BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kebidanan Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami penurunan yang cukup signifikan tahun 2007.
Pada tahun 2007 AKB mencapai 34/1000 kelahiran hidup dan AKI mencapai 228/100.000
kelahiran. Angka kematian bayi di sebabkan oleh infeksi sistemik, kelainan bawaan, dan infeksi
saluran pernapasan akut. Angka kematian ibu ini masih sangat tinggi yang di sebabkan oleh
perdarahan, eklamsia, dan infeksi (Muliadi,2007).
Menurut (Manuaba, 2001) dapat mempercepat tercapainya penurunan angka kematian ibu dan
angka kematian perinatal disetiap rumah sakit baik pemerintah maupun rumah sakit swasta telah
dicanangkan gagasan untuk meningkatkan pelayanan terhadap ibu dan bayinya melalui RS
sayang bayi dan RS sayang ibu. Proses kematian ibu mempunyai perjalanan yang panjang
sehingga pencegahannya dapat dilakukan sejak melakukan Ante Natal Care (pemeriksaan
kehamilan) melalui pendidikan terkait dengan kesehatan ibu hamil, menyusui dan kembalinya
alat kesehatan reproduksi, serta menyampaikan betapa pentingnya interval kehamilan berikutnya
sehingga tercapai sumber daya manusia yang diharapkan.
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan patologi yang dapat mempengaruhi keadaan ibu dan
janin. Untuk menghadapi kehamilan risiko harus diambil sikap proaktif, berencana dengan upaya
promotif dan preventif sampai dengan waktunya harus diambil sikap tegas dan cepat untuk
menyelamatkan ibu dan janinnya (Manuaba, 2007).
Penyebab dari kejadian kehamilan risiko pada ibu hamil adalah karena kurangnya pengetahuan
ibu tentang kesehatan reproduksi, rendahnya status sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah.
Dengan adanya pengetahuan ibu tentang tujuan atau manfaat pemeriksaan kehamilan dapat
memotivasinya untuk memeriksakan kehamilan secara rutin. Pengetahuan tentang cara
pemeliharaan kesehatan dan hidup sehat meliputi jenis makanan bergizi, menjaga kebersihan
diri, serta pentingnya istirahat cukup sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi dan tetap
mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada. Umur seseorang dapat mempengaruhi
keadaan kehamilannya. Bila wanita tersebut hamil pada masa reproduksi, kecil kemungkinan
untuk mengalami komplikasi di bandingkan wanita yang hamil dibawah usia reproduksi ataupun
diatas usia reproduksi (Rikadewi,2010).
Jarak kehamilan yang terlalu pendek kurang dari 2 tahun dan d atas 5
tahun, hamil dibawah usia 20 tahun dan lebih dari 35 tahun berisiko
melahirkan bayi dengan kelainan genetik. Begitu juga dengan ibu hamil yang
pernah menjalani operasi. Faktor lainnya adalah kondisi fisik atau menetap
bagi sang ibu (seperti tinggi badan di bawah 145 cm, biasanya panggul
sempit dan akan kesulitan melahirkan secara normal) juga harus diwaspadai.
Selain itu, ibu hamil penderita obesitas dan darah tinggi pada kehamilan
atau mengalami penyakit lain yang cukup membahayakan sebelum atau
saat hamil meruakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kehamilannya
berisiko tinggi (judi,2010).
Usia reproduksi sehat untuk hamil berkisar antara 25-35 tahun. Jika
kurang atau melebihi usia tersebut, maka mempengarui faktor kesuburan
reproduksi yang juga berpengaruh terhadap risiko kehamilan. Banyak cara
untuk mengatasi masalah kehamilan berisiko tinggi. Salah satu caranya
adalah mempersiapkan mental saat menjalani kehamilan tersebut, ibu hamil
juga harus rajin melakukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi kondisi ibu
dan janin. Biasanya ibu hamil yang rajin memeriksakan kehamilan secara
rutin merasa lebih sehat. Dengan memeriksakan kehamilan secara teratur,
komplikasi serta ganguan kehamilan dapat teratasi dibandingkan ibu hamil
yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil juga perlu
mengosumsi gizi yang baik tepat dan seimbang, salah satunya asam folat,
guna mengoptimalkan perkembangan janin dan kesehatan ibu sendiri.
(Judi,2010).
1. Pengertian
a. Risiko tinggi adalah suatu kehamilan patologi yang dapat mempengaruhi keadaan ibu dan janin
(Manuaba, 2008)
b. Risiko tinggi adalah suatu kehamilan yang memiliki risiko tinggi lebih besar dari biasanya (baik
bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah
persalinan (Nurcahyo,2009)
Faktor JANIN :
1. Kelainan letak janin (sungsang, lintang, oblique/diagonal, presentasi muka)
2. Janin besar (tapsiran lebih dari 4000 gram)
3. Janin ganda (kembar)
4. Janin dengan pertumbuhan janin terhambat
5. Janin kurang bulan (prematur)
6. Janin dengan cacat bawaan/kelainan kongenital
7. Janin meninggal dalam rahim. (Prita,2011)
b. Dari bayinya :
1) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.
Kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). Hal ini
terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
2) Berat badan lahir rendah (BBLR).
Bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram
kebanyakan dipengaruhi oleh kurangnya gizi saat hamil dan umur ibu saat
hamil kurang dari 20 tahun. Dapat juga dipengaruhi penyakit menahun yang
diderita oleh ibu hamil.
3) Cacat bawaan.
Cacat bawaan merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin
sejak saat pertumbuhan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta
faktor gizi dan kelainan hormon.
4) Kematian bayi.
Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau
kematian perinatal yang disebabkan oleh berat badan kurang dari 2.500
gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran kongenital
serta lahir dengan asfiksia (Ubaydillah, 2008).