Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai garis
anorektal. Secara fungsional dan endoskopik, rektum dibagi menjadi bagian ampula
dan sfingter. Bagian sfingter disebut juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh
muskulus levator ani dan fasia coli dari fasia supra-ani. Bagian ampula terbentang dari
sakrum ke-3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus levator ani. Panjang rrektum
berkisa 10-15 cm, dengan keliling 15 cm pada recto- sigmoid junction dan 35 cm pada
bagian ampula yang terluas. Pada orang dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan :
media, dan inferior. Arteri hemoroidalis superior yang merupakan kelanjutan dari
a.mesenterika inferior, arteri ini bercabang 2 kiri dan kanan. Arteri hemoroidalis
interna.1
Vena hemoroidalis superior berasal dari plexus hemoroidalis internus dan
lienalis menuju v. porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan alam rongga perut
vena ke dalam hati. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke v. pudenda interna,
isinya menuju kelenjar limfe inguinal yang selanjutnya mengalir ke kelenjar limfe iliaka.
Aliran balik pembuluh limfe rektum mengikuti aliran pembuluh darah hemorroidalis
superior dan pembuluh limfe kanalis ani menyebar ke nodi limfatisiiliaka interna,
sedangkan aliran balik pembuluh limfe anus dan kulit perineum mengikuti aliran limfe
inguinalis superficialis. Infeksi dan tumor ganas pada daerah anorektal dapat
simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior yang berasal dari lumbal 2, 3, dan
4,s erabut ini mengatur fungsi emisi air mani dan ejakulasi. Serabut parasimpatis
berasal dari sakral 2, 3, dan 4, serabut ini mengatur fungsi ereksi penis, klitoris
Kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Salah
satu kanker yang berbahaya adalah kanker rektum. Kanker rektum merupakan salah satu
keganasan gastrointestinal yang paling sering terjadi. Embriologi rektum berasal dari
hindgut. Pengenalan penyakit kanker menjadi penting karena untuk menurunkan kasus
baru kanker diperlukan upaya pencegahan dan deteksi dini yang akan lebih mudah
Price dan Wilson (1994) mengemukakan bahwa etiologi karsinoma rektum sama
seperti kanker lainnya yang masih belum diketahui penyebabnya. Faktor predisposisi
selulosa tapi tinggi protein hewani dan lemak, memiliki insiden yang cukup tinggi.4
Burkitt (1971) yang dikutip oleh Price dan Wilson mengemukakan bahwa diet
rendah serat, tinggi karbohidrat refined, mengakibatkan perubahan pada flora feces dan
perubahan degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein dan lemak,
dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga
bervolume lebih kecil. Selain itu, masa transisi feses meningkat. Akibatnya kontak zat
Sekitar 135.000 kasus baru kanker kolorektal terjadi di Amerika Serikat setiap
tahunnya, dan menyebabkan angka kematian sekitar 55.000. Sepertiga kasus ini
(98%), jenis lainnya yaitu karsinoid (0,1%), limfoma (1,3%), dan sarkoma (0,3%).4
Insiden karsinoma kolon dan rektum di Indonesia cukup tinggi demikian juga
angka kematiannya. Insiden pada pria sebanding dengan wanita, dan lebih banyak pada
orang muda. Sekitar 75 % ditemukan di rektosigmoid. Di negara barat, perbandingan
merupakan penyakit orang usia lanjut. Pemeriksaan cocok dubur merupakan penentu
karsinoma rectum.5
2.2.2 Patofisiologi
Mukosa rektum yang normal sel-sel epitelnya beregenerasi setiap 6 hari. Pada
maturasi sel-sel tersebut, yang dimulai dengan inaktivasi gen adenomatous polyposis
coli (APC) yang menyebabkan replikasi yang tidak terkontrol. Dengan peningkatan
jumlah sel tersebut menyebabkan terjadi mutasi yang mengaktivasi K-ras onkogen dan
mutasi gen p53, hal ini akan mencegah apoptosis dan memperpanjang hidup sel.6
Etiologi dari kanker rektum belum diketahui, tetapi beberapa faktor resiko dapat
muskularis
Dukes B-2 Tumor sudah menembus sampai lapisan terluar (serosa)
2.2.5 Diagnosis
a. Anamnesis
pasien.
Perubahan pola defekasi seperti perubahan bentuk feses, tenesnus, rasa tidak
b. Pemeriksaan fisik
Kanker rektum didiagnosis setelah dugaan tanda dan gejala atau dengan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui ukuran dan lokasi tumor. Pemeriksaan yang dilakukan
antara lain: 11
bening dan fiksasi ke struktur sekitarnya (misalnya sfingter, prostat, vagina dan sacrum).
diketahui :
Alat berbentuk tabung berongga yang digunakan untuk inspeksi visual rektum.
Dapat mengidentifikasi lokasi yang tepat dari tumor dalam kaitannya dengan mekanisme
sfingter.
Tes Laboratorium yang dilakukan pada pasien dengan suspek kanker rektum antara lain:12
Darah lengkap
Kimia serum
Tes fungsi hati dan ginjal
Carcinoembryonic antigen (CEA) test, adalah sebuah tes untuk mengukur tingkat
CEA dalam darah. CEA dilepaskan ke dalam aliran darah dari kedua sel kanker dan
sel normal. Jika kadarnya meningkat dari normal merupakan tanda kanker rektum.
Cancer antigen (CA) 19-9 assay, bisa digunakan untuk monitoring penyakit
Biopsi dari jaringan tumor dapat digunakan untuk melihat apakah pasien cenderung
bahan kimia untuk mengetahui perubahan tertentu dalam struktur atau fungsi gen
Imunohistokimia, adalah sebuah tes yang menggunakan antibodi untuk memeriksa
antigen tertentu dalam sampel jaringan. Tes ini biasanya digunakan untuk
Apabila didapatkan hasil positif pada pemeriksaan fisik dan laboratorium, maka
Endoskopi/ Kolonoskopi
Double-contrast Barium Enema
CT Scan abdomen
CT Colonography
Trasnrectal ultrasonography (TRUS)
Magnetic Resonane Imaging (MRI)
Pemeriksaan FOBT (fecal occult bleeding test)
Endoskopi atau Kolonoskapi adalah tes yang paling sensitif sebagai biopsi,
menghasilkan gambaran yang akurat. CT dapat memberikan informasi keadaan dalam dan
luar kolon. CT dilakukan untuk mengetahui stage dari tumor, dan juga bisa pula untuk
pemilihan terapi. CT dengan kontras untuk dada, andomen dan pelvis untuk mendeteksi
barium enema bisa menggunakan CT scan untuk deteksi primer tumor kolorektal.
Gambar diatas menunjukkan adanya tumor pada rektum. Terlihat rektum yang tidak
simetris, lumen yang menyempit karena adanya massa di sebelah dinding kanan rektum. 14
2.2.6 Penatalaksanaan
1. Pembedahan
c. Coloanal anastomosis
Kemoterapi dan radioterapi biasa dilakukan pada pasien dengan stadium Dukes
menurunkan angka rekurensi setelah pembedahan dari 27% menjadi 11%, dan
meningkatkan angka keberhasilan jangka panjang dari 48% menjadi 58%. Konsensus The
Berikut adalah tabel tentang rekomendasi kemoterapi dan radioterai pada pasien
- Lesi kecil/ menengah - Kemoterapi dasar 5-FU denga XRT (180 cGy 5
hari/minggu)
- Istirahat 4 minggu
perdarahan
- Kemoterapi adjuvant
individual
14
2.2.7 Prognosis
Angka 5 tahun keberhasilan hidup untuk pasien kanker kolorektal adalah sebagai
berikut :
Stage I - 72%
Stage II - 54%
Stage III - 39%
Stage IV - 7%
50% pasien biasanya terjadi rekurensi, baik lokal maupun ditempat yang lain, atau
keduanya. Rekurensi lokal lebih sering terjadi pada kanker rektum daripada kanker kolon.
Angka rekurensi berkisar 5-30%, terjadi 2 tahun setelah pembedahan. Faktor yang
mempengaruhi rekurensi antara lain stadium tumor primer, lokasi tumor primer.17
15
SUMBER:
Atlanta;2006
5. Anonim. A Patients Guide to Rectal Cancer, MD Anderson Cancer Center, University of
Texas;2006
6. Zinner, Schwartz, Ellis.Rectal Cancer. In Maingotss Abdominal operation. 10th edition.
http://www.cancernews.com/data/Article/284.asp
9. Gaillard,Frank. Colorectal carcinoma. [internet].2010. [dikutip pada 4 Desember 2014]
McGraw-Hill Companies;2005
11. C Lin,Eugene. Rectal Carcinoma Imaging. [internet].2010. [dikutip pada 4 Desember
pada : http://emedicine.medscape.com/article/281237-overview#showall
13. Cirincione E, Cagir B. 2005. Rectal Cancer.