Anda di halaman 1dari 10

PANDUAN

HAK BANTUAN HIDUP DASAR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KAB.BOLMUT
TOMUAGU
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak setiap orang untuk mendapatkan banruan hidup dasar diatur oleh Undang-undang.
Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab untuk menentukkan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
Sebagai tim pelayanan kesehatan (dalam hal ini perawat dan dokter) berkewajiban ikut
mewujudkan , mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
Dalam keadaan yang mengancam nyawa sebagai penyelenggara kesehatan wajib
memebrikan penyelamatana nyawa bagi pasien dengan memberikan bantuan hidup dasar.
Setiap orang berhak untuk menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan
yang akan diberikan kepadanya setelah menerima atau memahami informasi mengenai tindakan
tersebut secara lengkap.
Hak menerima atau menolak tidak berlaku apabila keadaan paien tidak sadarkan diri dan
memerlukan bantuan hidup dasar.

B. Tujuan
1. Sebagai panduan bagi penyelenggara kesehatan Rumah Sakit untuk menghormati hak
pasien dalam mendapatkan bantuan hidup dasar.
2. Sebagai panduan bagi penyelenggara kesehatan Rumah Sakit dalam memberikan bantuan
hidup dasar kepada pasien untuk menyelamatkan nyawanya.
3. Pasien mengetahui tentang haknya untuk mendapatkan bantuan hidup dasar.
4. Pasien mendapatkan bantuan hidup dasar sesuai dengan haknya dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya.
C. Pengertian
1. Bantuan Hidup Dasar adalah usaha untuk mempertahankan kehidupan saat pasien
mengalami keadaan yang mengancam nyawa. Bantuan Hidup Dasar diberikan kepada
pasien dengan henti jantung.
2. Bantuan Hidup dasar dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat tidak terbatas
kepada petugas paramedik atau tim paramedis.
3. Bantuan Hidup Dasar dilakukan dengan konsep rantai kehidupan untuk meningkatkan
kelangsungan hidup bagi korban henti jantung.
4. Setiap pasien berhak untuk diselamatkan nyawanya dengan diberikan Bantuan Hidup
Dasar.
5. Bantuan Hidup Dasar adalah usaha yang pertama kali untuk mempertahankan kondisi
jiwa seseorang saat mengalami kegawatdaruratan.
BAB II

TATA LAKSANA

1. Dokter menjelaskan kepada keluarga tentang kondisi pasien yang memerlukan Bantuan
Hidup Dasar untuk menyelamatkan nyawanya.
2. Tanpa menunggu persetujuan dari keluarga dokter beserta perawat langsung memberikan
Bantuan Hidup Dasar.
3. Bantuan Hidup Dasar berhak diterima oleh setiap pasien dalam kondisi yang mengancam
nyawanya dimanapun berada, oleh karena itu setiap orang harus bisa memberikan
Bantuan Hidup Dasar, rumah sakit memberikan pelatihan tentang Bantuan Hidup Dasar
kepada orang awam yang ada disekitar rumah sakit.

A. Dewasa
1. Pastikan lokasi aman untuk memberikan pertolongan
2. Kaji tingkat kesadaran dengan menepuk atau menggoyang bahu korban dengan lembut
sambil bertanya dengan jelas hallo, Pak atau Ibu apakah anda baik-baik saja.
2. Jika tidak berespon berarti tidak sadar, perhatikan pula pasien bernapas atau tidak
bernapas atau bernapas atau bernapas tidak normal.
3. Aktifkan bantuan gawat darurat (11B) bila memungkinkan mencari AED (Automated
External Defibrilasi)
Yang perlu dilaporkan saat memanggil ambulan 118 :
a. Lokasi kejadian.
b. Apa yang terjadi.
c. Jumlah korban
d. Pertolongan yang sudah dilakukan di tempat kejadian.
e. Nomor telepon yang dipakai.
f. Minta ambulan datang segera.
g. Tutup telepon apabila sudah diminta oleh petugas.
4. Memeriksa Nadi carotis (Circulation) kurang dari 10 (sepuluh) detik :
a. Raba jakun ditengah-tengah leher korban dengan jari telunjuk dan jari tengah.
b. Geser jari tangan turun ke sisi leher korban yang dekat dengan penolong (letak nadi
karotis).
c. Tekan dengan lembut dan rasakan denyutannya.
d. Jika tidak teraba denyut nadi atau tidak yakin adanya denyut nadi mulailah kompresi
dada.
5. Airway
a. Buka jalan napas : head tilt chin lift.
b. Periksa jalan napas dan lakukan finger swab jika didapatkan benda asing dijalan
napas.
6. Melakukan kompresi dada :
a. Tentukan lokasi untuk kompresi dada di tengah-tengah stermun.
b. Kaitkan kedua tangan diatas dada korban.
c. Posisi tangan dan tubuh yang tepat yaitu tegak lurus.
d. Lakukan kompresi secara vertikal dengan kedalaman minimal 5 cm serta relaksasi
komplet setelah tiap kompresi dengan kecepatan minimal 100 kali per menit.
e. Ucapkan hitungan :
1,2,3,4,5,1,2,3,4,10,1,2,3,4,15,1,2,3,4,15,1,2,3,4,20,1,2,3,4,25,1,2,3,4,30
7. Breathing
a. Beri dua kali nafas buatan ( 1 detik atau tiupan )
b. Berikan tiupan yang cukup untuk mengembangkan dinding dada ( tidal volume 500-
600).
c. Beri kesempatan paru-paru untuk mengempis setelah tiupan napas.
8. Lakukan 30 kompresi dada diikuti 2 bantuan napas.
9. Pengkajian ulang :
a. Kaji nadi setiap 5 siklus (2 menit)
b. Jika nadi tidak teraba kaji pernapasan dengan melihat pergerakkan dada, merasakan
hembusan napas,medengar suara napas.
10. Rescue breathing :
a. Jika pernapasan tidak ada berikan rescue breathing dengan menghitung satu sribu,
dua ribu, tiga ribu, empat ribu, lima ribu, setelah tiap tiupan.
b. Berikan 8-10x rescue breathing dalam 1 menit.
c. Lakukan pemeriksaan ulang nadi korban tiap 2 menit.
11. Posisi recovery :
a. Berikan posisi recovery dengan memiringkan pasien kearah kiri jika nadi dan
pernapasan ada, korban tidak sadar dan tidak ada tanda trauma.
b. Lanjutkan memonitor denyut nadi dan pernapasan korban setiap beberapa menit
korban jantung dan paru dapat berhenti mendadak.

B. Bayi
1. Perhatikan lingkungan yang tidak aman, pastikan lokasi sudah aman untuk memberikan
pertolongan.
2. Pastikan korban tidak sadar :
a. Panggil, tepuk, atau goyang punggung bayi secara lembut untuk memastikan bayi
tidak sadar.
b. Jika penolong sendirian segera lakukan RJP 30:2 kurang lebih 2 menit.
c. Jika ada penolong ke 2 minta dia untuk memanggil ambulan 118.
3. Airway :
a. Buka jalan napas : head tilt chin lift.
b. Periksa jalan napas dan lakukan finger swab bila terdapat benda asing.
4. Circulation :
a. Periksa nadi brakialis bayi (kurang 10 detik) jika nadi tidak teraba lakukan RJP
dengan posisi tangan :
b. Tarik garis imajiner diantara kedua puting susu bayi dengan menggunakan jari
telunjuk dan berhentilah di sternum.
c. Letakkan jari tengah dan jari manis disebelah telunjuk.
d. Posisikan jari tegak lurus.
e. Angkat jari telunjuk tetapi tetap pertahankan jari tengah dan jari manis diatas
tulang sternum.
f. Condongkan badan anda kearah bayi untuk dapat memberikan RJP secara tepat.
g. Lakukan kompresi dada dengan kecepatan minimal 100 per menit.
h. Setelah melakukan kompresi dada 30 kali lanjutkan dengan membuka jalan napas.
5. Breathing :
Lakukan bantuan napas sebanyak 2 kali.
6. Siklus :
a. Lakukan 5 siklus RJP yang terdiri dari 30 kompresi dada diikuti dengan 2 bantuan
napas dalam 2 menit.
b. Kaji nadi bayi setiap 5 siklus 30:2 (2 menit).
c. Jika nadi tidak teraba lanjutkan RJP 30:2.
d. Jika nadi teraba kaji pernapasan dengan melihat pergerakkan dinding dada.
7. Rescue Breathing :
a. Jika pernapasan tidak ada lakukan rescue breathing dengan menghitung 2 ribu, 3
ribu setelah tiap bantuan napas.
b. Berikan 12-20 rescue breathing dalam 1 menit.
c. lakukan pemeriksaan ulang nadi brakialis tiap 2 menit.
8.Recovery Position :
a. Berikan posisi recovery, jika :
1. Nadi dan pernapasan ada.
2. Bayi tidak sadar dan tidak ada tanda trauma.
9. Lanjutkan memonitor denyut nadi, pernapasan bayi setiap beberapa menit karena jantung
dan paru dapat berhenti mendadak.
BAB III

DOKUMENTASI

1. Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh seluruh penyelenggara Rumah Sakit Siti Hajar
dengan menggunakan format yang sudah disediakan oleh Rekam Medis.
2. Persetujuan pemberian Bantuan Hidup Dasar dengan mengisi formulir persetujuan yang
sudah disediakan oleh Rekam Medis.
3. Seluruh tindakan yang dilakukan dicatat dalam lembar terintegrasi.
BAB IV
PENUTUP

Dengan ditetapkannya Panduan Pelayanan Privasi Pasien maka setiap penyelenggara


kesehatan baik medis maupun non medis dapat memberikan Bantuan Hidup Dasar kepada pasien
dalam hal menyelamatkan nyawanya.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI dan Kepolisian Negara RI.(2004).Pedoman Penatalaksanaan


Identifikasi Korban mati pada Bencana Massal Departemen Kesehatan RI.

Republik Indonesia.(1998). Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah


sakit. Jakarta:Direktur Jendral layanan Medis.

Sastroasmoro S, Madiyono B.(1991). Tetralogi Fallot. Dalam Markum AH, Ismael S,


Alatas H (Eds.), Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FKUI.

Trisnohadi HB.(1996). Kelainan Gangguan Irama Jantung yang Spesifikasi. Dalam


Sjaifoellah N, Waspadji S , Rachman M, Lesmana LA, Widodo D, Isbagio H.(Eds.) Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Trisnohadi HB. (2000). Syok kardiogenik. Prosiding Simposium Penatalaksanaan


Kedaruratan di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Ilmu Bagian
Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Anda mungkin juga menyukai