Anda di halaman 1dari 5

Hutan Pantai merupakan suatu kawasan atau area pantai yang ditumbuhi oleh

berbagai macam tumbuhan, biasanya adalah pohon-pohon besar. Kawasan ini berada di atas
garis pasang tertinggi. Daerah pantai berpasir yang tidak terkena pengaruh abrasi biasanya
dijumpai dua zona atau formasi, yaitu formasi Pescaprae dan formasi Barringtonia. Formasi
Pescaprae didominasi oleh tumbuhan yang merayap. Selanjutnya formasi yang ada di
belaknagnya adalah formasi Barringtonia yang disebut-sebut sebagai vegetasi hutan pantai.
Pada hutan pantai kami menemukan pohon manting dengan ukuran yang sangat besar
tumbuh di dekat sumber air yang ada di dalam hutan. Pada plot yang di lakukan di hutan
pantai diketahui terdapat lima pohon manting dan satu pohon kesambi. Pohon manting
memiliki nama ilmiah Syzygium polyanthum (Wight). Memiliki nama daerah bermacam
macam. Di Sunda disebut gowok, di Jawa disebut manting, di Kangean disebut kastolam, dll.
Ciri ciri umum menurut Utami (2008) merupakan pohon bertajuk rimbun dengan tinggi
mencapai 25 m, berakar tunggang dan berbatang bulat dengan permukaan licin. Memiliki
daun tunggal dengan bentuk lonjong hingga elips atau bulat telur sungsang. Letak daun
berhadapan dengan panjang tangkai 0,5 1 cm, ujung dan panggal daun meruncing, tepi rata.
Panjang daun 5 15 cm dengan lebar 3 8 cm permukaan daun atas berwarna hijau tua dan
permukaan bawah berwarna hijau muda. Pada plot hutan pantai hanya dijumpai satu pohon
kesambi dalam satu plot. Menurut Susanto (2001) pohon kesambi mencapai tinggi 30 m,
batangnya tidak lurus dan hampir selalu berbengkok- bengkok. Daun majemuk menyirip
dengan 2- 8 anak daun. Anak daun berbentuk bundar telur sungsang sampai lonjong. Daun
muda berwarna ungu. Perbungaan muncul di ketiak atau mengumpul pda pangkal tunas-
tunas muda.tumbuh di hutan musim dan hutan savanna di Nusa Tenggara, Jawa, Maluku dan
Sulawesi.
Melenjutkan perjalan dengan berjalan kaki menuju hutan selanjutnya yaitu ekoton,
sekitar 400 m dari hutan pantai. Pemandangan di hutan ekoton saat tiba adalah banyaknya
pohon gebang yang mendominasi area dari hutan ekoton yang kami datangi. Pada hutan
ekoton tidak dilakukan teknik sampling dengan menyebar plot ukuran 25 m x 25 m lagi.
Pengukuran suhu yang dilakukan tercatat suhu hutan ekoton ini mencapai 36 sampai 37
derajat celcius dengan kelembapan udaranya sebesar 57, 53, dan 58. Kondisi hutan yang
hanya didominsai vegetasi pohon gebang yg menjulang tinggi keatas dengan kanopi yang
tidak lebar intensitas cahaya matahari yang masuk untuk memapari hutan ekoton sangat
bagus, tercatat sebesar 69200, 69700, dan 69480. PH tanah sebesar 7 dan 6,9 masih sangat
bisa ditumbuhi oleh vegetasi lain seperti semak ataupun perdu. Kelembapan tanah hutan
ekoton 1 1,5. Pengaruh pohon gebang yg banyak dengan ukuran diameter cukup besar dan
tinggi berpengaruh terhadapa kecepatan yang ada di dalam hutan ekoton, tercatat hanya
sebesar 13, 20, dan 19 saja. Ketebalan serasah tanahnya hany 1,5 2 cm saja. Tanah hutan
ekoton termasuk kedalam jenis tanah debu berpasir.
Ecotone merupakan zona transisi anatara dua komunitas yang berbeda yang letaknya
berbeda misalnya antara hutan pantai dan hutan mangrove. Batas antara dua wilayah
komunitas ini tidak terjadi berupa garis lurus yang baku, melainkan berupa daerah transisi
atau daerah tegangan. Di daerah transisi itu, kondisi masing-masingilayah komunitas makin
tidak mendukung. Ecotone ini dapat berupa jalan, jembatan atau daerah pinggiran sungai.
Ecotone ini dapat diakibatkan oleh ulah tangan manusia dan karena faktor alam.
Perjalanan dilanjutkan kembali ke hutan berikutnya dengan kembali berjalan kaki
bersama-sama menuju hutan mangrove sekitar 400 m karena harus kembali keluar dari hutan
ekoton. Di hutan mangrove tidak juga dilakukan sampling dengan teknik plot berukuran 25 m
x 25 m. Vegetasinya hanya memang pohon bakau atau pohon mangrove. Suhu lingkungan
hutan tecatat 35 36 derajat celcius dengan kelembapan udara 65, 68, dan 73. Hutan yang
dipenuhi dengan pohon mangrove tidak terlalu menutupi jalannya cahaya masuk ke dalam
hutan ini karena kanopinya memang bertipe tidak menutup secara keseluruhan walaupun
lebat, teracatat instensitas cahaya yang diukur sebesar 428800, 51500, dan 52500. PH
tanahnya masih dibatas normal untuk toleransi hidup tumbuhan yakni 6,9 dan 6,89 serta
6,3. Kelembapan tanah mecpapai 1,9 2, tentu dipengaruhi juga oleh lingkunga hutan
mangrove yang sejatinya berpapasan langunsg dengan laut. Kcepatan anginnya sekisat 21,
31, dan 46 dengan ketebalan serasasah tanah 2,5 dan 1,5 serta 2. Tanah hutan mangrove
termasuk kedalam jenis tanah tipe tanah pasir.
Hutan Mangrove merupakan suatu kawasan atau area yang penuh dengan tumbuhan
dengan jenis akar nafas. Kawaasan ini dapat mengalami pasang dan surut air. Jenis airnya
adalah air payau. Tumbuhan yang mendominasi hutan mangrove adalah bakau. Di kawasan
hutan ini hidup flora dan fauna. Kawasan ini terletak antara batas pasang dan surut air laut.
Sehingga hutan mangrove dapat berupa daratan dan dapat berupa perairan. Hutan mangrove
berperan dalam melindungi kawasan garis pantai dari abrasi, gelombang air laut dan angin
topan. Tanaman mangrove juga berperan sebagai buffer (perisai alam) dan menstabilkan
tanah dengan menenangkan dan memerangkap endapan material dari darqat yang terbawa air
sugai dan yang kemudian terbawa ke tengah laut oleh arus. Hutan mangrove tumbuh subur
dan luas di daerah delta dan aliran sungai yang besar dengan muara yang lebar. Hutan
mangrove mempunyai toleransi besar terhadap kadar garam dan dapat berkembang di daratan
bersalinitas tinggi dimana tanaman biasa tidak dapat tumbuh.
Pada hutan mangrove, pada bagian laut yang lebih tenang hidup Api-api putih
(Avicennia alba) di zona terluar atau zona pionir ini. Avicennia merupakan pohon mangrove
pionir, jadi mudah sekali dikenal. Tumbuhnya selalu di tepi laut maupun di tepi sungai.
Avicennia merupakan pohon tinggi yang berukuran sedang sampai besar. Avicennia dikenal
pula dengan nama api-api. Jumlah bakau api api di hutan mangrove TN Baluran cukup
rapat. Sehingga bibir pantai tertutup oleh bakau api. Adanya bakau di TN Baluran juga
berfungsi sebagai pionir untuk mencegah terjadinya abrasi pantai. Selain itu, bakau juga
merupakan rumah bagi beberapa spesies ikan, kepiting dan beberapa jenis hewan yang lain.
Diakui bahwa adanya bakau api mampu meningkatkan jumlah ikan yang hidup, oleh
karenanya daerah tersebut digunakan sebagai tempat konservasi perikanan. Tumbuhan bakau
api ini hidup didaerah pasang suruh pantai. Pada saat observasi di tempat tersebur, kami
menjumpai berbagai jenis ikan yang hidup di bawah bakau api.
Setiap spesies tumbuhan memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk hidup,
sehingga persyaratan hidup setiap spesies berbeda-beda, dimana mereka hanya menempati
bagian yang cocok bagi kehidupannya. Setiap tumbuhan merupakan hasil kondisi tempat
dimana tumbuhan itu hidup, sehingga tumbuhan dapat dijadikan sebagai indikator
lingkungan. Tumbuhan yang hidup secara alami pada suatu tempat, membentuk suatu
kumpulan yang di dalamnya setiap individu menemukan lingkungan yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dalam kumpulan ini terdapat pula kerukunan hidup bersama (asosiasi),
dan hubungan timbal balik (interaksi) yang saling menguntungkan, sehingga terbentuk suatu
derajat keterpaduan (Djufri, 2012).
Hutan mangrove adalah sebutan untuk komunitas tumbuhan yang hidup di daerah
pasang surut pantai, tidak terpengaruh oleh iklim, tanah tergenang air laut, tanah berlumpur
atau liat, tidak memiliki strata tajuk, pohon-pohon dapat mencapai tinggi 30 m. Dalam
pengamatan kami d hutan mangrove kami tidak melakukan ploting disebabkan kondisi
lingkungan yang sulit untuk di ploting dan hutan mangrove yang dilindungi agar tidak rusak
oleh pendatang. Kami hanya melakukan identifikasi dan deskripsi dari jenis bakau yang ada
di hutan mangrove. Sama seperti savanna, kelembapan di hutan mangrove relative kering.
Selain itu suhunya juga hangat yaitu sekitar 36C. hal ini dipengaruhi oleh letak dari hutan
mangrove itu sendiri. Pada dasarnya hutan mangrove terletak di pesisir pantai. Udara panas
dari pantai mempengaruhi suhu di sekitar hutan mangrove. Selain itu salinitas di hutan
mangrove lebih tinggi. Hal ini dibuktikan dengan adanya vegetasi bakau akar api yang ada di
hutan mangrove. Bakau akar api ini dapat hidup dan tumbuh karena memiliki akar yang
muncul kepermukaan. Tekstur tanah di hutan mangrove adalah tanah pasir dengan ketebalan
serasah sekitar 2 cm. Tekstur tanah pasir menyebabkan potensi abrasi lebih tinggi. Adanya
tumbuhan bakau di hutan ini juga dapat difungsikan sebagai pemecah ombak dan penghalang
abrasi di tepi pantai. Faktor lingkungan yang mempengaruhi mangrove dalam jangka panjang
adalah fluktuasi pasang surut dan ketinggian rata-rata permukaan laut. Adapun keseluruhan
faktor yang mempengaruhi ekosistem mangrove mencakup:topografi dan fisiografi pantai,
tanah, oksigen, nutrien, iklim, cahaya, suhu , curah hujan, angin dan gelombang laut, pasang-
surut laut, serta salinitas. Pada kondisi pasang surut optimal, mangrove dapat tumbuh jauh ke
pedalaman
Fungsi ekosistem mangrove mencakup fungsi fisik (menjaga garis pantai agar tetap
stabil, melindungi pantai dari erosi laut/abrasi, intrusi air laut, mempercepat perluasan lahan,
dan mengolah bahan limbah), fungsi biologis (tempat pembenihan ikan, udang, tempat
pemijahan beberapa biota air, tempat bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis
biota) dan fungsi ekonomi (sumber bahan baker, pertambakan, tempat pembuatan garam,
bahan bangunan dll. makanan, obat-obatan & minuman, gula alcohol, asam cuka, perikanan,
pertanian, pakan ternak, pupuk, produksi kertas & tannin dll. 80% dari ikan komersial yang
tertangkap di perairan lepas/dan pantai ternyata mempunyai hubungan erat dengan rantai
makanan yang terdapat dalam ekosistem mangrove
Tersisa satu tipikal hutan lagi yang harus kami datangi untuk diamati, yaitu hutan
musim dengan pengaruh musim yang menentukan vegetasi apa yang akan tumbuh dan
dominan pada hutan itu. Perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan bus karena letaknya
berada pada area masuk sebelum menuju pantai bama atau area hutan mangrove
sebelumnya. Di hutan musim juga tidak dilakukakn ploting melihat kondisi peserta pengamat
yang kelelahan. Pengamatan suhu hutan musim tercatat 36 derajat, dan 40 derajat celcius
deangan kelembapan udara sebesar 49, 48 dan 45. Penyinaran matahari langunsung dapat
memapar pada hutan musim karena vegetasi yang ada tidak terlalu banyak jenis habitus
pohon dengan kanopi lebar dan tercatat intensitas cahayanya sebesar 1753, 1892, dan 1683.
PH tanahnya normal aritnya masih ada angka 7. Kelembapan tanah hutan musim 1 dengan
kecepatan angin hanya 40. Ketebalan serasah tanahnya sekisar 0,9 dan 1,5 serta 1. Tanah
hutan musim termasuk kedalam jenis tanah tipe tanah liat.
Hutan musim merupakan suatu kawasan yang penuh dengan keanekaragaman
tumbuhan yang sifatnya dipengaruhi oleh perubahan musim. Musim yang ada di Indonesia
adalah musim hujan dan musim kemarau. Sehingga pada saat musim hujan hutan akan
menghijau karena banyak tumbuhan yang tumbuh setelah mengalami dorman akibat cuaca
yang tidak mendukung. Namun sebagaian pohon ada jenis yang tahan terhadap terhadap
kekerigan dengan cara adaptasi seperti menggugurkan daunnya saat musim kemarau sehingga
mengurangi transpirasi. Sedangkan pada musim kemarau hutan mengalami kekeringan
bahkan sampai terjadi kebakaran. Hal tersebut diakibatkan karena kekurangan air pada
kawasan tersebut yang menyebabkan tumbuhan terlalu banyak mengalami transpirasi sampai
tumbuhan kekeringan dan akibatnya mati. Karena kondisi yang sangat panas sampai
menyebabkan terjadinya kebakaran secara alamiah.

Anda mungkin juga menyukai