Oleh
Syamdeni
60500115030
Kimia. B
A. Latar Belakang
Singkong merupakan salah satu bahan makanan yang kaya karbohidrat
peragian oleh mikroba atau jasad renik tertentu, sehingga sifat-sifat bahan
berubah menjadi lebih enak dan sekaligus mudah dicerna (Deputi Menegristek
2005). Singkong, yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu, adalah
dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai
sayuran. Singkong memiliki nama latin Manihot utilissima. Ubi kayu (singkong)
yang umum diolah menjadi tape adalah singkong manis yang berwarna putih atau
kuning. Beberapa orang beranggapan bahwa tape sibgkong kuning lebih enak
daripada singkong putih karena singkong kuning dagingnya lebih halus tanpa ada
serat-serat yang kasar. Singkong yang bagus untuk dibuat tape adalah singkong
pergantian sel-sel jaringan tubuh yang rusak, dan produksi enzim pencernaan
(Manihot esculenta Cranz atau Manihot utilissima Pohl) merupakan limbah utama
pangan di negara- negara berkembang. Semakin luas areal tanaman ubi kayu
diharapkan produksi umbi yang dihasilkan semakin tinggi yang pada gilirannya
semakin tinggi pula limbah kulit yang dihasilkan. Setiap kilogram ubi kayu
kayu yang cukup tinggi, memungkinkan digunakan sebagai sumber energi bagi
dan kultur terendam sub merged. Kultur permukaan yang menggunakan substrat
padat atau semi padat banyak digunakan untuk memproduksi berbagai jenis asam
organik dan enzim. Produk fermentasi dapat diperoleh bersamaan dengan tape
tersebut. Dengan demikian proses fermentasi ini selain untuk meningkatkan nilai
gizi kulit ubi kayu juga untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Lebih jauh
lagi produk fermentasi dapat dijadikan bahan pangan untuk mengatasi masalah
kadar protein tape singkong biasa dengan penambahan sari buah nanas dengan
dengan faktor yaitu volume sari buah nanas sebanyak 100 mL pada 1 kg
singkong. Hasil penelitian kadar protein tape singkong biasa yaitu 3,67% dan tape
singkong dengan penambahan sari buah nanas sebesar 4,99%. Sari buah nanas
dengan 2 faktor yaitu sari buah papaya (23 mL, 50 mL, 75 mL) dan dosis ragi (2
gr dan 5 gr) untuk setiap 0,5 kg singkong, diperoleh 8 macam kombinasi. Data
analisis menggunakan uji Anava dua jalur dan dilanjutkan dengan uji BNJ (Beda
Nyata Jujur) yang berupa kadar protein pada fermentasi tape singkong. Kadar
protein yang diperoleh adalah 6,60% (volume sari buah papaya 75 mL dengan
dosis ragi 5 gr, sedangkan kadar terendah 4,14 (tanpa penambahan sari papaya
menggunakan metode fermentasi substrat pada kulit umbi ubi kayu dengan
menggunakan ragi tape sebagai inokulum. Kandungan protein kulit umbi ubi
kayu dapat meningkat dari 3,41% sebelum fermentasi menjadi 5,53% pada
perlakuan kulit umbi ubi kayu segar murni dengan dosis inokulum 3,0 g/kg dan
waktu fermentasi 8 hari. Peningkatan kandungan protein kulit umbi ubi kayu pada
perlakuan substrat kulit umbi ubi kayu yang dikukus menjadi 8,03% setelah
fermentasi 5 hari, perlakuan substrat kulit umbi ubi kayu ditambah urea + dedak
menjadi 8,88% setelah fermentasi 4 hari dan perlakuan substrak kulit umbi ubi
kayu yang ditambah NPK + vitamin B1 menjadi 4,69% setelah fermentasi 5 hari
Dari latar belakang di atas, maka pada penelitian ini akan dilakukan
penambahan sari buah markisa untuk meningkatkan kadar protein pada tape
singkong dengan judul Uji Kadar Protein Tape Singkong (Manihot utilissima)
dengan Penambahan Sari Buah Markisa (Passiflora comosus) menggunakan
metode biuret.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan
yaitu berapakah kadar protein pada tape singkong dengan penambahan sari buah
markisa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kadar protein tape singkong setelah diberi sari buah markisa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tape Singkong
lagi. Tape dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon).
Perbedaan Kadar Protein Tape Singkong Biasa dengan yang Diberi Penambahan
Sari Buah Nanas kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus sp.,
Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis, serta bakteri Pediococcus sp. dan
dapat disajikan dalam bentuk tape melalui proses fermentasi, yaitu terjadinya
senyawa senyawa yang lebih sederhana dengan kerja enzim (Anggiya, 2012).
goreng, tape, ubi kayu, juga sering diolah menjadi gaplek dan tepung gaplek
Singkong, yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu, adalah
dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai
sayuran. Singkong memiliki nama latin Manihot utilissima. Merupakan umbi atau
akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan
panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya
pergantian sel-sel jaringan tubuh yang rusak, dan produksi enzim pencernaan
serta enzim metabolisme (Winarno, 1993). Kadar protein pada tape singkong
B. Fermentasi
mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti asam-
merupakan proses yang relatif murah yang pada hakekatnya telah lama dilakukan
oleh nenek moyang kita secara tradisional dengan produk-produknya yang sudah
biasa dimakan orang sampai sekarang, seperti tempe, oncom, tape, dan lain-lain.
Proses fermentasi dengan teknologi yang sesuai dapat menghasilkan produk
dikembangkan pada awal tahun 1900. Protein mikroba ini kemudian dikenal
dengan sebutan Single Cell Protein (SCP) atau Protein Sel Tunggal. Produk
pangan atau pakan. Produk fermentasi dapat diperoleh bersamaan dengan tape
tersebut. Dengan demikian proses fermentasi ini selain untuk meningkatkan nilai
gizi kulit ubi kayu juga untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Lebih jauh
lagi produk fermentasi dapat dijadikan bahan pangan untuk mengatasi masalah
kimia tadi tergantung pada macam bahan, macam mikroba, pH, suhu, adanya
aerasi atau usaha lain yang berbeda dengan faktor-faktor di atas, misalnya
(Marminah, 2012).
Buah markisa yang banyak digunakan untuk bahan baku pembuatan sirup
adalah dari jenis markisa ungu atau Passiflora edulis yang juga disebut siuh
(Anonymous, 1992b). Markisa jenis ini isi buahnya berwarna kuning dengan rasa
yang khas, asam dengan aroma wangi yang kuat (Anonymous, 1992a). Buah
mineral, kalsium, fosfor, besi serta protein, lemak dan gula sekitar 10%. Dalam
buah yang masih segar, terkandung air antara 70-80%, sedangkan bagian buah
terdiri dari kulit (lebih dari separo buah), biji dengan bagian kurang lebih 20%
berat buah serta selebihnya dinamakan sari buah (Anonymous, 1992b), Untuk
simpan, dewasa ini telah dilakukan beberapa penelitian untuk membuat bubuk
sari buah markisa dengan pengeringan selama beberapa waktu (Mulyani, dkk.,
2014).
Jenis markisa yang paling banyak ditemui dan mudah tumbuh di berbagai
daerah di Indonesia adalah jenis markisa kuning (Passiflora edulis var. flavicarpa)
. Hampir semua bagian buah markisa kuning dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Kulit buah dapat diolah menjadi bioetanol, daging dan biji buah dapat dikonsumsi
dalam keadaan segar. Daging buah markisa sering diekstrak menjadi jus atau sari
yang relatif singkat. Salah satu upaya untuk memperpanjang daya simpan dan
bubuk sari buah markisa. Metode Foam-mat drying membutuhkan zat pembuih
yaitu tween 80, yang berfungsi sebagai pendorong pembentukan busa. Upaya
yang lain adalah dengan penambahan bahan pengisi yaitu dekstrin, yang dapat
kerusakan zat gizi akibat panas selama pengeringan, melapisi komponen flavour
D. Protein
Protein terdapat di semua jaringan sel hidup, baik pada tanaman maupun
hewan. Setelah air, protein merupakan komponen yang terbesar dari tubuh
manusia. Seperenam berat manusia terdiri atas protein. Sepertiga dari jumlah
tersebut terdapat pada otot, seperlima bagian terdapat pada tulang dan tulang
rawan, seper sepuluh terdapat pada kulit dan sisanyaterdapat pada organ lain serta
cairan tubuh. Pada umumnya, protein diperlukan tubuh untuk: Pertumbuhan dan
pengembangan tubuh, perbaikan dan pergantian sel-sel jaringan tubuh yang rusak,
produksi enzim pencernaan dan enzim metabolism, dan bagian yang terpenting
dari hormon-hormon tertentu seperti tiroksin dan insulin. pada umumnya sumber
protein dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok protein hewani serta
nabati. Sumber protein dari makanan sehari-hari yang penting adalah kacang-
(O), hidrogen (H), dan nitrogen (N). Beberapa rantai protein juga mengandung
atom sulfur (S). Protein disusun oleh beragam monomer asam amino yang
berikatan satu sama lain melalui ikatan peptida (Pratiwi, 2004). Sumber protein
yang lengkap adalah potein yang mengandung kesembilan asam amino asensial
dalam jumlah cukup.Protein yang terdapat pada hewan seperti daging, ikan, hasil
ternak, dan hasil lainnya merupakan contoh protein lengkap. Tanaman pangan
terutama serealia dan biji-bijian sering kekurangan satu atau lebih asam amino
esensial, tetapi bisa menjadi lengkap bila digabungkan dengan sumber protein
protein lengkap, dimana kedua sumber protein tersebut saling melengkapi asam
E. Metode
Metode yang digunakan dalam uji kadar protein tape singkong dengan
penambahan sari buah markisa adalah metode biuret. Prinsip kerja penentuan
kadar protein dengan metode biuret adalah menganalisa adanya ikatan peptida
dengan cara menambahkan reagen biuret kedalam sampel yang kemudian diukur
Penelitian: Uji Kadar Protein Tape Singkong dengan Penambahan Sari Buah
Markisa.
Variabel penjelas (bebas): protein, tape singkong dan sari buah markisa.
Anggiya, Sofi. 2012. Uji Kadar Protein dan Organoleptik Tape Singkong (Manihot
Utilissima) dengan Penambahan Sari Buah Pepaya (Carica Papaya L.) dan
Dosis Ragi yang Berbeda. Jurnal Publikasi, hal. 1-10.
Hartandria, A. Fitria. 2014. Uji Kadar Protein Pada Pembuatan Bolu Kukus Dari
Tepung Singkong (Manihot Esculenta Crantz) Dan Penambahan Ekstrak Buah
Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) Dengan Konsentrasi Yang Berbeda.
Jurnal Publikasi, hal. 1-14.
Muhiddin, Juli dan Aryantha. 2001. Peningkatan Kandungan Protein Kulit Umbi Ubi
Kayu Melalui Proses Fermentasi. Jurnal Publikasi, JMS Vol. 6 No. 1, hal.
112.
Marminah. 2012. Perbedaan Kadar Protein Tape Singkong (Manihot Utilisima) Biasa
Dengan Yang Diberi Penambahan Sari Buah Nanas (Ananas Comosus).
Jurnal Publikasi, hal. 114.
Mulyani, Yulistiani dan Nopriyanti. 2014. Buatan Bubuk Sari Buah Markisa dengan
Metode Foam-Mat Drying. J. Rekapangan Vol. 8 NO. 1.
Supriyanto, Murdiati dan Duwita. 23-24 November 2011. Pembuatan Tablet
Effervescent Sari Buah Markisa Kuning (Passifloraedulis .Var. Flarcarpa ).
Prosiding Seminar Nasional APTA, hal. 1-19.