1410911049
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan
dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut.
Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi hambatan-hambatan
pengaliran. Hambatan-hambatan pengaliran itu dapat berupa perbedaan tekanan,
perbedaan ketinggian atau hambatan gesek.
2.2. Kavitasi
Kavitasi adalah fenomena perubahan fase uap dari zat cair yang sedang
mengalir, karena tekanannya berkurang hingga di bawah tekanan uap jenuhnya.
Pada pompa bagian yang sering mengalami kavitasi adalah sisi hisap pompa.
Misalnya, air pada tekanan 1 atm akan mendidih dan menjadi uap pada suhu 100
derajat celcius.
Tetapi jika tekanan direndahkan maka air akan bisa mendidih pada temperatur
yang lebih rendah bahkan jika tekanannya cukup rendah maka air bisa mendidih
pada suhu kamar.
Apabila zat cair mendidih, maka akan timbul gelembung-gelembung uap zat cair.
Hal ini dapat terjadi pada zat cair yang sedang mengalir di dalam pompa maupun
didalam pipa. Tempat-tempat yang bertekanan rendah dan/atau yang berkecepatan
tinggi di dalam aliran, maka akan sangat rawan mengalami kavitasi. Misalnya
pada pompa maka bagian yang akan mudah mengalami kavitasi adalah pada sisi
isapnya. Kavitasi pada bagian ini disebabkan karena tekanan isap terlalu rendah.
Knapp (Karassik dkk, 1976) menemukan bahwa mulai terbentuknya gelembung
sampai gelembung pecah hanya memerlukan waktu sekitar 0,003 detik.
Gelembung ini akan terbawa aliran fluida sampai akhirnya berada pada daerah
yang mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan uap jenuh cairan. Pada
daerah tersebut gelembung tersebut akan pecah dan akan menyebabkan shock
pada dinding di dekatnya. Cairan akan masuk secara tiba-tiba ke ruangan yang
terbentuk akibat pecahnya gelembung uap tadi sehingga mengakibatkan
tumbukan. Peristiwa ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan mekanis pada
pompa sehingga bisa menyebabkan dinding akan berlubang atau bopeng.
Peristiwa ini disebut dengan erosi kavitasi sebagai akibat dari tumbukan
gelembung-gelembung uap yang pecah pada dinding secara terus menerus.
Dalam pembahasan mesin-mesin hidrolik termasuk pompa ada suatu gejala pada
proses aliran zat cair yang cenderung mengurangi unjuk kerja atau efesiensi dari pompa,
gejala tersebut adalah kavitasi. Gejala kavitasi terjadi karena menguapnya zat cair yang
sedang mengalir didalam pompa atau diluar pompa, karena tekanannya berkurang sampai
dibawah tekanan uap jenuhnya. Air pada kondisi biasa akan mendidih dan menguap pada
tekanan 1 atm pada suhu 1000 C, apabila tekanan berkurang sampai cukup rendah, air
pada suhu udara lingkungan yaitu sekitar 200 C-330 C akan mendidih dan menguap.
Gejala kavitasi yang timbul pada pompa biasanya ada suara berisik dan getaran,
unjuk kerjanya mejadi turun, kalau dioperasikan dalam jangka waktu lama akan terjadi
kerusakan pada permukaan dinding saluran. Permukaan dinding saluran akan berlubang-
lubang karena erosi kavitasi sebagai akibat tumbukan gelembung gelembung yang pecah
pada dinding secara terus menerus [gambar 4.12]
Pencegahan kavitasi
Cara menghindari proses kavitasi yang paling tepat adalah dengan memasang
instalasi pompa dengan NPSH yang tersedia lebih besar dari pada NPSH yang
diperlukan. NPSH yang tersedia bisa diusahakan oleh pemakai pompa sehingga nilainya
lebih besar dari NPSH yang diperlukan. Berikut ini hal-hal yang diperlukan untuk
instalasi pompa :
Ketinggihan letak pompa terhadap permukaan zat cair yang dihisap harus dibuat
serendah mungkin agar head isap statis lebih rendah pula. Pipa Isap harus dibuat
sependek mungkin. JIka terpaksa dipakai pipa isap yang panjang, sebaiknya
diambil pipa yang berdiameter satu nomer lebih besar untuk mengurangi
kerugian gesek.
Tidak dibenarkan untuk mengurangi laju aliran dengan menghambat aliran disisi
isap.
Head total pompa harus ditentukan sedemikian hingga sesuai dengan yang
diperlukan pada kondisi operasi yang sesungguhnya.
Jika head pompa sangat berfluktuasi, maka pada keadaan head terendah harus
diadakan pengamanan terhadap terjadinya kavitasi. Dalam beberapa hal
terjadinya kavitasi tidak dapat dihindari dan tidak mempengarui performa pompa,
sehingga perlu dipilih bahan impeler yang tahan erosi karena kavitasi.
Pada saat pemilihan pompa, ada beberapa hal yang sangat penting harus kita
perhatikan, antara lain :
1. KAPASITAS
Total head di nyatakan dalam satuan jarak. Misalnya : meter, feet dan laian-
lain. Tekanan dinyatakan dalam satuan tekanan. Misalnya : kg/cm2, bar, dan lain-
lain. Total head dan tekanan ini sangat penting dan saling berhubungan satu
dengan lainnya untuk pemilihan pompa dan dapat dijelaskan sebagai berikut :
Head dari sebuah pompa adalah energi mekanik yang dipakai dan diteruskan ke
media yang di tangani, yang berhubungan dengan berat media, dinyatakan dalam
satuan panjang. Head ini tidak tergantung dari berat jenis media, dengan kata lain
sebuah pompa pompa sentrifugal dapat menimbulkan head yang sama untuk jenis
cairan. Tetapi berat jenis media akan menyebabkan tekanan pada pompa tersebut.
Total head dari suatu sistim (Ha) dapat dijelaskan sebagai berikut (lihat gambar 1
dan gambar 2) :
EHv : Jumlah semua kerugian tekanan head pada sistim (gesekan pipa, gesekan
katup, fitting danlain-lain pada bagian hisap dan bagia tekan).
p : Berat jenis
Jenis dan data cairan sangatlah perlu dalam menentukan pemilihan pompa.
Hal ini karena setiap cairan mempunyai berat jenis yang berbeda-beda yang akan
berhubungan langsung dengan kebutuhan daya dari penggerak mula. Selain hal
tersebut diatas, kit ajuga harus menentukan material dari pompa yang sesuai
dengan cairan yang dipompakan terutama untuk cairan yang bersifat korosi.
Cairan yang di pompakan juga mempunyai viscositas yang berbeda-beda yang
akan mempengaruhi kurva pompa. Makin tinggi viscositas suatu cairan (cairan
yang kental/viscous liquid? makan akan mengakibatkan :
4. PENGGERAK MULA
a. Motor Listrik
b. Motor Diesel
Kecepatan putaran yang sering dipakai adalah berkisar antara : 580 - 3500
rpm.
c. Turbine
Kecepatan putaran yang sering dipakai adalah berkisar antara : 1750 -
8000 rpm. Perubahan kecepatan putaran pada penggerak mula akan
mempengaruhi garis kurva pompa. Jika nilai kapasitas (Q1), total head
(H1) dan daya (P1) telah diketahui apda kecepatan putaran (n1), maka
nilai baru untuk putaran = n2 adalah sebagai berikut :
Daya yang harus tersedia oleh penggerak mula harus mencukupi/lebih besar
dari daya yang di butuhkan oleh pompa.
1. Hukum Kesebangunan
Point Pertama :
maka, Bila ada 2 pompa yang secara geometris sama dan sebangun maka didapat
perbandingan :
Similarity Law diatas digunakan untuk memprediksi Head baru atau pressure
yang mampu dikeluarkan pompa bila ada perubahan speed N dan/atau diameter
impellernya.
Point kedua
Masih dengan analogi kipas angin, pada kecepatan yang sama, baling-baling yang
besar akan menghasilkan hembusan angin yang lebih banyak dibandingkan
dengan baling-baling yang kecil. Demikian pula pada pompa, impeller yang
mempunyai diameter lebih besar akan menghasilkan flowrate/capacity yang lebih
banyak.
D = diameter impeller
Aplikasi rumus diatas di lapangan adalah untuk memprediksi flowrate yang dapat
dikirim pompa bila putaran dan diameter impellernya berubah.
Point ketiga
Dengan berubahnya diameter impeller maka flowrate dan Head akan berubah.
Beban yang harus ditanggung pompa (Hydraulic Horse Power/whp) dan Motor
(Brake Horse Power/bhp) pun akan berubah.
Angka konstanta 3960 diatas didapat dari besaran foot pounds untuk 1 hp
(33.000) dibagi dengan berat 1 gallon air (8,33 pounds)
Sedangkan Brake Horsepower atau input pompa atau bhp adalah horsepower
actual yang digunakan oleh penggerak (motor listrik atau engine) untuk
menggerakkan pompa.
Dari similarity law pada point pertama dan kedua :
Maka bila kita masukkan Q dan H pada rumus whp/bhp (kita sebut saja P atau
power) akan didapat hubungan :
Bila kita buat perbandingan antara 2 pompa yang sebangun akan didapatkan :
Kesimpulannya :
ada 3 similarity laws pompa yang dapat digunakan untuk memprediksi flowrate,
Head, dan Horsepower pompa bila putaran dan diameter impeller berubah.
Hukum Affinity
D = Diameter Impeller
N = Kecepatan (RPM)
Hukum afinitas untuk pompa sentrifugal dengan diameter impeller tetap konstan
dan kecepatan berubah:
Flow:
o Q1 / Q2 = N1 / N2
o Q2 = 200 GPM
Head:
o H2 = 400 Ft
Horsepower(BHP):
o BHP2 = 40
Hukum afinitas untuk pompa sentrifugal dengan kecepatan tetap konstan dan
diameter impeller berubah:
Flow:
o Q1 / Q2 = D1 / D2
o Q2 = 75 GPM
Head:
o H2 = 56.25 Ft
Horsepower(BHP):
o Example: 5/BHP2 = 8 x 8 x 8 / 6 x 6 x 6
o BHP2 = 2.1
Brake Horsepower
o BHP = 4.0
Skema Pompa
Rumusan Masalah
Pengertian pompa ?
Prinsip kerja pompa ?
Bagaimana perawatannya ?
Pompa
Suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu
tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan dengan cara
menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung secara terus
menerus.
Keunggulan
Kapasitasnya besar.
Jalannya tenang.
Tidak ada
mekanisme
Kelemahan
mengerjakan zat cair kental, terutama pada aliran volume yang kecil.
Dalam keadaan normal pompa sentrifugal tidak dapat menghisap sendiri (tidak
dapat
memompakan
udara).
Perawatan Pompa
Lanjutan
Jika pompa berhenti karena listrik padam pada waktu beropersi, sakelar listrik
harus dibuka (dimatikan) dan pada saat bersamaan, katup keluar ditutup.
Jika pompa tidak akan dioperasikan dalam jangka waktu lama, zat cair di dalam
pompa harus dibuang dan pompa dikeringkan.