Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

1. Jelaskan tentang kenapa sejarah pemikiran modern perlu

dipelajari?

Pemikiran dapat dijabarkan dengan perumpamaan sebagai berikut : otak sebagai

hardware, danlogika sebagai software. Namun yang banyak kita lihat saat ini bahwa

kebanyakan manusiamenjalani hidup dengan tidak menggunakan otak dan hati sehingga

mereka merasa hidup denganalami tanpa mengalami kemajuan. Manusia seharusnya

hidupnya terprogram (oleh diri masing-masing) baik lahir, maupun batinnya yang bisa

didapatkan dengan pendidikan.Inilah yang dimaksud dengan pemikiran modern, yaitu

berpikir sesuai dengan program/terprogram. Setiap orang harus paham akan adanya

perbedaan di dunia ini yangsebenarnya membuat hidup menjadi indah. Juga pada kenyataan

bahwa jaman terus berjalan dan berkembang, manusia harus menyesuaikan keadaan tersebut.

Manusia harus berusaha bertahanhidup dengan cara yang benar pada jaman dimana dia hidup

2. A. sebutkan 2 ahli piker pada zaman yunani kuno?

1. Thales (624-548 SM)

Thales berasal dari Miletus, ia mendapat gelar Bapak Filsafat karena dialah orang yang

bermula-mula berfilsafat. Gelar itu diberikan karena ia mengajukan pertanyaan yang amat

mendasar yang jarang dipertanyakan orang, juga orang pada zaman sekarang, yaitu mengenai

Apa sebenarnya asal-usul alam semesta ini?, pertanyaan ini sangat mendasar, terlepas

apapun jawabannya. Namun yang penting adalah pertanyaan itu dijawabnya dengan

pendekatan rasional, bukan dengan pendekatan mitos atau kepercayaan. Ia mengatakan asal
alam adalah air, karena air adalah unsur terpenting bagi setiap makhluk hidup. Air dapat

berubah menjadi benda gas dan padat seperti uap dan es, dan bumi ini juga berada di atas air.

2. Anaximandros (610-540 SM)

Anaximandros mencoba menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal, tidak

terbatas, dan meliputi segalanya. Dia tidak setuju unsur pertama alam adalah salah satu dari

unsur-unsur yang ada, seperti air atau tanah. Unsur utama alam adalah harus mencakup

segalanya dan di atas segalanya, yang dinamakan apeiron. Ia adalah air, maka air harus

meliputi segalanya, termasuk api yang merupakan lawannya. Padahal tidak mungkin air

menyingkirkan anasir api. Karena itu, Anaximandros tidak puas dengan menunjukkan salah

satu anasir sebagai prinsip alam, tetapi dia mencari yang lebih dalam yaitu zat yang tidak

dapat diamati oleh panca indera.

3. Pratagoras (481-411 SM)

Ia menyatakan bahwa Manusia adalah ukuran kebenaran. Pernyataan ini merupakan

cikal bakal humanisme. Pertanyaan yang muncul adalah apakah yang dimaksudnya itu

manusia individu atau manusia pada umumnya. Memang dua hal itu yang menimbulkan

konsekuensi yang sungguh berbeda. Namun tidak ada jawaban yang pasti, mana yang

dimaksud oleh Protagoras. Yang jelas ialah, bahwa ia menyatakan kebenaran itu bersifat

subyektif dan relative. Akibatnya tidak akan ada ukuran yang absolute dalam etika,

metafisika, maupun agama. Bahkan teori matematika tidak dianggapnya mempunyai

kebenaran yang absolute.

4. Gorgias (483-375 SM)

Ia datang ke Athena pada tahun 427 SM dari Leontini. Menurut dia ada tiga proposisi:

pertama; tidak ada yang ada, maksudnya realitas itu sebenarnya tidak ada. Pemikiran lebih

baik tidak menyatakan apa-apa tentang realitas. Kedua; bila sesuatu itu ada ia tidak akan

dapat diketahui. Ini disebabkan oleh penginderaan itu tidak dapat dipercaya, penginderaan itu
sumber ilusi. Akal juga tidak mampu meyakinkan kita bahwa alam semesta ini karena akal

kita telah diperdaya oleh dilemma subjektifitas. Kita berpikir sesuai dengan kemauan ide kita,

yang kita terapkan pada fenomena. Proses ini tidak akan menghasilkan kebenaran. Ketiga;

sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang

lain. Sikap Gorgias ini dipandang oleh sebagian filosof sebagai pandangan nihilisme, yakni

kebenaran itu tadak ada. Jadi dia lebih extrim dibandingkan dengan Protagoras.

5. Socrates (470-399 SM)

Socrates adalah anak seorang pemahat yang bernama Sophoniscos dan seorang bidang

yang bernama Phainarete. Ia meninggal karena dihukum minum racun. Socrates berpendapat

bahwa ajaran dan kehidupan adalah satu dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang

lainnya. Oleh karena itu, dasar dari segala penelitian dan pembahasan adalah pengujian diri

sendiri.

6. Plato (427-347 SM)

Plato adalah salah seorang murid dan teman Socrates, ia memperkuat pendapat

gurunya dengan cara menulis ide-ide Socrates. Menurutnya, esensi itu mempunyai realitas

dan realitasnya ada di alam idea. Kebenaran umum itu ada bukan dibuat-buat bahkan sudah

ada di alam idea.

7. Aristoteles (384-322 SM)

Puncak kejayaan filsafat Yunani terjadi pada masa Aristoteles. Aristoteles adalah

murid Plato dan penasihat serta guru Iskandar Agung. Aristoteles lahir pada tahun 384 SM di

Stagira, sebuah kota di Thrace. Ayahnya meninggal tatkala ia masih sangat muda. Ia diambil

oleh Proxenus, dan orang ini memberikan pendidikan yang istimewa kepadanya. Tatkala

Aristoteles berumur 18 tahun, ia dikirim ke Athena dan dimasukkan ke akademi Plato.

2.b. pada zaman kuno / yunani kuno apa yang terjadi?


Zaman ini berlangsung dari abad 6 M sampai dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini

menggunakan sikap aninquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu

secara kritis), dan tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptve

attitude mind (sikap menerima segitu saja). Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan

subur. Yunani mencapai puncak kejayaannya atau zaman keemasannya (zaman Hellenisme)

di bawah pimpinan Iskandar Agung(356-323 SM) dari Macedonia, yang merupakan salah

seorang murid Aristoteles. Pada abad ke- 0 M, perkembangan ilmu mulai mendapat

hambatan. Hal ini disebabkan oleh lahirnya Kristen. Pada abad pertama sampai abad ke- 2 M

mulai ada pembagian wilayah perkembangan ilmu. Wilayah pertama berpusat di Athena,

yang difokuskan dibidang kemampuan intelektual. Sedangkan wilayah kedua berpusat di

Alexandria, yang fukos pada bidang empiris. Setelah Alexandria di kuasai oleh Roma yang

tertarik dengan hal-hal abstrak, pada abad ke- 4dan ke- 5 M ilmu pengetahuan pegetahuan

benar-benar beku. Hal ini di sebabkan oleh tiga pokok penting : Penguasa Roma yang

menekan kebebasan berfikir, Ajaran Kristen tidak disangkal dan Kerjasama gereja dan

penguasa sebagai otoritas kebenaran. Walaupun begitu, pada abad ke-2 M sempat ada Galen

(bidang kedokteran) dan tokoh aljabar, Poppus dan Diopanthus yang berperan dalam

perkembangan pengetahuan.

3.a. apa yang terjadi perubahan zaman romawi?

Berbeda dengan zaman Yunani kuno, pada zaman Romawi ini, ilmu pengetahuan

(terutama ilmu kenegaraan) tidak dapat berkembang dengan baik. Walaupun demikian kita

tidak boleh meremehkan jasa-jasa dari zaman Romawi Kuno, karena walaupun sistem

ketatanegaraannya tidak di tuangkan dalam suatu pemikiran, tetapi di tanamkan dalam

praktek ketatanegaraannya, yang dapat mempengaruhi sitem ketatanegaraan seluruh dunia.

Meskipun bangsa Romawi dalam beberapa hal hanya mewarisi dan kebudayaan dan
peradaban bangsa Yunani, karena Yunani di taklukkan oleh Romawi pada tahun 146 sM,

tetapi sangat berbeda keadaannya antara kedua negara tersebut.

Pada zaman Romawi ini pengetahuan tidak dapat berkembang pesat, karena bangsa

Romawi lebih menitikberatkan soal-soal praktis daripada berpikir secara teoretis. Sedangkan

bangsa Yunani suka berpikir tentang negara dan hukum, sehingga banyak menghasilkan ahli-

ahli filsafat. Dengan demikian maka kensepsi-konsepsi tentang negara dan hukum bangsa

Romawi hanya dapat dilihat dalam praktek-praktek ketatanegaraannya saja. Sedangkan dalam

konsepsi kenegaraan bangsa Yunani banyak dibutuhkan.

Semula kerajaan Romawi dalam keadaan kacau, terpecah belah setelah mengalami

peperangan maka keadaan Romawi mengalami perubahan. Perubahan yang penting yaitu

negara yang bersifat polis (negara kota) atau city state, menjadi imperium (kerajaan dunia)

Romawi, yang dapat mempersatukan seluruh daerah peradabandalam satu kerajaan.

Sedangkan pada zaman Yunani kuno, negara dimulai dengan kesatuan nasional yang kompak,

tetapi kemudian jatuh karena terpecah belah yang tidak dapat dikuasai lagi untuk

dipersatukan kembali.

Bentuk pemerintahan yang pertama kali di Romawi adalah Monarki, yang meliputi

berbagai suku bangsa. Pemerintahan monarki ini didampingi oleh sebuah badan perwakilan

yang anggota-anggotanya terdiri kaum ningrat (kaum patricia) Dalam pemerintahan tersebut

pernah terjadi pertentangan antara kaum Patricia dengan kaum Plebeia (kaum gembel rakyat

jelata) yang kemudian diselesaikan dengan sebuah undang-undang yang di namakan

Undang-undang 12 meja. Kemudian pemeritahannya dipegang oleh dua orang utusan yang

bersama-sama duduk dengan pemerintah menjalankan pemerintah dan undang-undang.

Jadi,Rromawi telah mengalami perubahan dari Monarki ke Demokrasi. Perkembangan

Romawi sampai kepuncaknya yaitu suatu imperium (kerajaan dunia) yang dalam

melaksanakan pemerintahannya banyak mempergunakan ajaran kaun stoa yang diciptakan


oleh Zeno, sebagai dasar dari pada sistem ketatanegaraannya. Dan sesungguhnya bahwa

ajaran dari kaum stoa ini memungkin kan romawi dapat menjadi suatu kerajaan dunia.

Karena ajaran kaum stoa tadi bersifat universalisme, yang tidak terbatas pada city state saja

seperti bangsa yunani, tetapi universalisme dari kaum stoa tadi meliputi seluruh dunia dan

bersifat kejiwaan, sedangkan universalisme dari bangsa romawi meskipun juga meliputi

seluruh dunia tetapi bersifat politis, politik ketatatnegaraan.

Pada zaman Romawi kuno orang atau warga negara itu dipisahkan dari negara yang

keadaannya masing-masing diatur oleh hukum yang berlainan. Hubungan antara warga

negara yang satu dengan yang lainnya diatur oleh hukum privaat (perdata), sehingga mereka

merasa adanya kepastian hukum, karena persengketaan anatara mereka akan diadili

berdasarkan imbangan yang obyektif. Sedangkan hubungan-hubungan yang menyangkut

negara diatur oleh hukum publik. Selain itu juga bangsa romawi juga telah melahirkan cara

berpikir yang bersifat yuridis murni dan praktis. Hukum dengan kesusilaan dipisahkan benar-

benar, juga antara negara dengan masyarakat. Negara dipandang sebagai bentuk pengertian

yang abstrak, yang dapat dibedakan dengan masyarakat.

Ilmu pengetahuan yang pernah ditorehkan oleh Bangsa Romawi tidak bisa dilepaskan

dari bangunan ilmu pengetahuan yang telah disumbangkan oleh bangsa Yunani. Di dalam

banyak literatur yang ada, disebutkan bahwa bangsa Romawi merupakan bangsa yang

pertama kali mengaplikasikan teori-teori yang pernah dirumuskan oleh bangsa Yunani,

sehingga mata rantai kelimuan yang mulai memudar yang seolah-olah putus dalam sejarah

perkambangan ilmu pengetahuan bangsa Yunani menjadi tumbuh kembali. Sehingga di dalam

lapangan inovasi ilmu pengetahuan, bangsa Romawi tidak banyak melahirkan para pemikir

yang ulung, konseptor yang handal, dan perumus teori dalam rangka melebarkan sayap ilmu

pengetahuan. Dengan kata lain, bangsa ini tidak menekankan soal-soal praktis dan

mengabaikan teori ilmiah, sehingga pada masa ini tidak muncul ilmuwan yang terkemuka.
Memang ada dua ilmuan yang sangat besar yang hidup selama pemerintahan Marcus Aurelius

pada abad kedua masehi, namun keduanya adalah bangsa Yunani.

Namun yang perlu dicatat bahwa bangsa Romawi membuat pemikiran spekulatif

Yunani menjadi praktis dan dapat diterapakan dengan mudah.

Kendati demikian, bangsa Romawi bukan berarti tidak memiliki kontribusi dalam

pengembangan ilmu pengetahuan. Sejarah mencatat bahwa bangsa Romawi memiliki

kemahiran dalam kemampuan keinsinyuran dan keterampilan ketatalaksanaan serta

mengatuur hukum dan pemerintahan.

Sumbangan terbesar bangsa Romawai kepada peradaban manusia terutama dalam bidang

pemikiran sistem hukum dan lembaga-lembaga politik, ada tiga bentuk pemikiran hukum

Romawi yang banyak diadopsi para pemikir Barat, antara lain : Ius Civile, Ius Gentium, Ius

Naturale. Dari segi pemikiran ilmu politik, Romawi memberikan pemahaman tentang teori

imperium, antara lain : Kekuasaan dan otoritas Negara, equal rights (Persamaan hak politik),

Governmental Contract (Kontrak Pemerintah), Pengadaptasian kekuasaan dan keagamaan.

Para sejarawan berspekulasi tentang penyebab kegagalan orang Romawi di bidang

pengembangan ilmu. Ada yang mencoba melihat perbudakan yang menghambat dorongan

bagi industri, sebagai penyebabnya.

3.b. sebutkan 2 ahli romawi jelaskan pendapatnya?

1. Polybius (204-122sM)

Dia adalah ahli sejarah yang mencoba menulis tentang negara dan pengaruh berpikir

sejarah terlihat dari teorinya yang terkenal dengan perubahan bentuk negara. Yang kemudian

terkenal dengan nama cyclus theori.

Mengenai negara, sebenarnya polybius melanjutkan ajaran Aristoteles (8840822sM), yang

dinyatakan bahwa proses perkembangan pertumbuhan dan kemerosotan bentuk-bentuk

negara secara psikologis sangay bertalian dengan sifat-sifat manusia jadi tiada bentuk negara
yang abadi, karena sudah terkandung benih-benih pengerusakan seperti pemberontakan ,

revolusi dan sebagainya.

2. Cicero

Cicero adalah seorang ahli pikir terbesar tentang negara dan hukum dari bangsa

romawi. Ia hidup pada tahun 106-43sM. Bukunya yang terkenal adalah De Republica

(=tentang negara), dan De Legibus (=tentang hukum/undang-undang). Pendapatnya banyak

meniru ajaran PLATO dan ajaran kaum STOA. Negara menurut Cicero adanya itu merupakan

suatu keharusan, dan yang harus didasarkan atas ratio manusia. Ratio yaitu yang didasarkan

atau menurut hukum alam kodrat. Sedangkan menurut cicero hukum adalah satu-satunya

ikatan dalam negara. Sedangkan keadilan itu hanya dapat dicari melulu untuk keperluan

keadilan itu sendiri tanpa di campuri tangan.

3. Saneca

Saneca pernah menjadi guru kaisar Nero, ia meninggal 65 tahun sesudah masehi. Pada

waktu hidupnya romawi telah mengalami kebobrokan. Kekuasaan negara hanya tinggal pada

kekuatan balatentanranya, raja yang memegang pemerintah telah rusak akhlaknya.

Sedangkan orang hanya mempunyai kemungkinan menarik diri kealam kebatinannya sendiri.

Orang-orang mulai menjauhkan diri dari urusan dari kenegaraan dan mendalami kebatinan.

4.a. kenapa ilmu pengetahuan pada zaman scolatic/pertengahan itu

mundur?

Peradaban Yunani-Romawi mencapai penggenapan siklusnya pada sekitar tahun 1000.

Setengah abad berikutnya di Eropa sering disebut Abad Gelap. Di Eropa Barat yang

diperintah bangsa Roma, kebudayaan melek huruf hidup terus hanya di biara-biara. Usaha-

usaha menghidupkan kembali keilmuan hanya sesekali dilakukan oleh raja-raja besar seperti

Alferd dan Charlemagne. Sebaliknya, dalam kerajaan Timur yang diperintah oleh
Constantinopel, berlangsung suatu masyarakat yang beradap, walaupun dalam segenap

sejarahnya selama 1000 tahun Byzantium hanya sedikit menghasilkan ilmuwan yang patut

dicatat. Sebagai masyarakat yang baru, suatu bentuk masyarakat yang lebih biadab sedang

berbentuk di Barat. Pada waktu itu ada pekerjaan besar yang mempelopori penebangan hutan

dan pengeringan rawa-rawa untuk tempat tinggal, dan ada beberapa penemuan penting

(pelana kuda, sangurdi, bajak, kincir angin dan kincir air) yang ditemukan sendiri atau ditiru.

Diawal abad ke-11 sebagian besar orang terpelajar mengenal dan memahami ilmu

kuno dalam cuplikan-cuplikan yang segelintir dan tercabik-cabik, namun setelah itu terjadi

kemajuan pesat. Pada abad ke-12 dialami suatu renaissance yang sebagian disebabkan oleh

pergaulan dengan peradaban Islam yang lebih tinggi yang terdapat di Spanyol dan Palestina

dan sebagian lagi disebabkan perkembangan berbagai kota dengan kelas atasnya yang melek

huruf. Dari periode ini muncullah karangan-karangan spekulatif perdana tentang filsafat

alamiah. Abad ke-13 menyaksikan berdirinya universitas-universitas dan zaman kebesaran

pengetahuan skolastik. Thomas Aquinas, seorang teolog terkemuka dan Roger Bacon,

penganjur metode eksperimental, termasuk dalam zaman ini. Akan tetapi dalam tahun 1350-

an Eropa dilanda oleh bencana ekonomi dan sosial dalam bentuk keruntuhan finansial dan

Maut Hitam (penyakit pes). Meskipun perdebatan filosofis, termasuk minat terhadap

spekulasi matematis, masih terjadi namun secara ilmiah pada eriode belakangan telah steril.

Abad Pertengahan yaitu periode sejarah di Eropa sejak bersatunya kembali daerah

bekas kekuasaan Kekaisaran Romawi Barat. Abad ini muncul setelah zaman Yunani Kuno

kira-kira pada abad ke 5 sampai awal abad ke-17. Banyak pendapat mengatakan bahwa pada

abad pertengahan ini disebut abad gelap, yaitu pemikiran filsafat pada abad pertengahan

didominasi oleh agama, pemecahan segala macam persoalan sehari-hari selalu didasarkan

atas aturan-aturan agama, dalam hal ini gereja yang diberikan wewenang khusus, sehingga

corak pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris. Ada dua sifat yang tidak sesuai dengan
pemikiran para ahli pada zaman Yunani Kuno. Yang pertama adalah pemikiran kaum Yunani

merupakan pemikiran orang kafir karena tida mengakui adanya wahyu. Yang kedua adalah

filsafat Yunani mengatakan karena manusia itu ciptaan Tuhan maka kebijaksanaan manusia

berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai

kebenaran sejati. Oleh karena itu, akal dapat dibantu oleh wahyu. Para ahli fikir filsafat pada

abad pertengahan saat itu tidak memiliki banyak kebebasan untuk berfikir dan mengeluarkan

gagasan seperti yang ada di zaman Yunani Kuno. Apabila para ahli tersebut memiliki

pemikiran-pemikiran atau gagasan yang bertentangan dengan ajaran gereja, maka ahli fikir

tersebut akan mendapatkan hukuman yang sangat berat.

Pihak gereja bahkan melarang diadakannya penyelidikan berdasarkan rasio (nalar)

pada agama. Kajian terhadap agama/teologi yang tidak berdasarkan larangan dapat

melaksanakan penyelidikan terhadap agama dibawah aturan yang sudah ditentukan oleh

gereja. Sebaliknya dengan orang yang akan melaksanakan penyelidikan tidak berdasarkan

aturan gereja akan dianggap murtad. Masa abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai

masa yang penuh dengan upaya-upaya membawa manusia kedalam kehidupan atau sistem

kepercayaan yang fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta yang sifatnya

dipaksa. Karena itu perkembangan ilmu pengatahuan menjadi terhambat. Secara garis besar,

filsafat pada abad pertengahan dapat dibagi menjadi dua periode yaitu Periode scholastic

islam (zaman skolastik timur) yang diwarnai situasi dalam komunitas Islam di Timur Tengah,

abad 8 s/d 12 M dan Periode scholastic kristen yang diwarnai oleh perkembangan di Eropa

(termasuk jazirah Spanyol).

4.b. sebutkan 3 ahli piker dan sebutkan pendapatnya!

1. Platinus (204-207)

Plotinus lahir tahun 204 di Mesir. Pada tahun 232 ia pergi ke Alexandria untuk belajar

filsafat pada seorang guru bernama Animonius Saccas selama 11 tahun. Pada umur 40 tahun
ia pergi ke Roma. Di sana dia menjadi pemikir terkenal. Dia meninggal tahun 270 di

Minturnae, Campania, Italia. Porphyry, murid plotinus mengumpulkan tulisanya yang

berjumlah 54 karangan. Karangan itu dikelompokkan menjadi 6 set, tiap set ada 9 karangan,

masing- masing set disebut ennead.Platinus dapat disebut musuh naturalisme ia

membedakan dengan tegas tubuh dan jiwa, jiwa tidak dapat diterjemahkan kedalam ukuran-

ukuran badaniah, fakta alam harus dipahami sesuai dengan tendensi spiritualnya.

2. Augustinus (354-430)

Augustinus lahir di Tagaste, Aljazair, Afrika Utara, 13 November 354 M. Ayahnya

adalah seorang dewan kota yang kurang taat beragama hingga menjelang akhir hayatnya.

Augustinus dididik dan dibesarkan secara Kristen kendatipun karena adat istiadat yang

berlaku pada masa itu, ia tidak dibaptiskan ketika masih bayi. Augustinus menganggap

filsafat sebagai suatu aktivitas, yang meliputi teknik-teknik penalaran, dan juga suatu

pendekatan menuju kebijaksanaan dan kebenaran-kebenaran penalaran, dan juga suatu

pendekatan menuju kebijaksanaan dan kebenaran-kebenaran tertinggi tentang kehidupan.

Dengan mengikuti Augustinus, yang mempertahankan bahwa tidak mungkin ciptaan-ciptaan

sama kekal (co-eternal) dengan pencipta. Aliran Augustinus menolak kemungkinan

penciptaan dari kekekalan (creatio ab qetermo).

Anda mungkin juga menyukai