Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar KB


2.1.1 Pengertian KB
Keluarga berencana (KB) adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak

anak yang diinginkan .Agar dapat mencapai hal tersebut,maka dibuat lah

beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda

kehamilan.cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan

kehamilan dan perencanaan keluarga. (Ari Sulistyawati, 2011).

Keluarga berencana (KB) merupakan usaha suami istri untuk mengukur

jumlah dan jarak anak yang diinginkan . usaha yang dimaksud termasuk

kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip

dasar metode kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-laki mencapai dan

membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah

dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim.

(Endang Purwoastuti, 2015 ).

2.1.2 Tujuan KB
Menurut Endang Purwoastuti (2015), tujuan program KB adalah :
1) Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan

NKKBS (norma keluarga kecil bahagia sejahtera) yang menjadi dasar

terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran

sekaligus menjamin terkendali nya pertambahan penduduk.

10
12

2) Tujuan Khusus
Meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan keluarga

berencana dengan cara pengaturan jarak kelahiran .

2.1.3 Manfaat KB
a. Efektifitas cukup tinggi.
b. Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan

anak yang direncanakannya.


c. Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan

terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan mempengaruhi

angka kesakitan dan kematian anak (Arum & Sujiyatini, 2011).


d. Sasaran KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan

sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.

Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang

bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara

penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sasaran tidak

langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan

menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan

kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang

berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani, 2010).

e. Syarat-syarat Kontrasepsi
Menurut Wiknjosastro (2010), ciri-ciri suatu kontrasepsi yang ideal

meliputi:
1) Berdaya guna
2) Aman
3) Murah
4) Estetik
5) Mudah didapat
6) Tidak memerlukan motivasi terus-menerus
7) Efek sampingan minimal
13

2.1.4 Akseptor KB
Akseptor adalah peserta KB Pasangan Usia Subur (PUS) dimana salah

seorang menggunakan salah satu cara alat kontrasepsi untuk mencegah

kehamilan baik melalui program atau non program (Dinkes, 2009).

2.2 Kontrasepsi KB Suntik


2.2.1 Pengertian
Suntik merupakan salah satu alat kontrasepsi yang disarankan oleh

pemerintah melalui program KB. Suntik KB adalah obat suntik yang berisi

zat yang dapat mencegah lepasnya sel telur da ri indung telur,

mengentalnya lendir mulut rahim sehingga sperma tidak dapat masuk ke

dalam rahim dan menipiskan selaput lendir rahim sehingga calon janin tak

dapat tertanam dalam rahim (BKKBN, 2010).

Suntik pada awalnya adalah hasil penelitian setelah perang, ketika tah un

1953, Dr. Junkman menemukan bahwa suntikan aksi-lama terbentuk bila

progestogen dan alkohol digabungkan. Pada tahun 1957, penelitian mulai

dilakukan pada Norigest suntik, saat ini dikenal sebagai Noristerat, yang

dilisensi untuk pemakaian jangka pendek di Inggris, yaitu setelah

pemberian vaksin rubela. Pada tahun 1963, uji coba mulai dilakukan pada

Depoprovera suntik yang dilisensi di Inggris untuk pemakaian jangka

panjang pada tahun 1984 ketika metode lain tidak cocok. Sejak tahun

1990, metode ini telah dilisensi sebagai metode pilihan pertama.

Kontrasepsi terbagi dalam dua macam yaitu Depoprovera adalah yang

paling banyak digunakan. Namun, banyak wanita masih tidak menyadari

keberadaannya atau mendapat informasi yang tidak akurat, yang

menghambat Depoprovera diterima sebagai sebuah metode (Everett, 2010).


14

Seperti pil yang hanya berisi progestogen (POP), kontrasepsi suntik

mencegah kehamilan dengan berbagai cara. Kontrasepsi ini menyebabkan

lendir serviks mengental sehingga menghentikan daya tembus sperma,

mengubah endometrium menjadi tidak cocok untuk implantasi, dan

mengurangi fungsi tuba falopii. Namun, fungsi utama kontrasepsi suntik

dalam mencegah kehamilan adalah menekan ovulasi. Efektivitas

kontrasepsi suntik adalah antara 99% dan 100% dalam mencegah

kehamilan. Kontrasepsi suntik adalah bentuk kontrasepsi yang sangat

efektif karena angka kegagalan penggunaannya lebih kecil. Hal ini karena

wanita tidak perlu mengingat untuk meminum pil dan tidak ada penurunan

efektivitas yang di sebabkan oleh diare atau muntah (Everett, 2010).


Penggunaan alat kontrasepsi suntik menuntut akseptor KB untuk rutin

melakukan pemeriksaan sesuai jadwal dan melakukan kunjungan ulang

untuk suntik periode berikutnya sehingga berhasil dengan baik. Tidak

rutinnya penetapan jadwal dan melakukan kunjungan ulang suntik akan

mengakibatkan kehamilan, perdarahan saluran genital yang tidak

terdiagnosis, penyakit arteri berat di masa lalu atau saat ini, kelainan lipid

yang hebat, penyakit trofoblastik, efek samping serius yang terjadi pada

kontrasepsi oral kombinasi (COC) yang bukan disebabkan oleh estrogen,

dan adanya penyakit hati, adenoma, atau bahkan kanker hati (Arum, 2010).

Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Alat Kontrasepsi KB suntik

Keuntungan dan kerugian penggunaan alat kontrasepsi KB suntik dalam

Manuaba (2010) dapat dijelaskan sebagai berikut :


a. Keuntungan penggunaan alat kontrasepsi KB suntik yaitu :
1. Tingkat Efektivitas tinggi
2. Hubungan seks dengan suntik kb bebas
3. Pengawasan medis yang ringan
15

4. Pemberian nya sederhana setiap 8-12 minggu


5. Dapat diberikan pasca persalinan, pasca keguguran atau pasca

menstruasi
6. Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi
7. Suntikan KB Cyclofem diberikan setiap bulan dan peserta KB akan

mendapatkan menstruasi

Berdasarkan keuntungan diatas maka akseptor KB suntik akan dapat

beraktivitas dengan baik sebagaimana orang sehat lainnya sehingga

dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan alat kontrasepsi KB

suntik semua kegitan dapat dilakukan seperti biasa.

b. Kerugian dengan dilakukannya KB menggunakan Suntik adalah :


1. Perdarahan yang tidak menentu
2. Terjadi amenorea (tidak dating bulan) berkepanjangan
3. Masih terjadi kemungkinan hamil
4. Kerugian atau penyulit inilah yang menyebabkan peserta KB

menghentikan suntikan KB

Hal ini berarti akseptor KB suntik akan mengalami tidak subur sampai

satu tahun dan perdarahaan yang tidak teratur sehingga untuk bisa

subur kembali diperlukan waktu yang lebih lama apabila dibandingkan

de ngan alat kontrasepsi yang lain (Everett, 2010)

c. Metode - Metode Kontrasepsi Suntik Ada dua jenis suntikan, yaitu

Depoprovera dan Noristerat (Everett, 2010).


1. Depoprovera
Depoprovera (disingkat DMPA) berisi depot medoksiprogesteron

asetat dan diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg secara

intramuskular setiap 12 minggu. DMPA saat ini tersedia dalam spuit

yang sebelumnya telah diisi dan dianjurkan untuk diberikan tidak


16

lebih dari 12 minggu dan 5 hari setelah suntikan terakhir.

Depoprovera dilisensi untuk pemakaian jangka panjang. Preparat

ini cocok untuk sebagian besar wanita, khususnya mereka yang

lupa meminum pil mereka dan bagi wanita pengguna COC yang

sedang minum obat yang mengurangi efektivitas pil COC. Namun,

informasi mengenai amenorea jangka panjang dan implikasinya

jarang disampaikan, yang biasanya terjadi akibat suntikan ini. Pada

tahun 1991, penelitian yang dilakukan oleh Cundy et.al, setelah

mengalami amenore 5 tahun estradiol dapat rendah, baik pada

wanita amenorik maupun tidak, penting untuk memastikan apakah

wanita mengalami 20 gejala hipoestrogenisme, seperti kekeringan

pada vagina, kehilangan libido, dan rasa panas pada wajah. Apabila

wanita mengalami gejala tersebut atau wanita seorang perokok,

maka harus menjalani penapisan atau mengganti metode

kontrasepsinya. Namun, bila wanita bukan perokok dan tidak

mengalami gejala setelah diskusi, maka dapat menangguhkan

penapisan. Apabila estradiol serum kurang dari 100 pmol 1 - 1, ini

menandakan defisiensi estrogen. Estrogen tambahan tepat diberikan

dan metode kontrasepsi lain mungkin lebih cocok.

Penapisan densitas tulang dapat diindikasikan bersamaan dengan

pengawasan ketat terhadap situasi tersebut. Meskipun begitu,

panduan penatalaksanaan berbasis bukti yang jelas bagi wanita yang

memakai Depoprovera jangka panjang tidak tersedia karena studi

yang ada saling bertentangan (Cundy et.al, 2009)


17

World Health Organization telah menggolongkan Depoprovera

sebagai kategori 2 bagi wanita muda di bawah usia 16 tahun, bukan

kategori 1 (selalu dapat dipakai dalam rentang usia ini) karena

pertimbangan terhadap densitas tulang. Kategori 2 bermakna

metode tersebut digunakan secara luas karena manfaatnya melebihi

resikonya. Densitas tulang masih dalam proses pembentukan pada

wanita di bawah usia 16 tahun setelah ia mulai menarke. Bagi

banyak wanita muda metode ini dapat menjadi metode yang palng

cocok bila mereka tidak dapat meminum pil kombinasi dan beresiko

hamil (World Health Organization, 2010).

Faktor resiko kanker payudara pada pemakaian suntikan ternyata

sama dengan pemakaian pil kombinasi. Tidak ada peningkatan

resiko kanker serviks (International Family Planning Perspective,

2008) atau kanker ovarium pada pemakaian Depoprovera, namun

terdapat efek perlindungan terhadap kanker enometrium (Pisake,

2008).

2. Cyclofem
Jenis suntikan KB yang diberikan 1 bulan sekali. Dengan pemberian

suntikan pertama sama dengan suntikan 3 bulan, yaitu setelah 7 hari

pertama periode menstruasi, atau 6 minggu setelah melahirkan. Alat

kontrasepsi ini mengandung kombinasi hormon

medroxyprogesterone acetate (hormon progestin) dan estradiol

cypionate (hormon estrogen )

d. Efek Samping KB Suntik


18

Efek samping dari pemakaian KB suntik dapat berupa gangguan haid,

mual, sakit kepala, penambahan berat badan serta terkadang ibu

mengeluh gairahnya menurun (BKKBN, 2010)

.
e. Cara Memberi Suntikan
Depoprovera dalam pemakaian idealnya harus diberikan dalam 5 hari

pertama masa menstruasi, tidak dibutuhkan kontrasepsi tambahan.

Setelah itu semua suntikan harus diberikan setiap 12 minggu. Noristerat

harus diberikan pada hari pertama masa menstruasi tidak dibutuhkan

kontrasepsi tambahan. Setelah itu, semua injeksi harus diberikan setiap

8 minggu. Suntikan harus diberikan secara intramuskular pada kuadran

luar atas bokong. Spuit yang sebelumnya telah diisi Depoprovera harus

dikocok sebelum diberikan. Ampul Noristerat harus dihangatkan hingga

suhu tubuh sebelum diberikan. Hal ini akan membuatnya mudah tertarik

ke atas saat dicampur dengan minyak jarak. Kedua tempat suntikan

tidak boleh dipijat setelah pemberian suntikan karena ini akan

mengurangi efektivitanya. Setelah terminasi kehamilan trimester

pertama dan keguguran, suntikan pertama biasanya diberikan dalam 5

hari pertama tanpa dibutuhkan kewaspadaan tambahan. Wanita

pascapartum harus mulai mendapat suntikan pertama 5 - 6 minggu

setelah melahirkan, karena bila diberikan lebih awal, perdarahan

menstruasi menghebat dan memanjang. Efektivitas tidak hilang pada

penggunaan antibiotik spektrum luas. Untuk obat yang penginduksi

enzim, interval pemberian Depoprovera harus dikurangi dan diberikan

pada interval 10 minggu


19

Tabel 2.1.
Obat yang membuat interval waktu antara suntikan
Depoprovera harus diperpendek

Jenis Obat Obat


Antikonvulsan Barbiturat
Fenitoin
Primidon
Karbamazepin
Topiramat
Antituberkulosis Rifampisin
Antijamur Griseofulvin
Inhibitor protease Ritinavir, nelfinavir
Lain Serat- seratnya Johns Wort
- Lansoprazol
lain Tacrolimus
Nevirapin
Modafinil

2.3 Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan KB Suntik


2.3.1 Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan perilaku menuju

kedewasaan dan penyempurnaan hidup. Biasanya seorang

ibu khususnya ibu hamil yang berpendidikan tinggi dapat

menjaga dari faktor resiko yang dapat merusak

kesehatannya (Jamaludin, 2010). Menurut UU Nomor 20

Tahun 2003, jalur pendidikan sekolah terdiri dari :


1. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan awal

selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-

anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Di

akhir masa pendidikan dasar selama 6 (enam) tahun

pertama (SD/MI), para siswa harus mengikuti dan lulus

dari Ujian Nasional (UN) untuk dapat melanjutkan


20

pendidikannya ke tingkat selanjutnya (SMP/MTs) dengan

lama pendidikan 3 (tiga) tahun.


2. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah (sebelumnya dikenal dengan

sebutan sekolah lanjutan tingkat atas atau SLTA) adalah

jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.


3. Pendidikan menengah umum
Pendidikan menengah umum diselenggarakan oleh

sekolah menengah atas (SMA) (sempat dikenal dengan

"sekolah menengah umum" atau SMU) atau madrasah

aliyah (MA). Pendidikan menengah umum

dikelompokkan dalam program studi sesuai dengan

kebutuhan untuk belajar lebih lanjut di perguruan tinggi

dan hidup di dalam masyarakat. Pendidikan menengah

umum terdiri atas 3 (tiga) tingkat.


4. Pendidikan menengah kejuruan
Pendidikan menengah kejuruan diselenggarakan oleh

sekolah menengah kejuruan (SMK) atau madrasah

aliyah kejuruan (MAK). Pendidikan menengah kejuruan

dikelompokkan dalam bidang kejuruan didasarkan pada

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau

seni, dunia industri/dunia usaha, ketenagakerjaan baik

secara nasional, regional maupun global, kecuali untuk

program kejuruan yang terkait dengan upaya-upaya

pelestarian warisan budaya. Pendidikan menengah

kejuruan terdiri atas 3 (tiga) tingkat, dapat juga terdiri

atas 4 (empat) tingkat sesuai dengan tuntutan dunia


21

kerja. Satuan pendidikan penyelenggara Sekolah

menengah atas (SMA), Madrasah aliyah (MA), Sekolah

menengah kejuruan (SMK), Madrasah aliyah kejuruan

(MAK) dan Program paket C.

5. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah

pendidikan menengah. Penyelenggara pendidikan

tertinggi adalah akademi, institut, sekolah tinggi,

universitas (Dikti, 2012).

2.3.2 Umur
Menurut Proiyoto (2014) Semakin tua Umur Seseorang maka pengalaman

akan bertambah sehinmgga akan meningkatkan pengetahuannya akan suatu

objek. Sedangkan menurut Hurloc yang dikutip oleh Wawan (2011).

Semakin cukup umur, timgkat kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat

seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari seseorang yang belum tinggi

kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan

jiwa.

2.3.3 Pekerjaan
a. Pengertian Pekerjaan
Pekejaan adalah sesuatu yan dilakukan untuk mencai nafkah

pencaharian (Prayoto, 2014).

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam, pekerjaan adalah

keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber


22

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah

banyak tantanggan. Sedangkam bekerja umumna merupakan kegiatan

yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh

terhadap kehidupan keluarga.

b. Alasan pekerjaan
Dewasa ini perempuan mendapat kesempatan bekerja yang semakin

terbuka. Alas an yang mendasar seseorang perempuan untuk memeliki

pekerjaan tidak sama antara satu dengan ang lain. Alas an yang umum

dijumpai adalah karena kebutuha keuangan untuk memeprkaya

pengalama dan pengetahuan pribadi, hasrat berprestasi (Prayoto,

2014).
c. Jenis pekerjaan
Jenis-jenis pekerjaan menurut (Prayoto, 2014) antara lain:
1. Supervised (terbimbing) tingkatan awal dengan 0-2 tahun

pengalaman , membutuhkan pengawasan dan petunjuk dalam

pelaksanaan tugas .
2. Moderately supervised, tugas kecil dapat dikerjakan oleh mereka

tetapi tetap mbutuhkan bimbingan untuk tugas yang lebih besar, 3-

5 tahun pengalaman.
3. Independent (mandiri), memulai tugas tidak membutuhkan

bimbingan dalam pelaksanaan tugas


d. Faktor-faktor pekerjaan menurut Prayoto (2014) :
1. Kemahiran, pengetahuan dan keperluan

pekerjaan dari aspek pendidikan, mental, pengalaman dan latihan.


2. Usaha berbentuk usaha mental, penumpuan

tentang kerja secara fisikal/manual


3. Tanggung jawab pekerjaan terhadap aspek

kewenagan lahan, penyediaan.

2.3.4 Sosial Ekonomi


23

Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik,

kesehatan dan pendidikan. Perempuan yang berasal dari

golongan ekonomi rendah cenderung pasrah dan mampu

beradaptasi dengan baik. Saat mengalami menopause.

Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajiban yang

dimiliki seseorang dalam masyarakatnya (Ralph Linton).

Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan

ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat

dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah.

Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik,

kesehatan dan pedidikan. Apabila faktor-faktor tersebut

cukup baik, akan menguranngi beban fisiologis, psikologis.

2.3.5 Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah sejumlah fakta dan teori yang

memungkinkan seseorang untuk memecahkan masalah

yang dihadapinya baik yang diperoleh dari pengalaman

langsung maupun pengalaman orang lain. Menurut

(Notoatmodjo ,2010), Pengetahuan adalah hasil tahu dari

manusia yang sekedar menjawab What misalnya apa

air, apa manusia, apa alam dan sebagainya.

Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa

sesuatu itu hasil tahu dari manusia yang sekedar

menjawab pertanyaan (Prayoto, 2014)


24

b. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) tingkatan pengetahuan

mempunyai enam tingkatan yaitu :


1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya. Atau

dapat diartikan kemampuan mengingat tentang suatu

materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk

diantaranya mengingat kembali terhadap suatu yang

spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.


2) Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang

diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek

atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap suatu objek yang dipelajari. Dan dapat

diartikan kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat

menginteprestasikan materi secara benar. Harus dapat


25

menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya.


3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

ataupun kondisi riil (sebenarnya). Penerapan dapat

diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi

lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan

materi atau suatu objek kedalam komponen-

komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lain.Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambar

(membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.


5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu

kemampuan untuk melaksanakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi yang ada. Misalnya dapat

menyusun, merencanakan, meringkaskan,


26

menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori

atau rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi atau objek.Penilaian-penilaian itu berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Menurut

Arikunto (2010) tingkat pengetahuan di bagi menjadi

tiga yaitu :
1. Tingkat pengetahuan baik
Tingkat pengetahuan baik adalah tingkat

pengetahuan dimana seseorang mampu

mengetahui, memahami, mengaplikasi,

menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi.

Tingkat pengetahuan dapat dikatakan baik jika

seseorang mempunyai 76% - 100% (Arikunto,

2010)
2. Tingkat pengetahuan cukup
Tingkat pengetahuan cukup adalah tingkat

pengetahuan dimana seseorang mengetahui,

memahami, tetapi kurang mengaplikasi,

menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi.

Tingkat pengetahuan dapat dikatakan sedang jika

seseorang mempunyai 56% - 75% pengetahuan.

(Arikunto, 2010).
27

3. Tingkat pengetahuan kurang


Tingkat pengetahuan kurang adalah tingkat

pengetahuan dimana seseorang kurang mampu

mengetahui, memahami, mengaplikasi,

menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi.

Tingkat pengetahuan dapat dikatakan kurang jika

seseorang mempunyai < 56% pengetahuan.

(Arikunto, 2010).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Faktor internal pengetahuan meliputi :
1. Pengalaman
Pengalaman adalah keseluruhan atau totalitas

pengamatan yang tersimpan dalam ingatan dan

digabungkan dengan suatu harapan akan masa

depan sesuai dengan apa yang telah diamati pada

masa lampau. Pengalaman diperoleh dari orang lain

atau diri sendiri, hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

(Notoatmodjo, 2010).
2. Usia
Usia adalah suatu ukuran yang menempatkan

seseorang dalam urutan perkembangannya, dengan

bertambahnya usia seseorang semakin matang pula

seseorang dalam berfikir, sehingga akan lebih mudah

memperoleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

3. Intelegensia
28

Pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan,

penyesuaian diri dan cara-cara pengambilan

keputusan. Individu yang berintelegensia tinggi akan

banyak berpartisipasi (Notoatmodjo, 2010)


4. Jenis kelamin
Jenis kelamin, terutama berkaitan dengan perilaku

model, bahwa individu melakukan modeling sesuai

dengan jenis seksnya. Dalam proses konseling, faktor

modeling ini sangat penting dalam upaya

pembentukan tingkah laku baru (Notoatmodjo,

2010).

Faktor eksternal pengetahuan meliputi :


1. Sosial budaya
Kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai-

nilai dan penggunaan sumber didalam suatu

masyarakat akan menghasilkan pola hidup.

Kebudayaan dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang karena pola hidup yang ada di masyarakat

itu akan memberikan suatu gambaran seseorang

melakukan tindakan (Notoatmodjo, 2010).

2. Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang paling dominan

karena lingkungan manusia mengadakan interaksi

dalam proses kehidupannya baik dalam lingkungan

fisik, psikologis sosial budaya, dimana kondisi


29

tersebut sangat dipengaruhi oleh perilaku individu,

keluarga, kelompok, norma adat istiadat yang

berlaku di masyarakat (Efendi, 2009).


3. Informasi
Semakin banyak informasi yang diterima seseorang

maka semakin banyak pula orang tersebut

memperoleh pengetahuan. Informasi adalah data

yang telah diubah melalui proses pekerjaan statistik

yang secara potensial dapat menambah

pengetahuan bagi peneliti atau pemakai (Effendy,

2009).

4. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu sikap, usaha untuk

memperoleh pengetahuan melalui pendidikan formal

maupun informal. Makin tinggi tingkat pendidikan

seseorang makin mudah menerima informasi

sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki, stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2010).

5. Status sosial ekonomi


Berpengaruh terhadap tingkah laku individu yang

berasal dari keluarga dengan status ekonomi baik,

dimungkinkan lebih memiliki sikap positif

memandang diri dan masa depannya dibandingkan

dengan keluarga yang sosial ekonominya rendah

(Notoatmodjo, 2010).
30

d. Cara memperoleh pengetahuan


Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo

yang dikutip olehh Wawan (2011) yaitu:


1) Cara tradisional atau non ilmiah
Diperoleh untuk memperoleh kebenaran pengetahuan

cara ini meliputi:


1. Cara coba salah (Trial and Error)

Cara paling tradisional yang digunakan manusia untuk

memperoleh pengetahuan dalam waktu yang cukup

lama untuk memecahkan berbagai masalah dan bila

kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba

kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat

dipecahkan.

2. Cara kekuasaan atau otoritas

Yaitu pengetahuan yang diperoleh otoritas atau

kepuasan baik tradisi, otoritas pemerintah, agama,

maupun ahli ilmu kebenarannya berdasarkan fakta atau

berdasarkan penalaran sendiri. Metode ini berpendapat

bahwa pemegang otoritas seperti pemimpin

pemerintah, tokoh agama, maupun ahli ilmu

pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme

yang sama di dalam penemuan pengetahuan sehingga

orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh

orang yang mempunyai otoritas tanpa menguji terlebih


31

dahulu atau membuktikan kebenarannya baik

berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

3. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Kemampuan

untuk menyimpulkan pengetahuan, aturan dan

membuat prediksi berdasarkan observasi adalah

penting untuk pola penalaran manusia.Upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2) Cara modern atau cara ilmiah

Pendekatan yang paling tepat untuk materi suatu

kebenaran karena didasari pada pengetahuan yang

terstruktur dan sistematis serta dapat mengumpulkan

dan menganalisa data yang didasarkan pada prinsip

rehabilitas dan reabilitas. Perlu adanya kombinasi yang

logis dengan mendekatkan induktif maupun deduktif

mampu menciptakan suatu pemecahan masalah lebih

akurat dan tepat. Cara baru atau modern dalam

memperoleh pengetahuan lebih sistematis, logis dan

ilmiah (Notoatmodjo, 2010)


32

2.3.6 Pengukuran Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2010) pengukuran pengetahuan

dapat dilakukan dengan wawancara dan kuesioner yang

menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Hal ini tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut :
a. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan

untuk mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan

keterangan secara lisan dari seseorang sasaran

penelitian (responden) atau bercakap-cakap berhadapan

muka dengan orang tersebut (face to face). Wawancara

merupakan pembantu utama dari metode observasi.

Gejala-gejala sosial yang tidak dapat terlihat atau

diperoleh melalui observasi dapat digali melalui

wawancara ( Notoatmodjo, 2010).

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari

terwawancara (Arikunto, 2010). Wawancara bukanlah

sekedar angka lisan saja, sebab dengan wawancara

peneliti akan dapat memperoleh kesan langsung dari

responden, menilai kebenaran yang dikatakan oleh

responden, membaca mimik dari responden,

memberikan penjelasan pernyataan tidak dimengerti


33

oleh responden, memancing jawaban bila jawaban

macet.

Beberapa jenis wawancara, meliputi : Wawancara tidak

terpimpin (non directive or unguided interview),

wawancara terpimpin dan wawancara bebas terpimpin.

Wawancara tidak terpimpin di sini diartikan tidak ada

pokok persoalan yang menjadi fokus dalam wawancara

tersebut. Sehingga dalam wawancara ini pertanyaan-

pertanyaan yang dikemukakan itu tidak sistematis,

melompat-lompat dari atau peristiwa atau topik ke topik

atau peristiwa yang lain tanpa berkaitan. Interview ini

hanya cocok sebagai suatu teknik pengumpulan data

guna memperoleh data-data khusus yang mendalam,

yang tidak dapat diperoleh dengan wawancara terpimpin

(Notoatmodjo, 2010).

Wawancara terpimpin (structured or interview), interview

jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman

berupa kuesioner yang telah disiapkan masak-masak

sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner

tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mencakup

variabel-variabel yang berkaitan dengan hipotesisnya.

( Notoatmodjo, 2010).

Wawancara bebas terpimpin merupakan kombinasi dari

wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin.


34

Meskipun terdapat unsur kebebasan, tetapi ada

pengaruh pembicaraan secara tegas dan mengarah. Jadi

wawancara jenis ini mempunyai ciri fleksibilitas

(keluwesan) dan arah yang jelas. Oleh karena itu sering

dipergunakan untuk menggali gejala-gejala kehidupan

psychis antropologis, misalnya latar belakang suatu

keyakinan, motivasi dari suatu perbuatan, harapan-

harapan, dan unsur-unsur terpendam lainnya yang

bersifat sangat pribadi (Notoatmodjo, 2010).

b. Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang disusun

secara tertulis dalam rangka pengumpulan data suatu

penelitian. Kuesioner merupakan laporan diri pribadi,

pengetahuan, pendapat, sikap maupun keyakinan

responden dari adanya fakta-fakta yang terjadi dalam

masyarakat (misalnya terhadap program kesehatan,

perilaku kesehatan, persepsi masalah kesehatan)

(Nursalam, 2010).

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden

dalam arti laporan tentang pribadinya. (Arikunto, 2010).

Kuesioner ini menjadi sangat penting apabila peneliti

ingin meneliti pendapat atau sikap umum dalam suatu

masyarakat. Melalui kuesioner, peneliti dapat


35

mengumpulkan data yang diperlukan dari bermacam-

macam responden dengan waktu yang cukup pendek

dan dana yang kecil. Namun kuesioner mempunyai sifat

yang kaku dan kuesioner kadang-kadang mengungkap

jawaban yang dipengaruhi keinginan pribadi, unsur-unsur

yang tidak perlu dan yang dikontruksi seperti logis dan

rasional. (Nursalam, 2009).

Pengetahuan dapat digolongkan menjadi:


1) Baik jika skore jawaban 76%-100%
2) Cukup jika skore jawaban 56%-75%
3) Kurang baik jika skore jawaban <56% (Arikunto, 2010)

2.4 Penelitian Terkait


Penelitian Yustina (2013), yang berjudul Tingkat

pengetahuan ibu tentang Kontrasepsi Suntik di Puskesmas

Sido Mulyo Lampung Selatan, didapatkan hasil bahwa dari 40

responden diketahui 29 responden (72,5%) berpengetahuan

baik, 10 responden (25%) berpengetahuan cukup baik dan 1

responden (2,5%) berpengetahuan kurang baik.

2.5 Kerangka Teori


Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan untuk

mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (diamati) yang berkaitan

dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk mengembangkan

kerangka konsep penelitian (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan teori yang

telah diuraikan sebelumnya maka kerangka teori dalam penelitian ini adalah :

Gambar 2.1
Kerangka Teori
36

Faktor faktor yang menyebabkan


tingginya akeptor KB suntik KB suntik
1. Pengetahuan
2. Pendidikan
3. umur
4. Sosial ekonomi
5. Pekerjaan
6.

Sumber : Priyoto (2014)

2.6 Kerangka Konsep


Berdasarkan uraian di atas, disusun kerangka konsep

penelitian adalah sebagaiberikut :

Variabel Independent

Variabel Dependent

Pengetahuan
Ibu
Pendidikan Ibu KB suntik

Pekerjaan Ibu

2.7 Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara peneliti,

petokan duga, atau dalil sementara, yang kebenaranya akan

dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melalui

pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini dapat

benar dan salah, dapat diterima atau ditolak (Notoatmodjo,

2012). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


a. Ha = Ada hubungan antara pengetahuan dengan tingginya akeptor KB

suntik di BPS Rini Wati, amd.Keb desa Mincang, Talang Padang

Kabupaten Tanggamus Tahun 2015.


37

b. Ha = Ada hubungan antara pendidikan dengan tingginya akeptor KB

suntik di BPS Rini Wati, Amd.Keb desa Mincang, Talang Padang

Kabupaten Tanggamus Tahun 2015.


c. Ha = Ada hubungan antara pekerjaan dengan tingginya akeptor KB

suntik di BPS Rini Wati, amd.Keb desa Mincang, Talang Padang

Kabupaten Tanggamus Tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai