Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PERHITUNGAN RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK

I. Impedansi (Z)
Pada sebuah rangkaian arus searah beban yang akan membatasi arus atau
besarnya arus yang mengalir hanya tergantung dari beban yang bersifat resitif.
Seandainya ada komponen capasitor atau inductor pada sebuah rangkaian arus searah
tidak dimaksudkan untuk membatasi arus atau penentuan jumlah arus yang mengalir pada
rangkaian.
Sedangkan pada sebuah rangkaian arus bolak-balik yang akan membatasi arus
atau yang menentukan jumlah arus yang mengalir adalah impedansi yang dilambangkan
dengan Z. Impedansi adalah beban yang tidak hanya memiliki sifat resitif saja, tetapi
beban bisa bersifat induktif atau bersifat kapasitif. Besar impedansi juga ditunjukkan
dalam satuan ohm () dan dipresentasikan dalam persaman :

I
VS
VS Z Z =
I

Besar impedansi pada suatu rangkaian arus bolak-balik ditenukan oleh komponen
resistor, inductor dan kapasitor. Kemampuan resistor untuk menahan arus listrik baik
pada arus searah atau arus bolak-balik disebut dengan resistansi (R) dengan satuan Ohm.
Sedangkan kemampuan inductor atau kapasitor untuk menahan arus listrik hanya pada
arus bolak-balik disebut juga dengan reaktansi (X) yyang juga dengan satuan ohm. Jadi
Impedansi adalah sifat beban yang mampu menahan arus listrik bolak-balik yang terdiri
dari resistansi dan reaktansi. Impedansi dapat ditentukan oleh persamaan berikut :

Z2 = R2 + X2 atau Z = ( R2 + X2)
Induktor adalah komponen beban yang memiliki sifat untuk mampu menahan
aliran arus listrik pada suatu rangkaian arus bolak-balik, sehingga dapat dikatakan bahwa
jenis aliran arus listrik yang dapat ditahan oleh sebuah inductor adalah arus yang berubah
terhadap waktu, sehingga untuk nilai arus yang nilainnya konstan atau tetap maka sebuah
induktor tidak bersifat menahan arus listrik tersebut. Kemampuan induktor untuk
menahan aliran arus listrik disebut dengan reaktansi induktif (XL) dan satuan yang
menunjukkan seberapa besar kemampuan induktor untuk menahan aliran arus [i(t)] atau
seberapa besar reaktansi induktif sebuah inductor juga disebut dengan ohm (). Nilai
reaktansi induktif sebuah induktor ditentukan oleh persamaan berikut :

I VS
XL =
I
Vs L
XL = 2..f.L

XL = Reaktansi induktif ()
= 3,14
F = Frekuensi tegangan sumber (Hz)
L = Induktansi (Henry)
Vs = Tegangan sumber arus bolak-balik
I = Arus bolak-balik

Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa semakin besar frekuensi dari
tegangan sumber atau arus yang mengalir maka reaktansi induktif dari inductor akan
semakin besar, dan sebaliknya apabila induktor dihubungkan dengan sumber egangan
konstan (tidak berubah terhaap waku) maka akan didapati frekuensi tegangan sumber
tersebut sama dengan nol (0) sehingga nilai reaktansi induktifnya pun menjadi nol (0).
Kapasitor adalah komponen beban yang juga memiliki sifat untuk mampu
menahan aliran arus listrik. Kemampuan kapasitor untuk menahan aliran arus listrik
disebut dengan reaktansi kapasitif (XC) dan satuan yang menunjukkan seberapa besar
kemampuan kapasitor untuk menahan aliran arus atau seberapa besar reaktansi kapasitif
sebuah kapasitor juga dalam besaran ohm (). Nilai reaktansi kapasitif sebuah kapasitor
ditentukan oleh persamaan berikut :
VS
I XC =
I
VS C
1
XC =
2..f.C

Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar frekuensi


tegangan sumber maka reaktansi capasitif nya menjadi semakin kecil dan sebaliknya
semakin kecil frekuensi tegangan sumber maka reaktansi capasitifnya akan semakin
besar. Apabila kapasitor dihubungkan seri dengan tegangan sumber yang konstan maka
reaktansi capaitif menjadi tak hingga dan arus yang mengalir adalah nol.
Pada inductor nilai reaktansinya sebanding dengan frekuensi tegangan sumber
dan pada kapasitor nilai reaktansinya berbanding terbalik dengan frekuensi tegangan
sumber, sehinnga yang menjadi perbedaan dasar antara sebuah capasitor dan inductor
adalah bahwa capasitor lebih cenderung untuk melewatkan sinyal-sinyal berfrekuensi
tinggi dan menahan sinyal-sinyal berfrekuensi rendah. Berbeda halnya dengan inductor,
dimana inductor lebih cenderung untuk melewatkan sinyal-sinyal berfrekuensi rendah
dan menahan sinyal-sinyal berfrekuensi tinggi.
Apabila sebuah rangkaian bolak-balik terdiri dari resistor dan indukor yang
terhubung seri seperti pada gambar dibawah maka besar impedansi Z, tegangan sumber
VS, tegangan jatuh VR, tegangan jatuh VL dapat ditentukan oleh persamaan :
VR VL
Z2 = R2 + XL2 maka Z = R2 + X L 2
R
XL VS2 = VR2 + VL2 maka VS = VR2 + VL2
I
Vs Vs
I = maka
I =
Z
R 2 + XL 2
sehingga VR = I . R dan VL = I . XL
VS

Apabila sebuah rangkaian bolak-balik terdiri dari resistor dan kapasitor yang
terhubung seri seperi pada gambar dibawah maka besar impedansi Z, tegangan sumber
VS , tegangan jatuh VR, tegangan jatuh VC dan arus I dapat ditentukan oleh persamaan :
VR VC
Z2 = R2 + XC2 maka Z = R2 + XC2
R
VS2 = VR2 + VC2 maka VS = VR 2 + VC 2
I
Vs Vs
I = maka
I =
Z
R2 + XC2
sehingga VR = I . R dan VL = I . XC
VS

Apabila sebuah rangkaian bolak-balik terdiri dari resistor, induktor dan kapasitor
yang terhubung seri seperi pada gambar dibawah maka besar impedansi Z, tegangan
sumber VS , tegangan jatuh VR, tegangan jatuh VL , tegangan jatuh VC dan arus I dapat
ditentukan oleh persamaan :

VR VL VC
R XC Z2 = R2 + (XL - XC) 2 maka Z2 = R2 + (XL + XC) 2
XL
VS2 = VR2 + (VL - VC) 2 maka VS2 = VR2 + (VL - VC) 2
I
Vs Vs
I = maka
I =
Z
R2 + (XL - XC) 2

VS sehingga VR = I . R dan VL = I . XL dan VC = I . XC

II. Segitiga Impedansi


Persamaan yang menunjukkan hubungan antara impedansi, resistansi dan
reaktansi dalah persamaan yang identik dengan persamaan phitagoras pada sebuah
segitiga siku-siku yang memberikan hubungan antara alas, tinggi dan garis miring.
Sehingga apabila impedansi, resistansi dan reaktansi dipresentasikan dalam bentuk grafik
segitiga siku-siku akan didapatkan segitiga impedansi seperti pada gambar berikut :
R X
Sin =
Z
Z XL R
Z XC Cos = Z
X
Tan =
R R
Sifat impedansi Sifat impedansi
induktif kapasitif

III. Segitida Daya


Segitiga siku-siku dapat juga digunakan untuk mempresentasikan daya semu,
daya aktif dan daya reaktif, karena persamaan yang menunjukkan hubungan antara 3
daya tersebut adalah identik dengan persamaan phitagoras yang mana persamaannya
diberikan sebagai berikut :
S2 = P2 + Q2 sehingga P2 = S2 - Q2 atau Q2 = S2 - P2
Dan gambar segidayanya adalah sebagai berikut :
P (Watt) Q (VAR)
Sin =
S (VA)
A)
(V

Q Q P (Watt)
Cos =
S

(VAR) (VAR) S (VA)


(V
A)

Q (VAR)
P (Watt) Tan = S (VA)
Sifat beban kapasitif Sifat beban induktif

Persamaan Cos diatas adalah menunjukkan factor daya dari beban yang mana
factor daya ini mempresentasikan efisiensi dari penggunaan daya listrik oleh beban. Baik
segitiga impedansi atau segitiga daya adalah metode yang digunakan untuk
mempermudah dalam perhitungan parameter-parameter tersebut.

Anda mungkin juga menyukai