Anda di halaman 1dari 73

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BPK. E DENGAN


MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI PADA ANAK
USIA SEKOLAH DI RW 03 KELURAHAN CISALAK PASAR
DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR - NERS

Siti Nurmanah

1006823532

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PROFESI

DEPOK

JULI 2013

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK. E DENGAN


MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI PADA ANAK
USIA SEKOLAH DI RW 03 KELURAHAN CISALAK PASAR
DEPOK

KARYA AKHIR ILMIAH - NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
NERS

Siti Nurmanah

1006823532

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PROFESI

DEPOK

JULI 2013

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karna ilmiah akhir ners (KIA-N) ini.
Penulisan karya ilmiah akhir ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai gelar NERS Universitas Indonesia. Saya menyadari
bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan KIA-N ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan KIA-N ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada :
(1) Ibu Dewi Irawaty, MA, PhD, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
(2) Ibu Riri Maria, SKp., MANP, selaku koordinator mata ajar Karya Ilmiah
Akhir.
(3) Ibu Poppy Fitriyani S.Kp., M.Kep., Sp.Kom, selaku pembimbing KIAN
saya yang selalu memberikan arahannya selama pembuatan KIAN ini.
(4) Suami dan anak tercinta, serta kedua orang tua yang selalu memberi
semangat dan doa kepada saya untuk terus maju.
(5) Teman-teman ekstensi angkatan 2010 yang saya cintai yang selalu
menguatkan dan saling mendukung selama proses pembelajaran.
(6) Serta semua pihak yang telah membantu saya baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga KIAN ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.

Depok, Juli 2013

Penulis

iv

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013
ABSTRAK

Nama : Siti Nurmanah

Program Studi : Profesi Ners

Judul :Asuhan Keperawatan Keluarga Bpk. E Dengan Masalah


Ketidakseimbangan Nutrisi Pada Anak Usia Sekolah Di RW 03
Kelurahan Cisalak Pasar Depok

Pusat kota memiliki jumlah penduduk lebih dari 1 juta orang. Tingginya arus
urbanisasi memiliki dampak disegala aspek, salah satunya masalah kesehatan.
Salah satu masalah kesehatan yang muncul yaitu masalah nutrisi pada anak usia
sekolah. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memaparkan asuhan keperawatan
keluarga dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada anak usia sekolah. Salah
satu intervensi keperawatan yang diberikan yaitu penyusunan menu makan
dengan gizi seimbang. Evaluasi yang didapat yaitu An.S menghabiskan lebih
banyak porsi makannya. Saran yang diberikan kepada keluarga yaitu agar
keluarga mencoba memberikan menu makanan yang bervariasi dengan nilai gizi
seimbang.
Kata kunci : Anak Usia Sekolah, Asuhan Keperawatan Keluarga, Gizi Kurang,

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


ABSTRACT

Name : Siti Nurmanah


Study Programme : Nursing science
Title :Family Nursing Mr E With Nutritional Imbalance
Problems In School Age Children In RW 03 Cisalak
Pasar subdistrict, Depok

The city center has a population of more than 1 million people. The high
urbanization has an impact all aspects, one of which health problems. One of the
health problems that arise are nutritional problems in school-age children. This
paper aims to describe a family nursing care with nutritional imbalance problem
in school-age children. One nursing intervention given that the preparation of diet
with balanced nutrition. Evaluation obtained is An.S spend more meal portions.
Advice given to the family, the family that tries to provide a varied diet with
balanced nutritional value.
Key words: Family Nursing Care, Nutrition Less, School Aged Children

vi

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................. iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................. v
ABSTRAK ................................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ ix
1. PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA. ....................................................................................... 5
2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan.......... ........................5
2.2 Anak Usia Sekolah Sebagai Agregat Beresiko ................................................ 7
2.3 Gizi Anak Sekolah ......................................................................................... ..8
2.4 Konsep Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah............................................... 15
2.5 AsuhanKeperawatan Keluarga ....................................................................... 16
3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA...................................................... 19
3.1 Pengkajian.. . ....................................................................... 19
3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 20
3.3 Rencana Keperawatan ........................................................................ 21
3.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................ 22
3.5 Evaluasi Keperawatan ........................................................................ 23
4. ANALISIS SITUASI............................................................................................ 24
4.1 Profil lahan praktek ............................................................................................. 24
4.2 Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan konsep kasus
terkait.................................................................................................................... 24
4.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait ................... 26
4.4 Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan ........................................................ 28
5. PENUTUP............................................................................................................. 29
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 29
5.2 Saran..................................................................................................................... 29
DAFTAR REFERENSI ........................................................................................... 30

vii

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model teori family centre nursing Friedman.......................................... 16

viii

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Laporan lengkap kasus kelolaan

Lampiran 2 : Contoh menu makan pada anak sekolah

Lampiran 3 : Leaflet gizi seimbang anak usia sekolah

ix

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota didefinisikan secara geograpi memiliki populasi tinggi lebih dari 99 jiwa
per mil2, kota dengan populasi kurang lebih 20.000 jiwa tetapi kuang dari 50.000
jiwa (Stanhope & Lancaster, 2004). Menurut Koentjaraningrat(1990 dalam
Effendy (1998), Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau
dengan istilah lain saling berinteraksi. Keperawatan kesehatan masyarakat
perkotaan termasuk dalam lingkup keperawatan komunitas, karena masyarakat
perkotaan merupakan komunitas yang tinggal disuatu perkotaan dengan semua
keadaan dan kondisi yang ada dilingkungan kota (Depkes, 2006)

Daerah perkotaan sangat kompleks baik dari segi masyarakatnya, pekerjaan


bahkan dari segi masalah kesehatan. Banyak hal yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat perkotaan, sehingga masalah kesehatan yang muncul pun beraneka
ragam. Salah satu masalah kesehatan yang muncul yaitu masalah gizi. Masalah
gizi bukan hanya terjadi pada balita tetapi juga beresiko terjadi pada anak usia
sekolah. Data dari Riskesdas (2007) menyatakan bahwa masalah kesehatan yang
banyak terjadi di masyarakat perkotaan untuk agregat anak usia sekolah yaitu
kecelakaan kendaraan bermotor, gangguan nutrisi baik nutrisi lebih maupun
nutrisi kurang, penganiayaan terhadap anak, penyakit kronis, perubahan perilaku
(pola makan, penyalahgunaan substansi-subtansi).

Anak usia Sekolah Dasar (6-12 tahun) mempunyai karakteristik banyak


melakukan aktivitas jasmani. Oleh karena itu, pada masa ini anak membutuhkan
energi tinggi untuk menunjang aktivitasnya. Energi dalam tubuh dapat timbul
karena adanya pembakaran karbohidrat, protein dan lemak, karena itu agar energi
tercukupi perlu pemasukan makanan memiliki nilai gizi yang tinggi. Pola makan
yang sehat dibutuhkan anak-anak untuk mendapatkan gizi yang seimbang.
Penelitian yang dilakukan Bahabol (2013) menyatakan terdapat hubungan yang
signifikan antara asupan makan dengan status gizi anak sekolah. Faktanya masih
dijumpai adanya masalah gizi kurang pada anak usia sekolah.

1 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


2

Menurut data riset kesehatan dasar tahun (2010), prevalensi status gizi pada anak
usia sekolah di Indonesia 7.6% kurus dan 4.6% sangat kurus. Banyak hal yang
menyebabkan terjadinya masalah gizi kurang pada anak usia sekolah dasar.
Ketidakcukupan nilai gizi dan kurangnya variasi dari makanan yang diberikan
dirumah bisa menjadi salah satu faktor penyebabnya. Sehingga anak menjadi
lebih senang jajan dari pada makan dirumah. Oleh karena itu, keluarga
mempunyai peran yang sangat besar dalam mengatasi masalah gizi kurang pada
anak usia sekolah dasar.

Survey yang dilakukan oleh Herlina (2012) terdapat 70 anak usia sekolah
dikelurahan Cisalak Pasar yang mengalami resiko gizi kurang. Survei atau
pemantauan status gizi (PSG)(2009 dalam Bahabol, 2013) menyatakan bahw
masalah gizi muncul akibat ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu
kemampuan rumah tangga untuk memperoleh makanan untuk semua anggotanya
kurang. Peningkatan pengetahuan keluarga terhadap keseimbangan nutrisi sangat
mempengaruhi peningkatan status gizi pada anak. Oleh karena itu diperlukan
penyuluhan atau pendidikan kesehatan mengenai gizi seimbang kepada keluarga
dengan masalah kurang gizi.

Syafiq (2008) menyatakan salah satu strategi peningkatan status kesehatan dan
gizi pada anak yaitu dengan pendekatan berbasis komunitas. Perawat generalis
selain melakukan asuhan keperawatan di klinik, juga dapat melakukan asuhan
keperawatan pada keluarga. Perawat generalis dapat memberikan asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah gizi kurang pada anak usia sekolah.
Perawat keluarga dapat memberikan intervensi keperawatan mandiri untuk
mengatasi masalah gizi kurang pada anak usia sekolah.

Kelurahan Cisalak Pasar merupakan daerah perkotaan yang berbatasan langsung


dengan pasar Cisalak. Data yang diperoleh dari mahasiswa residensi yang sedang
praktik diwilayah cisalak pasar didapati 4 orang anak usia sekolah di RW 03
kelurahan cisalak pasar dengan status gizi kurang. Survey yang dilakukan
mahasiswa profesi terdapat 18 anak usia sekolah beresiko gizi kurang. Salah satu

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


3

keluarga dengan anak beresiko gizi kurang yaitu keluarga bapak E yang bertempat
tinggal di RW 03 cisalak pasar.

Salah satu anak bapak E yaitu An.S berusia 8.5 tahun tampak kurus, memiliki
berat badan 16 kg dan tinggi badan 113 cm dengan status antropometri antara -
3SD sampai -2SD. An.S jarang menghabiskan makanannya dan lebih menyukai
jajan diluar. Penyebab sulit makan pada an.S karena keluarga jarang masak
dirumah dan lebih sering membeli lauk siap saji. Implementasi yang telah
dilakukan yaitu memberikan pendidikan kesehatan mengenai gizi seimbang dan
gizi kurang, mendemonstrasikan triguna makanan serta implementasi unggulan
yaitu menyusun menu makan seimbang dan modifikasi perilaku. Evaluasi yang
didapat yaitu an.S mulai menghabiskan lebih banyak porsi makan nya namun
kebiasaan jajannya belum berubah. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk
membahas gambaran mengenai asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak
usia sekolah.

1.2 Perumusan masalah


Anak usia Sekolah Dasar (6-12 tahun) membutuhkan energi tinggi untuk
menunjang aktivitasnya. Pola makan yang sehat dibutuhkan anak-anak untuk
mendapatkan gizi yang seimbang. Survey yang dilakukan mahasiswa profesi di
RW 03 kelurahan Cisalak Pasar terdapat 18 anak usia sekolah dengan status
beresiko gizi kurang. Salah satu keluarga dengan anak usia sekolah beresiko gizi
kurang yaitu keluarga bapak E. Sehingga penulis merasa tertarik untuk membahas
gambaran mengenai asuhan keperawatan pada keluarga bapak E dengan masalah
ketidakseimbangan nutrisi pada anak usia sekolah di RW 03 kelurahan Cisalak
Pasar.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga
Bapak E dengan masalah gizi kurang pada An.S

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


4

1.3.2 Tujuan Khusus


Mahasiswa mampu memberikan gambaran tentang :
1.3.2.1 Hasil pengkajian pada keluarga Bapak E dengan masalah gizi kurang pada
An. S
1.3.2.2 Rencana keperawatan pada keluarga Bapak E dengan masalah gizi kurang
pada An.S
1.3.2.3 Implementasi keperawatan pada keluarga Bapak E dengan masalah gizi
kurang pada An.S
1.3.2.4 Evaluasi dari rencana keperawatan keluarga Bapak E dengan masalah gizi
kurang pada An.S

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Metodelogi
Karya ilmiah ini dapat menjadi sarana peneliti untuk mengembangkan
pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pemberian asuhan keperawatan
komunitas terutama asuhan keperawatan keluarga dengan anak usia sekolah serta
mengaplikasikan materi yang didapatkan saat di bangku perkuliahan.
1.4.2 Keilmuan
menambah sumber informasi bagi dunia keperawatan khususnya keperawatan
komunitas dalam menangani kasus keluarga di perkotaan dengan masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada agregat anak usia sekolah.
1.4.3 Aplikatif
Karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai dasar asuhan keperawatan keluarga
dengan anak usia sekolah. Menambah pengetahuan keluarga terkait gizi seimbang
dan dapat menerapkan pemberian gizi seimbang bagi keluarganya serta dapat
membantu menyelesaikan masalah gizi kurang pada anaknya.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan


Kota didefinisikan secara geograpi memiliki populasi tinggi lebih dari 99 jiwa
per mil2, kota dengan populasi kurang lebih 20.000 jiwa tetapi kuang dari 50.000
jiwa (Stanhope & Lancaster, 2004). Menurut Centers for Disease Control and
Prevention (CDC), 2001 (dalam Lancester dan Stanhope 2004), City adalah pusat
kota yang menjadi pusat urban dengan jumlah penduduk lebih dari satu juta
orang. Gejala urbanisasi di sebuah kota dapat dilihat dari jmlah penduduk yang
terus berubah (bertambah) dan terjadi perubahan pada tatanan masyarakat.

Masyarakat perkotaan sering disebut juga urban community. Masyarakat


perkotaan tentunya memiliki perbedaan dengan masyarakat yang lain. Arus
Urbanisasi yang tinggi menimbulkan dampak bagi pertumbuhan eknomi, industri
dan masalah kesehatan yang melipti lingkungan fisik, psikologis, sosial, kultural,
dan spiritual. Semakin tinggi tuntutan kehidupan maka semakin tinggi pula beban
ekonomi.

Data dari Riskesdas (2007) menyatakan bahwa masalah kesehatan yang banyak
terjadi di masyarakat perkotaan yaitu penyakit infeksi (TB, hepatitis, pneumonia),
penyakit tidak menular (stroke, diabetes melitus, hipertensi). Untuk agregat anak
usia sekolah, masalah kesehatan yang banyak terjadi diperkotaan yaitu kecelakaan
kendaraan bermotor, gangguan nutrisi baik nutrisi lebih maupun nutrisi kurang,
penganiayaan terhadap anak, penyakit kronis, perubahan perilaku (pola makan,
penyalahgunaan substansi-subtansi). Masalah kesehatan yang sering muncul di
perkotaan dapat dilihat pula dari jenis pelayanan yang terdapat di PUSKESMAS.
Pelayan yang ada dipuskesmas antara lain pelayanan TB, KIA, dan salah satunya
program gizi.

Stanhope dan Lancaster (2004) menyatakan masalah kesehatan masyarakat


perkotaan pada komunitas anak usia sekolah antara lain ; 1) accidental injuries

5 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


6

seperti kecelakaan kendaraan bermotor ; 2) overweight ; 3)keracunan timah hitam,


4) penganiayaan dan 5) pengabaian (child abuse and neglect) terhadap anak ; 6)
masalah kesehatan/penyakit kronis; 7) perubahan perilaku seperti pola makan ; 8)
penyalahgunaan substansi-substansi, maladaptasi sekolah;9) masalah nutrisi.

Masalah nutrisi yang sering muncul pada anak usia sekolah seperti gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan, KEP (kurang energi protein), gangguan akibat
kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A (KVA), dan anemia gizi besi (AGB),
yang dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang anak yang dinilai oleh
hasil pengukuran antropometri, seperti berat badan dan tinggi badan. Masalah
nutrisi juga dapat mengakibatkan anak rentan terkena penyakit infeksi karena
penurunan system imunnya sehingga anak mudah sakit. Selain itu, nutrisi yang
tidak adekuat juga dapat mempengaruhi prestasi anak di sekolah karena nutrisi ke
otak yang tidak adekuat. Berbagai akibat yang ditimbulkan karena nutrisi yang
kurang pada anak usia sekolah ini, tentunya akan menurunkan kualitas anak
bangsa yang kelak akan membangun negara.

Perawat generalis selain melakukan asuhan keperawatan di klinik, juga dapat


melakukan asuhan keperawatan komunitas atau keperawatan kesehatan
masyarakat. Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan ini termasuk dalam
lingkup keperawatan komunitas. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu
upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim
kesehatan lain dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih
tinggi dari individu, keluarga dan masyarakat (DepKes RI, 2006).

Masyarakat perkotaan merupakan komunitas yang tinggal di daerah perkotaan


dengan semua keadaan dan kondisi yang ada di lingkungan kota. Allender dan
Spradley (2005) menyatakan keperawatan masyarakat perkotaan memiliki 8
karakteristik dan merupakan hal yang penting dalam melakukan praktik yaitu 1)
merupakan lahan keperawatan ; 2) Merupakan kombinasi antara keperawatan
publik dan keperawatan klinik; 3) Berfokus pada populasi ;4) menekankan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


7

terhadap pencegahan akan penyakit serta adanya promosi kesehatan dan


kesejahteraan diri ; 5)Mempromosikan tanggung jawab klien dan self care;
6)Menggunakan pengesahan/pengukuran dan analisa; 7)Menggunakan prinsip
teori organisasi ; 8)Melibatkan kolaborasi interprofesional.

Keperawatan kesehatan masyarakat cakupannya sangat luas, tidak hanya


menangani suatu permasalahan yang membutuhkan adanya penyembuhan dari
suatu penyakit tetapi juga adanya upaya pencegahan. Oleh karena itu, diruang
lingkung keperawatan kesehatan masyarakat mencakup peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan
(kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta
memfungsikan kembali baik individu, kelurarga, dan kelompok-kelompok
masyarakat kelingkungan sosial dan masyarakat. Sehingga peran perawat
kesehatan masyarakat perkotaan terhadap masalah gizi kurang pada anak usia
sekolah juga lebih ditekankan pada upaya promotif dan preventif.

2.2 Anak Usia Sekolah Sebagai Agregat Beresiko


Urban health disparity didefinisikan sebagai perbedaan dalam mendapatkan
kesempatan atau peluang untuk mencapai level kesehatan yang optimal, yang
dialami oleh populasi yang kurang beruntung secara sosial (CDC, 2008).
Karakteristik demografi (usia, jenis kelamin dan status sosio ekonomi penduduk
kota) mempengaruhi kesehatan, baik di tingkat individu maupun keseluruhan
populasi. Kelompok populasi tertentu memerlukan pertimbangan khusus karena
mereka memiliki masalah kesehatan atau kebutuhan tertentu dalam lingkungan
perkotaan. Dalam masyarakat perkotaan, tiap tahapan rentang umur memiliki
kebutuhan kesehatan dan keamanan khusus. Anak usia sekolah merupakan salah
satu populasi dengan resiko terhadap masalah kesehatan.

Anak usia sekolah tumbuh lebih lambat dari balita dan bayi (Stanhope&Lancaster,
2004). Anak usia sekolah membutuhkan banyak kalori. Pemilihan makanan pada
usia ini dipengaruhi oleh teman. Disamping makanan utama, pada usia ini anak
suka jajan. Oleh karena itu pilihan jajanan atau makanan selingan yang

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


8

dikonsumsi harus diperhatikan kebersihan dan nutrisinya. Di daerah perkotaan


sering dijumpai jajanan yang tidak sehat dan kurang bersih, sehingga
menimbulkan penyakit yang disebabkan mikroorganisme patogen. Selain itu, anak
usia sekolah banyak mengkonsumsi gula. Oleh karena itu seringkali anak usia
sekolah mengalami masalah pada gigi. Kandungan lemak, gula dan garam yang
tinggi pada makanan olahan, makan makanan siap saji dan makanan ringan yang
dibeli dari pedagang kaki lima, restoran dan gerai makanan cepat saji yang telah
meningkat jumlahnya di sebagian besar kota, menyebabkan terjadinya obesitas
pada anak usia sekolah.

2.3 Gizi Anak Sekolah


2.3.1 Konsep Anak Usia Sekolah
Periode anak usia sekolah dasar dimulai ketika anak berusia 6 tahun diakhiri
sampai anak pubertas yaitu sekitar usia 12 tahun (Potter & Perry, 2006). Menurut
Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya
sekolah menjadi pengalaman inti anak. Pada masa ini terjadi perubahan
perkembangan yang beragam diseluruh area pertumbuhan dan pekembangan.
Oleh karena itu anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik tertentu yang
berbeda dengan orang dewasa.

Wong (2009) mengatakan anak sekolah merupakan golongan yang mempunyai


karakteristik mulai mencoba mengembangkan kemandirian dan menentukan
batasan-batasan norma. Variasi individu mulai lebih mudah dikenali seperti
pertumbuhan dan perkembangannya, pola aktivitas, kebutuhan zat gizi,
perkembangan kepribadian, serta asupan makanan. Karakteristik lain yaitu anak
banyak menghabiskan waktu di luar rumah, ktivitas fisik anak semakin meningkat
dan mencari jati dirinya.

Tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Havighurst dalam Hurlock


(2002) antara lain mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk
permainan permainan yang umum. Membangun sikap yang sehat mengenai diri
sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh. Belajar menyesuaikan diri dengan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


9

teman-teman seusianya. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita


yang tepat. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca,
menulis dan berhitung. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan
untuk kehidupan sehari-hari. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata
dan tingkatan nilai. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social
dan lembaga-lembaga. Mencapai kebebasan pribadi.

Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian


nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh
kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu
dapat dilaksanakan dengan sempurna. Sehingga sering terjadi masalah nutrisi baik
nutrisi kurang maupun nurtrisi lebih.

2.3.2 Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah


2.3.2.1 Konsep Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses pencernaan, absorbsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi (Supariasa,dkk, 2002). Zat gizi atau nutrien merupakan
elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh terdiri dari air, karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, dan mineral (Potter & Perry, 2006). Anak usia sekolah
membutuhkan zat gizi yang seimbang agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai
tahap tumbuh kembangnya.

Menurut Almatsier (2004), fungsi zat gizi dalam tubuh dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Memberi energi
Zat- zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan
protein. Oksidasi zat- zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh
untuk melakukan kegiatan/ aktivitas. Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah
paling banyak dalam bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi,
ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembakar.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


10

b. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh


Protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu,
diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel
yang rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat
pembangun.
c. Mengatur Proses Tubuh
Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh.
Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer
dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai
penangkal organisme yang bersifat infektif. Mineral dan vitamin diperlukan
sebagai pengatur dalam proses-proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot
serta banyak proses lain yang terjadi di dalam tubuh termasuk proses menua.
Air diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan di dalam tubuh seperti dalam
darah, pembuangan sisa-sisa/ ekskresi dan lain-lain proses tubuh. Dalam
fungsi mengatur proses tubuh ini, protein, mineral, air, dan vitamin
dinamakan zat pengatur (Almatsier, 2004).

2.3.2.2 Status Gizi


Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2004). Status gizi ini menjadi penting karena
merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian.
Status gizi yang baik bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya
dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat
dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data
kuantitatif maupun kualitatif (Achadi, 2007). Penilaian status gizi dapat dinilai
secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat
dibagi menjadi empat yaitu (Supariasa, 2002) :
a. Antropometri
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum
digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein energi.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


11

Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi


jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh .
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan - perubahan
yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini
dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa
oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis
secara cepat.survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-
tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.
Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang
dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat
penyakit.
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja, dan
juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
d. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan stuktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi
tertentu seperti kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah
tes adaptasi gelap.

KEMENKES (2010) membagi status gizi anak usia sekolah (5-18 tahun) menjadi
sangat kurus, kurus, normal, gemuk, dan obesitas dengan menggunakan indikator
IMT/ Umur. Dikatakan sangat kurus jika nilai Z-score <-3SD, kurus jika nilai Z-
score antara -3SD sampai <-2SD, normal jika nilai Z-score -2SD sampai 1SD,
gemuk jika nilai Z-score >1SD sampai 2SD dan dikatakan obesitas jika nilai Z-

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


12

score >2SD. Anak usia sekolah dikatakan gizi kurang jika status gizi kurus atau
sangat kurus.

2.3.2.3 Kebutuhan Nutrisi pada Anak Usia Sekolah


Anak usia sekolah sangat memerlukan asupan makanan yang seimbang untuk
menunjang tumbuh kembangnya. Kebutuhan zat gizi bagi anak usia sekolah
harus seimbang antara zat pembangun, zat energi dan zat pengatur. Judarwanto
(2006) mengatakan bahwa Makanan pada anak usia sekolah harus serasi,selaras
dan seimbang. Serasi artinya sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak.
Selaras adalah sesuai dengan kondisi ekonomi,sosial budaya serta agama dari
keluarga. Sedangkan seimbang artinya nilai gizinya harus sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan usia dan jenis bahan makanan seperti kabohidrat, protein
dan lemak.

Keseimbangan zat gizi yang pada anak tentunya sangat dipengaruhi oleh perilaku
makan anak. Lowe, dkk (2004) menyatakan bahwa perilaku makan anak
ditentukan oleh rasa makanan, paparan, model dan penghargaan. Peran orang tua
sangat berpengaruh terutama pada ibu, karena seorang ibu berperan dalam
pengelolaan rumah tangga dan berperan dalam mementukan jenis makanan yang
akan dikonsumsi keluarganya (Astuti dan Sulistyowati, 2012).

Penyajian hidangan yang bervariasi dan memiliki zat gizi yang cukup tentunya
sangat dipengaruhi oleh keluarga. Penyusunan menu makan dengan komposisi zat
gizi seimbang merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan akan gizi
pada anak. Saifah (2011) dalam tesisnya menyebutkan bahwa tugas keluarga
dalam praktik diet yaitu menyediakan jenis dan jumlah makanan bagi anggota
keluarga, mendorong anggota keluarga untuk menyimpan catatan makanan tiga
hari yang bermanfaat dalam mengkaji kualitas dan kebutuhan gizi keluarga.

Bahabol (2013) dalam penelitiannya mengenai hubungan asupan makan dengan


status gizi anak sekolah dasar di kecamatan dekai suku momuna propinsi papua
mengatakan pola konsumsi makanan harus memperhatikan nilai gizi makanan dan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


13

kecukupan zat gizi yang dianjurkan. Hal tersebut dapat ditempuh dengan
penyajian hidangan bervariasi dan kombinasi. Namun hasil penelitian tersebut
menyebutkan tidak ada hubungan yang significant antara asupan makan dengan
status gizi anak sekolah dasar.

2.3.2.4 Gizi Kurang Pada Anak Usia Sekolah


Masalah gizi kurang tersebar luas di negara-negara berkembang, termasuk
Indonesia. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (2010) masalah kekurangan
konsumsi energi dan protein terutama terjadi pada anak usia sekolah (6-12 tahun),
44,4 persen anak umur 7-12 tahun konsumsi energinya kurang dari 70 persen
berdasarkan tabel angka kecukupan gizi. Anak usia sekolah membutuhkan asupan
gizi yang baik agar kelak dapat menjadi generasi penerus yang unggul dan lebih
baik dari yang sekarang. Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi pada anak.
Pola asupan makanan yang tidak seimbang pada anak usia sekolah dalam jangka
waktu yang lama akan menyebabkan kurangnya gizi dalam tubuh.

Penyebab gizi kurang menurut supariasa (2002) dibedakan menjadi penyebab


langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung yaitu asupan makan dan
penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung yaitu ekonomi, pengetahuan dan
pelayanan kesehatan. Schroeder (2001), menyatakan bahwa kekurangan gizi
dipengaruhi oleh konsumsi makan-makanan yang kurang dan adanya penyakit
infeksi sedangkan penyebab mendasar adalah makanan, perawatan (pola asuh)
dan pelayanan kesehatan. Unicef (1990 dalam bapenas 2006) menyatakan
Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi
pangan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh,
ketersediaan pangan, faktor sosial-ekonomi, budaya dan politik.

Menurut Almatsier (2004) akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung
pada zat-zat apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang
dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan,
produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, perilaku. Oleh karena
itu, masalah kurang gizi harus segera diatasi berdasarkan penyebabnya.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


14

Salah satu penyebab gizi kurang yang dapat diatasi lebih dulu yaitu karena asupan
makanan. Salah satu tata laksana mengatasi kesulitan makan pada anak usia
sekolah yaitu dengan memperbaiki kekurangan makanan yang diperlukan
misalnya jenis makanan, jumah makanan, jadwal pemberian maakan, perilaku dan
suasana makan ( Sunarjo, 2012). Pembuatan menu makanan dengan gizi seimbang
yang bervariasi setiap harinya bisa menjadi salah satu implementasi yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah sulit makan pada anak. Hal ini dapat dilihat
melalui PUGS.

Pedoman umum gizi seimbang (PUGS) menurut Depkes (2002), gizi seimbang
sama seperti piramida makanan, namun dikelompokkan lagi berdasarkan fungsi
utama gizi yang sering disebut dengan istilah Tri Guna Makanan. Tri Guna
Makanan terdiri dari tiga pengelompokan makanan yaitu: sumber zat tenaga yaitu
padi-padian, dan umbi-umbian serta tepung-tepungan yang digambarkan didasar
kerucut, sumber zat pengatur yaitu sayur-sayuran digambarkan pada bagian
tengah kerucut dan sumber zat pembangun yaitu kacang-kacangan, makanan
hewani dan hasil olahan digambarkan pada bagian atas kerucut. Keseimbangan
gizi dapat diperoleh jika hidangan sehari-hari terdiri dari sekaligus tiga kelompok
bahan makanan.

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang dikeluarkan oleh Depkes (2002)
bertujuan untuk mengatur pola makan sehari-hari dengan gizi seimbang yang
tertuang dalam bentuk 13 pesan dasar yaitu: 1) konsumsi makanan yang beraneka
ragam; 2) Konsumsi makanan untuk memenuhi kecukupan enegi; 3) Makan-
makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhn energi; 5) Gunakan garam
beryodium; 6) Makan-makanan sumber zat besi; 7) Berikan ASI saja kepada bayi
sampai umur 4 bulan; 8) Biasakan makan pagi; 9) Minum air bersih yang aman
dan cukup jumlahnya; 10) Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur; 11)
Hindari minum-minuman beralkohol; 12) Makan-makanan yang aman bagi
kesehatan; 13) Baca label pada makanan yang dikemas. Kompas (2011) dalam
artikelnya menyebutkan bahwa Terdapat empat pilar gizi seimbang bagi anak

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


15

sekolah, yakni makanan bervariasi yang memadai secara kualitas dan kuantitas,
pola hidup bersih dan sehat, upaya menjaga berat badan ideal, dan aktivitas fisik
secara teratur.

2.4 Konsep Keluarga dengan Anak Usia Sekolah


Helvie (1981 dalam Mubarak, 2005) menyatakan keluarga adalah sekelompok
manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten
dan hubungan erat. Allender dan Sprandley (2005) menyatakan keluarga adalah
satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan
emosional dan mengembangkan dalam iterelasi sosial, peran dan tugas. Dapat
disimpulkan keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
beberapa orang yang memiliki ikatan emosional.

Friedman, Bowden, dan Jones (2003) membagi fungsi keluarga sebagai berikut:
1) fungsi afektif, berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan
besar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikosial; 2)fungsi sosialisasi dimana keluarga merupakan tempat individu
melaksanakan sosialisasi dengan anggota keluarga dan belajar disiplin, norma
budaya dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga. 3)fungsi reprduksi,
meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.4)fungsi ekonomi, merupakan fungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti makan, pakian, perumahan dan lain-lain.5)fungsi perawatan
keluarga dimana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan dan
asuhan kesehatan/keperawatan

Friedman, Bowden, dan Jones (2003) menyatakan ada lima tugas keluarga dalam
bidang kesehatan, yaitu: 1)mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap
anggotanya ; 2) mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat,
memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang tertalu muda ;
3)mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan ;
4)perkembangan kepribadian anggota keluarga; 5)mempertahankan hubungan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


16

timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan. yang menunjukkan


pemanfaatan dengan baik fasilitas kesehatan yang ada.

Keluarga dengan anak usia sekolah dimulai pada saat anak yang tertua memasuki
sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun (Friedman, Bowden, &
Jones (2003). Pada fase ini umumnya keluarga telah mencapai anggota keluarga
maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas disekolah, masing-
masing anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang
mempunyai aktivitas berbeda dengan anak. Untuk itu keluarga perlu bekerjasama
untuk mencapai tugas perkembangannya.
.
Fungsi perawat pada keluarga dengan anak usia sekolah yaitu melakukan
perawatan dan konsultasi baik dalam keluarga maupun disekolah, misalnya pada
anak yang mengalami gangguan kesehatan. Perawat bekerjasama dengan guru
sekolah dan orang tua anak.

2.5 Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan
individu sebagai anggota keluarga (Friedman, Bowden, & Jones , 2003). Sasaran
asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang rawan kesehatan,
yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang beresiko terhadap
timbulnya masalah kesehatan, baik individu maupun keluarga itu sendiri. Tahapan
proses keperawatan keluarga sama dengan proses keperawatan secara umum.

Teori Model Family Centre Nursing Friedman dalam Friedman, Bowden, dan
Jones (2003) menyatakan keluarga merupakan sekumpulan orang yang
dihubungkan karena perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan social individu yang didalamnya
terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan
bersama.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


17

Gambar.1 Model teori family centre nursing Friedman


Berdasarkan gambar 1 model tersebut, proses keperawatan keluarga terdiri dari
pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan perencanaan,
pelaksanaan asuhan keperawatan dan evaluasi. Pada tahap pengkajian, hal-hal
yang perlu dikaji dalam keluarga meliputi data umum keluarga, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, pengkajian lingkungan baik lingkungan didalam rumah
maupun di luar rumah. Selain itu juga mengkaji fungsi keluarga, stress dan koping
keluarga, pemeriksaan fisik dan harapan keluarga. Pemeriksaan fisik terkait
nutrisi pada anak usia sekolah menurut Stanhope dan Lancaster (2004) meliputi
pemeriksaan rambut, mata, gigi, wajah, mulut, kuku, otot, tanda tanda vital.

Setelah melakukan pengkajian, selanjutnya merumuskan diagnosa keperawatan


dan menetapkan prioritas masalah. Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis
mengenai individu, keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan data dan analisis cermat, memberikan dasar untuk menetapkan
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


18

tindakan tindakan dimana perawat bertanggung jawab melaksanakannya


(Shoemaker, 1984 dalam Mubarak 2005). Diagnosa keperawatan terdiri dari
diagnosa aktual, resiko tinggi dan potensial.

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan selanjutnya menentukan prioritas


masalah dengan melakukan skoring. Kriteria yang dipakai pada skoring yaitu sifat
masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensial masalah untuk dicegah
dan menonjolnya masalah. Rumus mendapatkan skor yaitu dengan skor yang
dipilih dibagi angka tertinggi kemudian dikalikan dengan bobot.

Setelah mendapatkan masalah yang prioritas selanjutnya membuat perencanaan.


Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan
oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah
kesehatan / masalah keperawatan yang telah diidentifikasi. Rencana keperawatan
yang berkualitas akan menjamin keberhasilan dalam mencapai tujuan serta
penyelesaian masalah.

Langkah langkah dalam mengembangkan rencana keperawatan keluarga yaitu


yang pertama menentukan sasaran atau goal. Sasaran atau goal adalah tujuan
umum yang merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala upaya.
Langkah yang kedua yaitu menentukan tujuan atau objective. Objective
merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci tentang hasil yang
diharapkan dari tindakan perawatan yang akan dilakukan. Langkah yang ketiga
yaitu menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.

Setelah melakukan perencanaan selanjutnya melakukan implementasi atau


pelaksanaan keperawatan keluarga yang diikuti tahap evaluasi. Pelaksanaan
merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana perawat
mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk
mengadakan perbaikan kearah perilaku hidup sehat.

Tahap yang terakhir yaitu tahap evalusi. Tahap evaluasi untuk melihat
keberhasilan dari rencana tindakan yang telah dibuat. Evaluasi terdiri dari evaluasi
kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Pada evalusi kualitatif terdapat 3 dimensi yang
dilihat yaitu struktur atau sumber, proses dan hasil.
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Pengkajian keluarga


KeluargaBapak E merupakan keluarga inti yang terdiri dari Bapak E, Ibu S, dan
tiga orang anaknya. Bapak E berusia 38 tahun sedangkan ibu S berusia 36 tahun.
Anak pertama An.A berusia 12 tahun, anak ke dua An.S berusia 8.5 thn, anak ke
tiga An.R berusia 17 bulan. Port de entry pada keluarga ini adalah An.S dengan
masalah nutrisi. Tahap perkembangan keluarga Bapak E saat ini adalah keluarga
dengan anak remaja. Karena anak pertama berusia 12 tahun dan akan masuk
sekolah SMP.

Keluarga bapak E tinggal dirumah kontrakkan yang berukuran 3X6 m 2 yang


berada di RT 05 RW 03 kelurahan Cisalak Pasar. Keluarga Bapak E tinggal di
lingkungan masyarakat yang mayoritas penduduk asli daerah setempat dan
pendatang dari Jakarta. Sebagian besar tetangga bekerja sebagai karyawan swasta
dan buruh.

Fasilitas yang dimanfaatkan keluarga untuk pemeliharaan dan pemeriksaan


kesehatan adalah Puskesmas. Biasanya kalau Ibu S atau Bapak E merasakan sakit,
Ibu S dan Bapak E biasanya langsung berobat ke puskesmas atau ke dokter
praktek dekat rumah. Keluarga memiliki jaminan kesehatan yaitu jamkesda.

Menurut ibu S dalam keluarga yang paling tampak kurus adalah an.S. Ibu S
mengatakan An.S sulit makan dirumah, makan hanya 1-2x sehari , setiap makan
hanya 1 centong nasi ditambah lauk. Ibu S mengatakan An. S tidak pernah
menghabiskan makanannya. Ibu S mengatakan jarang masak dirumah karna
bingung dengan menu masakan. Ibu S mengatakan jika tidak masak dirumah,
beliau akan membeli ayam siap saji atau menggoreng nuggets untuk makan anak
anaknya. Ibu S mengatakan jika masak dirumah, memasak nasi ditambah 1
macam lauk ikan atau ayam, terkadang ditambah sayur. Ibu S mengatakan
meskipun An.S tampak kurus, namun An.S termasuk anak yang aktif dan jarang

19 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


20

sakit. Ibu S mengatakan An.S sering jajan diluar dan disekolah. Ibu S
mengatakan selalu menuruti An.S jika ingin jajan. Ibu S mengatakan tidak pernah
membawakan bekal ke sekolah. Ibu S mengatakan meskipun An.S kurus tapi
tidak ada massalah dalam belajar.

An.S (8.5th) mengatakan bosan makan dirumah karna lauknya itu itu saja. An.
S mengatakan senang jajan chiki dan mie instan dan es di warung. Bapak E
mengatakan An.S memang kurus karna BB lahirnya juga kecil. Bapak E
mengatakan merasa penasaran apakah benar anaknya kurang gizi atau tidak.
Keluarga bapak E mengatakan belum mengetahui pengertian gizi kurang,
penyebab serta tanda dan gejalanya. Keluarga juga mengatakan tidak tahu jumlah
takaran makanan yang sesuai untuk anak usia sekolah. Bapak E mengatakan jika
ada keluarga yang sakit maka akan segera membawa ke puskesmas. Ibu S
mengatakan ingin mengetahui mengenai gizi seimbang agar an.S bisa gemuk.

0
Dari pemeriksaan fisik An.S didapatkan data nadi 100 x/mnt, Suhu 36,2 C,
pernapasan 20 x/mnt, TB113 cm, LLA 15 cm, BB 16 kg , IMT 12.5, status
antropometri antara-3SD s/d -2SD, Rambut terdistribusi secara merata berwarna
hitam kemerahan, tebal. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Perut tidak
buncit, oedema pada tungkai tidak ada.

Masalah kesehatan lain terdapat pada An.A (12 tahun) dan Bapak E (38tahun).
An.A memiliki riwayat penyakit ISPA yang selalu muncul jika daya tahan
tubuhnya menurun dan terdapat orang disekitarnya yang sedang batuk pilek maka
akan mudah tertular. Sedangkan bapak E memiliki kebiasaan merokok 1 bungkus
perhari. Bapak E juga memiliki kebiasaan minum kopi 2 gelas perhari. Saat
ditanya mengenai akibat dari merokok dan minum kopi, bapak E mengatakan
menyadari bahwa minum kopi dan merokok tidak baik untuk kesehatan. Tingkat
kemandirian keluarga berada pada tingkat I.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


21

3.2 Diagnosa keperawatan


Penyusunan diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas masalah yang di
skoringkan pada masing-masing diagnosa, dimana sebelumnya telah dilakukan
analisa data dari hasil pengkajian terlebih dahulu. Pada diagnosa 1 yaitu
ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada An.S mendapatkan
jumlah skor 4 1/2, ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada An.A dengan
masalah ISPA mendapat skor 4 1/6, perilaku cenderung beresiko pada bapak.E
skor 3 5/6, dengan rincian skor terlampir. Sehingga dapat diketahui diagnosa
keperawatan utama pada keluarga bapak E yaitu ketidakseimbangan nutrisi :
kurang dari kebutuhan pada An.S.

3.3 Rencana keperawatan


Tujuan umum dari rencana keperawatan untuk diagnosa ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yaitu setelah dilakukan asuhan keperawatan
keluarga sebanyak 7x kunjungan diharapkan keluarga mampu merawat anggota
keluarga dengan masalah gizi kurang. Adapun tujuan khusus dari masalah gizi
kurang pada An.S yaitu setelah 7x pertemuan diharapkan keluarga dapat
mengenal masalah kurang gizi dengan mampu menyebutkan pengertian gizi
seimbang, menyebutkan 2 contoh makanan dari tiap sumber gizi seimbang,
menyebutkan 3 manfaat gizi seimbang, menyebutkan arti kurang gizi,
menyebutkan 2 dari 4 penyebab kurang gizi, menyebutkan 3 dari 6 tanda dan
gejala kurang gizi, mengidentifikasi status gizi anak.

Tujuan khusus yang kedua yaitu keluarga dapat mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kurang gizi pada anak sekolah. Adapun indikatornya yaitu
keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 akibat dari kurang gizi pada anak dan
keluarga dapat memutuskan untuk mengatasi masalah kurang gizi.

Tujuan khusus yang ketiga yaitu keluarga mampu melakukan tindakan


keperawatan untuk mengatasi masalah kurang gizi. Adapun implementasi dari
TUK 3 ini antara lain menjelaskan cara perawatan dan pencegahan gizi kurang,
cara memilih bahan makan, cara mengolah bahan makanan yang benar. Selain itu

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


22

juga ada implementasi unggulan yang pertama yaitu mendemonstrasikan menu


makan seimbang untuk anak sekolah. implementasi yang lain yaitu
mendemonstrasikan cara mengolah bahan makanan yang baik dan dapat
mengelompokkan bahan makanan sesuai dengan triguna makanan. Cara mengolah
bahan makanan yang baik yaitu pertama alat alat masak harus bersih, cuci
tangan sebelum memulai mengolah makanan, lalu sayur dan buah dicuci dahulu
baru dipotong-potong, sayuran dimasak jangan terlalu lama. Sedangkan untuk
pengelompokan bahan makanan menggunakan food model yang terdiri bahan
makanan sumber energi, zat pengatur dan pembangun.

Tujuan khusus yang keempat yaitu keluarga dapat memodifikasi lingkungan


untuk mengatasi kurang gizi pada anak . ini merupakan implementasi unggulan
yang ke dua yaitu dengan modifikasi perilaku pada orang tua dan anak.
Modifikasi perilaku ini berkaitan dengan pola asuh orang tua.

Tujuan khusus yang kelima yaitu keluarga mampu menggunakan fasilitas


kesehatan yang ada untuk mengatasi kurang gizi pada anak. Implementasi yang
dilakukan yaitu menjelaskan mengenai manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan.
Selain itu juga menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk
mengatasi kurang gizi pada anak.

3.2 Implementasi
Pada kunjungan pertama dan kedua perawat telah melakukan pengkajian keluarga
baik penjajakan tahap 1 maupun penjajakan tahap 2. Pada pertemuan kedua
perawat telah menegakkan diagnosa keperawatan dan telah melakukan skoring.
Diagnosa utama yang didapat yaitu perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh.

Implementasi untuk TUK 1 dan 2 dilakukan pada pertemuan ketiga. TUK 3 untuk
demonstrasi menyusun triguna makanan dilakukan pada pertemuan ketiga juga.
Setelah keluarga diberi penjelasan mengenai gizi seimbang termasuk didalamnya
mengenai triguna makanan, kemudian keluarga diminta mengelompokkan food

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


23

model yang terdiri dari berbagai macam contoh sumber bahan makanan kedalam
kelompok sumber energi, zat pengatur dan pembangun.

Pada kunjungan keempat perawat melakukan demonstrasi cara mengolah


makanan dan demonstrasi implementasi unggulan yaitu menyusun menu
seimbang bagi an.S untuk 1 minggu. Pada pertemuan kelima sampai ketujuh
perawat melakukan evaluasi penyusunan menu seimbang dan memantau hasilnya
pada an.S serta melakukan implementasi TUK 4 yaitu modifikasi perilaku dan
TUK 5 pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan.

3.3 Evaluasi
Setelah 7x kunjungan keluarga telah mencapai TUK 1 sampai TUK 5. Pada
kunjungan ke empat keluarga mampu mendemonstrasikan ulang cara mengolah
makanan dan dapat menyusun menu makan selama 1 hari. Karena saat kunjungan
keluarga hanya mampu membuat menu makan seimbang selama 1 hari, sehingga
perawat meminta keluarga untuk menyusun menu kembali selama perawat tidak
berkunjung.

Pada kunjungan kelima keluarga menyatakan telah membuat menu makan 1


minggu untuk An.S namun belum membuat makanan sesuai jadwal yang disusun.
Pada pertemuan selanjutnya keluarga menyatakan telah mulai membuat masakan
sesuai menu yang dibuat. Keluarga menyatakan porsi makanan yang dihabiskan
mulai bertambah, meskipun masih belum menghabiskan 1 porsi makan yang
disediakan. Saat kunjungan rumah, tampak tersaji masakan nasi, sayur bayam,
ikan kembung, tempe goreng dan ada buah pisang. Tampak tertempel di dinding
menu makanan untuk 3 hari. Ibu S mengatakan mulai membekali anak makanan
kesekolah. Ibu S mengatakan sudah tidak memberi jajanan dekat waktu makan.
Ibu S mengatakan belum bisa membuat cemilan sehat. Ibu S mengatakan masih
kesulitan membatasi jajanan An.S karna An.S akan menangis jika tidak dituruti.
Selain itu, setelah dilakukan penimbangan ulang, bb an.S masih 16 kg. Hasil akhir
tingkat kemandirian keluarga saat ini berada pada tingkat III.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


BAB 4
ANALISA SITUASI

4.1 Profil lahan praktek


Kota Depok mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2. Secara geografis, Kota
Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan
wilayah Jabotabek. Penduduk Kota Depok pada tahun 2010 diperkirakan
berjumlah 1.610.000 jiwa (Dinas Kominfo Kota Depok, 2013).

Cisalak Pasar merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan


Cimanggis, Depok. Luas wilayah Cisalak Pasar adalah 1,71 km2. Jumlah
penduduk kelurahan Cisalak Pasar sebanyak 17.869 jiwa (BPS Depok, 2012).
Wilayah Kelurahan Cisalak Pasar terletak di wilayah yang cukup ramai karena
terletak di jalur utama akses Bogor Jakarta, sehingga dilalui banyak orang.
Kelurahan Cisalak pasar juga berdekatan dengan beberapa perusahaan besar, hal
ini menyebabkan banyak warga pendatang yang tinggal di wilayah Kelurahan
Cisalak Pasar.

Lahan praktek berada pada RW 03 keluarahan cisalak pasar. RW 03 terdiri dari 6


RT. RW 03 memiliki 4 posyandu. Wilayah RW 03 berbatasan langsung dengan
pasar Cisalak. Sebagian besar warga bekerja sebagai karyawan. Ada juga yang
bekerja sebagai pedagang di pasar Cisalak. Di RW 03 ini, ada beberapa warga
yang membuka home industri memproduksi tempe dengan karyawan masyarakat
sekitar. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan secara acak terhadap 6 RT,
didapatkan 47 anak usia sekolah. 18 diantaranya beresiko gizi kurang.

4.2 Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan konsep
kasus terkait.
Kota Depok merupakan salah satu wilayah perkotaan yang terdapat di area
Jabodetabek. RW 03 yang merupakan wilayah dari kelurahan Cisalak Pasar
terletak berdekatan dengan pasar Cisalak memungkinkan dapat membuat
masyarakat yang tinggal didaerah tersebut lebih rentan terhadap penyakit.
Banyaknya pedagang jajanan dipinggir jalan sepanjang jalan disekitar wilayah
RW 03 membuat anak usia sekolah yang tinggal diwilayah tersebut lebih rentan

24 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


25

mengalami resiko perubahan nutrisi. Seperti data rikesda (2007) yang menyatakan
bahwa salah satu masalah kesehatan dikota besar yaitu masalah gizi baik gizi
kurang ataupun lebih.

Hasil survey mahasiswa profesi di RW 03 kelurahan Cisalak Pasar menemukan


18 anak usia sekolah beresiko mengalami masalah nutrisi. Stanhope & Lancaster
(2004) menyatakan salah satu masalah kesehatan masyarakat perkotaan pada
komunitas anak usia sekolah yaitu masalah nutrisi. Masalah nutrisi yang
dimaksud antara lain gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan, KEP (kurang energi
protein), gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A (KVA), dan
anemia gizi besi (AGB).

Keperawatan kesehatan masyarakat tidak hanya menangani suatu permasalahan


yang membutuhkan adanya penyembuhan dari suatu masalah kesehatan tetapi
juga adanya upaya pencegahan. Allender dan Spradley (2001) menyatakan salah
satu karakteristik keperawatan kesehatan masyarakat yaitu menekankan terhadap
pencegahan akan penyakit serta adanya promosi kesehatan dan kesejahteraan diri.
Oleh karena itu implementasi keperawatan terhadap masalah kesehatan pada
keluarga bapak E ditekankan pada upaya preventif dan promotif.

Pengkajian pada keluarga bapak E telah dilakukan kepada semua anggota


keluarga. Berdasarkan analisa data dari hasil pengkajian maka didapatkan masalah
keperawatan prioritas yaitu perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh pada
an. S (8.5 th). Hal ini dibuktikan dengan data antropometri yaitu IMT/U berada
pada -3SD sampai -2SD. Hal ini sesuai dengan buku standar antropometri yang
dikeluarkan oleh KEMENKES (2010) bahwa anak usia sekolah dikatakan status
gizi kurus jika nilai z score berada pada -3SD sampai -2SD dan dikatakan sangat
kurus jika nilai z score >-3SD.

Penyebab gizi kurang pada An.S yaitu karena An.S sulit makan. An.S selalu tidak
pernah menghabiskan makanannya. An.S hanya makan 1-2x perhari dan An.S
lebih banyak jajan diluar. Setelah ditanya kepada An.S apa yang menyebabkan dia

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


26

tidak menghabiskan makanannya, an.S mengatakan merasa bosan dengan menu


makan yang itu itu saja. Suprariasa (2001) menyatakan salah satu penyebab
langsung masalah gizi kurang yaitu asupan makan yang kurang. Schroeder (2001),
menyatakan bahwa kekurangan gizi salah satunya dipengaruhi oleh konsumsi
makan-makanan yang kurang, sedangkan penyebab mendasar salah stunya adalah
makanan dan perawatan (pola asuh).

Kebutuhan makan untuk anak usia sekolah 1800kkall sampai 2000 kkall dan
harus seimbang komposisi zat makanan yang dimakan antara zat energi, pengatur
dan pembangun (Judarwanto, 2006). Sedangkan pada An.S pemenuhan akan zat
energi, pengatur dan pembangun tidak seimbang karena ibu S jarang masak
dirumah, dan jikalau memasak hanya 1 macam lauk saja.

Menurut Almatsier (2009) akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung
pada zat-zat apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang
dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan,
produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, perilaku. Namun
pada an.S keluarga mengatakan An.S memang kurus tetapi an.S jarang sakit dan
dalam hal belajar, an.S cepat menangkap pelajaran.

4.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait
Penyebab kurang gizi pada an.S karena sulit makan yang disebabkan karena menu
makan dirumah yang tidak bervariasi dan tidak seimbang komposisi zat gizinya,
dan juga karena pola asuh orang tua yang selalu menuruti an.s untuk jajan. Oleh
karena itu, perawat melakukan intervensi unggulan yaitu penyusunan menu
makan seimbang dan modifikasi lingkungan atau perilaku. Modifikasi perilaku
yang dimaksud yaitu dengan menjelaskan kepada keluarga cara merubah sikap
terhadap an. S agar an. S dapat mengurangi kebiasaan jajannya, selain itu juga
menjelaskan kepada keluarga hal hal yang dapat dilakukan oleh keluarga agar
meningkatkan nafsu makan an.S. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Sunarjo
(2012) bahwa Salah satu tata laksana mengatasi kesulitan makan pada anak usia
sekolah yaitu dengan memperbaiki kekurangan makanan yang diperlukan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


27

misalnya jenis makanan, jumah makanan, jadwal pemberian maakan, perilaku dan
suasana makan. Hal tersebut dapat ditempuh dengan penyajian hidangan
bervariasi dan kombinasi melalui pembuatan menu makan seimbang setiap
harinya.

Pembuatan menu makan dengan kadar zat gizi seimbang tentunya tidak lepas dari
peran serta keluarga. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Astuti dan Sulistyowati
(2012) dalam penelitiannya mengenai hubungan tingkat pendidikan ibu dan
tingkat pendapatan keluarga dengan status gizi anak prasekolah dan sekolah dasar
di kecamatan Godean, peran orang tua sangat berpengaruh terutama pada ibu,
karena seorang ibu berperan dalam pengelolaan rumah tangga dan berperan dalam
mementukan jenis makanan yang akan dikonsumsi keluarganya. Bahabol (2013)
dalam penelitiannya mengenai hubungan asupan makan dengan status gizi anak
sekolah dasar di kecamatan dekai suku momuna propinsi papua mengatakan pola
konsumsi makanan harus memperhatikan nilai gizi makanan dan kecukupan zat
gizi yang dianjurkan. Namun hasil penelitian tersebut menyebutkan tidak ada
hubungan yang significant antara asupan makan dengan status gizi anak sekolah
dasar.

Pelaksanaan implementasi penyusunan menu seimbang dilaksanakan pada


pertemuan keempat sampai pertemuan keenam. Hal ini dikarenakan keluarga
mengalami kesulitan untuk menyusun menu makan. Sedangkan implementasi
untuk modifikasi perilaku sampai pertemuan kedelapan belum dapat diselesaikan,
hal ini karena sulitnya merubah perilaku.

Evaluasi hasil yang didapat untuk penyusunan menu makan seimbang, keluarga
menyatakan telah membuat menu makan 1 minggu untuk An.S. Keluarga
menyatakan telah mulai membuat masakan sesuai menu yang dibuat. Keluarga
menyatakan porsi makanan yang dihabiskan an.S mulai bertambah, meskipun
masih belum menghabiskan 1 porsi makan yang disediakan. Saat kunjungan
rumah, tampak tersaji masakan nasi, sayur bayam, ikan kembung, tempe goreng
dan ada buah pisang. Tampak tertempel di dinding menu makanan untuk 3 hari.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


28

Evaluasi untuk implementasi modifikasi perilaku yaitu ibu S mengatakan mulai


membekali anak makanan kesekolah. Ibu S mengatakan sudah tidak memberi
jajanan dekat waktu makan. Ibu S mengatakan belum bisa membuat cemilan sehat
karena belum sempat membuatnya. Ibu S mengatakan masih kesulitan membatasi
jajanan An.S karna An.S akan menangis jika tidak dituruti. Secara objektif tampak
tertempel didinding jadwal menu makan harian untuk An.S. Berat badan an.S
masih 16 kg, yang artinya belum terjadi peningkatan berat badan setelah diberikan
intervensi keperawatan.

4.4 Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan


Berdasarkan hasil evaluasi, dapat disimpulkan bahwa tuk 3 dan 4 tercapai
sebagian. Sehingga rencana tindak lanjut untuk keluarga yaitu dengan terus
membuat jadwal harian dan membuat masakan sesuai dengan menu yang telah
disusun. Selain itu keluarga juga harus meningkatkan motivasi untuk tidak selalu
menuruti kemauan an.S untuk jajan. Keluarga juga harus memotivasi an.S agar
mau menghabiskan makanannya dan juga mengurangi jajannya. Alternatif lain
yang dapat dilakukan agar anak mau menghabiskan makanannya dan mau
merubah perilaku jajan nya yaitu keluarga bisa mencoba menu-menu baru dan
unik tapi terjangkau. Contohnya dengan membuat nuggets dari bahan dasar tempe
atau sayur, hal ini pernah dilakukan oleh mahasiswa residensi spesialis
keperawatan komunitas di RW 03.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian
nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Nutrisi kurang pada
An.S disebabkan karena asupan makan yang kurang. Selain itu juga disebabkan
karena pola asuh orang tua yang kurang tepat.

Intervensi yang diberikan merupakan intervensi keluarga yang terdiri dari TUK 1
sampai TUK 5. Intervensi unggulan yang diberikan yaitu penyusunan menu
seimbang dan modifikasi perilaku. Intervensi ini menjadi unggulan karena salah
satu penyebab gizi kurang pada An.S yaitu karena kurang variasi makanan yang
diberikan dirumah.

Setelah implementasi dilakukan selama 8x kunjungan, terdapat peningkatan porsi


makan yang dihabiskan oleh an.S. namun kebiasaan jajan pada an.S belum dapat
dirubah. Selain itu juga belum terdapat peningkatan berat badan pada an.S setelah
diberikan intervensi.

5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan
permasalahan ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yaitu:
5.2.1 Keluarga
Keluarga lebih mengoptimalkan dalam pemberian nutrisi yang cukup bagi anak
usia sekolah dengan memberikan menu makan yang bervariasi dengan nilai gizi
seimbang.
5.2.2 Puskesmas / Perawat Komunitas
Meningkatkan upaya pencegahan terjadinya masalah gizi kurang pada anak usia
sekolah, diantaranya dengan pembinaan dan pemberdayaan keluarga yang
memiliki resiko gizi kurang pada anak. Pemberdayaan dan pembinaan keluarga
ini dapat dilakukan oleh puskesmas setempat dengan melibatkan perawat
komunitas dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait gizi seimbang.
29 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


2

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


DAFTAR REFERENSI

Achadi, E., et al. (2007). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Departemen. Gizi
Kesmas DKM-UI. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Allender, J. A & Spradley, B.W (2005). Community health nursing: promoting


and protecting the publics health. 7th Ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.

Almatsier, S. (2004). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Astuti, F.D., Sulistyowati, T.F. (2012). Hubungan tingkat pendidikan ibu dan
tingkat pendapatan keluarga dengan status gizi anak prasekolah dan
sekolah dasar di kecamatan godean. Jurnal KESMAS. Yogyakarta :
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan.

Bahabol, M. (2013). Hubungan asupan makan dengan status gizi anak sekolah
dasar (Studi kasus siswa SD kelas v kecamatan Dekai suku Momuna
Kabupaten Yahukimo) propinsi Papua. Tugas akhir. Program Studi Ilmu
Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya.

Bapenas (2006). Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010. Juni 22,
2013. http://ntt-academia.org/Pangantt/RAN-Pangan-Nutrisi-Bahasa.pdf.

CDC. (2008). Community Health and Program Services (CHAPS): Health


Disparities Among Racial/Ethnic Populations. Atlanta: U.S. Department of
Health and Human Services.

Depkes. (2006). pedoman kegiatan perawat kesehatan masyarakat di Puskesmas.


Direktoorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisan Medik. Jakarta:
Depkes.

30 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


31

Depkes. (2007). Riskesdas 2007. Juni 22, 2013. http://www.balitbangkes.go.id.

Depkes. (2010). Kepmenkes RI NOMOR: 1995/MENKES/SK/XII/2010. Standar


antropometri penilaian status gizi anak.

Dinas Kominfo Kota Depok. (2013). Profil kota depok. Juli 03, 2013.
www.depok.go.id

Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat. (2002). Pedoman Umum Gizi Seimbang.


Jakarta: Depkes RI

Effendy, N. (1998). Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta:


Penerbit buku kedokteran EGC.

Friedman, M., Bowden, V.R., Jones, E.G. (2003). Family nursing: research,
theory & pravtice. 4th Ed. Ner Jersey: Person Education Inc.

Herlina. (2012). Rancangan perencanaan asuhan keperawatan pada anak usia


sekolah dengn risiko gizi kurang di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan
Cimanggis, Kota Depok. Program Magister Keperawatan, Kekhususan
Keperawatan Komunitas. FIK UI

Hurlock, E.B. (2002). Psikologi perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang


rentang kehidupan (Istiwidayanti dan Soedjarwo, Penerjemah). Jakarta :
Penerbit Erlangga.

Judarwanto, W. (2006). Perilaku makan anak sekolah. Jakarta : PICKY EATERS


CLINIC (Klinik Khusus Kesulitan Makan Pada Anak). 20 Juni 2013
http://gizi.depkes.go.id/makalah/download/perilaku%20makan%20anak%
20sekolah.pdf.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


32

Kemenkes. (2010). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan penelitian dan


pengembangan kesehatan Kemenkes RI.

Kompas (2011). Gizi Anak Usia Sekolah Memprihatinkan. Artikel kesehatan anak..
Diunduh 1 juli 2013 melalui
http://health.kompas.com/read/2011/01/25/0416225/Gizi.Anak.Usia.Sekolah.Memprih
atinkan.

Lowe, C. F., Horne, P.J., Tapper, K., Bowdery, M., & Egerton, C. (2004). Effects
of peer modelling and rewards based intervention to increase fruit and
vegetable comsumption in children. European journal of crinical nutrition,
58, 510-522.

Mubarak, W.I., Santoso, B.A., Rozikin, K., Patonah, S. (2005). Buku ajar ilmu
keperawatan komunitas : Teori dan aplikasi dalam praktik. Jakarta :
Sagung Seto.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2006). Fundamental keperawatan konsep, proses, dan
praktik (Edisi 4). Jakarta : EGC.

Saifah, A (2011). Hubungan peran keluarga, guru, teman sebaya dan media
massa dengan perilaku gizi anak usia sekolah dasar di wilayah kerja
puskesmas Mabelopura Kota Palu. Tesis. Program Pascasarjana FIK UI.

Schroeder, D.G. ( 2001). Malnutrition, Edited Samba R.D., and Bluem M.W.L.,
Nutrition and Health in Development countries. Tatawa New Jersey:
Humania Press.

Stanhope, M. & J. Lancaster. (2004). Community health nursing: Process and


practice for promoting helath. St. Louis: Mosby company.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


33

Sunarjo, D. (2012). Kesulitan makan pada anak. 20 Juni 2013


http://rsud.patikab.go.id/v2/download/KESULITAN%20MAKAN%20PA
DA%20ANAK.pdf

Supariasa, dkk. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.

Syafiq, A, (2008). Tinjauan Atas Kesehatan dan Gizi Anak Usia Dini. Jakarta :
Mercy Corp.

Wong,D.L., et all. (2009). Wong buku ajar keperawatan pediatrik (Edisi 6).
(Agus Sutarna, Neti Juniarti, dan Kuncara, Penerjemah ). Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


Lampiran1

LAPORAN LENGKAP KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Data Umum


1. Nama Keluarga (KK) : Bapak E ( 38 th)
2. Alamat dan telepon : RT 05/ 03 Kelurahan Cisalak Pasar Depok
3. Komposisi Keluarga
No Nama Jenis Hub. dgn Umur Pendidikan Pekerjaan
Kelamin KK
1. Ibu S Perempuan Istri 36 tahun SLTP IRT
2. An. A Perempuan Anak 12 tahun SD Pelajar
3. An S Perempuan Anak 8.5 tahun SD pelajar
4. An. R Laki-Laki Anak 17 bulan SD pelajar

Genogram

33
36

Bp. E Ibu S

8.5
8.5 9 bln
12

An. A An.S An.R

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


2

Keterangan
Keluarga ini terdiri dari Bapak E, Ibu S, dan tiga orang anaknya. Bapak E berusia
38 tahun sedangkan ibu S berusia 36 tahun. Anak pertama An.A berusia 12 tahun,
anak ke dua An.S berusia 8.5 thn, anak ke tiga An.R berusia 17 bulan. Port de
entry pada keluarga ini adalah An.S dengan masalah nutrisi.

3.1.1 Tipe Keluarga


Keluarga Bapak E merupakan keluarga inti (nuclear family) yang terdiri sepasang
suami isteri yang memiliki 3 orang anak. Anak 1 An.A berusia 12 tahun, anak ke
2 An.S berusia 8.5 thn, anak R berusia 17 bulan.

3.1.2 Suku
Bapak E dan ibu S berasal dari Kuningan Jawa barat, suku sunda.. Bahasa
dominan yang mereka gunakan adalah bahasa Indonesia. Terkait budaya, keluarga
Bapak E tidak memiliki ritual khusus untuk mengatasi penyakit yang ada pada
keluarga. Keluarga sudah bisa menggunakan fasilitas kesehatan dengan baik.

3.1.3 Keyakinan/Agama
Bapak E dan Ibu S beragama Islam. Keluarga bapak E sehari-hari mejalankan
ajaran Islam sholat 5 waktu, puasa Ramadhan, dan mengaji. Ibu S mengatakan
tidak ada permasalahan pada diri dan keluarganya untuk menjalankan ibadah, dan
tidak ada keyakinan dalam agamanya yang mengganggu kesehatan keluarganya.
Ketika ada anggota keluarga yang sedang sakit, keluarga juga selalu mendoakan
untuk kesembuhan anggota keluarga yang sakit tersebut.

3.1.4 Kelas sosial & status ekonomi


Bapak E bekerja sebagai supir pribadi. Sedangkan ibu S sebagai ibu rumah tangga
yang mengurusi rumah tangga. Saat ini, Keluarga Bapak E tinggal dirumah
kontrakan. Pendapatan Bapak E perbulan adalah sekitar Rp 1.500.000. Ibu S
mengatakan penghasilan Bapak E diperhitungkan untuk sebulan, cukup tidak
cukup dibiasakan untuk cukup.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


3

3.1.5 Aktivitas Rekreasi Keluarga


Keluarga bapak E jarang berekreasi ke tempat wisata karena tidak ada dana
khusus. Tetepi ibu S mengatakan 1 tahun sekali pasti ajak anak-anak berenang.

3.2 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


3.2.1 Tahap perkembangan keluarga inti
Tahap perkembangan keluarga Bapak E saat ini adalah keluarga dengan anak
remaja. Karena anak pertama berusia 12 tahun dan akan masuk sekolah SMP.
Tugas perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi saat ini antara lain :
3.2.1.1 Bertanggung jawab terhadap sistem keuangan keluarga
Bapak E saat ini bekerja sebagai supir pribadi dengan penghasilan 2 juta sebulan.
Meskipun penghasilannya hanya cukup untuk kebutuhan sehari hari, namun
bapak E selalu bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan.
3.2.1.2 Menetapkan pembagian tanggung jawab dalam keluarga
Pembagian tanggung jawab pada keluarga bapak.E yaitu bapak E bertanggung
jawab mencari nafkah, ibu S bertanggung jawab mengurus rumah dan anak-anak,
sedangkan an.A bertanggung jawab menjaga adik-adiknya dan bertanggung jawab
sebagai pelajar demikian pulan dengan an.S.
3.2.1.3 memperbaiki hubungan dengan saudara, teman dan kerabat
Keluarga bapak.E memiliki hubungan yang baik dengan saudara, tetangga, teman
dan kerabat. Keluarga mengatakan tidak ada selisih paham dengan orang lain.

3.2.2 Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Keluarga bapak.E mengatakan saat ini belum dapat menyediakan fasilitas untuk
individu yang berbeda dan kebutuhan anggota keluarga. Bapak.E belum dapat
menyediakan kamar pribadi untuk anak-anaknya karena rumah mereka masih
ngontrak.
3.2.3 Riwayat keluarga inti

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


4

Bapak E dan Ibu S menikah pada tahun 2000. Ibu S dan Bapak E mengaku saling
mencintai. Setelah satu tahun menikah lahirlah anak pertama. 2004 kemudian
anak kedua lahir. Kemudian pada januari 2012 lahirlah anak ketiga.

3.2.4 Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya


Bapak E berasal dari keluarga besar (5 bersaudara) yang bersuku sunda . orang tua
Bapak E masih berada di Jawa Barat. Orang tua Bapak E tidak memiliki riwayat
penyakit tertentu. Sampai sekarang, orang tua Bapak E masih sehat dan masih
bekerja sebagai petani. Ibu S adalah anak ke dua dari empat bersaudara. Orang tua
dari ibu S juga tidak ada riwayat penyakit tertentu.

3.3 Ligkungan
3.3.1 Karakteristik rumah
Keluarga bapak E tinggal dirumah kontrakkan yang berukuran 3X6 m 2 yang
berada di RT 05 RW 03 kelurahan Cisalak Pasar. Rumah ini bertipe permanen,
dengan lantai keramik. Kamar mandi ada di dalam rumah. Pencahayaan pada
malam hari menggunakan listrik. Rumah terdiri dari 3 ruang yaitu ruang tamu,
ruang tidur dan dapur. Di dapur, terdapat kamar mandi dan tempat mencuci
pakaian. Pada ruang tamu terdapat dua buah jendela. Pencahayaan dan sirkulasi
udara pada rumah Bapak E baik karena semua jendela dibuka pada siang hari.
Rumah terlihat rapih dan bersih.

R. tamu
utara

Km tdr
Kmr tidur

Dapur
kamar
mandi

Wc Dpr
wc Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


5

3.3.2 Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Tipe komunitas dan lingkungan keluarga Bapak E adalah kontrakan padat.
Kondisi tempat tinggal dan jalan terpelihara dengan baik. Sanitasi karena padat
dibuang ke pembuangan buatan dan rumah bersih, tidak ada terlihat sampah yang
menumpuk. Keluarga Bapak E tinggal di lingkungan masyarakat yang mayoritas
penduduk asli daerah setempat dan pendatang dari Jakarta. Sebagian besar
tetangga bekerja sebagai karyawan swasta dan buruh. Terjalin hubungan yang
baik dengan tetangga. Ibu S biasa berkumpul dengan tetangga, sedangkan Bapak
E terkadang ikut kumpul juga dengan para tetangga terutama pada malam hari
selesai pulang kerja.

3.3.3 Mobilitas geografis keluarga


Keluarga Bapak E tinggal dirumah tersebut sejak menikah. Dari rumah ke
pelayanan kesehatan seperti RS atau puskesmas mereka harus naik kendaraan
karena letaknya jalan menujju jalan raya kedepan. Keluarga Bapak E biasanya
menggunakan angkot untuk pergi ketempat kerja atau ke pelayanan kesehatan dan
lain-lain.

3.3.4 Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Keluarga Bapak E biasanya berkumpul pada malam hari setelah semua kesibukan
anggota keluarga masing-masing selesai atau kadang tidak bertemu karena bpk E
suka pulang telat malam. Pada sore dan malam hari, biasanya keluarga ini
berkumpul, makan malam berama, dan menonton TV. Kebersamaan di malam
hari biasanya digunakan keluarga untuk bercerita dan berdiskusi apabila terdapat
masalah dalam keluarga. Bapak E mengatakan bahwa hubungan antar aggota pada
keluarga Bapak E sangat baik. Sama halnya dengan hubungan antar anggota
keluarga, hubungan dengan tetangga sekitar juga terjalin sangat baik meskipun
Ibu S dan Bapak E jarang mengikuti perkumpulan RT.

3.3.5 Jaringan/social support keluarga


Fasilitas yang dimanfaatkan keluarga untuk pemeliharaan dan pemeriksaan
kesehatan adalah Puskesmas. Biasanya kalau Ibu S atau Bapak E merasakan sakit,

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


6

Ibu S dan Bapak E biasanya langsung berobat ke puskesmas atau ke dokter


praktek dekat rumah. Keluarga memiliki jaminan kesehatan yaitu jamkesda.

3.4 Struktur Keluarga


3.4.1 Pola komunikasi keluarga
Bapak E dan Ibu S mengatakan setiap hari pasti selalu berkomunikasi. Jika ada
hal yang penting selalu dibicarakan bersama. Ibu S mengatakan suaminya mau
mendengarkan keluhan-keluhannya, begitupun juga sebaliknya. Ibu S merasa ia
lebih terbuka jika berbicara dengan suaminya. Ibu S mengatakan tidak ada
masalah komunikasi pada keluarga ini. Semua masalah bisa diselesaikan dengan
cara berkomunikasi dan mencari jalan keluarnya.

3.4.2 Struktur kekuatan keluarga


Dalam keluarga Bapak E yang mengambil keputusan adalah Bapak E bersama
Ibu S. Jika ada masalah dalam keluarga selalu dibicarakan bersama. Ibu S patuh
pada suaminya. Begitu juga halnya dengan anak-anaknya.

3.4.3 Struktur peran


Bapak E dalam keluarga berperan sebagai kepala keluarga, dalam rumah
tangganya hanya Bapak E yang berperan sebagai pencari nafkah. Bapak E
mengatakan dirinya merasa senang sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah,
walau pendapatan yang ia terima sebagai supir pribadi sangat pas-pasan dalam
memenuhi kebutuhan keluarganya. Ibu S dalam keluarganya berperan sebagai istri
dan Ibu S sehari-hari mengurusi rumah tangganya. Ibu S merasa bahagia, dan
puas dengan pernikahannya. Ibu S mengatakan ia patuh pada suaminya sebagai
kepala keluarga dan pengambil keputusan dalam keluarganya. An. A sebagai anak
tertua di rumah, merupakan anak yang bertanggung jawab. Ibu S mengatakan
bahwa An. A suka membantu menjaga adik adiknya. Ibu S juga mengatakan
bahwa An. S merupakan anak yang patuh pada orang tua dan sangat menyayangi
kedua orang tuanya. Anak terakhir adalah An. R yang merupakan anak bungsu
yang masih balita.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


7

3.4.4 Nilai dan norma budaya


Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga disesuaikan dengan nilai dalam
agama Islam yang dianutnya serta norma masyarakat di sekitarnya. Keluarga ini
menggangap suatu kondisi sakit sebagai bagian dari siklus kehidupan. Terkait
dengan norma agama, Ibu S menggangap datangnya penyakit sebagai cobaan dari
Tuhan YME.

3.5 Fungsi Keluarga


3.5.1 Fungsi Afektif
Bapak E dan Ibu S saling menghormati dan menyayangi satu sama lain, begitu
juga terhadap orang tua mereka yang berada di kota lain. Bila ada masalah selalu
Bapak E dan Ibu S bicarakan bersama. Ibu S sangat menyayangi suami dan
keluarga suaminya. hxyhghhwjswjgevHubungan persaudaraan antara anak-anak
Ibu S sangat harmonis. Mereka tidak pernah bertengkar. Semua merasa saling
menyayangi.

3.5.2 Fungsi sosialisasi


Keluarga Bp. E, terutama Ibu S selalu mengingatkan anak-anaknya untuk
senantiasa bersikap sopan jika bergaul dengan orang lain. Bapak E dan Ibu S
selalu berinteraksi satu sama lain begitu juga dengan kedua keluarga besar
mereka. Biasanya Bapak E dan Ibu S berinteraksi dengan keluarga besar Bapak E
yang berada di kampung melalui telpon. Begitu juga dengan tetangga Ibu S. jika
siang hari dan tidak ada pekerjaan, Ibu S biasanya berkunjung ke rumah saudara-
saudaranya yang rumahnya tidak jauh dari rumah Ibu S.

3.5.3 Fungsi perawatan keluarga


Bapak E mengatakan saat ini tidak ada keluhan masalah kesehatan. Bapak E
memiliki kebiasaan merokok 1 bungkus perhari. Bapak E juga memiliki kebiasaan
minum kopi 2 gelas perhari. Bapak E makan 3x per hari. Saat ditanya mengenai
akibat dari merokok dan minum kopi, bapak E mengatakan menyadari bahwa
minum kopi dan merokok tidak baik untuk kesehatan.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


8

Ibu S mengatakan saat ini tidak memiliki keluhan masalah kesehatan. Ibu S
mengatakan memliki riwayat sakit maag. Sakit maag akan kambuh jika ibu S telat
makan. Ibu S mengatakan selalu makan teratur agar sakit maag nya tidak kambuh.
Ibu S mengatakan saat ini sakit maag nya bukanlah masalah kesehatan utama
dikeluarganya.Saat ini ibu S menggunakan KB suntik 3 bulan sekali.

An.A saat ini dalam kondisi sehat, namun ibu S mengatakan An.A yang paling
mudah terserang penyakit batuk pilek jika terlalu capek atau jika ada orang lain
yang batuk pilek. Ibu S mengatakan An.A mengalami penyakit ISPA yang
muncul jika daya tahan tubuh menurun. Ibu S mengatakan selalu memberi obat
batuk yang dibeli diapotik jika An.A batuk pilek. Ibu S mengatakan akan
membawa An.A ke puskesmas jika batuk pilek sudah 1 minggu tak sembuh.

An. S saat ini tidak ada keluhan masalah kesehatan. Menurut ibu S dalam
keluarga yang paling tampak kurus adalah an.S. Ibu S mengatakan An.S sulit
makan dirumah, makan hanya 1-2x sehari , setiap makan hanya 1 centong nasi
ditambah lauk. Ibu S mengatakan An. S tidak pernah menghabiskan makanannya.
Ibu S mengatakan jarang masak dirumah karna bingung dengan menu masakan.
Ibu S mengatakan jika tidak masak dirumah, beliau akan membeli ayam siap saji
atau menggoreng nuggets untuk makan anak anaknya. Ibu S mengatakan jika
masak dirumah, memasak nasi ditambah 1 macam lauk ikan atau ayam, terkadang
ditambah sayur. Ibu S mengatakan meskipun An.S tampak kurus, namun An.S
termasuk anak yang aktif dan jarang sakit. Ibu S mengatakan An.S sering jajan
diluar dan disekolah. Ibu S mengatakan selalu menuruti An.S jika ingin jajan. Ibu
S mengatakan tidak pernah membawakan bekal ke sekolah. Ibu S mengatakan
meskipun An.S kurus tapi tidak ada massalah dalam belajar.

An.S (8.5th) mengatakan bosan makan dirumah karna lauknya itu itu saja. An.
S mengatakan senang jajan chiki dan mie instan dan es di warung. Bapak E
mengatakan An.S memang kurus karna BB lahirnya juga kecil. Bapak E
mengatakan merasa penasaran apakah benar anaknya kurang gizi atau tidak.
Keluarga bapak E mengatakan belum mengetahui pengertian gizi kurang,

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


9

penyebab serta tanda dan gejalanya. Keluarga juga mengatakan tidak tahu jumlah
takaran makanan yang sesuai untuk anak usia sekolah. Bapak E mengatakan jika
ada keluarga yang sakit maka akan segera membawa ke puskesmas. Ibu S
mengatakan ingin mengetahui mengenai gizi seimbang agar an.S bisa gemuk.

An.R (17 bulan) saat ini tidak memiliki keluhan kesehatan. Riwayat imunisasi
lengkap. BB lahir 2800gr. Saat ini An. R sudah dapat berjalan, bicara 2 suku kata.
Tidak ada masalah dalam tumbuh kembang.

3.6 Stress dan koping keluarga


3.6.1 Stressor jangka pendek
Ibu S mengatakan saat ini sedang memikirkan biaya sekolah An. A yang tahun ini
masuk SMP. Terkadang bila ada masalah ini menjadikan Ibu S susah tidur. Bila
merasa banyak pikiran lebih mengungkapkan perasaan dengan suami.

3.6.2 Stressor jangka panjang


Ibu S mengatakan bahwa stressor jangka panjang adalah ingin memiliki rumah
sendiri dan ingin melihat anak-anaknya bisa sekolah sampai perguruan tinggi.

3.6.3 Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah


Keluarga mengatakan tiap ada masalah, keluarga mencoba untuk ikhlas. Berdoa
dan melakukan ibadah kepada Allah adalah cara terbaik yang biasa dilakukan oleh
keluarga. Ibu S mengatakan sangat menyayangi keluarganya, sehingga ia berusaha
untuk melakukan yang terbaik untuk keluarganya. Begitu juga halnya dengan
masalah kesehatan. Walaupun mengaku tidak mengerti banyak hal tentang
penyakit, Ibu S tidak pernah menyepelekan penyakit yang menyerang salah satu
anggota keluarganya. Kalau merasa tidak enak badan, biasanya Ibu S langsung
membawa anggota keluarganya untuk berobat ke puskesmas, jika tidak sempat,
Ibu S biasanya membelikan obat yang tersedia di apotik.

3.6.4 Strategi koping yang digunakan


Diskusi dan komunikasi antar anggota keluarga adalah cara yang digunakan oleh
keluarga ini dalam menghadapi stress. Bapak E merasa sangat menyayangi Ibu S.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


10

sebaliknya, Ibu S selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik demi


keluarganya.

3.6.5 Strategi adaptasi disfungsional


Ibu S suka termenung sendiri jika memikirkan masalah biaya sekolah anak-
anaknya.. Ibu S dan suaminya selalu membicarakan bersama-sama masalah
mereka. Sebagai istri yang baik, Ibu S selalu mendukung apapun yang dilakukan
oleh suaminya.

3.7 Harapan Keluarga


Dengan adanya mahasiswa keluarga merasa senang ada teman untuk berdiskusi
dan berharap mahasiswa dan pihak lainnya mau membantu keluarga Ibu S untuk
mengatasi masalah kesehatan keluarganya khususnya masalah kesehatan An.S.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


11

Pemeriksaan Fisik
a. Bapak E
No. Pemeriksaan Hasil
1. Tanda-tanda TD: 120/80 mmHg; Nadi: 84 x/mnt
vital: RR: 18 x/mnt; Suhu: 36,3 0 C
2. TB 168 cm
3. BB 50 kg
4. Kepala Rambut terdistribusi secara merata, rambut sudah
beruban, kulit kepala berminyak, benjolan (-), sakit
kepala (-)
5. Mata Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
6. Telinga Simetris, nyeri (-), pembengkakan (-), pengeluaran
cairan (-), serumen (-), berdengung (-)
7. Hidung Tidak ada pengeluaran cairan atau lendir, mukosa
lembab, tidak ada pembengkakan
8. Mulut & gigi Mukosa lembab, mulut dan gigi bersih, tidak ada karies
gigi, kesulitan menelan (-)
9. Leher Pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB (-)
10. Dada/thorak Dada simetris, BJ I & II normal, murmur (-), gallop (-),
suara napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-, sesak (-)
11. Abdomen Datar, lemas, BU (+)( N,6x/ menit) , nyeri tekan (-),
nyeri ulu hati (-), pembesaran hepar (-)
12. Ekstremitas Edema (-), nyeri tekan (-), rentang gerak sempurna (+),
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555

13. Kulit Warna sawo matang, turgor kulit elastis, lembab, tidak
ada lesi, integritas kulit utuh

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


12

b. Ibu S
No. Pemeriksaan Hasil
1. Tanda Vital: TD: 110/70mmHg; Nadi: 88 x/mnt
RR: 22 x/mnt Suhu: 36,5 0 C
2. TB 150 cm
3. BB 50 kg
4. Kepala Rambut terdistribusi secara merata, kulit kepala bersih,
benjolan (-), lesi (-), sakit kepala (-)
5. Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
6. Telinga Simetris, nyeri (-), pembengkakan (-), pengeluaran cairan
(-), serumen (-), berdengung (-)
7. Hidung Mukosa lembab, tidak ada pengeluaran cairan atau
lendir, tidak ada pembengkakan
8. Mulut & gigi Mukosa kering, mulut dan gigi bersih, karies gigi (-),
bibir kering, kesulitan menelan (-), mulut lebih mencong
ke arah kiri
9. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB
10. Dada/thorak Dada simetris, ronchi -/-, wheezing -/-, BJ I & II normal,
mur-mur (-), gallop (-), sesak (-)
11. Abdomen Datar, lemas, BU (+) (N,6x/ menit), nyeri tekan (-),
nyeri ulu hati (-)
12. Ekstremitas Edema (-), rentang gerak sempurna, kekuatan otot:
5555 5555
5555 5555
13. Kulit Warna sawo matang, lesi (-), integritas kulit utuh, turgor
kulit elastis, lembab

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


13

c. An. A
No. Pemeriksaan Hasil
1. Tanda Vital: Nadi: 100 x/mnt
RR: 21 x/mnt Suhu: 36.2 0 C
2. TB 150cm
3. BB 31 kg
5. Kepala Rambut terdistribusi secara merata, kuat/tidak mudah
dicabut
6. Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
7. Telinga Simetris, serumen (-), pembengkakan (-), nyeri tekan (-)
8. Hidung Mukosa hidung lembab, tidak ada pengeluaran cairan
atau lendir, pembengkakan (-)
9. Mulut & gigi Mulut dan gigi bersih, caries gigi (-), mukosa lembab,
kesulitan menelan (-)
10. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB
11. Dada/thorak BJ I & II normal, mur-mur (-), gallop (-), ronchi -/-,
wheezing -/-, suara napas vesikuler, sesak (-)
12. Abdomen Datar, lemas, BU (+) (N,6x/ menit), nyeri tekan (-)
13. Ekstremitas Edema (-), rentang gerak sempurna,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
14. Kulit Lesi (-), integritas kulit utuh, turgor kulit elastis, lembab,
warna sawo matang

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


14

d. An. S
No. Pemeriksaan Hasil
1. Tanda Vital: Nadi: 100 x/mnt
Suhu: 36,2 0 C RR: 20 x/mnt
2. TB 113 cm, LLA 15 cm
3. BB 16 kg , IMT 12.5
Status antropometri antara-3SD s/d -2SD (Buku
Antropometri, 2010)
5. Kepala Rambut terdistribusi secara merata, berwarna hitam
kemerahan, tebal, kulit kepala bersih, lesi (-), benjolan (-
), sakit kepala (-). Rambut tidak mudah patah.
6. Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
7. Telinga Pembengkakan (-), nyeri tekan (-), simetris, serumen (-)
8. Hidung Pembengkakan (-), mukosa hidung lembab, tidak ada
pengeluaran cairan atau lendir.
9. Mulut & gigi Mulut dan gigi bersih, mukosa lembab, karies gigi (-)
gigi geraham bawah kanan, kesulitan menelan (-)
10. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB
11. Dada/thorak BJ I & II normal, mur-mur (-), gallop (-), ronchi -/-,
wheezing -/-, suara napas vesikuler
12. Abdomen supel, BU (+) (N,6x/ menit) , nyeri tekan (-), buncit (-)
13. Ekstremitas Odema (-), rentang gerak sempurna,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
14. Kulit Lesi (-), turgor kulit elastis, lembab, warna sawo
matang, integritas kulit utuh

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


15

e. An. R
No. Pemeriksaan Hasil
1. Tanda Vital: Nadi: 107 x/mnt
Suhu: 36,2 0 C RR: 20 x/mnt
2. TB 82 cm
3. BB 16 kg
5. Kepala Rambut terdistribusi secara merata, berwarna hitam,
tebal, kulit kepala bersih, lesi (-), benjolan (-), sakit
kepala (-). Rambut tidak mudah patah.
6. Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
7. Telinga Pembengkakan (-), nyeri tekan (-), simetris, serumen (-)
8. Hidung Pembengkakan (-), mukosa hidung lembab, tidak ada
pengeluaran cairan atau lendir.
9. Mulut & gigi Mulut dan gigi bersih, mukosa lembab, karies gigi (+)
gigi geraham bawah kanan, kesulitan menelan (-)
10. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB
11. Dada/thorak BJ I & II normal, mur-mur (-), gallop (-), ronchi -/-,
wheezing -/-, suara napas vesikuler
12. Abdomen supel, BU (+) (N,6x/ menit) , nyeri tekan (-)
13. Ekstremitas Odema (-), rentang gerak sempurna,

14. Kulit Lesi (-), turgor kulit elastis, lembab, warna sawo
matang, integritas kulit utuh

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


16

ANALISA DATA

No Data Masalah
1. Data Subjektif: Perubahan nutrisi :
Ibu S mengatakan dalam keluarga, An. S (8.5th) kurang dari
yang tampak paling kurus kebutuhan tubuh
Ibu S mengatakan An.S sulit makan dirumah, pada An. S
makan hanya 1-2x sehari , setiap makan hanya 1
centong nasi dditambah lauk
Ibu S mengatakan An. S tidak pernah
menghabiskan makanannya
Ibu S mengatakan jarang masak dirumah karna
bingung dengan menu masakan
Ibu S mengatakan jika tidak masak dirumah,
beliau akan membeli ayam siap saji atau
menggoreng nuggets untuk makan anak
anaknya
Ibu S mengatakan jika masak dirumah, memasak
nasi ditambah 1 macam lauk ikan atau ayam,
terkadang ditambah sayur
Ibu S mengatakan meskipun An.S tampak kurus,
namun An.S termasuk anak yang aktif dan
jarang sakit
Ibu S mengatakan An.S sering jajan diluar dan
disekolah
Ibu S mengatakan selalu menuruti An.S jika
ingin jajan
Ibu S mengatakan tidak pernah membawakan
bekal ke sekolah
Ibu S mengatakan meskipun An.S kurus tapi
tidak ada massalah dalam belajar
An.S mengatakan bosan makan dirumah karna
lauknya itu itu saja
An. S mengatakan senang jajan chiki dan mie
instan dan es di warung

Data Objektif:
An.S tampak kurus
Rambut An.S tampak merah
BB 16 kg, TB 113cm, IMT 12.5, LLA 15 cm
antropometri (IMT/U) An. Sa tergolong kurus
dengan nilai standar deviasi antara -3SD sampai
-2SD
konjungtiva tidak anemis, perut tidak buncit
kedua kaki tidak edema

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


17

2 Data Subjektif Ketidakmampuan


Ibu S mengatakan An.A yang paling mudah keluarga merawat
terserang penyakit batuk pilek jika terlalu anggota keluarga
capek atau jika ada orang lain yang batuk pilek. dengan ISPA pada
Ibu S mengatakan An.A mengalami penyakit An.A
ISPA yang muncul jika daya tahan tubuh
menurun.
Ibu S mengatakan selalu memberi obat batuk
yang dibeli diapotik jika An.A batuk pilek.
Ibu S mengatakan akan membawa An.A ke
puskesmas jika batuk pilek sudah 1 minggu tak
sembuh.

Data Objektif
Pernapasan: 21 x/mnt, Suhu: 36.2 0 C, Nadi:
100 x/mnt
Ronchi -/- , suara napas vesikular, otot bantu
napas tidak ada.
Tak tampak pengeluaran lendir dari hidung

3 Data Subjektif Perilaku cenderung


Bapak E mengatakan memiliki kebiasaan beresiko pada Bapak
merokok 1 bungkus perhari. E
Bapak E juga memiliki kebiasaan minum kopi 2
gelas perhari.
Bapak E mengatakan menyadari bahwa minum
kopi dan merokok tidak baik untuk kesehatan.
Data Objektif
TD: 120/80 mmHg, Nadi: 84 x/mnt,
RR: 18 x/mnt, Suhu: 36,3 0 C
BJ I & II normal, murmur (-), gallop (-), suara
napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-,sesak (-)

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


18

SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

Ditemukan tanggal: 23Mei 2013

1. Diagnosa Keperawatan keluarga:


Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh pada An.S
No Kriteria Skor Pembenaran
1 Sifat masalah: Aktual 3/3x1= 1 An.S tampak kurus, rambut tampak
kemerahan, BB 16 kg, TB 113cm, IMT
12.5, LLA 15 cm, antropometri (IMT/U)
An. Sa tergolong kurus dengan nilai
standar deviasi antara -3SD sampai -
2SD

2 Kemungkinan masalah 2/2X2=2 Keluarga memiliki jaminan kesehatan,


untuk diubah: Mudah perawat memiliki pengetahuan
mengenai gizi seimbang dan memiliki
waktu untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada keluarga, dan
tersedianya pelayanan kesehatan
dimasyarakat yaitu posyandu dan
puskesmas.
3 Potensial masalah untuk 3/3X1=1 Masalah gizi kurang pada An.S masih
dicegah:Tinggi dapat diceegah untuk menjadi gizi
buruk. Karena secara antropometri
memang an.S tergolong kurus, namun
secara fisik an.S masih tergolong
normal.
4 Menonjolnya masalah: 1/2X1=1/2 Menurut keluarga masalah gizi pada
Ada masalah namun tidak an.S tidak terlalu berat, karena an.S
perlu segera ditangani masih aktif dan tidak ada masalah dalam
pelajaran. An.S juga jarang sakit.
Total 4 1/2

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


19

Ditemukan tanggal: 23 mei 2013

2. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan ISPA pada An.A


No Kriteria Skor Pembenaran
1 Sifat masalah: Resiko 2/3X1=2/3 Masalah ini bersifat resiko karena saat ini
an.A tidak sedang sakit ISPA. Tapi
beresiko terkena ISPA jika terpapar dengan
faktor resikonya.
2 Kemungkinan masalah 2/2x2=2 Keluarga memiliki jaminan kesehatan,
untuk diubah: mudah perawat memiliki pengetahuan mengenai
ISPA dan memiliki waktu untuk
memberikan asuhan keperawatan kepada
keluarga, dan tersedianya pelayanan
kesehatan dimasyarakat yaitu posyandu
dan puskesmas.
3 Potensial Masalah 3/3X1=1 Masalah dapat dicegah jika An.A
Untuk Dicegah: tinggi menghindari faktor resiko.
4 Menonjolnya masalah: 1/2X1=1/2 Keluarga menyatakan masalah ispa pada
Ada masalah tapi tidak an.A sudah sering terjadi, jadi menganggap
perlu segera ditangani itu adalah hal yang biasa.
Total 4 1/6

3. Diagnosa Keperawatan keluarga: Perilaku cenderung beresiko pada Bapak E

No Kriteria Skor Pembenaran


1 Sifat masalah: risiko 2/3X1=2/3 Perilaku bapak E yang minum kopi dan
merokok sangat beresiko terhadap
kesehatan.

2 Kemungkinan masalah 2/2X1= 1 Keluarga memiliki jaminan kesehatan,


untuk diubah: mudah tersedianya pelayanan kesehatan
dimasyarakat yaitu posyandu dan
puskesmas.
3 Potensial masalah untuk 2/3X1=2/3 Kebiasaan minum kopi dan merokok
dicegah: cukup pada bapak E sudah berlangsung lama
dan sudah menjadi gaya hidup
4 Menonjolnya masalah: 0/2=0 Bapak E mengatakan merasa tidak ada
Masalah tidak dirasakan masalah dengan kebiasaanya selama ini.
Total 2 1/3

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


20

CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Diagnosa tanggal IMPLEMENTASI Evaluasi
Ketidaksei 27 mei 2013 TUK 1.1 Subyektif:
mbangan
Pertemuan 3 mendiskusikan dengan keluarga tentang ibu S mengatakan gizi
nutrisi : pengertian gizi seimbang seimbang adalah gizi yang
kurang dari Jam 11.00- menganjurkan keluarga untuk sesuai dengan kebutuhan
kebutuhan 11.45 mengungkapkan kembali pengertian gizi anak berdasarkan usia yang
tubuh pada seimbang mencakup sumber zat
TUK 1 s/d memberi reinforcement positif atas tenaga, zat pembangun dan
An.S zat pengatur
TUK 3 jawaban yang diberikan keluarga.
ibu S mengatakan sumber
TUK 1.2 bahan makanan zat energi
yaitu nasi, mie, kentang.
Mendiskusikan dengan keluarga Sumber zat pembangun
mengenai triguna makanan ikan, telur, daging. Sumber
Anjurkan keluarga untuk menyebutkan 2
zat pengatur sayur- sayuran
contoh makanan dari tiap sumber gizi
seimbang
Ibu S mengatakan manfaat
Memberi reinforcement positif atas zat tenaga untuk bekerja,
jawaban yang diberikan kel. zat pembangun untuk
pertumbuhan, zat pengatur
untuk meningkatkan daya
TUK 1.3
tahan tubuh dan melindungi
dari penyakit
Mendiskusikan dengan keluarga tentang
Ibu S mengatakan gizi
manfaat gizi seimbang
kurang yaitu kekurangan
Memotivasi keluarga untuk mengulang
zat-zat atau bahan-bahan
kembali manfaat gizi seimbang
yang dibutuhkan tubuh
Bersama-sama keluarga sehingga terjadi perubahan
Memberi reinforcement positif atas dalam tubuh.
kemampuan keluarga. Ibu S mengatakan penyebab
gizi kurang yaitu Jumlah
TUK 1.4 makanan yang dimasukan
Menjelaskan pengertian gizi kurang kurang Jenis bahan
Memotivasi keluarga menyebutkan makanan tidak seimbang
kembali pengertian gizi kurang Ibu S mengatakan tanda dan
Memberi reinforcement positif atas gejala gizi kurang yaitu
kemampuan keluarga Badan kurus, Rambut tipis
mudah dicabut,
TUK 1.5 Lemah/pucat
Menjelaskan penyebab gizi kurang Ibu S mengatakan
Memotivsi keluarga untuk menyebutkan berdasarkan tanda dan
kembali penyebab gizi kurang
gejala, an.S termasuk
Memberi reinforcement positif atas
jawaban keluarga kedalam gizi kurang

TUK 1.6 Ibu S mengatakan akibat


lanjut gizi kurang yaitu
Menjelaskan tanda dan gejala giizi kurang
Pertumbuhan dan
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


21

kembali tanda dan gejala gizi kurang perkembangan anak


Memberi reinforcement positif atas terganggu, Mudah terkena
jawaban keluarga penyakit

TUK 1.7 Ibu S mengatakan ingin agar


Bersama keluarga mengidentifikasi status bb Anak S naik
gizi An.S
Memberi reinforcement positif atas Ibu S mengatakan cara
kemampuan keluarga perawatan gizi kurang yaitu
Memberi jenis makanan
TUK 2 seimbang dan bervariasi,
Pola makan teratur,
Tuk 2.1
Memberikan makan sesuai
Memberi penjelasan kepada keluarga kebutuhan anak sekolah.
tentang akibat lanjut dari kurang gizi pada
anak Ibu S mengatakan cara
memberi kesempatan keluarga bertanya. memilih makanan yaitu nilai
Memotivasi keluarga mengungkapkan gizi baik dan tidak busuk
kembali akibat jika gizi kurang tidak Ibu S mengatakan cara
ditangani segera. mengolah makanan yaitu
memberi reinforcement positif atas sayuran, buah dicuci dahulu
jawaban keluarga. baru dipotong-potong,
Sayuran dimasak jangan
terlalu lama, Alat-alat masak
Tuk 2.2 bersih, Cuci tangan sebelum
masak
membimbing dan motivasi keluarga
untuk memutuskan mengatasi masalah Obyektif:
gizi kurang pada An.S pada anggota
keluarga dengan tepat. Keluarga tampak antusias
memberi reinforcement positif atas mendengar dan menjawab
keputusan yang telah diambil oleh
diskusi dari mahasiswa
keluarga
Ibu S dapat
TUK 3
Tuk 3.1 mengelompokkan makanan
mendisiskusikan dengan keluarga tentang sesuai dengan kelompok
cara perawatan anggota keluarga dengan energi, zat pembangun dan
masalah gizi kurang pengatur
menganjurkan keluarga untuk
menyebutkan kembali apa yang telah Ibu S belum dapat
disampaikan. menyusun menu seimbang
memberi pujian atas jawaban yang
diberikan keluarga. Analisa:

Tuk 3.2 TUK 1-2 tercapai, Tuk 3 belum


menjelaskan cara memilih bahan tercapai sebagian
makanan
memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali cara memilih bahan makanan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


22

memberi reinforcement positif atas Planing:


jawaban keluarga
Lanjut TUK 3 demonstrasi ke 2
TUK 3.3 dan 3

menjelaskan cara mengolah bahan


makanan yang benar
memotivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali cara mengolah bahan makanan
yang benar
memberi reinforcement positif atas
jawaban yang diberikan

TUK 3.4

mendemonstrasikan pengelompokan
sumber / bahan makanan berdasarkan
kelompok zat energi, zat pembangun dan
zat pengatur
meminta keluarga mendemonstrasikan
ulang pengelompokan sumber / bahan
makanan berdasarkan triguna makanan
memberi reinforcement positif atas
jawaban keluarga

TUK 3.5

mendemonstrasikan penyusunan menu


makan bergizi seimbang untuk 1 hari
meminta keluarga mendemonstrasikan
ulang penyusunan menu seimbang untuk
1 minggu
memberi reinforcement positif atas usaha
keluarga

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


23

CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI


Perubahan nutrisi Kunjungan ke Mengucapkan salam Subjektif :
: kurang dari 4 Memvalidasi keadaan keluarga Ibu S mengatakan saat ini
kebutuhan tubuh Tanggal 30 hanya bisa membuat jadwal
Mengingatkan kontrak
pada An.S mei 2013
Menjelaskan tujuan kunjungan menu makan untuk 2 hari
Pukul 08.00
08.30 TUK 3: saja.
Mendemonstrasikan penyusunan Ibu S mengatak cara
menu makan seimbang bagi An.S mengolah makanan yang
untuk 1 hari benar yaitu sayuran dan
Memotivasi keluarga untuk buah dicuci dahulu baru
mendemonstrasikan ulang dipotong-potong, kemudian
penyusunan menu seimbang untuk sayuran dimasak jangan
1 minggu terlalu lama
Memberi reinforcement positif atas Objektif :
usaha keluarga Ibu S dapat membuat
Mendemonstrasikan cara mengolah jadwal menu makan untuk
bahan makanan yang benar 2 hari
Memotivasi keluarga untuk Ibu S tampak mengolah
mendemonstrasikan ulang cara sayur dan buah dengan
mengolah bahan makanan yang benar
benar
Memberi reinforcement positif atas Analisa :
usaha keluarga Keluarga dapat menyusun
menu makan untuk 2 hari
Keluarga dapat mengolah
bahan makanan dengan
benar
P:
Pertemuan selanjutnya
evaluasi menu makan yang
dibuat untuk 5 hari
berikutnya
Evaluasi apakah keluarga
sudah memasak sesuai
menu yang dibuat
Lanjutkan tuk 3 demonstrasi
ke dua, dan lanjut TUK 4
dan 5
Pertemuan ke TUK 3 Subjektif
5 Mengevaluasi jadwal menu makan Ibu S mengatakan sudah
Tgl 3 juni seimbang yang sudah dibuat oleh membuat menu makan
2013 untuk 1 minggu
keluarga
Pukul 10.00- Ibu S mengatakan belum
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


24

10.30 Memotivasi keluarga untuk membuat masakan sesuai menu yang


masakan sesuai menu yang sudah disusun
dijadwalkan Ibu S mengatakan cara
merawat An.S dengan tidak
Memberi reinforcement positif atas
memberikan jajanan yang
usaha keluarga manis dekat waktu makan
TUK 4 dan tidak selalu menuruti
Menjelaskan cara mengatasi kurang keinginan an.S untuk jajan
gizi pada An.S dengan memodifikasi Ibu S mengatakan akan
perilaku berusaha merubah sikapnya
terhadap an.S
Memotivasi keluarga untuk merubah
bu S mengatakan manfaat
pola asuh
berkunjung ke fasilitas
Memberi reinforcement positif atas kesehatan yaitu
jawaban keluarga mendapatkan pelayanan
kesehatan dan mendapatkan
TUK 5 informsi kesehatan
Menjelaskan manfaat kunjungan ke ibu S mengatakan fasilitas
fasilitas kesehatan kesehatan antara lain
Menjelaskan fasilitas kesehatan yang puskesmas dan rumah sakit
dapat digunakan untuk mengatasi Ibu S mengatakan mau
kurang gizi pada anak memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang tersedia

Objektif :
tampak tertempel didinding
menu makan untuk 1 minggu

Analisa
Keluarga mampu menyusun
menu makan untuk 1 minggu
Keluarga mau memodifikasi
lingkungan dan keluarga
TUK 3 dan TUK 5 tercapai,
TUK 4 belum tercapai
Planing
Melanjutkan intervensi pada
TUK 4 dengan
mengevaluasi perilaku orang
tua dan An.S

Pertemuan 6 TUK 4: Subjektif :


7 juni 2013 Menanyakan kepada keluarga Ibu S mengatakan sudah
11.00-11.30 apakah sudah memodifikasi memasak sesuai dengan
perilaku atau belum menu yang disusun
Ibu S mengatakan belum bisa
Mengevaluasi apakah keluarga
membatasi jajan an.S
sudah membuat masakan sesuai
Ibu S mengatakan belum
menu yang disusun dapat membuat cemilan atau
makanan selingan sehat
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


25

Memberi reinforcement posiitif atas untuk keluarga


jawaban keluarga Keluarga menyatakan porsi
makanan yang dihabiskan
An. S mulai bertambah,
meskipun masih belum
menghabiskan 1 porsi makan
yang disediakan

Obektif :
Saat kunjungan rumah,
tampak tersaji masakan nasi,
sayur bayam, ikan kembung,
tempe goreng dan ada buah
pisang
Tampak tertempel di dinding
menu makanan untuk 3 hari

Analisa :
Modifikasi perilaku belum
tercapai sepenuhnya
TUK 3 dan 5 tercapai
Planing :
Evaluasi TUK 4 dan lanjut
intervensi diagnosa ke 2
Dx2 Pertemuan 7 TUK 4 dx 1: S:
Ketidakmampuan 10 juni 2013 Menanyakan kepada keluarga apakah Ibu S mengatakan sudah
keluarga Pukul 11.00- sudah memodifikasi perilaku atau
merawat anggota 11.30 membatasi jajan an.S
belum
keluarga dengan Ibu S mengatakan hari ini
ISPA pada An.A Mengevaluasi apakah keluarga sudah
membuat bubur kacang
membuat masakan sesuai menu yang
hijau sebagai makanan
disusun
selingan
Memberi reinforcement posiitif atas
jawaban keluarga Ibu S mengatakan hari ini
TUK 1 dx2 : masak sesuai menu yang
Menjelaskan pengertian, penyebab dan disusun untuk hari ini
tanda gejala ISPA Ibu S mengatakan
Memotivasi keluarga untuk pengertian ISPA yaitu
menyebutkan ulang pengertian, infeksi pernapasan batuk
penyebab dan tanda gejala ISPA pilek
Beri reinforcement positif atas jawaban Ibu S mengatakan
keluarga
penyebab ISPA karna virus
Menjelaskan cara penularan dan
Ibu S mengatakan tanda
pencegahan ISPA
dan gejala ISPA yaitu
Memotivasi keluarga untuk
menjelaskan ulang cara penularan dan pilek, batuk, bersin
pencegahan ISPA Ibu S mengatakan cara
Memberi reinforcement positif atas penularan ISPA melalui

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


26

jawaban keluarga percikan ludah, berssin dan


Menjelaskan cara pencegahan ISPA batuk
Memotivasi keluarga untuk Ibu S mengatakan cara
menjelaskan kembali cara pencegahan pencegahan ISPA yaitu
ISPA Hindarkan anak dari makanan
TUK 2 yang mengandung minyak.
Menjelaskan akibat lanjut dari ISPA Sediakan makanan yang bergizi.
Memotivasi keluarga untuk Ibu S mengatakan akibat lanjut
menjelaskan kembali akibat lanjut ispa ISPA yaitu daya tahan tubuh
Memotivasi keluarga untuk menurubn
mengambil keputusan merawat Ibu S mengatakan akan merawat
anggota keluarga dengan ISPA An. A jika terkena ISPA
TUK 3
Mendemonstrasikan cara inhalasi O:
buatan untuk mengatsi ispa Keluarga mampu menjawab
Meminta keluarga untuk pertanyaan yang diajukan
mendemonstrasikan ulang cara oleh mahasiswa
inhalasi buatan
An.A tampak mampu
Memberi reinforcement positif atas
usaha keluarga mendemonstrasikan ulang
cara inhalasi sederhana
A:
TUK 1 dan 2 tercapai
TUK 3 tercapai sebagian
P : lanjut TUK 3 demonstrasi
ke2 dan lanjut TUK 4 dan 5
Pertemuan 8 TUK 3 Subjektif :
13 juni 2013 Mendemonstrasikan pembuatan obat Keluarga mengatakan
10.00-10.30 tradisional untuk mengatasi ISPA lingkungan yang baik untuk
Meminta keluarga untuk mengatasi ISPA yaitu Rumah
mendemonstrasikan ulang pembuatan dan lingkungan bersih,
encahayaan dalam rumah
obat tradisional
adekuat
Memberi reinforcement positif atas
usaha keluarga
Keluarga mengatakan fasilits
kesehatan yang dapat
TUK 4
dikunjungi yaitu puskesmas,
Menjelaskan cara modifikasi
dokter praktik dan rumah
lingkungan untuk mengatasi ISPA
sakit
Meminta keluarga untuk menjelaskan
Ibu S mengatakan akan
kembali lingkungan yang baik untuk
membawa anak S
mengatasi ISPA
kepuskesmas jika an.S
Memberi reinforcement positif untuk terkena ISPA
jawaban keluarga Objektif
TUK 5
Ibu S tampak dapat
Menjelaskan fasilitas kesehatan yang
mendemonstrasikan ulang
dapat dikunjungi
pembuat larutan jeruk nipis
Menjelaskan mafaat pelayanan madu
kesehatan Analisa : TUK 3-5 tercapai
Memberi reinforcement positif atas Planing : lakukan evaluasi
jawaban keluarga sumatif untuk 2 diagnosa
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


27

Lakukan terminasi akhir

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013


Lampiran 2

Contoh Menu Makan Seimbang Untuk Anak Usia Sekolah

Waktu Jenis makanan Jumlah

Pagi Roti 2 potong

Sarapan pagi Telur 1 butir

Total kalori 300 Bubur ayam 1porsi


kall
Susu 1 gelas

pisang 1 buah

Siang Nasi 1 porsi = gelas belimbing

12.00 Tempe 2 potong sedang

Daging 1 potong sedang

Sayur mangkok kecil

jeruk 1 buah

Sore Bubur kacang hijau 1 mangkok kecil / 4 sdm

16.00 pisang 1 buah

Malam Nasi 1 porsi

19.00 Tempe 2 potong sedang

Daging 1 potong sedang

Sayur 1 mangkuk kecil

jeruk 1 buah

Asuhan keperawatan ..., Siti Nurmanah, FIK UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai