LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA I
Oleh :
Kelompok 8
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
April 2016
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
A. TUJUAN
Dapat menentukan berat molekul zat non elektrolit melalui penurunan titik
beku larutan, dan menentukan persentase kesalahan penentuan berat molekul zat non
elektrolit melalui penurunan titik beku larutan.
B. DASAR TEORI
Bobot molekul dapat ditentukan melalui beberapa metode di antaranya
metode kenaikan titik didih (ebullioscopic), metode penurunan titik beku
(cryoscopic), dan hipotesis Avogadro. Penentuan bobot molekul menggunakan
metode cryoscopic memiliki kelebihan dibandingkan dua metode lainnya. Bobot
molekul melalui metode cryoscopic lebih tepat dibandingkan bobot molekul
melalui metode ebullioscopic. Hal ini disebabkan penurunan titik beku larutan
lebih besar dibandingkan kenaikan titik didihnya. Penurunan titik beku yang
relatif besar memudahkan dalam pengamatan perbedaan titik beku. Tidak seperti
dalam hipotesis Avogadro, zat terlarut dalam metode cryoscopic tidak perlu
berada dalam fasa uap. Zat terlarut dalam fasa uap diperlukan untuk mengetahui
massa jenis gas dari zat terlarut tersebut. Penentuan bobot molekul melalui
metode cryoscopic ditentukan dari hubungan berat pelarut, berat zat terlarut, dan
konstanta cryoscopic serta penurunan titik beku. Hubungan tersebut dituliskan
dalam persamaan penurunan titik beku yang perumusannya berdasarkan atas
kondisi encer suatu larutan. Pada larutan encer, titik beku larutan memliki
perbedaan yang kecil. Oleh karena itu, pada penentuan bobot molekul dengan
menggunakan metode cryoscopic digunakan pendekatan penurunan titik beku
sama dengan nol. Bobot molekul yang benar akan diperoleh saat penurunan titik
beku mencapai nilai nol melalui cara ekstrapolasi. Ekstrapolasi ini memerlukan
plot antara data bobot molekul melawan data penurunan titik beku. Data
penurunan titik beku merupakan data perbedaan titik beku antara pelarut dengan
larutan dari berbagai konsentrasi.
Titik beku merupakan kesetimbangan antara tekanan uap cair dan tekanan
uap padatannya. Sehingga temperatur tekanan uap cair sama dengan tekanan uap
padatannya. Titik beku pelarut yang ditambahkan dengan zat terlarut akan lebih
rendah dari pada zat pelarut murni. Hal ini disebabkan zat pelarutnya harus
membeku terlebih dahulu, baru zat terlarutnya. Sehingga setiap larutan akan
memiliki titik beku yang berbeda-beda. Penurunan titik beku sama halnya seperti
penurunan tekanan uap sebanding dengan konsentrasi dari fraksi molnya.
Penurunan titik beku larutan sebanding dengan jumlah partikel zat terlarut dalam
sejumlah tertentu pelarut. Oleh karena itu, jumlah molekul atau ion terlarut dalam
jumlah yang sama pelarut akan menghasilkan penurunan titik beku dengan nilai
yang sama pula. Berdasarkan hal ini, dapat dikatakan bahwa penurunan titik beku
yang disebabkan oleh satu mol zat non elektrolit adalah sama, tanpa
memperhatikan jenis zat terlarutnya, asalkan jenis dan pelarutnya sama.
Penurunan titik beku yang diakibatkan oleh satu mol partikel zat terlarut dalam
satu Kg pelarut disebut penurunan titik beku molal, yang digunakan sebagai
tetapan untuk penentuan berat molekul zat terlarut. Jika g gram zat terlarut
mempunyai berat molekul M terlarut dalam p gram pelarut, menghasilkan
penurunan titik beku sebesar Tf, dan tetapan penurunan titik beku molal Kf, maka
berat molekul zat terlarut tersebut dapat dihitung menggunakan persamaan :
g x 1000 x Kf
Mm=
P.T f
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
1. Satu set peralatan pengukuran penurunan titik beku
2. Neraca
3. Gelar arloji
2. Bahan
1. Aquades
2. Zat non elektrolit (urea)
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ditimbang massa beaker glass dan tabung reaksi besar
4. Disiapkan bejana yang sudah diberi es, dan dimasukkan tabung reaksi yang
berisi pelarut ke dalamnya
8. Dilarutkan urea ke dalam tabung reaksi yang sudah diisi air, dan dimasukkan
dalam bejana yang berisi es
10. Diperhatikan es dalam bejana dan dibubuhkan sedikit demi sedikit NaCl
E. DATA PENGAMATAN
Suhu ()
Waktu (Menit)
Percobaan 1 Percobaan 2
1 BT BT
2 BT BT
3 BT BT
4 BT BT
5 BT BT
6 BT 5,03
7 BT 3,83
8 BT 3,13
9 BT 2,70
10 BT 2,30
11 5,12 1,61
12 4,38 2,86
13 3,67 2,87
14 3,06 2,87
15 2,41 2,87
16 1,87 2,88
17 1,51 2,88
18 2,53 2,88
19 2,71 2,88
20 2,88 2,88
21 2,88 -
22 2,87 -
23 2,87 -
24 2,87 -
25 2,87 -
Suhu (C)
Waktu (menit)
Percobaan 1 Percobaan 2
1 BT BT
2 BT BT
3 BT BT
4 BT BT
5 6,04 BT
6 4,97 BT
7 3,95 BT
8 3,23 BT
9 2,54 5,77
10 1,95 5,17
11 1,58 4,95
12 1,08 4,52
13 1.79 4,24
14 1,86 3,97
15 1,86 3,68
16 1,86 3,29
17 1,86 2,88
18 1,86 2,42
19 - 2,23
20 - 1,92
21 - 1,84
22 - 1,80
23 - 1,78
24 - 1,76
25 - 1,73
26 - 1,68
27 - 1,67
28 - 1,65
29 - 1,62
30 - 1,58
31 - 1,57
32 - 1,54
33 - 1,45
34 - 1,43
35 - 1,39
36 - 1,31
37 - 1,24
38 - 1,00
39 - 0,87
40 - 0,48
41 - 0,28
42 - Kurang dari 0
43 - Kurang dari 0
44 - Kurang dari 0
45 - Kurang dari 0
46 - Kurang dari 0
47 - Kurang dari 0
48 - Kurang dari 0
49 - Kurang dari 0
50 - Kurang dari 0
F. ANALISA DATA
Massa tabung reaksi besar + gelas beaker = 187,98 g
Tf = 1 oC
Mm p Tf
massa urea=
1000 Kf
g
60 48,54 g 1
mol
massa urea
1000 1,86
mol
2912,4
massa urea= =1,565 g
1860
Jadi, massa urea yang ditimbang sebesar 1,565 g
Data data yang diperoleh pada praktikum yang sudah dilakukan dapat
antara suhu dan waktu pada pendinginan pelarut dan hubungan antara suhu dan
waktu pada pendinginan larutan sehingga didapat Tf pelarut dan Tf larutan
3
Suhu oC
2
0
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu (menit)
1 BT
2 BT
3 BT
4 BT
5 6,04
6 4,97
7 3,95
8 3,23
9 2,54
10 1,95
11 1,58
12 1,08
13 1.79
14 1,86
15 1,86
16 1,86
17 1,86
18 1,86
Dari data diatas dapat diperoleh garfik hubungan antara suhu dan waktu
pada pendinginan larutan
4
Suhu oC
3
0
4 6 8 10 12 14 16 18 20
Waktu (menit)
Tujuan dari percobaan ini adalah dapat menentukan berat molekul zat non
elektrolit melalui penurunan titik beku larutan dan menentukan persentase
penentuan berat molekul zat non elektrolit melalui penurunan titik beku larutan.
Percobaan ini dilakukan dengan cara pendinginan pada pelarut dan juga larutan,
kemudian dilakukan pengukuran temperatur titik beku pelarut dan larutan. Dari
data eksperimen diperoleh Titik beku pelarut 2,8oC. Untuk mengukur titik beku
larutan, ditambahkan zat terlarut (urea) sebesar 1,565 gram ke dalam pelarut (air)
sehingga diperoleh titik beku larutan sebesar 1,8 oC.
Tf =T f 0 Tf
2,8 1,8
m 1000
Tf = Kf
Mm p
m 1000 Kf
Mm=
p Tf
1,565 g 1000 1,86
mol
Mm=
46,44 g 1
g
2910,90
mol
46,44 g
62,68 g /mol
% Eror = |
massa teoritismassa eksperimen
massa teoritis | x 100
| |
g g
60 62,68
mol mol
100
= g
60
mol
0.044
H. DAFTAR PUSTAKA
I. JAWABAN PERTANYAAN
Dari data diatas dapat diperoleh garfik hubungan antara suhu dan waktu
pada pendinginan pelarut
6
3
Suhu oC
2
0
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu (menit)
1 BT
2 BT
3 BT
4 BT
5 6,04
6 4,97
7 3,95
8 3,23
9 2,54
10 1,95
11 1,58
12 1,08
13 1.79
14 1,86
15 1,86
16 1,86
17 1,86
18 1,86
Dari data diatas dapat diperoleh garfik hubungan antara suhu dan waktu
pada pendinginan larutan
4
Suhu oC
3
0
4 6 8 10 12 14 16 18 20
Waktu (menit)
Tf =T f 0 Tf
2,8 1,8
1,565 g 1000 1,86
mol
Mm=
46,44 g 1
g
2910,90
mol
46,44 g
62,68 g /mol