Anda di halaman 1dari 21

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lansia

Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lansia menurut Depkes,


dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan
pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah /
lingkungan keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas, yang diberikan oleh perawat.
Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau
petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau
bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan
di rumah atau panti.

Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada


kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:

1 Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa
dukungan tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi
palsu: kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga:
kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai,
misalnya porsi kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani.

2 Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang
lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut
usia pasif pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh
oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar
tidak terjadi dekubitus (lecet).

Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk menjadi dekubitus karena


perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain:
1. Berkurangnya jaringan lemak subkutan

2. Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas

3. Menurunnya efisiensi kolateral capital pada kulit sehingga kulit


menjadi lebih tipis dan rapuh

4. Adanya kecenderungan lansia imobilisasi sehingga potensi terjadinya


dekubitus.

B. Pendekatan Perawatan Lanjut Usia

1. Pendekatan fisik

Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-


kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ
tubuh, tingkat kesehatan yang masih bias di capai dan dikembangkan, dan penyakit
yang yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum
bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian yaitu:

1. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih
mampu melakukan sendiri.

2. Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan
fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar
perawatan klien usia lanjut ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan
keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.

Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya


peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila keberhasilan kurang
mendapat perhatian.
Disamping itu kemunduran kondisi fisik akibat proses penuaan, dapat
mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.
Untuk klien lanjut usia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai
kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku,
kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan, cara memakan obat, dan
cara pindahdari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Hal ini penting meskipun tidak
selalu keluhan-keluhan yang dikemukakan atau gejala yang ditemukan memerlukan
perawatan, tidak jarang pada klien lanjut usia dihadapkan pada dokter dalam
keadaan gawat yang memerlukan tindakan darurat dan intensif, misalnya gangguan
serebrovaskuler mendadak, trauma, intoksikasi dan kejang-kejang, untuk itu perlu
pengamatan secermat mungkin.

Adapun komponen pendekatan fisik yang lebuh mendasar adalah


memperhatikan atau membantu para klien lanjut usia untuk bernafas dengan lancar,
makan, minum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan,
tidur, menjaga sikap, tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran,
beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan
suhu badan melindungi kulit dan kecelakaan.Toleransi terhadap kakurangan O2
sangat menurun pada klien lanjut usia, untuk itu kekurangan O2 yang mendadak
harus disegah dengan posisi bersandar pada beberapa bantal, jangan melakukan
gerak badan yang berlebihan.

Seorang perawat harus mampu memotifasi para klien lanjut usia agar mau dan
menerima makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan mengunyah sering dapat
menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
menghidangkan makanan agak lunak atau memakai gigi palsu. Waktu makan yang
teratur, menu bervariasi dan bergizi, makanan yang serasi dan suasana yang
menyenangkan dapat menambah selera makan, bila ada penyakit tertentu perawat
harus mengatur makanan mereka sesuai dengan diet yang dianjurkan.
Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya
peradangan, mengingat sumber infeksi bisa saja timbul bila kebersihan kurang
mendapat perhatian. Oleh karena itu, kebersihan badan, tempat tidur, kebersihan
rambut, kuku dan mulut atau gigi perlu mendapat perhatian perawatan karena semua
itu akan mempengaruhi kesehatan klien lanjut usia.

Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan, hal ini harus dilakukan


kepada klien lanjut usia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala
bila memperlihatkan kelainan, misalnya: batuk, pilek, dsb. Perawat perlu
memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, jika ada keluhan insomnia, harus
dicari penyebabnya, kemudian mengkomunikasikan dengan mereka tentang cara
pemecahannya. Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lanjut usia
membimbing dengan sabar dan ramah, sambil bertanya apa keluhan yang dirasakan,
bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah dimminum, apakah mereka bisa
melaksanakan ibadah dsb. Sentuhan (misalnya genggaman tangan) terkadang sangat
berarti buat mereka.

2.Pendekatan psikis

Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan


edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter , interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan
sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian
dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu
memegang prinsip Tripple, yaitu sabar, simpatik dan service.

Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih sayang
dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawatan.. Untuk itu perawat
harus selalu menciptakan suasana yang aman , tidak gaduh, membiarkan mereka
melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.
Perawat harus membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam
memecahkan dan mengurangi rasa putus asa , rendah diri, rasa keterbatasan sebagai
akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya.

Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama
dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala,
seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya
kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan , perubahan pola tidur dengan
suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan pergeseran libido.

Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang membosankan,
jangan menertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa melakukan
kesalahan . Harus diingat kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan
tertentu.

Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap
kesehatan, perawat bila melakukannya secara perlahan lahan dan bertahap, perawat
harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehinga seluruh
pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di
masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia.

3. Pendekatan sosial

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan
social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya
adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain

Penyakit memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia


untuk mengadakan konunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi, nonton film,
atau hiburan lain. Tidak sedikit klien tidak tidur terasa, stress memikirkan
penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah sehingga menimbulkan
kekecewaan, ketakutan atau kekhawatiran, dan rasa kecemasan.

Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara lanjut usia, hal ini
dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban bersama.
Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama
mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan
kesejahteraan sosial bagi lanjut usia di Panti Werda.

4. Pendekatan spiritual

Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam


hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnua dalam kedaan sakit atau
mendeteksikematian.

Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang


menghadapi kematian, DR. Tony styobuhi mengemukakn bahwa maut sering kali
menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti
ketidak pastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan
kumpul lagi bengan keluatga dan lingkungan sekitarnya. Dalam menghadapi
kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung
dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini. Adapun kegelisahan yang
timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga perawat harus dapat meyakinkan lanjut
usia bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus
mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia.

Umumnya pada waktu kematian akan datang agama atau kepercayaan


seseorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran seorang
iman sangat perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia.
Dengan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya
terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut
usia melalui agama mereka.

C. Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia

Agar lanjut usia dapat melaukan kegiatan sehari hari secara mandiri dengan:

1. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah


lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.

2. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat


hidup klien lanjut usia (life support)

3. menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau
gangguan baik kronis maupun akut.

4. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan


diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu

5. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang
menderita suatu penyakit, masih dapat mempertahankan kebebasan yang
maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara
maksimal).

D. Fokus Keperawatan Lanjut Usia

Keperawatan lanjut usia berfokus pada :

1. Peningkatan kesehatan (helth promotion)

2. Pencegahan penyakit (preventif)

3. Mengoptimalkan fungsi mental


4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

E. Diagnosa Keperawatan

1. Aspek fisik atau biologis

Dx : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu


dalam memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena factor
biologi.

NOC I : Status nutrisi

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien diharapkan


mampu:

1. Asupan nutrisi tidak bermasalah

2. Asupan makanan dan cairan tidak bermasalah

3. Energy tdak bermasalah

4. Berat badan ideal

NIC I : Manajemen ketidakteraturan makan (eating disorder management)

1. Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan untuk memuat perencanaan


perawatan jika sesuai.

2. Diskusikan dengan tim dan pasien untuk membuat target berat badann, jika
berat badan pasien tdak sesuia dengan usia dan bentuk tubuh.
3. Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap hari
supaya mencapai dan atau mempertahankan berat badan sesuai target.

4. Ajarkan dan kuatkan konsep nutrisi yang baik pada pasien

5. Kembangkan hubungan suportif dengna pasien

6. Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan makanan dan
kenaikan atau pemeliharaan berat badan

7. Gunakan teknik modifikasi tingkah laku untuk meningkatkan berat badan dan
untuk menimimalkan berat badan.

8. Berikan pujian atas peningkatan berat badan dan tingkah laku yang
mendukung peningkatan berat badan.

Dx. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama,
terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi yng
ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 224 jam pasien diharapkan
dapat memperbaiki pola tidurnya dengan criteria :

1 Mengatur jumlah jam tidurnya

2 Tidur secara rutin

3 Miningkatkan pola tidur

4 Meningkatkan kualitas tidur

5 Tidak ada gangguan tidur

NIC : Peningkatan Tidur


1 Tetapkan pola kegiatan dan tidur pasien

2 Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya

3 Jelaskan pentingnya tidur selama sakit dan stress fisik

4 Bantu pasien untuk menghilangkan situasi stress sebelum jam tidurnya

Dx. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskular


yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk menahan
pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan.

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 324 jam diharapkan


pasien mampu :

1 Kontinensia Urin

2 Merespon dengan cepat keinginan buang air kecil (BAK).

3 Mampu mencapai toilet dan mengeluarkan urin secara tepat waktu.

4 Mengosongkan bladde dengan lengkap.

5 Mampu memprediksi pengeluaran urin.

NIC : Perawatan Inkontinensia Urin

1 Monitor eliminasi urin

2 Bantu klien mengembangkan sensasi keinginan BAK.

3 Modifikasi baju dan lingkungan untuk memudahkan klien ke toilet.

4 Instruksikan pasien untuk mengonsumsi air minum sebanyak 1500 cc/hari.


Dx. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan
memori sekunder

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 224 jam pasien diharapkan
dapat meningkatkan daya ingat dengan criteria :

1 Mengingat dengan segera informasi yang tepat

2 Mengingat inormasi yang baru saja disampaikan

3 Mengingat informasi yang sudah lalu

NIC : Latihan Daya Ingat

1 Diskusi dengan pasien dan keluarga beberapa masalah ingatan

2 Rangsang ingatan dengan mengulang pemikiran pasien kemarin dengan cepat

3 Mengenangkan tentang pengalaman di masalalu dengan pasien

Dx. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang


ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.

TUJUAN

NOC : Fungsi Seksual

1 Mengekspresikan kenyamanan

2 Mengekspresikan kepercayaan diri

NIC : Konseling Seksual

1 Bantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk organ


seksual seiring dengan bertambahnya usia.
2 Diskusikan beberapa pilihan agar dicapai kenyamanan.

Dx. Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular

Yang ditandai dengan :

1 Perubahan gaya berjalan

2 Gerak lambat

3 Gerak menyebabkan tremor

4 Usaha yang kuat untuk perubahan gerak

NOC : Level Mobilitas ( Mobility Level )

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat :

1 Memposisikan penampilan tubuh

2 Ambulasi : berjalan

3 Menggerakan otot

4 Menyambung gerakan/mengkolaborasikan gerakan

NIC : Latihan dengan Terapi Gerakan ( Exercise Therapy Ambulation )

1 Kosultasi kepada pemberi terapi fisik mengenai rencana gerakan yang sesuai
dengan kebutuhan

2 Dorong untuk bergerak secara bebas namun masih dalam batas yang aman

3 Gunakan alat bantu untuk bergerak, jika tidak kuat untuk berdiri (mudah
goyah/tidak kokoh)
Dx. Kelelahan b.d kondisi fisik kurang

Yang ditandai dengan:

1 Peningkatan kebutuhan istirahat

2 Lelah

3 Penampilan menurun

NOC Activity Tolerance

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat:

1 Memonitor usaha bernapas dalam respon aktivitas

2 Melaporkan aktivitas harian

3 Memonitor ECG dalam batas normal

4 Memonitor warna kulit

NIC Energy Management

1 Monitor intake nutrisi untuk memastikan sumber energi yang adekuat

2 Tentukan keterbatasan fisik pasien

3 Tentukan penyebab kelelahan

4 Bantu pasien untuk jadwal istirahat

Dx. Risiko kerusakan integritas kulit

NOC : Kontrol Risiko ( risk control )


Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat :

1 Kontrol perubahan status kesehatan

2 Gunakan support system pribadi untuk mengontrol risiko

3 Mengenal perubahan status kesehatan

4 Monitor factor risiko yang berasal dari lingkungan

NIC : penjagaan terhadap kulit ( skin surveillance )

1 Monitor area kulit yang terlihat kemerahan dan adanya kerusakan

2 Monitor kulit yang sering mendapat tekanan dan gesekan

3 Monitor warna kulit

4 Monitor suhu kulit

5 Periksa pakaian, jika pakaian terlihat terlalu ketat

Dx. Kerusakan Memori b.d gangguan neurologis

Yang ditandai dengan :

1 Tidak mampu mengingat informasi factual

2 Tidak mampu mengingat kejadian yang baru saja terjadi atau masa lampau

3 Lupa dalam melaporkan atau menunjukkan pengalaman

4 Tidak mampu belajar atau menyimpan keterampilan atau informasi baru

NOC : Orientasi Kognitif


Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat :

1 Mengenal diri sendiri

2 Mengenal orang atau hal penting

3 Mengenal tempatnya sekarang

4 Mengenal hari, bulan, dan tahun dengan benar

NIC : Pelatihan Memori ( Memory Training )

1 Stimulasi memory dengan mengulangi pembicaraan secara jelas di akhir


pertemuan dengan pasien.

2 Mengenang pengalaman masa lalu dengan pasien.

3 Menyediakan gambar untuk mengenal ingatannya kembali

4 Monitor perilaku pasien selama terapi

2. Aspek psikososial

Dx. Coping tidak efektif b.d percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan koping,
dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari karakteristik atau hubungan.

NOC I : koping (coping)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara konsisten
diharapkan mampu:

1. Mengidentifikasi pola koping efektif

2. Mengedentifikasi pola koping yang tidak efektif


3. Melaporkan penurunan stress

4. Memverbalkan control perasaan

5. Memodifikasi gaya hidup yang dibutuhkan

6. Beradaptasi dengan perubahan perkembangan

7. Menggunakan dukungan social yang tersedia

8. Melaporkan peningkatan kenyamanan psikologis

NIC I : coping enhancement

1. Dorong aktifitas social dan komunitas

2. Dorong pasien untuk mengembangkan hubungan

3. Dorong berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan dan ketertarikan


yang sama

4. Dukung pasein untuk menguunakan mekanisme pertahanan yang sesuai.

5. Kenalkan pasien kepada seseorang yang mempunyai latar belakang


pengalaman yang sama.

Dx. Isolasi social b.d perubhaan penampilan fisik, peubahan keadaan sejahtera,
perubahan status mental.

NOC I : Lingkungan keluarga : internal ( family environment: interna)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara konsisten
diharapkan mampu:

1. Berpatisipasi dalam aktifitas bersama


2. Berpatisipasi dala tradisi keluarga

3. Menerima kujungan dari teman dan anggota keluarga besar

4. Memberikan dukungan satu sama lain

5. Mengekspresikan perasaan dan masalah kepada yang lain.

6. Mendorong anggota keluarga untuk tidak ketergantungan

7. Berpatisipasi dalam rekreasi dan acara aktifitas komunitas

8. Memecahkan masalah

NIC I : Keterlibatan keluarga (Family involvement)

1. Mengidentifikasikan kemampuan anggota keluarga untuk terlibat dalam


perawatan pasien.

2. Menentukan sumber fisik, psikososial dan pendidikan pemberi pelayanan


kesehatan yang utama.

3. Mengidentifkasi deficit perawatan diri pasien

4. Menentukan tinggat ketergantungan pasien terhadap keluarganya yang sesuai


dengan umur atau penyakitnya.

Dx. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,


perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.

NOC :

Setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan selama 224 jam pasien


diharapkan akan bisa memperbaiki konsep diri dengan criteria :
1. Mengidentifikasi pola koping terdahulu yang efektif dan pada saat ini tidak
mungkin lagi digunakan akibat penyakit dan penanganan (pemakaian alkohol
dan obat-obatan; penggunaan tenaga yang berlebihan)

2. Pasien dan keluarga mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan dan


reaksinya terhadap penyakit dan perubahan hidup yang diperlukan

3. Mencari konseling profesional, jika perlu, untuk menghadapi perubahan


akibat pnyakitnya

4. Melaporkan kepuasan dengan metode ekspresi seksual

NIC : Peningkatan harga diri

1. Kuatkan rasa percaya diri terhadap kemampuan pasien mengndalikan situasi

2. Menguatkan tenaga pribadi dalam mengenal dirinya

3. Bantu pasien untuk memeriksa kembali persepsi negative tentang dirinya

Dx. Cemas b.d perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi , fungsi
peran, lingkungan, status ekonomi

Yang ditandai dengan:

1. Ekspresi yang mendalam dalam perubahan hidup

2. Mudah tersinggung

3. Gangguan tidur

NOC Anxiety Control


1. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien
dapat:

2. Memonitor intensitas cemas

3. Melaporkan tidur yang adekuat

4. Mengontrol respon cemas

5. Merencanakan strategi koping dalamsituasi stress

NIC Anxiety Reduction

1. Bantu pasien untuk menidentifikasi situasi percepatan cemas

2. Dampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan mengurangi


ketakutan

3. Identifikasi ketika perubahan level cemas

4. Instuksikan pasien dalam teknik relaksasi

Dx. Resiko Kesendirian

NOC Family Coping

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat:

1. Mendemontrasikan fleksibelitas peran

2. Mengatur masalah

3. Menggunakan strategi penguranagn stress

4. Menghadapi masalah
NIC Family Support

1. Bantu pekembangan harapan yang realistis

2. Identifikasi alami dukungan spiritual bagi keluarga

3. Berikan kepercayaan dalam hubungan dengan keluarga

4. Dengarkan untuk berhubungan dengan keluarga, perasan dan pertanyaan

Dx. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik
(ketidakseimbangan mobilitas) serta psikologis yang disebabkan penyakit atau terapi

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24jam pasien diharapkan


meningkatkan citra tubuhnya dengan criteria :

1. Merasa puas dengan penampilan tubuhnya

2. Merasa puas dengan fungsi anggota badannya

3. Mendiskripsikan bagian tubuh tambahan

NIC : Peningkatan Citra Tubuh

1. Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan karena penyakit atau


pembedahan

2. Memutuskan apakah perubahan fisik yang baru saja diterima dapat masuk
dalam citra tubuh pasien

3. Memudahkan hubungan dengan individu lain yang mempunyai penyakit yang


sama

4. Aspek spiritual
Dx : Distress spiritual b.d peubahan hidup, kematian atau sekarat diri atau orang lain,
cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan social, kurang sosiokultural.

NOC I : pengaharapan (hope)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara luas
diharapkan mampu:

1. Mengekspresikan orientasi masa depan yang positif

2. Mengekspresikan arti kehidupan

3. Mengekspresikan rasa optimis

4. Mengekspresikan perasaan untuk mengontrol diri sendiri

5. Mengekspresikan kepercayaan

6. Mengekspresikan rasa percaya pada diri sendiri dan orang lain

NIC I : penanaman harapan (hope instillation)

1. Pengkaji pasian atau keluarga untuk mengidentifikasi area pengharapan dalam


hidup

2. Melibatkan pasien secara aktif dalam perawatan diri

3. Mengajarkan keluarga tentang aspek positif pengharapan

4. Memberikan kesempatan pasien atau keluarga terlibat dalam support group.

5. Mengembangkan mekanisme paran koping pasien

Anda mungkin juga menyukai