Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Darah adalah suatu cairan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang berfungsi
sebagai alat pengangkut yaitu, mengambil oksigen dari

paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh, mengangkut karbondioksida dari


jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru, mengambil zat

makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh jaringan tubuh,
mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk

dikeluarkan melalui kulit dan ginjal, sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit,
menyebarkan panas ke seluruh tubuh

Pada tubuh orang dewasa sehat terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau empat
sampai lima liter. Bila terjadi kehilangan darah dalam

jumlah banyak dan waktu singkat akibat perdarahan, pembedahan ataupun komplikasi dari
melahirkan, yang paling mendesak adalah mengganti cairan

yang hilang dengan segera. Transfusi sel darah merah dapat menjadi penting karena akan
mengembalikan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.

Berdasarkan latar belakang di atas, dirasa perlu dibuat suatu sistem pencatatan dan pelaporan
persediaan darah yang meliputi penerimaan darah dan

penggunaan darah di RSUD Taman Husada Bontang untuk menghindari kesalahan-kesalahan


dalam penulisan, menghindari terjadinya mal praktek yang

dilakukan oleh oknum tertentu serta menghasilkan data yang cepat dan akurat.

1.3 Tujuan Prosedur Transfusi darah di RSUD Taman Husada Bontang

1.3.1 Tujuan Umum

Membuat pencatatan dan pelaporan persediaan darah RSUD Taman Husada Bontang

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Membuat form identitas darah masuk.


2. Membuat form penggunaan darah.

3. Membuat report penerimaan darah per bulan.

4. Membuat report penggunaan darah per bulan

5. Membuat report penerimaan darah per semester

6. Membuat report penggunaan darah per semester.

7. Membuat report peneriman darah per tahun.

8. Membuat report penggunaan darah per tahun.

9. Membuat report penggunaan bahan habis pakai.

10. Membuat formulir pengeluaran darah.

11. Membuat tabel persediaan darah.

1.4 Manfaat

1. Memberikan kemudahan bagi petugas dalam pencatatan darah masuk

dan darah keluar.

2. Memberikan kemudahan bagi petugas dalam pembuatan tabel laporan.

Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari seseorang (donor)
kepada orang lain (resipien). Transfusi bertujuan

mengganti darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock,
mempertahankan daya tahan tubuh terhadap infeksi.

Untuk mengantisipasi kebutuhan darah, dibentuk Unit Transfusi Darah kabupaten / kota
bertugas menyediakan darah yang layak untuk digunakan

dan Bank darah di Rumah Sakit sebagai unitdistribusi darah. Darah yang layak diberikan
kepada pasien adalah darah yang telah lulus uji saring dan cocok

dengan daraah pasien. Dalam setiap pelayanan di Bank Darah mulai dari pengambilan sempel
darah sampai dengan pemberian darah kepada pasien

dilakukan pencatatan.
1.2 Kegiatan transfusi darah di Rumah Sakit Umum Proklamasi

Pencatatan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam pelayanan penggunaan darah
di RS Umum Proklamasi. Data ini perlu untuk memantau

perkembangan pasien yang menggunakan darah. Pencatatan yang tidak lengkap


mengakibatkan laporan yang kurang akurat dan menjadikan kegiatan

pelaporan menjadi suatu kegiatan yang membosankan karena banyaknya data yang harus
ditulis oleh katena keterbatasan pasilitas dan SDM, maka di RSU

Proklamasi belum dapat dibentuk Bank darah RS, meskipun demikian pelayanan transfusi
darah tetap terlaksana dan terrealisasi di RS

BAB II

RUJUKAN

A. Dasar hukum Upaya Transfusi darah di Indonesia

Undang-undang Kesehatan No.36 tahun 2009 sudah mengakomodir pelayanan darah


sekaligus mengakomodir PP no.18 tahun 1980 yang sudah lama

digunakan dalam kegiatan transfusi darah. Sampai sekarang aturan yang ada PP No.18/1980
yang berbunyi: Pelaksana Pelayanan Transfusi darah di
Indonesia diamanatkan kepada PMI atau badan lain yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
Jadi untuk daerah yang tidak ada UTD PMI boleh saja RS atau

badan lain yang ditunjuk oleh Menkes.

a. Pelayanan Darah

Pasal 86

(1) Pelayanan darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan darah
manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan

tidak untuk tujuan komersial.

(2) Darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari pendonor darah sukarela yang
sehat dan memenuhi kriteria seleksi pendonor dengan

mengutamakan kesehatan pendonor.

(3) Darah yang diperoleh dari pendonor darah suka rela sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sebelum digunakan untuk pelayanan darah harus

dilakukan pemeriksaan laboratorium guna mencegah penularan penyakit.

Pasal 90

(1) Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan pelayanan darah yang aman, mudah
diakses, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

(2)Pemerintah menjamin pembiayaan dalam penyelenggaraan pelayanan darah.

(3) Darah dilarang diperjualbelikan dengan dalih apa pun.

Pasal 91

(1) Komponen darah dapat digunakan untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan melalui proses pengolahan dan produksi.

(2) Hasil proses pengolahan dan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat satu ( 1 )
dikendalikan oleh Pemerintah.

Pasal 92
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan darah diatur dengan Peraturan Pemerintah.

B. Bank Darah Rumah Sakit

I. Fungsi bank darah Rumah Sakit

Sebagai penyimpanan darah dan pendistribusiannya pada pasien melalui petugas

rumah sakit.

a. Darah aman bagi pasien

Pasien tidak tertular penyakit infeksi melalui tranfusi darah

28

Pasien tidak mendapatkan kompolikasi seperti :

- Ketidak cocokan golongan darah

b. Aman bagi donor

Donor tidak tertular penyakit infeksi melalui tusukan jari / vena.

Donor tidak mengalami komplikasi setelah menyumbangkan darah, seperti :

- Kekurangan darah

- Mudah sakit / sering sakit

c. Aman bagi petugas

Petugas tidak tertular penyakit infeksi melalui darah

- Melalui luka kecil ditangan

- Tertusuk jarum pengambilan darah sewaktu menutup kelmali jarum

Pasal 87

(1) Penyelenggaraan donor darah dan pengolahan darah dilakukan oleh Unit Transfusi Darah.

(2) Unit Transfusi Darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau organisasi sosial
yang tugas pokok dan fungsinya di bidang kepalangmerahan.

28

Pasal 88

(1) Pelayanan transfusi darah meliputi perencanaan, pengerahan pendonor darah, penyediaan,
pendistribusian darah, dan tindakan medis pemberian

darah kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

(2) Pelaksanaan pelayanan transfusi darah dilakukan dengan menjaga keselamatan dan
kesehatan penerima darah dan tenaga kesehatan dari

penularan penyakit melalui transfusi darah.

Pasal 89

Menteri mengatur standar dan persyaratan pengelolaan darah untuk pelayanan transfusi
darah.

Lingkungan kerja tidak tercemar oleh darah yang merupakan bahan potensial infeksi

- Melaui alat pakai ulang yang tidak didesinfektan ( seperti gunting )

II. Tugas bank darah rumah sakit

a...1. Menerima darah dari UTD ( unit transfusi darah ) sudah diuji saring terhadap IMLTD

a...2. Menyimpan darah

a...3. Melakukan uji cocok serasi darah pada pasien

a...4. Menyerahkan darah yang cocok untuk pasien pada petugas rumah sakit ( Perawat )

III. Kompetensi petugas Bank darah rumah sakit

28

Petugas bank darah rumah sakit harus mengetahui, mampu dan terampil melaksanakan :
a...1. Penyimpan darah

a...2. Penyampaian / distribusi darah, termasuk uji cocok serasi

IV. Pengetahuan dasar yang diperlukan petugas bank darah rumah sakit

a...1. Teknologi tranfusi darah

a...2. Serologi golongan darah / immunohematologi

a...3. Kendali mutu

a...4. Pencatatan dan pelaporan

V. Bank Darah Rumah Sakit

a...1. Berlokasi di Rumah Sakit

a...2. Dikelola oleh rumah sakit

Upaya untuk memenuhi syarat penyimpanan

1..1) Mencegah pembekuan darah

1..2) Menyediakan bahan untuk metabolisme sel darah

1..3) Menekan metabolisme

2. Pengawet / pelindung darah

1) Pengawet darah terdiri dari :

Antikoagulan : sitrat

Bahan bahan untuk metabolisme sel

28
2) Pengawet darah dalam penyimpanan bentuk cair :

ACD : Acid Citric Dextrose

CPD : Citric- Phosphate- Dextrse

CPD-A : Citric Phosphote Dextrose Adenine

Lama simpan darah lengkap berdasarkan jenis pengawet darah

Jenis pengawet Lama simpan

ACD

CPD

CPD-A

21 hari

21 Hari

35 Hari

Sitrat sebagai antikoagulan

Mempertahankan dara tetap dalam keadaan cair dengan mengikat kalsium ( Ca

2+

) dalam darah

Aman bagi manusia

Efek samping keracuanan terjadi bila konsentrasi tinggi dengan gejala

Semutan sekitar mulut

Rasa tertekan pada diafragma akibat dari :

Turunnya kadar kalsium ( Ca

2+

) darah

Peran kalsium dalam metabolisme pembekuan darah

INTRINSIK EKTRINSIK
28

XII XII a

III Tromboplasma

XI XI a VIIa VII

IX IX a

X Xa

Kalsium, Trombosit, V

Ket : IIProtrombin Prombin

: aksi

: Tranformasi Fibrinogen Fibrin (Jaringan )

XIII

Fibrin ( Padat )

28

C. Penyimpanan Darah

1..1.1. Syarat penyimpanan darah invitro

Sel darah harus tetap hidup selama disimpan invitro

Sel darah harus tetap berfungsi setelah di tranfusikan pada respiren

Metabolisme invitro
1) Ada keseimbangan antara :

Produksi dan destruksi

Sintesa dan pemecahan ( protein dll )

a...2.B.2) Sel darah memerlukan energi

a...2.B.3) Untuk mendapatkan energi perlu metabolisme

a...2.B.4) Metabolisme memerlukan bahan

a...2.B.5) Tidak ada keseimbangan antara :

Produksi dan destruksi

Sintesa dan pemecahan

a...2.B.6) Hanya ada destruksi tanpa produksi

a...2.B.7) Sel darah memerlukan energi

a...2.B.8) Untuk mendapatkan energi perlu metabolisme

a...2.B.9) Metabolisme memerlukan bahan

28

Netralisasi sitrat

Dengan memberikan kalsium glukonas 10%

10 ml untuk dewasa

4-8 ml untuk bayi

Keracunan dapat terjadi pada :

Transfusi banyak dan cepat

Transfusi pada pasien dengan gangguan hati

Transfusi tukar pada bayi 5 ml / unit

Menekan metabolisme
Darah / komponen darah disimpan pada suhu rendah

Suhu 4

C : Metabolisme 1/40 x

Metabolisme pada suhu 37

Suhu 196

C : Metabolisme 0

28

3. Suhu simpan darah

Masing masing komponen mempunyai suhu simpan optimal

Suhu simpan optimal harus terus dijaga ( cold chain )

Monitoring suhu simpan tiap 4 6 jam ( baca dan catat )

Dua cara penyimpanan darah

Penyimpanan dalam bentuk cair

Penyimpanan dalam bentuk beku

4. Alat penyimpanan darah

Blood Bank Refrigerator 4

C2

0
C

Freezer - 30

Platelet incubator 22

C2

Penempatan alat penyimpan darah

Ditempat aman

Tidak terkena sinar matahari langsung

Ada jarak dari tembok

Alur listrik / stop kontak tersendiri

28

Alat transfortasi darah

Blood transporter ( luar RS )

Kotak khusus darah ( dalam RS )

5. Cara penyimpanan darah ( DL/WB, DMP/PRC )

Kantong darah diletakan berdiri diatas penopang kantong darah

Darah yang baru diletakan dibagian belakang

Darak dikocok / dibalik-balik secara teratur

Pengeluaran darah sistim FIFO


Cara menyimpan trombosit Pekat

Horizontal di atas rak bergoyang dalam inkubator 22

C2

Tidak ditumpuk

Cara transportasi darah

Suhu waktu transportasi sama dengan suhu simpan optimal

Pakai pendingin

Termometer maksimal minimal

28

Kemasan

1/3 bagian atas kantong

Hindari kontak langsungt darah dengan bahan pendingin

6. Perubahan selama penyimpanan darah invitro

Perubahan daya hidup / viability sel darah

Eritrosit

Trombosit

Leukosit

Perubahan kimiawi

Perubahan kadar adenosine triphosphat ( ATP )

Penurunan kadar 2,3 diphospho gliserate ( 2,3 DPG )


Perubahan pH darah

Penurunan faktor pembekuan labil

Peningkatan Hb plasma

Peningkatan amoniak

Peningkatan asam laktat

28
Suhu simpan komponen darah dalam benruk cair

Suhu Jenis komponen

4
0

C2

Darah lengkap

Darah merah pekat ( PRC )

Plasma

22

C2

Trombosit pekat

Leukosit pekat

Suhu simpan komponen darah dalam benruk beku

Suhu Jenis komponen

- 18

C - 30

Plasma segar beku

Kriopresipitat

- 85

0
C

Darah merah Pekat

Sel induk darah ( stem cell )

- 196

C Sel induk darah ( stem cell )

Catatan suhu simpan darah

Ditempel di setiap alat penyimpanan darah

Diisi secara teratur

Disimpan 1 ( satu ) tahun

Contoh : Blood Bank Refrigator I

No 1 2 3

1 Jam 08

28
Suhu

0
C5

Petugas A

2 Jam 12

Suhu

C4

Petugas A

Daya hidup ( viability ) eritrosit

Daya hidup eritrosit menurun sebanding dengan masa simpan

Masa simpan Sel musnah

Waktu penyadapan

2 minggu dalam ACD

4 minggu dalam ACD

15%

10%

25%

Patokan masa simpan eritrosit

% eritrosit hidup 24 jam post tranfusi minimal 70%

Daya hidup trombosit

Daya hidup trombosit menurun sebanding dengan masa simpan, tergantung suhu simpan

Daya hidup trombosit pada suhu simpan 4

C2
0

C lebih buruk dari pada suhu simpan 22

C2

Daya hidup leukosit

Daya hidup leukosit menurun cepat sebanding masa simpan

Masa simpan Perubahan

48 jam

72 jam

Bentuk berubah

Fungsi hilang

28

Akibat penurunan kadar ATP

Hilangnya lipid membran sel

Berkurangnya elastisitas sel

Perubahan bentuk sel ( dari bentuk bikonkaf menjadi bulat )

Akibat penurunan 2,3 DPG

Daya ikat oksigen pada molekul Hb menjadi lebih kuat

Darah segar

Mengandung trombosit, faktor pembekuan labil ( V, VIII ) yang masih cukup untuk
terjadinya pembekuan
Hanya dipakai untuk pasien :

Kekurangan eritrosit dengan gangguan pembekuan darah secara bersamaan

Setelah transfusi masif

Transfusi tukar

Darah baru

Mengandung cukup 2,3 DPG

Rendah kalium ( K

Rendah amoniak

Untuk pasien :

28

Yang memerlukan resusitasi / oksigenasi jaringan yang cepat

Penyakit ginjal

Penyakit hati

Darah simpan
Mengandung eritrosit

Untuk pasien :

Kekurangan eritrosit

D. Pemberian komponen darah

1. Transfusi komponen darah

1.1)Transfusi sel darah merah

Jenis Darah Perlakuan

Darah Lengkap

Darah merah

pekat

Dibawa dari bank darah ke ruang rawat

dengan kotak kemas darah yang dapat

menjaga suhu 4

C ( insulated

box )

Periksa keadaan kantong darah dan keadaan

darah

Berikan dalam waktu 30 menit setelah

dikeluarkan dari refrigerator

28
Tidak perlu dihangatkan

Transfusikan tidak lebih dari 4 jam

DMP miskin

leukosit

Darah lengkap

segar

1.2) Transfusi sel darah merah

Darah perlu dihangatkan pada

Transfusi banyak dan cepat

Dewasa : lebih dari 50 ml/kg/jam

Anak : lebih dari 15 ml/kg/jam

Transfusi tukar pada bayi

Pasien dengan aglutinia dingin yang klinis bermakna

Menghangatkan darah dalam selang transfusi menuju tubuh pasien

Tidak menghangatkan darah dalam kantong

Pelepasan oksigen kejaringan menjadi berkurang

Darah dengan 2,3 DPG rendah tidak menambah oksigen jaringan walaupun kadar Hb naik
28

Peningkatan kalium ( K

Karena sel tidak mampu mempertahankan K

dalam sel

Disertai masuknya natrium ( Na

) beserta air kedalam sel

Darah dengan kalium plasma tinggi kurang tepat untuk penderita penyakit ginjal

Peningkatan amoniak plasma

Disebabkan oleh penghancuran /destruksi protein

Darah dengan amoniak plasma yang tinggi kurang tepat untuk penderita penyakit hati

Peningkatan asam laktat plasma dan penurunan pH darah

Karena penumpukan asam laktat sebagai hasil akhir proses glikolitik dalam eritrosit

Bertambahnya asam menyebabkan turunnya pH darah

Peningkatan Hb plasma
Disebabkan oleh bertambahnya eritrosit yang lisan selama penyimpanan

Macam darah menurut lama simpan

Macam Lama Simpan Patokan

Darah segar 48 jam Trombosit dan faktor

pembekuan labil

Darah baru s/d 5 hari 2,3 DPG

Darah simpan s/d tanggal

kadaluarsa

Eritrosit

Darah dihangatkan dengan alat khusus penghangat darah (blood warmer)

Menghangatkan darah dalam selang transfusi menuju tubuh pasien

28
Tidak menghangatkan darah dalam kantong

3) Transfusi trombosit

Jenis komponen Perlakuan

Trombosit pekat

( random donor )

Dibawa dari bank darah ke ruang

rawat dengan kotak kemas darah

yang dapat menjaga suhu 22

C ( insulated box )

Periksa keadaan kantong darah

dan keadaan komponen

didalamnya

Berikan segera setelah

dikeluarkan dari penyimpanan

Transfusikan tidak lebih dari 20

menit

Trombosit pekat

( single donor )
28

Gunakan blood transfusion set/slang transfusi dengan filter standar ( 170-200U )

Ganti selang transfusi setelah 12 jam

Pada hawa panas ganti slang transfusi lebih sering atau setiap setelah 4 kantong darah bila
ditransfusi kurang dari 12 jam

Jangan memasukan obat kedalam kantong darah

Pantau pasien transfusi 15 menit pertama, kemudian setiap 1 jam

Catat pada lembar kerja tindakan transfusi

4. Efek samping transfusi komponen darah

Jenis komponen Hasil

Trombosit pekat Urtikari, menggigil, demam, alloimunisasi

antigen trombosit

Leukosit pekat Bila ada urtikari, menggigil, demam

perlambat transfusi

Plasma segar beku Urtikaria, menggigil, demam, hipervolemia

Plasma donor tunggal

kriopresipitat Demam, alergi


5. Evaluasi hasil transfusi

Satu ( 1 ) jam post transfusi ambil sempel darah pasien untuk evaluasi peningkatan
komponen darah yang ditransfusi

28

BAB III

KEBIJAKAN TRANSFUSI DARAH

A. Rekomendasi pemakaian darah

Pemberian/ penggunaan darah hanya dilakukan apabila ada indikasi medik, memakai
komponen darah yang dibutuhkan dalam jumlah dan waktu yang

tepat.

Penentuan jenis pengolahan darah yang akan ditransfusikan kepada pasien


haruslah atas permintaan dokter yang menangani pasien dengan

memperhatikan rasionalitas pemakaian darah.

Penggunaan darah dan komponen darah secara rasional yang merupakan Rekomendasi Unit
Pengkajian Tehnologi Kesehatan Dirjen Yanmedik

Departemen Kesehatan RI:

1. Rekomendasi transfusi sel darah merah:

- Transfusi sel darah merah diindikasikan pada kaadar Haemoglobin (Hb)<7 g/dl,
terutama pada anemia akut.

- Bila pasien asimptomatik dan/ atau ada terapi spesifik lainnya yang lebih tepat, batas kadar
Hb yang lebih rendah dapat diterima, misalnya anemia

hemolitik autoimun dapat diterapi dengan steroid (Rekomendasi A)

- Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10 g/dl apabila ditemukan
tanda-tanda hipoksia atau hipoksemia yang ditemukan secara

klinis (contohnya gangguan kesadaran) dan laboratorium.(Rekomendasi C)


28

4) Transfusi plasma segar beku 9 FFP ) dan kriopresipitat

Jenis komponen Perlakuan

Plasma segar beku

( FFP )

Dicairkan di bank darah

Dibawa dari bank darah ke

ruang rawat dengan kotak

kemas darah yang dapat

menjaga suhu 4

0
2

( insulated box )

Periksa keadaan kantong

darah dan keadaan

komponen didalamnya

Berikan segera setelah

dicairkan di bank darah

Transfusikan tidak lebih

dari 20 menit

Kriopresipitat ( AHF )

5) Mencairkan FFP / Kriopresipitat

Dicairkan pada suhu 37

Menggunakan alat :

Pemanas air ( waterbath )

Alat pencair plasma secara kering (dried thawing)

2. Cara transfusi komponen darah

28

Cocokkan identitas pada formulir penyerahan darah dengan identitas pada kantong darah

Identifikasi pasien dengan benar


Cocokkan identitas pasien dengan identitas pada kantong darah ( oleh 2 perawat )

- Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb 10 g/dl, kecuali bila ada indikasi tertentu,
misalnya penyakit yang membutuhkan kapasitas
transport oksigen lebih tinggi (Contoh: Penyakit Paru Obstruktf berat dan penyakit jantung
iskemik berat. (Rekomendasi A).
- Transfusi pada neonatus dengan gejala hipoksia dilakukan pada kadar Hb 11 g/dl, bila
tidak ada gejala hipoksia batas ini dapat
diturunkan hingga 7g/dl (seperti anemia pada bayi premature).
- Jika terdapat penyakit jantung atau paru atau yang sedang membutuhkan suplementasi
oksigen batas untuk memberi transfusi darah
adalah Hb 13 g/dl. (Rekomendasi C)
2. Rekomendasi transfusi Trombosit:

- Pengobatan pada perdarahan akibat trombositopenia dengan hitung trombosit <50.000/L


atau pada perdarahan mikrovaskuler difus dengan hitung

trombosit< 100.000/L. (Rekomendasi C)

- Profilaksis dilakukan pada pasien yang menjalani operasi, prosedur invasive atau setelah
transfusi massif dengan hitung trombosit < 50.000/L

(Rekomendasi C).

- Profilaksis juga diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi trombosit yang mengalami
perdarahan (Rekomendasi C).

- Pada kasus DBD dan KID supaya merujuk pada penatalaksanaan masing-masing
(Rekomendasi C).

28

BAB IV

ALUR KEGIATAN TRANSFUSI DARAH DI RSU PROKLAMASI

I. Permintaan darah
1) Perawat mengisi formulir PMI, dokter menandatangani dan mengisi kebutuhan darah
( jumlah ) dan jenis darah yang dibutuhkan.

2) Perawat mengambil sempel darah pasien yang akan ditransfusi.

3) Perawat menyerahkan sempel dan formulir PMI yang sudah lengkap ( diisi ) ke
laboratorium serta mengisi buku permintaan darah yang ada di

laboratorium.

4) Laboratorium konfirmasi ke PMI untuk kebutuhan darah yang dibutuhkan oleh pasien di
rumah sakit.

II. Pengambilan darah

1) Laboratorium, mencari kurir yang akan berangkat ke PMI.

2) Orang rumah sakit ( kurir ) ke PMI dengan membawa formulir dan sempel darah, serta
membawa blood transpoter.

III. Pengeluaran darah

1) Laboratorium konfirmasi keperawat, persediaan darah sudah ada

2) Laboratorium mencocokana identitas pasien yang ada pada formulir penyerahan darah
dengan identitas pada kantong darah.

3) Perawat mengisi buku untuk pengambilan darah dan mencocokan identitas pasien dengan
identitas yang ada pada kantong darah

4) Perawat membawa darah dari laboratorium dengan menggunakan insulated box

IV. Pemberian darah

1) Cocokkan identitas pada formulir penyerahan darah dengan identitas pada kantong darah

28

2) Identifikasi pasien dengan benar

3) Cocokkan identitas pasien dengan identitas pada kantong darah ( oleh 2 perawat )

4) Gunakan blood transfusion set / slang transfusi dengan filter standar ( 170 200 U )
5) Ganti selang transfusi setelah 12 jam

6) Pada hawa panas ganti slang transfusi lebih sering atau setiap setelah 4 kantong darah bila
ditransfusi kurang dari 12 jam

7) Untuk transfusi sel darah merah ( darah lengkap, darah merah pekat, darah lengkap segar )
tidak perlu dihangatkan dan diberikan tidak lebih dari 4

jam ( 15 tts / menit )

8) Untuk transfusi trombosit , berikan segera setelah dikeluarkan dari penyimpanan dan
sebelum diberikan harus digoyangkan dulu / di kocok, dan

diberikan tidak lebih dari 20 menit ( 13 tetes/menit ).

9) Jangan memasukan obat ke dalam kantong darah

10) Pantau pasien transfusi 15 menit pertama, kemudian setiap 1 jam.

11) Catat pada lembar kerja tindakan transfusi

- Pada Kasus trombositopenia karena penyebab khusus (Contoh: Anemia Aplastik, ITP)
pemberian transfusi thrombosit mengacu pada protocol

khusus.

3. Rekomendasi transfusi plasma segar beku (Fresh Frozen Plasma=FFP)

- Mengganti defisiensi factor koagulasi dan factor inhibitor koagulasi baik yang didapat atau
bawaan bila tidak tersedia konsentrat factor spesifik atau

dalam bentuk kombianasi (Rekomendasi C).

28

- Untuk mengobati perdarahan secara cepat akibat gangguan hemostasis yang mengancam
jiwa pada terapi warfarin (Rekomendasi C)

- Untuk mengobati perdarahan akibat gangguan koagulasi pasca trasfusi massif atau operasi
by pass jantung atau pada pasien dengan penyakit hati.

(Rekomendasi C).
4. Rekomendasi transfusi Kriopresipitat

- Profilaksis pada pasien dengan defisiensi fibrinogen yang akan menjalani prosedur invasive
atau terapi pada perdarahan. (Rekomendasi C)

- Pasien dengan hemophilia A dan penyakit von Willebrand dengan perdarahan atau yang
tidak responsive terhadap pemberian desmopresin asetat atau

yang akan menjalani pembedahan (Rekomendasi C).

28

BAB V

PENUTUP

Darah adalah suatu cairan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang berfungsi
sebagai alat pengangkut yaitu, mengambil oksigen dari paru-paru

untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh, mengangkut karbondioksida dari jaringan untuk
dikeluarkan melalui paru-paru, mengambil zat makanan dari usus

halus untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh jaringan tubuh, mengeluarkan zat-zat yang
tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal,

sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit, menyebarkan panas ke seluruh tubuh.

Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari seseorang (donor)
kepada orang lain (resipien). Transfusi bertujuan mengganti

darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock, mempertahankan daya
tahan tubuh terhadap infeks

BAB I
DEFINISI
I. Pengertian Transfer
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang perawatan/ ruang
tindakan lain didalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau memindahkan pasien dari satu
rumah
sakit ke rumah sakit lain (antar rumah sakit).
II. Tujuan Transfer pasien
Tujuan dari manajemen transfer pasien adalah:
- Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan berdedikasi tinggi.
- Agar proses transfer/ pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan lancar serta
pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien serta sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan
III. Tujuan penyusunan buku pedoman
a.i.1. Panduan ini mengatur untuk melakukan transfer pasien baik dalam rumah sakit atau
antar Rumah Sakit
a.i.2. Sebagai acuan pelaksana

BAB II
RUANG LINGKUP
Transfer pasien didalam rumah sakit terdiri dari:
- Transfer pasien dari IGD ke IRI, Kamar Operasi
- Transfer pasien dari IRJ ke IRI,Kamar Operasi
- Transfer pasien dari IRI ke Kamar Operasi
- Transfer pasien dari Kamar Operasi ke IRI
- Transfer pasien dari IGD, IRI ke Ruang Radiologi
Transfer pasien antar rumah sakit terdiri dari:
- Transfer pasien dari RS Amal Sehat Wonogiri ke RS lain atau sebaliknya
- Transfer pasien dari RS Amal Se
BAB III
TATALAKSANA TRANSFER PASIEN
I. Pengaturan Transfer
1. RS Amal Sehat Wonogiri memiliki suatu tim transfer yang terdiri dari dokter dr IGD/ dr
ruangan, PPJP, perawat yang kompeten dalam merawat pasien, petugas medis, dan petugas
ambulans. Tim ini yang berwenang untuk memutuskan metode transfer mana yang akan
dipilih.
2. Berikut adalah metode transfer yang ada di RS Amal Sehat Wonogiri.
a. Layanan Antar-Jemput Pasien: merupakan layanan / jasa umum khusus untuk pasien RS
Amal Sehat Wonogiri dengan tim transfer dari petugas IGD, di mana tim tersebut akan
mengambil / menjemput pasien dari rumah/ rumah sakit jejaring untuk dibawa ke RS Amal
Sehat Wonogiri.
b. Tim transfer local: RS Amal Sehat Wonogiri memiliki tim transfernya sendiri dan
mengirimkan sendiri pasiennya ke rumah sakit lain, tetapi bila tim transfer dan faslitas
transfer di RS Amal Sehat Wonogiri sedang tidak siap, maka transfer dilakukan dengan
menggunakan jasa tim transfer dari ambulan gawat darurat RS LAIN
3. RS Amal Sehat Wonogiri mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi, dan transfer untuk
pasien-
pasien dengan sakit berat / kritis; tanpa terkecuali.
4. Dokter senior / spesialis (DPJP) yang bertanggungjawab dalam tim transfer pasien harus
siap
5. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus dipertimbangkan dengan matang
karena transfer berpotensi mengekspos pasien dan personel rumah sakit akan risiko bahaya
tambahan, serta menambah kecemasan keluarga dan kerabat pasien.
6. Pertimbangkan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer. Jika risikonya lebih besar,
sebaiknya jangan melakukan transfer.
7. Dalam transfer pasien, diperlukan personel yang terlatih dan kompeten, peralatan dan
kendaraan khusus.
8. Pengambil keputusan harus melibatkan DPJP/ dokter senior (biasanya seorang konsultan)
dan dokter ruangan.
9. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama dokter yang mengambil
keputusan (berikut gelar dan biodata detailnya), tanggal dan waktu diambilnya keputusan,
serta alasan yang mendasari.
10. Terdapat 3 alasan untuk melakukan transfer pasien keluar RS Amal Sehat Wonogiri, yaitu:
a. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesialistik lebih lanjut
a.i. Ini merupakan situasi emergensi di mana sangat diperlukan transfer yang efisien
untuk tatalaksana pasien lebih lanjut, yang tidak dapat disediakan RS Amal sehat
Wonogiri
a.ii. Pasien harus stabil dan teresusitasi dengan baik sebelum ditransfer.
a.iii. Saat menghubungi jasa ambulan, pasien dapat dikategorikan sebagai tipe transfer
gawat darurat, (misalnya ruptur aneurisma aorta. juga dapat dikategorikan sebagai
tipe transfer gawat, misalnya pasien dengan kebutuhan hemodialisa.
b. Transfer antar rumah sakit untuk alasan non-medis(misalnya karena ruangan penuh,
fasilitas kurang mendukung, jumlah petugas rumah sakit tidak adekuat)
b.i. Idealnya, pasien sebaiknya tidak ditransfer jika bukan untuk kepentingan mereka.
b.ii. Terdapat beberapa kondisi di mana permintaan / kebutuhan akantempat tidur/
ruang rawat inap melebihi suplai sehingga diputuskanlah tindakan untuk
mentransfer pasien ke unit / rumah sakit lain.
b.iii. Pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan aspek etika, apakah akan
mentransfer pasien stabil yang telah berada / dirawat di unit intensif rumah sakit
atau mentransfer pasien baru yang membutuhkan perawatan intensif tetapi
kondisinya tidak stabil.
b.iv. Saat menghubungi jasa ambulan, pasien ini dapat dikategorikan sebagaitipe
transfer gawat.
c. Repatriasi / Pemulangan Ke

sedia 24 jam untuk mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan transfer pasien sakit berat /
kritis antar-rumah sakit.
II. Keputusan Melakukan Transfer
1. Lakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien.
2. Awali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan transfer, kemudian lakukan
stabilisasi
pre-transfer dan manajemen transfer.
3. Hal ini mencakup tahapan: evaluasi, komunikasi, dokumentasi / pencatatan, pemantauan,
penatalaksanaan, penyerahan pasien antar ruangan dalam rumah sakit maupun ke rumah
sakit rujukan / penerima, dan kembali ke RS Amal Sehat Wonogiri.
4. Tahapan yang penting dalam menerapkan proses transfer yang aman: edukasi dan
persiapan.

c.i. Transfer hanya boleh dilakukan jika pasien telah stabil dan kondisinya dinilai cukup
baik untuk menjalani transfer oleh DPJP/ dokter senior / konsultan yang
merawatnya.
c.ii. Pertimbangan akan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer harus dipikirkan
dengan matang dan dicatat.
c.iii. Jika telah diputuskan untuk melakukan repatriasi, transfer pasien ini haruslah
menjadi prioritas di rumah sakit penerima dan biasanya lebih diutamakan
dibandingkan penerimaan pasien elektif ke unit ruang rawat. Hal ini juga membantu
menjaga hubungan baik antar-rumah sakit.
c.iv. Saat menghubungi jasa ambulan, pasien ini biasanya dikategorikan sebagai tipe
transfer elektif.
11. Saat keputusan transfer telah diambil, dokter yang bertanggung jawab/ dokter
ruanganakan
menghubungi unit / rumah sakit yang dituju.
13. Dalam mentransfer pasien antar rumah sakit, tim transfer RS Amal Sehat Wonogiri
(DPJP/ PPJP/ dr ruangan) akan menghubungi rumah sakit yang dituju dan melakukan
negosiasi dengan unit yang dituju. Jika unit tersebut setuju untuk menerima pasien
rujukan, tim transfer RSRP harus memastikan tersedianya peralatan medis yang
memadai di rumah sakit yang dituju.
14. Keputusan final untuk melakukan transfer ke luar RS Amal Sehat Wonogiridipegang oleh
dokter senior / DPJP/ konsultan rumah sakit yang dituju.
15. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan keluarga mengenai
perlunya dilakukan transfer antar rumah sakit, dan mintalah persetujuan tindakan transfer.
16. Proses pengaturan transfer ini harus dicatat dalam status rekam medis pasien yang
meliputi: nama, jabatan, dan detail kontak personel yang membuat kesepakatan baik di
rumah sakit yang merujuk dan rumah sakit penerima; tanggal dan waktu dilakukannya
komunikasi antar-rumah sakit; serta saran-saran / hasil negosiasi kedua belah pihak.
17. Personel tim transfer harus mengikuti pelatihan transfer; memiliki kompetensi yang
sesuai; berpengalaman; mempunyai peralatan yang memadai; dapat bekerjasama
dengan jasa pelayanan ambulan, protokol dan panduan rumah sakit, serta pihak-pihak
lainnya yang terkait; dan juga memastikan proses transfer berlangsung dengan aman dan
lancar tanpa mengganggu pekerjaan lain di rumah sakit yang merujuk
18. Pusat layanan ambulan harus diberitahu sesegera mungkin jika keputusan untuk
melakukan transfer telah dibuat, bahkan bila waktu pastinya belum diputuskan. Hal ini
memungkinkan layanan ambulan untuk merencanakan pengerahan petugas dengan lebih
efisien.
III. Stabilisasi sebelum transfer

Anda mungkin juga menyukai