion, dengan caramenarik benang katun yang telah dihubungkan dengan gelang
karet pada kedua ujungnya. Selanjutnya gelang karet tersebut dikaitkan pada daun
telinga kanan dan kiri(tragus) sedangkan benang katun diposisikan pada sub nasal.
8
Selanjutnya, dibuat penyesuaian pada bite rim rahang atas sehingga diperoleh
kesejajaran terhadap bidang orientasi dengan menggunakan fox bite
gauge.Penyesuaian untuk bite rim rahang atas, hanya dilakukan melalui panambahan
atau pengurangan bite rim bagian posterior.
2) Setelah uji coba bite rim rahang atas, selanjutnya dilakukan uji coba bite rim rahang
bawah dengan pedoman :
Adaptasi base plate
Caranya sama dengan rahang atas, landasan harus diam di tempat, tidak boleh mudah
lepas /bergerak.
Bite rim, yang harus diperhatikan ialah :
o Bidang orientasi bite rim rahang bawah harus merapat (tidak boleh ada celah)
dengan bidang orientasi bite rim rahang atas.
o Permukaan labial/bukal bite rim rahang bawah harus sebidang dengan bite rim
rahang atas. Bila kelebihan harus dikurangi dan sebaliknya bila kekurangan
harus ditambah.
o Tarik garis median pada bite rim sesuai dengan garis median pasien.
1) Pertama-tama kita ukur dimensi vertikal pasien dalam keadaan istirahat dengan bite
rim rahang atas dalam mulut.
2) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong dari titik subnasion
sampai titik gnation.
3) Selanjutnya, hasil pengukuran tersebut dikurangi dengan free way space (besar free
way space antara 2-4 mm) untuk memperoleh besar dimensi vertikal (DVO).
4) Penderita harus mengambil physiological rest posisition saat bite rim dimasukkan ke
dalam mulut tanpa mengganggu posisi istirahat; bibir penderita dibuka perlahan-lahan
9
untuk melihat apakah ada ruang bebas antara bite rim atas dan bawah; yang biasanya
2-4 mm.
5) Bila relasi vertikal terlalu tinggi, maka ketinggian bite rim rahang bawah harus
dikurangi supaya tidak mengganggu estetik pasien, kecuali bila memerlukan
pengurangan yang banyak, barulah bite rim rahang atas bisa dikurangi.
6) Pengurangan bite rim rahang atas harus hati-hati, jangan sampai kehilangan
kesejajaran bidang orientasi yang telah didapat.
7) Bila relasi vertikal terlalu rendah, maka dapat dilakukan penambahan bite rim rahang
bawah dengan menggunakan lembaran malam supaya ketebalannya merata dan tidak
mengganggu kesejajaran bidang orientasi.
8) Jangan sekali-kali menambah bite rim rahang atas, karena akan menambah garis
incisal yang telah kita tentukan.
10
11. Pemasangan model pada artikulator dan penyusunan elemen gigi tiruan.
a. Pemasangan model pada artikulator
1) Sebelumnya, pada artikulator dipasangkan gelang karet melingkar pada titik tengah
yang membagi artikulator secara vertikal. Selanjutnya, pasang model kerja beserta bite
rim rahang atas pada artikulator dengan pedoman :
- Garis tengah model kerja dan bite rim atas berhimpit dengan garis yang terbentuk
oleh gelang karet dan garis tengah artikulator.
- Jarum horizontal incisal guide pin harus menyentuh tepi luar anterior dari bite rim
model RA dan tepat pada garis tengah bite rim.
2) Setelah pedoman tersebut terpenuhi maka, bagian atas model kerja RA kita fiksir
dengan gips pada bagian atas artikulator.Setelah gips mengeras, artikulator bagian
bawah model kerja rahang bawah kita fiksir dengan gips pada bagian bawah
artikulator.
b. Menentukan bentuk, warna dan ukuran elemen gigi tiruan.
1) Pemilihan elemen berpedoman pada bentuk wajah, jenis kelamin dan umur pasien
untuk menentukan warnanya dan tingkat kehausannya.
2) Sedangkan ukuran elemen disesuaikan dengan garis orientasi pada bite rim.
3) Bentuk elemen yang dipilih yaitu lonjong dan sudut distalnya membulat sesuai dengan
bentuk muka pasien.
4) Warna elemen yang dipilih yaitu agak kekuningan karena makin lanjut umur pasien
biasanya warna gigi makin tua dan gigi makin aus.
5) Bahan yang digunakan pada kasus ini adalah elemen berbahan akrilik.
2) Elemen posterior
- Panjang elemen disesuaikan dengan jarak antara linggir rahang.
11
- Gigi yang diganti maksimal sampai Molar 2, diukur dari distal kaninus sampai
batas lereng linggir di posterior.
- Lebar buko-lingual/palatal disesuaikan dengan lebar mesio-distalnya sehingga
bentuknya sebanding.
c. Penyususan elemen dilakukan secara bertahap yaitu penyusunan elemen anterior atas,
elemen anterior bawah, elemen posterior atas, elemen M-1 bawah dan elemen posterior
bawah lainnya.
13. Gigi tiruan malam (anterior) dikembalikan kepada tekniker untuk dilakukan penyusunan
elemen posterior.
12
14. Try in gigi tiruan malam ke dalam mulut pasien (posterior), dengan memperhatikan hal-
hal berikut :
- Cek garis median
- Lihat tepi sayap dari malam apakah sudah tepat dan sudah melekat ke mukosa
(peripheral seal).
- Cek oklusi gigi anterior-posterior
- Minta pasien untuk mencoba mengunyah serta bicara.
- Cek apakah dimensi vertikal pasien berubah.
- Setelahtry in gigi tiruan malam dalam mulut pasien, kedua gigi tiruan atas dan bawah
ditempatkan kembali pada model kerja artikulator, lalu dilakukan tahap lab.
15. Membentuk kontur permukaan luar gigi tiruan (wax contouring) sedemikian rupa untuk
memenuhi tujuan estetik, retensi dan fonetik serta kebutuhan kesehatan.
Setelah proses wax countouring, model ditunjukkan terlebih dahulu kepada instruktur.
Selanjutnya dilakukan flasking, packing, curing, deflasking dan pemolesan di
laboratorium.
13
pasta, ambil daerah tersebut atau bebaskan dari penekanan dengan mengurangi basis
menggunakan fresher stone.
- Pemeriksaan oklusi, artikulasi dan stabilitas
Pemeriksaan ini menyangkut aspek oklusi pada posisi sentrik, lateral dan antero-
posterior dengan menggunakan articulating paper yang diletakan antara gigi atas dan
bawah kemudian pasien diminta melakukan gerakan pengunyahan 3 sampai 4 kali.
Titik-titik dimana terjadi kontak oklusal pada permukaan gigi dapat dilihat setelah
kertas artikulasi di angkat. Pada keadaan normal, kontak ini tersebar merata di antara
semua gigi asli maupun gigi tiruan
Stabilitas gigi tiruan diperiksa dengan cara menekan bagian depan dan belakang gigi
tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan pergerakan pada saat
tes ini.
- Pemeriksaan estetik dan fonetik.
Operator mengajarkan cara memasang dan melepaskan alat kepada pasien yang
dilakukan di depan kaca sehingga pasien dapat melihatnya, kemudian pasien diminta
untuk mencoba memasang alat sendiri tanpa bantuan operator.
14
Kontrol pertama akan dilakukan pada minggu pertama sesudah insersi alat untuk
melihat adaptasi pasien. Selanjutnya, dilakukan kontrol kedua pada minggu kedua untuk
melihat kondisi dari gigi tiruan dan jaringan lunak pasien.
Pada saat kontrol, dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif. Pemeriksaan
subjektif menyangkut kepuasan pasien serta ada tidaknya keluhan pasien terhadap GTP
tersebut seperti saat GTP digunakan untuk fungsi pengunyahan, sedangkan pada
pemeriksaan objektif menyangkut pemeriksaan terhadap retensi, stabilitas, mengecek
oklusi fungsi pengunyahan dari pasien serta melihat fungsi fonetik serta ada tidaknya
peradangan atau luka pada mukosa.
Pasien diinstruksikan untuk menjaga kebersihan rongga mulut maupun gigi tiruannya.
Operator juga melakukan tindakan profilaksis antara lain pembersihan debris dan karang
gigi jika ada.
15