Anda di halaman 1dari 8

TUGAS CRS

Disusun oleh:

Firdha Fachrunnisa

12100115098

Preseptor:

dr. Tito Gunantara, Sp.A., M. Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER (P3D) UNISBA

RSUD AL-IHSAN BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT

2016
Reflex Primitif Pada Bayi
Jenis refleks Usia Mulai Usia Menghilang
Reflex Moro Sejak lahir 6 bulan
Menimbulkan suara
keras secara mendadak
ataupun dengan
menepuk tempat tidur
bayi secara mendadak.
(+) : abduksi ekstensi
keempat extremitas dan
pengembangan jari-jari
Refleks Rooting-Sucking Sejak lahir 3-4bulan
Bayi akan menggerakan
kepalanya menuju
sesuatu yang
menyentuh pipi atau
mulutnya. Setelah
berhasil, bayi langsung
menghisap apapun
yang disentuhkan
dimulutnya.
Refleks Babinski Sejak lahir 9-12 bulan
Ketika kaki digores pada
bagian lateral, ibu jari
kaki akan dorsofleksi
diikuti dengan jari lain.
Refleks Palmar Grasp Sejak lahir 6 bulan
Jari telunjuk pemeriksa
menyentuh sisi luar
tangan menuju bagian
tengah telapak tangan
secara cepat dan hati-
hati sambil menekan
permukaan telapak
tangan.
(+) ; fleksi seluruh jari
Refleks Plantar Grasp Sejak lahir 9-10 bulan
Ibu jari pemeriksa
menekan pangkal ibu
jari bayi atau anak di
daerah plantar.
(+) : fleksi plantar
seluruh jari kaki.
Refleks Snout Sejak lahir 3 bulan
Dilakukan perkusi pada
daerah bibir atas.
(+) : respon bibir atas
dan bawah menyeringai
atau berkontraksi otot-
otot disekitar bibir dan
bawah hidung.
Refleks Tonic Neck Sejak lahir 5-6 bulan
Bayi atau anak
ditidurkan kemudian
kepalanya diarahkan
menoleh ke satu sisi.
(+) : lengan dan tungkai
yang dihadapi/seisi
menjadi hipertoni dan
ekstensi sedangkan
lengan dan tungkai
pada sisi lainnya
menjadi hipotoni.
Reflex Parachute 8-9 bulan Seterusnya ada
Bayi dipegang pada
daerah thorax dengan
kedua tangan
pemeriksa dan
kemudian posisikan
seolah-olah akan terjun
menuju meja periksa
dengan posisi kepala
lebih rendah dari kaki.
(+) : kedua lengan bayi
diluruskan dan jari-jari
kedua lengannya
dikembangkan seolah-
olah hendak mendarat
diatas meja periksa
dengan kedua
tangannya.
Refleks Landaou 3 bulan 21 bulan
Pegang pasien pada
bagian depan untuk
menyanggan thorax.
Posisi tengkurap, angkat
kepala secra aktif atau
pasif.

I. KLASIFIKASI GANGGUAN NAPAS


Berdasarkan frekuensi napas dan gejala tambahan, Buku Pedoman Manajemen
masalah BBL membagi klasifikasi gangguan napas, menjadi :8
- frekuensi napas > 60 kali/menit DENGAN
Gangguan Napas Berat sianosis central DAN tarikan dinding dada atau
merintih saat ekspirasi
- Frekuensi napas > 90 kali/menit DENGAN
sianosis central ATAU tarikan dinding dada
ATAU merintih saat ekspirasi
- Frekuensi napas < 30 kali/menit DENGAN atau
TANPA gejala lain dari gangguan napas
Gangguan Napas Sedang - frekuensi napas 60-90 kali/menit DENGAN
tarikan dinding dada ATAU merintih saat
ekspirasi TANPA sianosis sentral
- Frekuensi napas > 90 kali/ menit TANPA tarikan
dinding dada atau merintih saat ekspirasi atau
sianosis sentral
Gangguan Napas Ringan Frekuensi napas 60-90 kali/menit TANPA tarikan
dinding dada atau merintih saat ekspirasi atau sianosis
sentral

Kelainan Frekuensi napas 60-90 kali/menit DENGAN sianosis


sentral TANPA tarikan dinding dada atau merintih
Jantung Kongenital

MACAM-MACAM GANGGUAN NAPAS


1. APNEA
Apnea adalah masalah yang paling sering terjadi pada bayi baru lahir berikatan
dengan prematuritas maupun penyakit bawaan. Apnea adalah ciri dari beberapa penyakit
primer yang mempengaruhi bayi, diantaranya adalah kelainan pada
CNS berupa perdarahan interventrekular, pengaruh obat, kejang, Hypoxic Injury,
herniasi.
Sistem Respirasi berupa pneumonia, atelektasis, lesi obstruktif jalan napas,
prematur ekstrim.
Sistem Gastrointestinal berupa necrotizing enterocolitis, perforasi intestin,
asupan makanan, bising usus.
Sistem Kardiovaskular berupa hipotensi, hipertensi, gagal jantung, anemia,
hipovolemia.
Infeksi berupa sepsis, meningitis, pertussis, respiratory syncytial virus.
Gangguan metabolik berupa hipokalemia, hipokalsemia, hipotermia
Lainnya berupa imaturitas dari sentral respirasi, Sleep state.
Gangguan tersebut menyebabkan apnea dengan cara menekan secara langsung
pusat pernapasan di sistem saraf pusat, gangguan penghantaran oksigen dan defek pada
ventilasi.
Bayi dengan risiko apnea harus dipantau sistem kardiorespirasinya. Stimulasi
taktil merupakan terapi yang adekuat untuk episode ringan dan intermitten. Apnea ulang
pada bayi prematur dapat diatasi dengan theophyline dan caffeine. Methylxantines
meningkatkan laju pusat respirasi dengan menurunkan treshold respon terhadap
hypercapnie dan meningkatkan kontraksi diafragma dan mencegah diafragma menjadi
fatique. Loading dose dari theophyline dengan dosis 5-7 mg/kgbb i.v diikuti dengan 1-2
mg/kgbb tiap 6-12 jam secara oral atau i.v. loading dose 20 mg/kgbb caffeine citrate
diikuti dengan dosis maintenance 5mg/kgbb/24 jam baik oral maupun i.v.
2. RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (HYALINE MEMBRANE DISEASE)

Banyak terjadi pada bayi prematur, insidennya berhubungan dengan usia gestasi
dan berat badan lahir. Terjadi 60-80% pada bayi dengan usia gestasi <28 minggu, 15-30%
pada usia gestasi 32-36 minggu dan jarang terjadi pada usia gestasi >37. Risiko RDS
meningkat dengan adanya diabetes maternal, persalinan secara cesar, asfiksia, stress dan
riwayat bayi lahir dengan RDS. Defisiensi surfaktan (penurunan sekresi dan produksi)
merupakan penyebab primer dari RDS. Kegagalan paru untuk melakukan ventilasi yang
adekuat dan kecenderungan mengalami atelektasis berhubungan dengan peningkatan
tensi dari permukaan paru dan tidak adanya surfaktan. Dengan berkembangnya
kehamilan, phospolipid akan diproduksi dan disimpan di sel alveolar tipe II. Agen ini
akan dilepas ke ke alveoli untuk menurunkan tegangan permukaan dan menjaga stabilitas
alveolus dengan mencegah menurunnya ruang udara pada ahir ekspirasi. Pada keadaan
imatur, jumlah surfaktan yang diproduksi atau dilepaskan ke alvoelus tidak akan cukup
untuk memenuhi kebutuhan setelah kelahiran. Surfaktan paru pada level matur biasanya
terlihat pada kehamilan minggu ke 35.
Gejala dari RDS biasanya muncul dalam hitungan menit setelah proses
persalinan, walaupun tidak akan dikenali hingga beberapa jam kemudian sampai
pernapasan yang dangkal meningkat hingga 60x/menit atau lebih. Beberapa pasien
mungkin membutuhkan resusitasi saat lahir karena asfiksia intrapartum atau distress
pernapasan yang berat terutama pada bayi lahir dengan berat badan < 1000 gr. Biasanya
ditandai dengan adanya takipnea, grunting, retraksi subkostal atau interkostal, nasal
flaring, dan sianosis. Pada pemeriksaan suara napas dapat ditemukan bunyi napas normal
atau pada pernapasan yang dalam bisa terdengar adanya rales.
Gejala klinis, gambaran radiografi, dan analisis gas dan asam darah dapat
membantu menegakan diagnosis klinis pada RDS. Diagnosis banding RDS adalah early
onset sepsis, pneumonia, cyanotic heart disease, persistent pulmonary hypertension dan
sindrom aspirasi.
Tatalaksana yang dibutuhkan untuk keadaan RDS adalah pertukaran gas antara
oksigen dan karbon dioksida yang adekuat dalam paru. Supportive care yang cepat dapat
menurunkan risiko keparahan dari RDS. Terapi meliputi pemantauan terhadap nadi, laju
napas, saturasi oksigen, pH, serum bikarbonat, elektrolit, glukosa dan hematokrit, tekanan
darah dan temperatur. Ventilasi mekanik untuk membantu oksigenasi dan eliminasi dari
karbon dioksida tanpa menyebabkan kerusakan pada paru atau keracunan oksigen.
Pemberian vitamin A dan kortikosteroid sistemik juga diberikan untuk pasien
dengan RDS untuk menurunkan risiko kematian, nosokomial sepsis dan retinopati.

3. TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEWBORN


Transient tachypne of the newborn biasanya terjadi pada persalinan preterm,
aterm dan cesar. Dikarakteristikan dengan takipnea awal yang biasanya diikuti dengan
retraksi atau grunting dan sianosis. Sebagian besar bayi akan pulih dengan sendirinya
dalam kurun waktu 3 hari. Pada pemeriksaan auskultasi dada terdengar suara
bronkovesikular tanpa adanya ronkhi atau rales dan pada pemeriksaan radiografi
didapatkan pulmonary vascular markings yang menonjol, cairan di intralobar fissure,
overareation, diafragma yang datar, dan sedikit pleural effusion.
Sindrom ini merupakan efek sekunder dari lambatnya absorbsi cairan paru pada
bayi yang menyebabkan menurunnya compliance dan volume tidal serta meningkatnya
pulmonary dead space.

4. ASPIRATION OF FOREIGN MATERIAL (FETAL ASPIRATION SYNDROME,


ASPIRATION PNEUMONIA)
Pada persalinan yang memanjang ataupun sulit, bayi terkadang melakukan usaha
napas dalam rahim karena adaya perubahan suplai oksigen dari plasenta. Materi seperti
darah, cairan amnion, vernix caseosa, mekonium atau sel epitel dapat menutup jalan
napas dan mengganggu pertukaran gas. Material tersebut biasanya diikuti dengan bakteri
patogen yang dapat menyebabkan distress pernapasan.

5. MECONIUM ASPIRATION
Cairan amnion yang mengandung mekonium ditemukan sebesar 10-15% dari
kelahiran aterm dan post-term dimana 30% bayi dengan MAS membutuhkan bantuan
ventilasi mekanik dan 3-5% mengalami kematian. MAS memiliki gejala seperti takipnea,
mengorok, retraksi dan sianosis pada 1 jam pertama setelah kelahiran. MAS dapat
dicegah dengan identifikasi yang cepat bila keadaan fetal distress terdeteksi dan segera di
inisiaasi untuk dilakukannya persalinan.

Tatalaksana pada SMA meliputi supportive care dan management standar untuk
distress pernapasan

6. PERSISTENT PULMONARY HYPERTENSION OF THE NEWBORN


(PERSISTENT FETAL CIRCULATION)
Persistent pulmonary hypertension (PPHN) terjadi pada bayi aterm dan post-term,
dengan faktor predisposisi yaitu asfiksia saat lahir, MAS, sepsis, RDS, Hipoglikemia,
polisitemia, dan penggunaan NSAID pada ibu.
Managemen terhadap PPHN ini adalah penanganan langsung terhadap kondisi
predisposisi pasien (hipoglikemi, polisitemia) dan memperbaiki oksigenasi terhadap
jaringan

7. DIAPHRAGMATIC HERNIA

8. EXTRAPULMONARY AIR LEAKS (PNEUMOTHORAX, PNEUMOMEDIASTINUM,


PULMONARY INTERSTITIAL EMPHYSEMA, PNEUMOPERICARDIUM)

Anda mungkin juga menyukai