I. DASAR TEORI
Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah mengalami
oksidasi Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi minyak.
Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen
yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Cara yang sering digunakan untuk
menentukan angka peroksida adalah dengan metoda titrasi iodometri. Penentuan besarnya
angka peroksida dilakukan dengan titrasi iodometri.
Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng adalah bilangan peroksida.
Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar peroksida dan
hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak. Bilangan peroksida
yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah mengalami oksidasi, namun pada
angka yang lebih rendah bukan selalu berarti menunjukkan kondisi oksidasi yang masih
dini. Angka peroksida rendah bisa disebabkan laju pembentukan peroksida baru lebih kecil
dibandingkan dengan laju degradasinya menjadi senyawa lain, mengingat kadar peroksida
cepat mengalami degradasi dan bereaksi dengan zat lain Oksidasi lemak oleh oksigen
terjadi secara spontan jika bahan berlemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan
kecepatan proses oksidasinya tergantung pada tipe lemak dan kondisi penyimpanan.
Minyak curah terdistribusi tanpa kemasan, paparan oksigen dan cahaya pada minyak curah
lebih besar dibanding dengan minyak kemasan. Paparan oksigen, cahaya, dan suhu tinggi
merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi oksidasi. Penggunaan suhu tinggi selama
penggorengan memacu terjadinya oksidasi minyak. Kecepatan oksidasi lemak akan
bertambah dengan kenaikan suhu dan berkurang pada suhu rendah.
1
Peroksida terbentuk pada tahap inisiasi oksidasi, pada tahap ini hidrogen diambil dari
senyawa oleofin menghasikan radikal bebas. Keberadaan cahaya dan logam berperan dalam
proses pengambilan hidrogen tersebut. Radikal bebas yang terbentuk bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi, selanjutnya dapat mengambil hidrogen dari molekul
tak jenuh lain menghasilkan peroksida dan radikal bebas yang baru.
Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang tidak
dikehendaki dalam bahan pangan. Jika jumlah peroksida lebih dari 100 meq peroksid/kg
minyak akan bersifat sangat beracun dan mempunyai bau yang tidak enak. Kenaikan
bilangan peroksida merupakan indikator bahwa minyak akan berbau tengik.
Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses iodometrik adalah
natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat Na 2S2O3.5H2O. Larutan
tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi
terhadap standar primer. Larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama.
Sejumlah zat padat digunakan sebagai standar primer untuk larutan natrium tiosulfat.
Iodium murni merupakan standar yang paling nyata, tetapi jarang digunakan karena
kesukaran dalam penanganan dan penimbangan. Lebih sering digunakan pereaksi yang kuat
yang membebaskan iodium dari iodida, suatu proses iodometrik (Underwood, 1986).
Indikator yang digunakan dalam titrasi redoks adalah indikator Amilum.
II. TUJUAN
Mengetahui kadar bilangan peroksida pada minyak goreng dengan metode titrasi
iodometri.
Larutan sampel dalam asam asetat glasial dan chloroform direaksikan dengan larutan KI.
Iodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan standar Natrium Thiosulfat. End point
ditandai dengan adanya perubahan warna larutan dari biru menjadi tidak berwarna.
Reaksi: Standarisasi Natrium Thiosulfat dengan KIO3
V. CARA KERJA
A. Standarisasi Larutan Natrium Thiosulfat 0,0500 N dengan Baku Primer Larutan
Kalium Iodat 0,0500 N
1. Masukkan larutan Natrium Thiosulfat ke dalam buret dengan menggunakan
corong hingga skala batas volume 00,00 ml. Jangan lupa memperhatikan
miniskus larutan. Karena larutan Natrium Thiosulfat merupakan larutan tidak
berwarna maka miniskus yang digunakan adalah miniskus dasar atau bawah.
2. Dipipet 10,0 ml larutan Kalium Iodat kemudian masukkan ke dalam labu
erlenmeyer volume 250 ml.
3. Ditambahkan 25 ml aquadest, 5 ml H2SO4 6,0000 N, dan 5 ml KI 10%.
4. Dititrasi dengan larutan Natrium Thiosulfat sampai larutan berwarna kuning
muda.
5. Tambahkan 1 ml indikator Amilum 1%.
6. Titrasi kembali hingga warna biru menghilang.
7. Hitung normalitas larutan Natrium Thiosulfat tersebut.
3
5. Aduk hingga bercampur dan diletakkan pada ruang tertutup selama 30 menit.
6. Ditambahkan 1 ml indikator amilum 1%.
7. Ditirasi hingga warna biru hilang.
8. Hitung kadar bilangan peroksida pada sampel minyak .
4
VIII. PERHITUNGAN
A. Normalitas Baku Sekunder
Diketahui: N1 = 0,0500 N
V1 = 10,0 ml
Vt = 11,80 ml
Ditanya: N2 = .?
N 1 V 1
Jawab: N2 = Vt
0,0500 10,0
N2 = 11,80
N2 = 0,0424 N
B. Kadar Bilangan Peroksida Minyak Baru
Diketahui: ml Na2S2O3 (1)= 0,90 ml
ml Na2S2O3 (2)= 0,90 ml
ml Na2S2O3 (3)= 1,10 ml
w sampel (1) = 10,1233 gram
w sampel (2) = 10,0164 gram
w sampel (3) = 10,0111 gram
N Na2S2O3 = 0,0847 N
BE O2 =8
Ditanya: Bil Peroksida = .?
Vt N Na Thiosulfat 1000
Jawab: Bil Peroksida (1) = w ( gr )
5
= 4,08 meq O2/kg
C. Kadar Bilangan Peroksida Minyak Bekas
Diketahui: ml Na2S2O3 (1)= 0,90 ml
ml Na2S2O3 (2)= 0,20 ml
ml Na2S2O3 (3)= 0,30 ml
w sampel (1) = 10,0273 gram
w sampel (2) = 10,0435 gram
w sampel (3) = 10,0147 gram
N Na2S2O3 = 0,0847 N
BE O2 =8
Ditanya: Bil Peroksida = .?
Vt N Na Thiosulfat 1000
Jawab: Bil Peroksida (1) = w ( gr )
= 1,97 mg O2/100 gr
*Persyaratan : Bilangan peroksida pada minyak adalah 10 meq O2/kg
X. PEMBAHASAN
7
volume Natrium Thiosulfat yang dipakai untuk menitrasi sampel, maka semakin
besar bilangan peroksidanya.
Bilangan peroksida minyak goreng baru yaitu 4,08 meq O 2/kg, bilangan
peroksida minyak goreng bekas adalah1,97 mg O2/100 gr. Dari kedua minyak
tersebut yang lebih tinggi dimiliki oleh minyak baru. Namun, seharusnya yang
memiliki bilangan peroksida paling tinggi adalah minyak bekas karena sudah
beberapa kali dilakukan pemakaian. Adapun kekeliruan hasil mungkin
disebabkan karena, antara lain :
B. DOKUMENTASI
B.1 Gambar titrasi untuk standarisasi
9
B.2 Gambar Titrasi untuk Penetapan Kadar Minyak Baru
Larutan Titrat Sebelum titrasi Larutan Titrat Setelah Titrasi
Mengetahui,
Praktikan, Dosen Pembimbing,
10