Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu pendidikan,
peningkatan relevansi pendidikan, dan peningkatan efisiensi
manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan
diwujudkan dalam program wajib belajar sembilan tahun.
Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir,
olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam
menghadapi tantangan global. Peningkatan relevansi pendidikan
dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan
tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam
Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan
dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan
pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah,
dan berkesinambungan (Supriayatna, 2007)
Oleh karena itu demi mewujudkan semuanya dan demi
tercapainya mutu atau kualitas pendidikan yang baik maka
delapan Standar Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan oleh kemendiknas
dengan PP no 19 tahun 2005 sekarang diganti PP no 32 tahun 2013 yang
meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiyaan, dan standar
penilaian pendidikan perlu diterapkan dan dilaksanakan secara hati-hati dan
berdaya guna bagi mutu pendidikan secara merata (Soedjirto, 2008)
Persaingan global yang telah terbuka untuk saat ini menuntut setiap
individu untuk memiliki berbagai kemampuan lebih untuk tetap bertahan.
Tuntutan tersebut berlaku untuk semua kalangan termasuk penduduk Indonesia.
Penduduk Indonesia dituntut untuk memiliki kemampuan dalam berbagai bidang
2

agar dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Kemampuan penduduk bangsa


lain seringkali lebih unggul dari kemampuan penduduk Indonesia.
Pergeseran paradigma pembangunan yang terjadi dari pembangunan
sumber daya ke pembangunan peradaban juga menuntut penduduk Indonesia
memiliki kecapakan serta keterampilan lebih dalam berbagai bidang. Oleh karena
itu, pemerintah telah ikut menjawab berbagai tantangan tersebut dengan
memperbaiki sistem dalam berbagai bidang, salah satunya dalam bidang
pendidikan. Karena peningkatan kemampuan penduduk Indonesia dapat dilakukan
salah satunya dalam bidang pendidikan, dengan mempersiapkan generasi penerus
bangsa.
Pendidikan yang baik akan mencetak generasi penerus bangsa yang
mampu bersaing dengan dunia luar, selain itu menurut Permendikbud (2013),
pendidikan dapat menciptakan generasi yang mampu menjawab kebutuhan
Sumber Daya Manusia untuk mendukung pertumbuhan nasional dan daerah.
Dalam mewujudkan hal tersebut dilaksanakan perubahan Standar Nasional
Pendidikan pada Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 yang tertuang pada
Peraturan Pemerintah No 32 tahun 2013. Perubahan tersebut bertujuan untuk
memperbaiki Sistem Pendidikan di Indonesia dengan penambahan standar
peraturan baru serta penataan ulang kurikulum.
Perubahan yang terjadi mengenai Standar Nasional Pendidikan diharapkan
dapat membantu menyiapkan generasi penerus bangsa yang dapat bersaing
dengan bangsa lain. Perubahan tersebut meliputi penambahan peraturan serta
penghapusan beberapa pasal. Berdasarkan beberapa hal di atas, penulis ingin
mengetahui inti dari standar pendidikan nasional yang terbaru dari PP No 32 tahun
2013 maupun dari PP No 15 tahun 2015, dengan menyusun makalah mengenai
Mengidentifikasi Pokok-pokok Pikiran yang Tertuang pada Permendikbud. No.
32 Tahun 2013.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka dapat ditarik beberapa
masalah yang dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana Standar Nasional Pendidikan menurut PP No 32 tahun 2013?
2. Bagaimana pokok-pokok Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013?
3

3. Bagaimana perbedaan Standar Nasional Pendidikan menurut PP No 32 tahun


2013 dengan PP No 15 tahun 2015?
4. Bagaimana perbedaan Standar Nasional Pendidikan menurut PP No 32 tahun
2013 dengan PP No. 19 tahun 2005?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini
yakni sebagai berikut.
1. Mengetahui Standar Nasional Pendidikan menurut PP No 32 tahun 2013.
2. Mengetahui pokok-pokok Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013.
3. Mengetahui perbedaan Standar Nasional Pendidikan menurut PP No 32 tahun
2013 dengan PP No 15 tahun 2015.
4. Mengetahui perbedaan Standar Nasional Pendidikan menurut PP No 32 tahun
2013 dengan PP No. 19 tahun 2005.
4

BAB II
ISI

2.1 Standar Nasional Pendidikan


Standard Nasional Pendidikan menurut PP No 32 tahun 2013 adalah
kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa Standar
Nasional Pendidikan merupakan standar minimal dalam sistem pendidikan bagi
seluruh instansi sekolah di seluruh wilayah Negara Indonesia, sehingga Standar
Nasional Pendidikan digunakan sebagai acuan Pengembangan kurikulum untuk
mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Penjaminan dan pengendalian mutu
pendidikan agar sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan dilakukan evaluasi,
akreditasi, serta sertifikasi.
Ruang lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi Standar Isi, Standar
Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan
Standar Penilaian Pendidikan (pasal 2 ayat 1).
Harus diakui pendidikan nasional kita kedodoran terengah-engah
mengikuti berbagai perubahan baik di tingkat nasional maupun internasional.
Reformasi pendidikan masih jalan di tempat. Reformasi, reposisi, dan
rekonstruksi pendidikan jelas harus melibatkan penilaian kembali secara kritis
berbagai pencapaian dan masalah-masalah yang dihadapi pendidikan nasional.
Secara garis besar pencapaian pendidikan nasional masih jauh dari harapan
apalagi untuk bersaing secara kompetitif dengan perkembangan pendidikan pada
tingkat global. Baik secara kuantitatif maupun kualitatif pendidikan nasional
masih memiliki banyak kelemahan. Bahkan sekarang pendidikan nasional
menurut banyak kalangan bukan hanya belum berhasil meningkatkan keserdasan
dan keterampilan anak didik, tetapi juga gagal dalam membentuk karakter dan
kepribadian (Adnan, 2007)
5

Oleh karena itu lembaga pendidikan nasional yang sampai sekarang


merupakan suatu institusi publik untuk mewujudkan suatu tujuan bersama yaitu
mencerdaskan kehidupan manusia Indonesia tentunya harus akuntabel, berarti
transparan, terbuka, dan dapat dinilai oleh anggota masyarakat. Dengan kata lain
performance lembaga pendidikan tersebut haruslah mempunyai indikator-
indikator akan keberhasilan atau kegagalannya. Lahirnya PP No. 19 tahun 2005
yang sekarang diganti PP no 32 tahun 2013 tentang standar nasional pendidikan
menjadi salah satu reformasi dan rekonstruksi dalam memperbaiki pendidikan di
Indonesia guna mencerdaskan kehidupan bangsa (Tilaar, 2006).

2.2 Pokok-Pokok Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013


Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013 merupakan hasil perubahan dari
peraturan sebelumnya yakni Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 mengenai
Standar Nasional Pendidikan. Menurut Permendikbud (2013), perubahan
dilakukan untuk meningkatkan mutu serta daya saing dengan menyelaraskan
antara Standar Nasional Pendidikan dengan perkembangan masyarakat untuk
mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional. Berikut merupakan beberapa
pokok dari Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013:
a. Pasal 1
Pada pasal ini terdapat tambahan berupa Kompetensi, Kompetensi
Inti, Kompetensi Dasar, Kerangka Dasar Kurikulum, Silabus,
Pembelajaran, Buku teks guru. Kompetensi merupakan seperangkat sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai
oleh Peserta Didik setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran,
menamatkan suatu program, atau menyelesaikan satuan pendidikan
tertentu, Kompetensi Inti yang merupakan tingkat kemampuan untuk
mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang
peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program, dan Kompetensi
Dasar yang merupakan kemampuan untuk mencapai kompetensi inti yang
harus diperoleh peserta didik setelah pembelajaran, Kerangka Dasar
Kurikulum Tatanan konseptual Kurikulum yang dikembangkan
berdasarkan standar nasional pendidikan.
6

b. Pasal 5
Pasal 5 mengenai standar isi yakni mencakup kriteria ruang
lingkup materi (muatan wajib yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan; konsep keilmuan; karakteristik satuan pendidikan
dan program pendidikan) untuk satuan pendidikan dan tingkat kompetensi
(tingkat perkembangan peserta didik; kualifikasi kompetensi Indonesia;
penguasaan kompetensi yang berjenjang) untuk peserta didik pada setiap
tingkat kelas.
c. Pasal 19
Pasal mengenai standar proses menyebutkan bahwa proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi Peserta Didik untuk
berpartisipasi aktif dst. Perencanaan proses pembelajaran dilaksanakan
oleh setiap satuan pendidikan dengan pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
d. Pasal 20
Perencanaan pembelajaran merupakan penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran untuk setiap muatan pembelajaran.
e. Pasal 22
Pasal 22 mengenai penilaian hasil pembelajaran dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan Kompetensi Dasar
yang harus dikuasai berupa tes tertulis, observasi, tes praktek, dan
penugasan perseorangan atau kelompok.
f. Pasal 25
Pasal 25 mengenai Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai
pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
g. Pasal 43
Pasal 43 mengenai Standar Sarana dan Prasana berupa keragaman
jenis peralatan laboratorium IPA, bahasa, komputer, dan peralatan
pembelajaran, standar jumlah peralatan, standar buku perpustakaan,
standar jumlah buku teks pelajaran di perpustakaan, kelayakan isi, bahasa,
penyajian, dan kegrafikaan buku teks pelajaran ditelaah oleh BNSP,
pengadaan buku teks pelajaran dilakukan pemerintah, standar sumber
7

belajar lainnya untuk setiap satuan pendidikan dinyatakn dalam rasio


jumlah sumber belajar dan karakteristik satuan pendidikan.
h. Pasal 64
Pasal 64 mengenai penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan
untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar
Peserta Didik, menilai pencapaian kompetensi Peserta Didik, bahan
penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses
pembelajaran.
i. Pasal 65
Pasal 65 mengenai penilaian hasil belajar bertujuan menilai
pencapaian Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran yang
mempertimbangkan hasil penilaian Peserta Didik oleh Pendidik, dilakukan
dengan ujian sekolah/madrasah.
j. Pasal 67
Pasal 67 mengenai penyelenggaraan Ujian Nasional oleh BSNP
untuk Peserta Didik pada setiap satuan pendidikan jalur formal pendidikan
dasar dan menengah, dan jalur nonformal kesetaraan, kecuali untuk
SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat.
k. Pasal 69
Pasal 69 menyebutkan bahwa setiap Peserta Didik jalur pendidikan
formal pendidik dasar, menengah, nonformal kesetaraan berhak mengikuti
Ujian Nasional tanpa dipungut biaya dan berhak untuk mengikuti
pengulangan.
l. Pasal 70
Pasal 70 mengenai mata pelajaran Ujian Nasional untuk
SMP/MTs/SMPLB , SMA/MA/SMALB, SMK/MAK.
m. Pasal 72
Pasal 72 mengenai standar kelulusan Peserta Didik dari satuan
pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah menyelesaikan
seluruh program Pembelajaran, memperoleh nilai minimal baik pada
penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran, lulus ujian
sekolah/madrasah, lulus Ujian Nasional. Pada Peserta Didik dari
SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat dinyatakan lulus
setelah menyelesaikan seluruh program Pembelajaran, memperoleh nilai
minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran, lulus
ujian sekolah/madrasah.
8

n. Pasal 76
Pasal 76 mengenai BSNP bertugas membantu Menteri dalam
mengembangkan, memantau, dan mengendalikan Standar Nasional
Pendidikan.
o. Pasal 77A
Pasal 77A mengenai Kerangka Dasar Kurikulum berisi
landasan filosofis, sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan yang digunakan sebagai acuan dalam
pengembangan Struktur Kurikulum pada tingkat nasional, pengembangan
muatan lokal pada tingkat daerah, pedoman dalam Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
p. Pasal 77B
Pasal 77B mengenai Struktur Kurikulum merupakan
pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, muatan
Pembelajaran, mata pelajaran, dan beban belajar pada setiap satuan
pendidikan dan program pendidikan. Pada struktur Kurikulum PAUD
formal berisi program Pengembangan pribadi anak, satuan pendidikan
dasar berisi muatan umum, satuan pendidikan menengah terdiri atas
muatan umum, muatan peminatan akademik, muatan peminatan kejuruan,
muatan pilihan lintas minat/pendalaman minat.
q. Pasal 77C
Pasal 77C mengenai Kompetensi Inti mencakup sikap spiritual,
sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan yang berfungsi sebagai
pengintegrasi muatan Pembelajaran, mata pelajaran atau program dalam
mencapai Standar Kompetensi Lulusan.
r. Pasal 77D
Pasal 77D mengenai Kompetensi Dasar mencakup sikap spiritual,
sikap sosial, pengetahuan,dan keterampilan dalam muatan Pembelajaran,
mata pelajaran, atau mata kuliah yang sesuai denganKompetensi inti.
s. Pasal 77E
Pasal 77E mengenai beban belajar memuat jumlah jam belajar,
keseluruhan kegiatan yang harus diikuti Peserta Didik. Beban belajar
meliputi kegiatan tatap muka, kegiatan terstruktur, dan kegiatan mandiri.
9

t. Pasal 77F
Pasal 77F mengenai Silabus yang merupakan rencana
Pembelajaran pada mata pelajaran atau tema tertentu dalam pelaksanaan
kurikulum mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, sumber
belajar yang dikembangkan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan
satuan pendidikan sesuai dengan kewenangan masing - masing.
u. Pasal 77G
Pasal 77G mengenai Struktur Kurikulum Pendidikan Anak Usia
Dini Formal berisi program-program Pengembangan nilai agama dan
moral, motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni.
v. Pasal 77H
Pasal 77H mengenai struktur kurikulum pendidikan dasar berisi
muatan Pembelajaran atau mata pelajaran yang dirancang untuk
mengembangkan Kompetensi spiritual keagamaan, sikap personal dan
sosial, pengetahuan, dan keterampilan yang terdiri atas Struktur
Kurikulum SD/MI, SDLB atau bentuk lain yang sederajat dan SMP/MTs,
SMPLB atau bentuk lain yang sederajat.
w. Pasal 77I
Pasal 77I mengenai struktur Kurikulum SD/MI, SDLB atau bentuk
lain yang sederajat terdiri atas muatan pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan, bahasa, matematika, IPA, IPS, seni dan budaya,
pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan, muatan lokal
yang sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan dan program pendidikan.
x. Pasal 77J
Pasal 77J mengenai struktur kurikulum SMP/MTs/SMPLB atau
bentuk lain yang sederajat terdiri atas muatan pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, IPA, IPS, seni dan
budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan, muatan
lokal.
y. Pasal 77K
Pasal 77K mengenai struktur kurikulum Pendidikan Menengah
(SMA/MA,SMALB,SMK/MAK) atau bentuk lain yang sederajat terdiri
10

atas tiga jenis muatan, yakni yang pertama muatan umum yang terdiri
atas pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika,
IPA, IPS, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga,
keterampilan/kejuruan, muatan lokal. Kedua berupa muatan peminatan
akademik yang terdiri atas matematika dan ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial, bahasa dan budaya, dan peminatan lainnya. Ketiga
berupa muatan peminatan kejuruan yang terdiri atas teknologi dan
rekayasa; kesehatan; seni, kerajinan, dan pariwisata; teknologi informasi
dan komunikasi; agribisnis; bisnis dan manajemen; perikanan dan
kelautan; atau peminatan lain yang diperlukan masyarakat.
z. Pasal 77L
Pasal ini memuat struktur kurikulum pendidikan non-formal.
Struktur Kurikulum pendidikan nonformal berisi program pengembangan
kecakapan hidup yang mencakup keterampilan fungsional, sikap dan
kepribadian profesional, dan jiwa wirausaha mandiri, serta Kompetensi
dalam bidang tertentu. Struktur Kurikulum pendidikan nonformal terdiri
atas struktur kurikulum satuan pendidikan nonformal dan program
pendidikan nonformal.
a1. Pasal 77M
Pasal ini memuat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan Kurikulum operasional
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang pendidikan
dasar dan menengah mengacu pada Standar Nasional Pendidikan,
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, dan pedoman implementasi
Kurikulum.
b1. Pasal 77N
Pasal ini memuat tentang Muatan Lokal. Muatan lokal untuk setiap
satuan pendidikan berisi muatan dan proses Pembelajaran tentang potensi
dan keunikan lokal. Muatan lokal dikembangkan dan dilaksanakan pada
setiap satuan pendidikan.
c1. Pasal 77O
11

Pasal ini memuat tentang Dokumen Kurikulum. Dokumen


Kurikulum merupakan perangkat operasional untuk memfasilitasi
Pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian Kurikulum. Dokumen
Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas (a) dokumen
Kurikulum setiap satuan pendidikan atau program pendidikan; (b)
dokumen Kurikulum setiap mata pelajaran; (c) pedoman implementasi
Kurikulum; (d) Buku Teks Pelajaran; (e) Buku Panduan Guru; dan (f)
dokumen Kurikulum lainnya.
d1. Pasal 77P
Pasal ini memuat tentang Pengelolaan Kurikulum. Pengelolaan
Kurikulum merupakan pengaturan kewenangan Pemerintah, pemerintah
daerah, dan satuan pendidikan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi kurikulum. Dalam melaksanakan pengelolaan Kurikulum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah berwenang menyiapkan,
menyusun, dan mengevaluasi (a) dokumen Kurikulum setiap satuan
pendidikan atau program pendidikan; (b) dokumen Kurikulum setiap mata
pelajaran; (c) pedoman implementasi Kurikulum; (d) Buku Teks Pelajaran;
dan (e) Buku Panduan Guru. Selain itu, rencana pelaksanaan Pembelajaran
dan pelaksanaan Pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf
c disusun sesuai dengan potensi, minat, bakat, dan kemampuan Peserta
Didik dalam lingkungan belajar.
e1. Pasal 77Q
Pasal ini memuat tentang Evaluasi Kurikulum. Evaluasi Kurikulum
merupakan upaya mengumpulkan dan mengolah informasi dalam rangka
meningkatkan efektifitas pelaksanaan Kurikulum pada tingkat nasional,
daerah, dan satuan pendidikan. Evaluasi Kurikulum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
satuan pendidikan, dan/atau masyarakat. Evaluasi muatan nasional dan
muatan lokal dilakukan oleh Pemerintah. Evaluasi muatan lokal dilakukan
oleh pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya masing-masing.
Evaluasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilakukan oleh satuan
pendidikan yang berkoordinasi dengan dinas pendidikan setempat.
12

Evaluasi muatan nasional, muatan lokal, dan Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan dapat dilakukan oleh masyarakat. Evaluasi Kurikulum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk penyempurnaan
Kurikulum. Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi Kurikulum
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
f1. Pasal 89
Pencapaian Kompetensi akhir Peserta Didik dinyatakan dalam
dokumen ijazah dan/atau sertifikat Kompetensi. Ijazah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh satuan pendidikan dasar dan
menengah serta satuan pendidikan tinggi, sebagai tanda bahwa Peserta
Didik yang bersangkutan telah lulus dari satuan pendidikan.
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, Ijazah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya berisi: (a) Identitas Peserta
Didik; (b) Pernyataan bahwa Peserta Didik yang bersangkutan telah lulus
dari penilaian akhir satuan pendidikan beserta daftar nilai mata pelajaran
yang ditempuhnya; (c) Pernyataan tentang status kelulusan Peserta Didik
dari Ujian Nasional beserta daftar nilai mata pelajaran yang diujikan; dan
(d) Pernyataan bahwa Peserta Didik yang bersangkutan telah memenuhi
seluruh kriteria dan dinyatakan lulus dari satuan pendidikan.
Pada jenjang pendidikan tinggi ijazah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) sekurang-kurangnya berisi: (a) Identitas Peserta Didik; (b)
Pernyataan bahwa Peserta Didik yang bersangkutan telah memenuhi
seluruh kriteria dan dinyatakan lulus dari satuan pendidikan.
Sertifikat Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau oleh lembaga
sertifikasi mandiri yang dibentuk oleh organisasi profesi yang diakui
Pemerintah sebagai tanda bahwa Peserta Didik yang bersangkutan telah
lulus uji Kompetensi. Sertifikat Kompetensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) sekurang-kurangnya berisi: (a) Identitas Peserta Didik; (b)
Pernyataan bahwa Peserta Didik yang bersangkutan telah lulus uji
Kompetensi untuk semua mata pelajaran atau mata kuliah keahlian yang
dipersyaratkan dengan nilai yang memenuhi syarat sesuai ketentuan yang
13

berlaku; (c) Daftar semua mata pelajaran atau mata kuliah keahlian yang
telah ditempuh uji Kompetensinya oleh Peserta Didik, beserta nilai
akhirnya.
g1. Pasal 94
Pada saat mulai berlakunya Peraturan Pemerintah ini: (a) Dihapus;
(b) Satuan pendidikan dasar dan menengah wajib menyesuaikan dengan
ketentuan Peraturan Pemerintah ini paling lambat 7 (tujuh) tahun; (c)
Standar kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
berlaku efektif sepenuhnya 7 (tujuh) tahun sejak ditetapkannya Peraturan
Pemerintah ini; (d) Dihapus; (e) Dihapus.

2.3 Perbedaan Standar Nasional Pendidikan Menurut PP No 32 Tahun 2013


dengan PP No 15 Tahun 2015
Perubahan peraturan mengenai Standar Nasional Pendidikan menghasilkan
Peraturan Pemerintah baru pada PP No 15 tahun 2015. Perubahan tersebut
menunjukkan perbedaan beberapa ketentuan pasal pada PP No 32 tahun 2013
dengan PP No 15 tahun 2015. Pasal yang mengalami perubahan ketentuan
tercantum sebagai berikut:
a. Pasal 66
Pasal 66 mengenai penilaian hasil belajar pada PP No 15 tahun
2015 menyebutkan bahwa tujuan penilaian hasil belajar untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu dan dilakukan dalam bentuk Ujian nasional. Pada PP No 32 tahun
2013 pasal 65 menyebutkan bahwa penilaian hasil belajar bertujuan
menilai pencapaian Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata
pelajaran.
b. Pasal 72
Pasal 72 PP No 15 tahun 2013 mengenai kelulusan Peserta Didik
dari satuan/program pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah
setelah menyelesaikan seluruh program Pembelajaran, memperoleh nilai
sikap/perilaku minimal baik, lulus Ujian satuan/program pendidikan. Pada
PP No 32 tahun 2013 pasal 72 menyatakan bahwa standar kelulusan
Peserta Didik dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah
14

setelah menyelesaikan seluruh program Pembelajaran, memperoleh nilai


minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran, lulus
ujian sekolah/madrasah, lulus Ujian Nasional.

2.4 Perbedaan Standar Nasional Pendidikan Menurut PP No. 32 Tahun 2013


dengan PP No. 19 Tahun 2005
Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 menyatakan kompetensi
adalah seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh peserta didik setelah membelajaran suatu muatan
pembelajaran, menamatkan suatu program atau menyelesaikan satuan pendidikan
tertentu. Istilah yang digunakan adalah muatan pembelajaran bukan mata
pembelajaran. Tiap muatan pembelajaran harus berkontribusi terhadap tiga
kompetensi (sikap, keterampilan, pengetahuan). Standar kompetensi lulusan
digunakan sebagai acuan utama. Bukan isi yang menentukan kompetensi, tetapi
kompetensi yang menentukan isi.
Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang standar isi mencakup
ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi. Ruang lingkup materi dirumuskan
berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan, konsep keilmuan dan karakteristik satuan pendidikan dan
program pendidikan. Tingkat Kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria,
tingkat perkembangan Peserta Didik, kualifikasi Kompetensi Indonesia dan
penguasaan Kompetensi yang berjenjang. Standar isi dikembangkan oleh BNSP
dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013, tentang standar proses,
menekankan proses pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat. Mengutamakan berfikir, ilmiah, keterampilan proses dengan
pendekatan sains, dan menggunakan teori konstruktivisme.
Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang standar penilaian,
menyatakan bahwa Penilaian hasil Pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan Kompetensi
15

Dasar yang harus dikuasai. Penilaian dilakukan secara menyeluruh dan


berkesinambungan. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 mengatur
kurikulum secara lebih terinci. Kurikulum yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah nomor 32 tahun 2013 inilah yang kemudian dikenal dengan kurikulum
2013.
2.4.1 Analisis Perbedaan PP. No. 32 Tahun 2013 dan PP. No 19 Tahun 2005
Persamaan antara PP 19/2005 dan PP 32/2013 yaitu bahwa dari kedelapan
standar Nasional pendidikan itu yaitu dapat kita lihat dari kedelapan standar ada 4
standar yang tidak dirubah.
Standar tenaga pendidikan
Standar Pembiayaaan
Standar Pengelolaan ,dan
Standar Sarana dan Prasarana
Bahwa ke-4 standar di atas tidak ada yang dirubah sama seperti PP
19/2005. Perbedaan antara PP 19/2005 dan PP 32/2013 yaitu dapat kita lihat dari
ke 4 standar berikutnya:
Standar Isi
Standar Proses
Standar Lulusan, dan
Standar Penilaain
Standar Nasional Pendidikan digunakan sebagai acuan Pengembangan
kurikulum untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, bunyi Pasal 2 Ayat
(1a) PP tersebut. Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan
Pengembangan Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian Pendidikan, Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar
Pengelolaan, dan Standar Pembiayaan. Standar Isi dikembangkan oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri,
bunyi Pasal 5 Ayat (4). Pada PP terdahulu tidak ada kata-kata BSNP.
Menyangkut Materi Pendidikan sebagai bagian dari Standar Isi dalam
Standar Nasional Pendidikan, PP ini menegaskan bahwa ruang lingkup
materi dirumuskan berdasarkan kriteria: a. Muatan wajib yang ditetapkan dalam
ketentuan perundang-undangan; b. Konsep keilmuan; dan c. Karakteristik satuan
pendidikan dan program pendidikan. Sementara Tingkat Kompetensi dirumuskan
16

berdasarkan kriteria: a. Tingkat perkembangan Peserta Didik; b. Kualifikasi


Kompetensi Indonesia; dan c. Pengusaan Kompetensi yang berjenjang.
PP 32/2013 secara tegas menghapus Ketentuan Pasal 6 sampai dengan
Pasal 18 pada PP No. 19 Tahun 2005 yang di antaranya berisi tentang:
Pengelompokan mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
(misalnya agama, kewarganeraan, pendidikan jasmani, dsb);
Pengaturan kurikulum untuk agama, ilmu pengetahuan dan tehnologi; c.
Ketentuan mengenai beban belajar;
Pelaksanaan pendidikan berbasis keunggulan lokal; dan
Pengembangan kurikulum pada masing-masing satuan pendidikan.
Paling penting dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 dapat
kita lihat dalam standar penilaian hasil belajar. PP ini hanya menegaskan bahwa
penilaian hasil belajar digunakan untuk: a. Menilai pencapaian Kompetensi
Peserta Didik; b. Bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan c.
Memperbaiki proses pembelajaran. Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian
hasil belajar oleh pendidikan diatur dengan Peraturan Menteri, bunyi Pasal 64
Ayat (2e) PP No. 32/2013 ini.
Menurut PP 32/2013 ini, Pemerintah menugaskan BSNP untuk
menyelanggarakan Ujian Nasional yang diikuti Peserta Didik pada setiap satuan
pendidikan jalur formal pendidikan dasar dan menengah, dan jalur nonformal
kesetaraan. Ujian Nasional untuk satuan pendidikan jalur formal pendidikan
dasar sebagaimana dimaksud, dikecualikan untuk SD/MI/SDLB atau bentuk lain
yang sederajat, bunyi Pasal 67 Ayat (1a) PP No. 32/2013 ini.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 ini bahkan secara tegas
menghapus ketentuan Pasal 70 Ayat (1,2) PP No. 19/2005, yang didalamnya
disebutkan mengenai materi Ujian Nasional tingkat SD dan sederajat, yang
sebelumnya mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matemika, dan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA). Menurut Pasal 72 Ayat (1) PP ini, Peserta Didik dinyatakan lulus dari
satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah: a. Menyelesaikan
seluruh program Pembelajaran; b. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian
akhir untuk seluruh mata pelajaran; c. Lulus ujian sekolah/madrasah; dan d. Lulus
Ujian Nasional.
17

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan makalah diatas dan rumusan masalah yang telah
dibuat, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
Standar Nasional Pendidikan menurut PP No 32 tahun 2013 adalah kriteria
minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia..
Pokok-pokok Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 termuat dalam 77
pasal ditambah pasal 89 dan pasal 94. Seluruh pasal tersebut memuat tentang
Standar Nasional Pendidikan, yang meliputi Standar Isi, Standar Proses,
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
18

Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan


Standar Penilaian Pendidikan (pasal 2 ayat 1).
Perbedaan Standar Nasional Pendidikan menurut PP No 32 tahun 2013
dengan PP No 15 tahun 2015 yakni terdapat perubahan pada beberapa isi
dalam pasal 66 dan 77.
Perbedaan Standar Nasional Pendidikan menurut PP No 32 tahun 2013
dengan PP No. 19 tahun 2005 yakni dalam 8 standar nasional pendidikan
tersebut, terdapat 4 standar yang isinya tidak diubah (Standar tenaga
pendidikan, Standar Pembiayaaan, Standar Pengelolaan ,dan Standar Sarana
dan Prasarana) dan 4 standar yang isinya terdapat beberapa perubahan
(Standar Isi, Standar Proses, Standar Lulusan, dan Standar Penilaain).

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Buyung Nasution dkk. 2007. Membongkar Budaya Visi


Indonesia 2030 dan Tantangan Menuju Raksasa Dunia,
(Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2007), hlm. 295-296.

Permendikbud. 2015. http://sindikker.ristekdikti.go.id/dok/PP/PP


%2015%202015%20standard%20nasional%20pendidikan%20tinggi.pdf
(Online) diakses pada 28 Januari 2017.

Permendikbud. 2013. http://sindikker.dikti.go.id/dok/PP/PP32-


2013PerubahanPP19-2005SNP.pdf (Online) diakses pada 28 Januari 2017.

Supriyatna, Nana. 2007. Kembangakan Kecakapan Sosialmu


untuk kelas I, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007),
hlm. Vi.

Soedijarto. 2008. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita,


(Jakarta : PT Kompas Media Nusantara, 2008), hlm. 474.

Tilaar, H.A.R. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu


Tinjauan Kritis. (Jakarta: PT Rineka Cipta,2006), Hlm. 106
19

Anda mungkin juga menyukai