PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea ke-empat tercantum
1
pelayanan kesehatan, pelayanan perumahan, pengadaan perpustakaan
sama bertujuan untuk perkembangan optimal bagi siswa yaitu; (1) Bidang
sendiri dengan informasi tentang kesempatan kerja yang ada secara tepat dan
Hastuti, 2004)
Sejalan dengan hal tersebut masih banyak tugas guru Bimbingan dan
siswa yang merupakan masa remaja, masa peralihan dimana perubahan secara
fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock, 2003).
2
seksual yaitu alat alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan mulai
berfungsi dengan baik (Sarwono, 2004). Masa remaja ini sering disebut
dengan masa badai dan penuh tekanan dimana masa ini remaja akan mudah
yang cepat.
Karena hal tersebut, remaja sering sekali melakukan prilaku menyimpang
yang merugikan dirinya dan orang lain. Prilaku yang paling sering terjadi
perasaan orang lain. Hal ini disebut dengan agresi verbal. Apabila dibiarkan
terus berlanjut, tentu saja dapat berujung pada perkelahian atau serangan fisik
depresi.
Sesuai dengan hasil perhitungan dari instrumen non-tes DCM (Daftar Cek
Masalah) yang telah disebar pada kelas VIII.8 SMPN Negeri 4 Kendari pada
tanggal 18 Mei 2016 ditemukan data bahwa dari 30 lembar DCM yang
pada masalah kehidupan sosial mengenai merasa hal yang dikatakan sering
tidak sesuai dengan norma. Dari hasil tersebut dilakukan wawancara bebas
3
memang banyak didapati siswa yang sering berkata kasar seperti memaki
masalah tersebut. Treatment yang akan diberikan apabila dilihat dari jumlah
untuk model penerapannya apabila dilihat dari sifat masalah yang merupakan
salah persepsi atau cara pandang siswa yang salah terhadap suatu hal yang
yang akan diberikan yaitu berupa konseling kelompok dengan model kognitif
behavioristik.
Dari uraian diatas maka peneliti menarik judul untuk penelitian ini yaitu
SMPN 4 Kendari?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan proposal ini yaitu:
Untuk mengetahui pengaruh Penerapan Konseling Kelompok dengan Model
SMPN 4 Kendari.
D. Manfaat Penelitian
4
Adapun manfaat dari penelitian ini berupa sumbangsih ilmu pengetahuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Agresi
1. Pengertian Agresi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agresi adalah perasaan
mencapai pemuasan atau tujuan yang dapat diarahkan kepada orang atau
benda.
Menurut Buss (dalam Morgan, 1989), perilaku agresi adalah suatu
5
membahayakan individu-individu atau objek-objek yang menjadi sasaran
perilaku tersebut baik (secara fisik atau verbal) dan langsung atau tidak
langsung.
sebuah bentuk tindak kekerasan melalui verbal atau non-verbal yang bisa
saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang
mungkin nyata-nyata salah atau mungkin juga tidak dan saat marah
6
3) Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan
bermusuhan.
c. Kesenjangan generasi.
Adanya perbedaan atau jurang pemisah (gap) antara remaja dengan
penguatan.
2) Anonimitas, bahwa terlalu banyak rangsangan indra dan kognitif
terjadi pada siang hari diterik panas matahari, tapi bila musim
7
yang berujung pada bentrokan dengan petugas keamanan yang
biasa terjadi pada cuaca yang terik dan panas tapi bila hari diguyur
hujan aksi tersebut juga menjadi sepi. Hal ini sesuai dengan
agresi.
e. Peran belajar model kekerasan
Anak-anak dan remaja banyak belajar menyaksikan adegan
bertema kekerasan.
f. Frustrasi
Remaja miskin yang nakal adalah akibat dari frustrasi yang
berperilaku agresi.
g. Proses pendisiplinan yang keliru
Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras
tidak ramah dengan orang lain, dan membenci orang yang memberi
8
a. Kondisi pribadi remaja yaitu kelainan yang dibawa sejak lahir baik
tata cara disiplin yang terlalu kaku atau norma-norma pendidikan yang
kurang diterapkan.
3. Jenis-Jenis Agresi
Myers (dalam Sarwono, 2002) membagi agresi dalam dua jenis,
yaitu agresi rasa benci atau agresi marah (hostile aggression) dan agresi
Agresi rasa benci atau agresi marah (hostile aggression) adalah ungkapan
kemarahan dan ditandai dengan emosi yang tinggi dimana perilaku agresi
ini adalah tujuan agresi itu sendiri. Akibat dari agresi ini tidak dipikirkan
oleh pelaku dan pelaku memang tidak peduli jika akibat perbuatannya
9
Agresi instrumental (instrumental aggression) pada umumnya
tidak ada hubungan pribadi. Agresi disini hanya merupakan sarana untuk
benda ataupun orang atau ide yang dapat menjadi alat untuk
secara verbal. Agresi verbal ini dapat berupa kata-kata kotor atau
terhadap stimulus yang luas baik berupa objek hidup maupun objek
yang mati.
d. Agresi emosional, yaitu: agresi yang dilakukan semata-mata sebagai
pelampiasan marah dan agresi ini sering dialami orang yang tidak
10
atau kemarahan, tetapi agresi ini hanya sebagai keinginan-keinginan
terletak pada perbedaan antara menyakiti fisik (tubuh) orang lain dan
sedangkan agresi langsung berarti kontak face to face dengan orang yang
diserang dan agresi tidak langsung terjadi tanpa kontak dengan orang
yang diserang
Kombinasi dari ketiga dimensi ini menghasilkan suatu framework
11
Tindakan agresi fisik yang dilakukan individu/kelompok dengan
individu/kelompok lain
f. Perilaku Agresi Verbal Aktif Tak Langsung
Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok
12
Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok
Biologi
1) Teori Naluri
Freud dalam teori Psikoanalisis klasiknya mengemukakan
bahwa agresi adalah satu dari dua naluri dasar manusia. Naluri
agresi atau tanatos ini merupakan pasangan dari naluri seksual atau
adalah proses tertentu yang terjadi otak dan susunan saraf pusat.
13
jumlah testosteron meningkat sejak usia 25 tahun. Produksi
14
Teori kognitif ini memusatkan proses yang terjadi pada kesadaran
terhadap sumber agresi secara verbal. Agresi verbal ini dapat berupa kata-
menderita.
Berkowitz (2003 dalam Kurniawati 2014) mendefinisikan perilaku
agresif verbal sebagai bentuk perilaku atau aksi agresif yang diungkapkan untuk
menyakiti orang lain, perilaku agresif verbal dapat berbentuk umpatan, celaan,
dll)
15
b. Terus menerus memberi komentar menghina tentang pakaian,
mencemooh
e. Membesar-besarkan atau terus-menerus mengingatkan akan
perkataan yang bisa atau berpotensi menimbulkan rasa sakit hati terhadap
orang lain.
yang meremehkan.
16
e. Melupakan. Orang sewajarnya sesekali lupa, tapi pelaku kekerasan
pasangannya.
17
d. Persepsi yang salah akibat kurang informasi yang menganggap bahwa
C. Konseling Kelompok
1. Pengertian Konseling Kelompok
Menurut Aqib (2013) Konseling kelompok (group counseling)
suatu proses antar pribadi yang dinamis, yang terpusat pada pemikiran
18
mendukung. Semua ciri terapeutik itu diciptakan dan dibina dalam suatu
atau para klien adalah orang yang pada dasarnya tergolong orang normal,
tujuan hidup, serta untuk belajar dan/atau menghilangkan suatu sikap dan
prilaku tertentu.
bersama.
Konselor harus memenuhi sejumlah syarat yang menyangkut:
a. Pendidikan akademik yaitu konselor merupakan lulusan strata S1
19
(2) Memahami orang lain; dan (3) kemampuan berkomunikasi dengan
orang lain.
c. Keterampilan berkomunikasi dengan orang. Dalam Winkel (2004),
dalam bentuk pernyataan atau dalam bentuk kalimat tanya atau dalam
pandangan demi penyesuaian diri yang lebih baik; dan fase penutup.
20
Interpretasi; (17) Konfrontasi; (18) Diagnosis; (19) Dukungan; (20)
beberapa teknik tambahan yang perlu dikuasai oleh konselor yaitu: (1)
dari pihak teman dan menampakkan gejala menjadi terlalu gelisah; (3)
konstruktif.
3. Syarat Konseling Kelompok di pihak Konseli
Keberhasilan konseling juga bergantung pada peran konseli yang
21
ungkapan yang lain, minta penjelasan atas suatu pernyataan, dan
22
Kelompok konseli dalam fase ini harus ikut berpikir, memandang,
Bila proses konseling belum selesai dan waktu untuk pertemuan kali
ini sudah habis, konselor meringkas apa yang sudah dibahas bersama,
berikutnya.
23
seminggunya, dan durasinya antara 60 sampai 90 menit setiap
pertemuan.
dua jam menjadi tidak kondusif, karena beberapa alasan, yaitu: (1)
cenderung diulang-ulang.
Cautela, dan Baron (1977), dan Ellis (1977) menekankan peranan dari
lebihmenjadipendengaryangsensitifdanempatikketikamendengarkan
masalahkonseli.Hubunganyangdemikianakanmemudahkankonselor
dankonselingsebagaipetunjuk,konselormencarisecaradetailinformasi
mengetahuibagaimana,kapan,dansituasiketikamasalahituterjadi.
24
Pada saat konseling, seorang konselor yang menggunakan
pendekatankognitifbehavioralsangatjarangmenggunakankatakenapa
sepertikenapakamucemassebelumujian?ataukenapakamumerasa
stressaatbekerja?.Biasanyaseorangkonselorlebihsukamenggunakan
memahamifaktoryangmenjadiintidarimasalahkonseli.
Tugas konselor kognitifbehavioral adalah membantu konseli
untukbertindakbakilmuwandalammenemukanvaliditaspetaataumodel
pribadinya,danmembuatpilihanberkenaandenganelemenmanayang
mendapatkankesepakatanperilakusasarandengankonseli.Teknikyang
biasadigunakanadalah:
a. Menantangkeyakinanirasional
b. Membingkai kembali isu; misalnya menerima kondisi emosional
menakutkan
c. Mengulangkembalipenggunaanberagampernyataandiridalamrole
playdengankonselor
d. Mencobapenggunaanberbagaipernyataandiriyangberbedadalam
situasiriil
e. Mengukurperasaan;misalnyadenganmenempatkanperasaancemas
yangadasaatinidalamskala0100
f. Menghentikan pikiran. Ketimbang membiarkan pikiran cemas atau
25
menghentikan mereka dengan cara seperti menyaber karet ke
pergelangantangan.
3. Teknik Treatment
a. Operant Conditioning
Terdapat2prinsipdalamOperantConditioningyaitubagaimana
memodifikasitingkahlaku.Penggunaanteknikoperankondisidapat
lingungantempatmasalahkonseliterjadi.
Jika konseli merasakan adanya koneksi yang positif dengan
konselor,makadiaakanmenerimaapayangdiarahkanolehkonselor.
akanmenggunakantekniktersebutbiasanyadalambentukverbal
b. Desentitazion
TerdapatempatlangkahdalammelaksanakanmetodeSystematic
Desensitization(SD),yaitu:
1) Memberikankepadakonselirasionalisasi
2) Relaksasitraining
3) Konselor dan konseli bekerjasama dalam membangun bayangan
tentanghierarkidarikecemasan
4) Desensitizationproper
SalahsatujenisdariSDadalah invivodesensitization.Jenisini
26
hierarkikecemasan.Pada invivodesensitization,konselormemegang
penuhdalampenangananhierarkikecemasankonseli.
c. Flooding
Flooding adalah kebalikan daripada Systematic Desensitization.
JikaSDmenekankankepadaminimalisasikecemasan,makaFlooding
menekankankepadapemaksimalisasiankecemasan.Salahsatubentuk
digunakanuntukmenghadapiAgoraphobics.
Flooding adalah salah satu metode yang potensial danmemiliki
tingkat resiko yang tinggi. Jika metode ini dilakukan oleh seorang
konselimengalamistres.
d. AssertivenessdanSocialSkillTraining
Ketika konselor sedang melakukan konseling kepada seorang
konselikadangkadangmerekaseganuntukmenunjukkanekspresinya
danmerekatidakmenjadidirimerekayangsebenarnya.Dalamhalini
keahlianseorangkonselorbehaviorkognitifdiuji.Salahsatustrategi
yangseringdigunakanadalahbehaviorrehearsal.Strategiiniberupa
berpengaruhterhadapkonseli.
e. ParticipantModeling
Participant modeling efektif jika digunakan untuk menolong
mengalamiketakutansosial(socialphobia)
27
Terdapat beberapa langkah yang diperlukan untuk dapat
mengajarkankepadakonseliteknikrelaksasisepertimengambilnafas
yangdalam.Langkahkeduakonselordanklienberjalanbersamadan
diataskonselorhendaknyamelakukandukunganyangpositifkepada
setiapperilakukonselidengancarapujian
f. SelfControlProcedures
Metode Selfcontrol bertujuan untuk membantu konseli
mengontroldirinyasendiri.Metodeselfcontrolmenegaskanbahwa
menggunakanpengendaliansecaraefektifdalamkondisimengalami
lingkunganterdapatpenguatanjangkapanjangsecaranatural.
Terdapattigalangkahbagiandalamselfcontorlprocedures,yaitu:
1) Memintakonselisecaratelitimemerhatikankebiasaannya
2) Memintakejelasantarget/tujuanyangingindicapai
3) Melaksanakantreatment
g. ContingencyContracting
Contingencycontractingadalahbentukdarimanagemenbehavioral
perilakuyangtidakdapatdihindariterbentuk.Konselordankonseli
bekerjasamauntukmengidentifikasiperilakuyangperludirubah.Saat
penilaian,konselordankonselmemutuskansiapayangmemberikan
penguatandandanberupaapapenguatantersebut.
28
Treatmentdapatberlangsungdenganmenggunakankonselisendiri
atauoranglain.Penguatandapatdiberikansetiaptujuanperilakuyang
perilakuyangtidakdiinginkanmuncul.
h. CognitiveRestructuring
Cognitiverestructuringberbedadenganmetodeyanglainkarena
MeichenbaumdanDeffenbachermenjelaskan cognitionsmaybein
theformofcognitiveevents,cognitiveprocesses,cognitivestructures,
orallthese.Peristiwakognitifdapatberupaapayangkonselikatakan
merekasadaridanrasakan.Proseskognitifberupaprosespemrosesan
informasi.Strukturkognitifberupaanggapandankepercayaantentang
dirinyasendiridanduniayangberhubungandengandirinya.
E. Penelitian Relevan
Penelitian oleh Thrisia Febrianti (2014) Pengaruh Layanan Konseling
Kelompok Terhadap Prilaku Agresif Siswa Kelas VII 1 di SMP Negeri 3 Kota
29
Vii-F Smpn 1 Ngunut Tulungagung menunjukkan bahwa konseling kognitif
F. Kerangka Berpikir
Kerangka pikir:
yang dimiliki siswa. Siswa merupakan remaja dimana remaja dikenal sebagai
masa transisi atau masa badai. Dikatakan demikian dikarenakan pada masa
tersebut emosi belum stabil maka rentan akan prilaku menyimpang. Salah
satu prilaku menyimpang yaitu berkata kasar atau agresi verbal. Jika hal
percaya diri pada korban, perasaan tidak berdaya, kecemasan, sulit bergaul
bahkan hingga depresi. Maka dari itu peneliti akan melakukan penelitian
treatment tersebut akan dilihat perbedaan prilaku agresi verbal sebelum dan
30
Siswa
Siswa
Siswa
Remaja Masa Transisi
Siswaatau badai
Rentan prilaku menyimpang
Siswa Siswa
Siswa Siswa
Siswa Siswa
Berkata Kasar
(agresi Verbal)
Siswa
Siswa
Siswa
Perkelahian
Pre-Test
Siswa
Pembullyan Skor awal Siswa
Siswa Siswa
Gambar 1. Kerangka Pikir
Siswa perbandingan
Treatment
HilangSiswa
percaya diri
Konseling Kelompok
Siswa
G. Hipotesis Penelitian Model Kognitif Behavioristik
Siswa Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam
TidakSiswa
berdaya
penelitian ini adalah:
Siswa
H0 : Konseling kelompok model kognitif behavioristik tidak dapat
Siswa
Siswa
kecemasan mengatasi prilaku agresi verbal siswa kelas VIII.8 SMPN 4
Kendari Post-Test
Ha : Konseling kelompok model kognitif behavioristik
Siswa dapat
Sulit Bergaul Siswa
Siswa mengatasi prilaku agresi verbal siswa kelas VIII.8 SMPN 4
Skor akhir Siswa
Siswa Kendari
Depresi
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
31
BAB III
METODE PENELITIAN
yaitu selama tiga bulan dari awal bulan Januari 2017 hingga Maret 2017
dengan rincian waktu pada 2 minggu awal bulan Januari dilakukan pre-test
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen
treatment post-test pada penelitian ini. Pre-test merupakan tes awal yang
32
Adapun tes yang diberikan merupakan instrumen non tes yaitu angket
yang disusun sesuai dengan masalah dan treatment pada penelitian ini yang
verbal yang lebih tinggi yang akan disaring dengan instrumen angket melalui
siswa tersebut akan ditetapkan sebagai subjek penelitian yang akan diberikan
Kendari.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi atau menjadi
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang
instrumen penelitian, yaitu alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
33
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah. Jenis instrumen penelitian yaitu angket (skala Likert) yang harus
empat macam jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai
Skala Likert.
F. Analisis Data
Teknik analisa data digunakan teknik uji Wilcoxon signed rank test untuk
menguji hipotesis. Dengan teknik tersebut, akan dilihat ada atau tidak perbedaan
34
butir angket yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Adapun alat untuk mengukur validitas dan realibilitas angket akan
35