Anda di halaman 1dari 8

I.

Hari/Tanggal Percobaan :Rabu, 17 Desember 2014

II. Judul Percobaan : Titrasi dan Aplikasi Pengendapan

III. Tujuan Percobaan :

1. Membuat dan menentukan (standarisasi)larutan AgNO 3


2. Membuat dan menentukan (standarisasi)larutan KSCN
3. Menentukan kadar Cl- dalam air PDAM
4. Menentukan kadar Cl- dalam air kran
5. Menentukan kadar NaCl dalam garam meja

IV. Dasar Teori :

Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dan


garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit. Hal dasar yang diperlukan dalam
titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali
titran ditambahkan pada analit, tidak hanya interferensi yang mengganggu titrasi dan
titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan
reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini
biasanya disebut sebagai Argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion
halida (pada umumnya) dengan menggunakan larutan standar perak nitrat AgNO 3.
Titrasi Argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halida, akan
tetapi juga dapat dipakai untuk mendapatkan atau menentukan merkaptan (thioalkohol),
asam lemak, dan beberapa ion divalent seperti ion phospat (PO 4)3- dan ion arsenat
AsO43-.
Dasar reaksi titrasi pengendapan ialah terjadinya endapan pada reaksi antara zat
analit dengan penitrasi, misalnya :
Ag+ + X-AgX(s) dimana X = halogen
Ag+ + CrO4- Ag2CrO4(s) (merah bata)
Ag+ + SCN- AgSCN(s)
Fe3+ +SCN-FeSCN2+ (merah)
Dasar titrasi Argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut
antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipaki adalah titrasi penentuan
NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl - dari analit membentuk
garam yang tidak mudah larut AgCl.
AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi
dengan indikator. Indikatot yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO 4-, dimana
dengan indikator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan
sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Indikator lain yang bisa dipakai adalah
tiosianida dan indikator adsorbsi. Berdasarkan jenis indikator dan teknik titrasi yang
dipakai, maka titrasi Argentometri dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode
Mohr, Volhard, atau Fajans. Selain menggunakan jenis indikator di atas, maka kita juga
dapat menggunakan metode potensiometri untuk menentukan titik ekivalen.
Indikator K2CrO4 digunakan pada titrasi antara ion halida dan ion perak, dimana
kelebiha ion Ag+ akan beraksi dengan CrO42- membentuk perakkromat yang berwarna
merah bata (cara Mohr) pada titik ekivalen :
Ekivalen Ag+ = ekivalen Cl-
Indikator ion Fe3+ dapat digunakan pada titrasi antara ion perak dan ion SCN-,
dimana kelebihan ion SCN- akan bereaksi dengan ion Fe3+ yang memberikan warna
merah. Atau dapat juga digunakan pada titrasi antara ion halida dengan ion perak
berlebihan, dan kelebihan ion perak dititrasi dengan ion tiosianat (cara Volhard).
Pada titik ekivalen :
Jumlah ekivalen Ag+ sisa = jumlah ekivalen SCN-
Atau
Jumlah ekivalen Ag+ total = jumlah ekivalen (Cl- + SCN-)
Ketajaman titik ekivalen tergantung dari kelarutan endapan yang etrbentuk dari reaksi
analit dan titran. Endapan dengan kelarutan yang kecil, akan menghasilkan kurva titrasi
Argentometri yang memeiliki kecuraman yang tinggi, sehingga titik ekivalen agak sulit
ditentukan. Hal ini analog dengan kurva titrasi antara asam kuat dan basa kuat dan
antara asam lemah dengan basa kuat.
Dalam aplikasi titrasi pengendapan dapat dilihat pada proses desinfeksi air yang
sering menggunakan klor, karena harganya terjangkau dan mempunyai daya
desinfektan selama beberapa jam setelah pembubuhan (residu klor). Selam proses
tersebut, klor direduksi salama hingga menjadi klorida (Cl -) yang tidak mempunyai
daya desinfektan, disampinh itu klor juga bereaksi dengan ammonia. Klor aktif dalam
larutan dapat tersedia dalam keadaan bebas (Cl2, OCl-, HOCl) dan keadaan terikat
(NH2Cl, NHCl2, NCl3). Klor terikat mempunyai daya desinfektan yang tidak seefisien
klor bebas.
Reaksi-reaksi :
AgNO3(s) + H2O(l) AgNO3(aq) + H2O(l)
NaCl(s) + H2O(l) NaCl(aq) + H2O(l)
NaCl(aq) + AgNO3 AgCl2(s) + NaNO3(aq)
V. ALAT DAN BAHAN

Alat :
1. Neracaanalitis
2. Botoltimbang
3. Labuukur
4. Buret
5. Pipe Gondok
6. Pepettetes
7. Corong
8. Erlenmeyer
9. Gelasukur
10. Gelaskimia
11. Statifdanklem
12. Spatula

Bahan :

1. AgNO3
2. Air suling
3. NaClp.a
4. Indicator K2CrO4
5. Garam Meja
6. Indikator K2CrO4 5%

VI. ALUR KERJA

1. Pembuatan Larutan AgNO3 0,01 N

AgNO3 6,3 gram


Ditimbang dengan neraca analitik
Dipindahkan kedalam gelas piala 500 ml
Dilarutkan dengan air suling
Diencerkan sampai 500ml
Disimpan alam botol berwarna
NaCl pa

Ditimbang dalam tabel timbang 0,0592 gram.


Dipindahkan kedalam labu ukur 100 ml
Larutan
Dilarutkan dengan airAgNO3
suling
Diencerkan sampai tanda batas
Dikocok dengan air hingga tercampur sempurna
2. Standarisasi AgNO3 0,1 N dengan NaCl pa sebagai larutan baku

Larutan NaCl pa dengan air suling


25 Larutan NaCl

Dipindah kedalam labu erlenmeyer 250 mL


Larutan AgNO3
+ 25 mL air suling
+ membilas
Digunakan untuk 1 mL indikator
buret K2Cr2O4
Di isisdalam buret
dititrasi

Terjadi perubahan warna (merah bata)

Dihitung volume AgNO3


Dihitung konsentrasi AgNO3
Dititrasi ulang 3 kali

Konsentrasi AgNO3
Reaksi-reaksi:
AgNO3 (l) +H2O(l) AgNO3 (aq) + H2O (l)
NaCl (s) + H2O(l) NaC(aq) + H2O(l)
NaCl (aq) + AgNO3 (aq) AgCl2 (s) + NaNO3 (aq)

(endapan putih)

AgNO3 (aq) + K2CrO4 (aq) Ag2CrO3 (s) + 2KNO3(aq)


(endapan merah bata)
NaCl (s) + H2O(l) NaC(aq) + H2O(l)
NaCl(aq) + AgNO3(aq) AgCl2(s) + NaNO3(aq)
2AgNO3(aq) + K2CrO4(aq) Ag2CrO4(s) + 2KNO3(aq)

VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum pengendapan yang dilaksanakan pada 17 Desember 2014 bertujuan


untuk membuat dan menentukan (standarisasi) larutan AgNO 3, pada aplikasinya
menentukan kadar Cl- pada air PDAM.

Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan
reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini
disebut sebagai argentometri karena titrasi penentuan analit berupa ion halida (pada
umumnya) dengan menggunakan larutan standard perak nitrat AgNO 3. Argentometri
paling banyak dipakai dalam titrasi pengendapan karena hasil kali kelarutan garam
perak halida (pseudo halida) sangat kecil.
Langkah awal yang dilakukan pada praktikum pengendapan adalah pembuatan

larutan AgNO3 0,01 N. Caranya dengan menimbang 6,5 gram serbuk AgNO3

dengan neraca analitik. Cara penimbangan harus hati-hati dan teliti, karen timbangan
sangat sensitif terhadap massa suatu benda karena sangat akurat. Kemudian dipindah
dalam gelas piala 500 mL. Agar konsentrasi berkurang maka ditambahkan air suling
sampai volume 500 ml. Setelah pengocokan sempurna , maka laruta AgNO 3 siap
digunakan. Serbuk AgNO3 awalnya berwarna putih, setelah dilarutkan menjadi jernih
tak berwarna. Hal yang sama dilakukan untuk mengencerkan NaCl pa, berat NaCl yang

digunakan 0,0592 gram.

Untuk menghitung konsentrasi AgNO3 diambil 25 ml larutan, dipindah kedalam


labu erlenmeyer 250 ml,ditambah 25 ml air suling dan indikator K2CrO4 1 ml.
Kemudian ditirasi dengan AgNO3, yang terjadi adalah perubahan warna menjadi merah
bata dan keruh. Hai inidilakukan sebanyak 3 kali. Pada percobaan ini, volume AgNO 3
yaitu pada V1: 24,8 ml, V2: 24,6 ml , dan V3: 24,6 ml . Setelah mengalami
perhitungan konsentrasi rata-rata AgNO3 diperoleh 0,01023 N. Pada percobaan ini
termasuk pengendapan dengan teori Mohr, menggunakan indikator K2CrO4, karena
suasana sistem cenderung netral yaitu antara pH 7 sampai 9 . Setelah semua ion klorida
dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi dengan indikator. Indikator
yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO42- dimana dengan indikator ini ion perak
akan membentuk endapan berwarna merah bata sehingga titik akhir titrasi dapat
diamati. Secara teori pada suasana netral karena jika pH terlalu kecil (asam)
kesetimbangan kromat, dikromat akan menurunkan kepekaan (CrO42-) sehingga
menghambat pembentukan endapan Ag2CrO4.
2 CrO4 2- + 2 H+ Cr2O72- + H2O
Jika pH terlalu besar (basa) akan terbentuk endapan Ag2O. Pada saat larutan NaCl
ditambahkan dengan indikator K2CrO4 1 ml warna menjadi kuning muda, setelah
dititrasi warna berubah menjadi merah bata, tidak jernih lagi tetapi menjadi keruh.
Pada aplikasinya, percobaan menggunakan garam dapur cap KAPAL
sebanyak 0,05 gram. Sebelum dilarutkan dengan air suling menggunakan labu leher
panjang. Dititrasi dengan AgNO3, sebelumnya ditambahkan dengan indikator K2CrO4
5%, menghasilkan warna kuning muda, warna hasil titrasi menjadi merah bata dan
terbentuk endapan. Diperoleh volume AgNO3 V1: 20 ml, V2: 20,2 ml, dan V3: 20 ml.
Setelah dihitung diperoleh kadar NaCl 15,143%. Secara teori jika larutan Ag+
ditambahkan kedalam larutan Cl- yang mengandung sedikit CrO4, maka AgCl akan
mengendap terlebih dahulu, sementara itu Ag2CrO4 belum terbentuk, dan penambahan
(Ag+) sampai melewati Ksp Ag2CrO4 (2,0x10-12) akan membentuk endapan merah
Ag2CrO4.
Konsentrasi CrO4 yang digunakan dalam konsentrasi 0,1 N karena harus pada
kisaran 0,005 M sampai 0,01 M, supaya kesalahan titrasi diperkecil. Bila konsentrasi
2-
terlalu besar maka warna kuning CrO4 akan mengganggu pengamatan terbentuknya
endapan Ag2CrO4. Sementara bila konsentrasi lebih kecil dari 0,005 M akan
memerlukan penambahan (Ag+) yang berlebih agar terbentuk endapan Ag 2CrO4
sehingga memperbesar kesalahan titrasi.

IX. SIMPULAN

Pada percobaan titrasi pengendapan , diperoleh volume AgNO3 yaitu pada V1: 24,8
ml, V2: 24,6 ml , dan V3: 24,6 ml . Setelah mengalami perhitungan konsentrasi rata-rata
AgNO3 diperoleh 0,01023 N. Konsentrasi yang diperoleh tidak jauh beda dengan teori yang
AgNO3 berkonsentrasi 0,01 N.
Pada aplikasi pengndapan ini , percobaan menggunakan garam meja cap KAPAL
sebanyak 0,05 gram. Diperoleh volume AgNO3 V1: 20 ml, V2: 20,2 ml, dan V3: 20 ml.
Setelah dihitung diperoleh kadar NaCl rata-rata 15,143%.
X. DAFTAR PUSTAKA :

R.A.Day.dan A.L.Underwood.(1981).Analisis Kimia Kuantitatif.Edisi


Keenam.Jakarta:Erlangga.
Poedjiastoeti,sri dkk.(2014).Panduan Praktikum Kimia Analitik I Dasar-
Dasar Kimia Analitik.Surabaya:Jurusan Kimia FMIPA Unesa
Anonym.2012.Titrasi pengendapan.http://mipa-
farmasi.blogspot.com/2012/03/titrasi-pengendapan.html ( Diakses
pada tanggal 20 Desember 2014 pukul 19.00 WIB )
Anonym.2012.Titrasi
pengendapan .http://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi-
pengendapan(Diakses pada tanggal 20 Desember 2014pukul
19.00 WIB )

Anda mungkin juga menyukai