Siti Nurmanah
1006823532
PROGRAM PROFESI
DEPOK
JULI 2013
Siti Nurmanah
1006823532
PROGRAM PROFESI
DEPOK
JULI 2013
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karna ilmiah akhir ners (KIA-N) ini.
Penulisan karya ilmiah akhir ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai gelar NERS Universitas Indonesia. Saya menyadari
bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan KIA-N ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan KIA-N ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada :
(1) Ibu Dewi Irawaty, MA, PhD, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
(2) Ibu Riri Maria, SKp., MANP, selaku koordinator mata ajar Karya Ilmiah
Akhir.
(3) Ibu Poppy Fitriyani S.Kp., M.Kep., Sp.Kom, selaku pembimbing KIAN
saya yang selalu memberikan arahannya selama pembuatan KIAN ini.
(4) Suami dan anak tercinta, serta kedua orang tua yang selalu memberi
semangat dan doa kepada saya untuk terus maju.
(5) Teman-teman ekstensi angkatan 2010 yang saya cintai yang selalu
menguatkan dan saling mendukung selama proses pembelajaran.
(6) Serta semua pihak yang telah membantu saya baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga KIAN ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
iv
Pusat kota memiliki jumlah penduduk lebih dari 1 juta orang. Tingginya arus
urbanisasi memiliki dampak disegala aspek, salah satunya masalah kesehatan.
Salah satu masalah kesehatan yang muncul yaitu masalah nutrisi pada anak usia
sekolah. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memaparkan asuhan keperawatan
keluarga dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada anak usia sekolah. Salah
satu intervensi keperawatan yang diberikan yaitu penyusunan menu makan
dengan gizi seimbang. Evaluasi yang didapat yaitu An.S menghabiskan lebih
banyak porsi makannya. Saran yang diberikan kepada keluarga yaitu agar
keluarga mencoba memberikan menu makanan yang bervariasi dengan nilai gizi
seimbang.
Kata kunci : Anak Usia Sekolah, Asuhan Keperawatan Keluarga, Gizi Kurang,
The city center has a population of more than 1 million people. The high
urbanization has an impact all aspects, one of which health problems. One of the
health problems that arise are nutritional problems in school-age children. This
paper aims to describe a family nursing care with nutritional imbalance problem
in school-age children. One nursing intervention given that the preparation of diet
with balanced nutrition. Evaluation obtained is An.S spend more meal portions.
Advice given to the family, the family that tries to provide a varied diet with
balanced nutritional value.
Key words: Family Nursing Care, Nutrition Less, School Aged Children
vi
vii
viii
ix
1 Universitas Indonesia
Menurut data riset kesehatan dasar tahun (2010), prevalensi status gizi pada anak
usia sekolah di Indonesia 7.6% kurus dan 4.6% sangat kurus. Banyak hal yang
menyebabkan terjadinya masalah gizi kurang pada anak usia sekolah dasar.
Ketidakcukupan nilai gizi dan kurangnya variasi dari makanan yang diberikan
dirumah bisa menjadi salah satu faktor penyebabnya. Sehingga anak menjadi
lebih senang jajan dari pada makan dirumah. Oleh karena itu, keluarga
mempunyai peran yang sangat besar dalam mengatasi masalah gizi kurang pada
anak usia sekolah dasar.
Survey yang dilakukan oleh Herlina (2012) terdapat 70 anak usia sekolah
dikelurahan Cisalak Pasar yang mengalami resiko gizi kurang. Survei atau
pemantauan status gizi (PSG)(2009 dalam Bahabol, 2013) menyatakan bahw
masalah gizi muncul akibat ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu
kemampuan rumah tangga untuk memperoleh makanan untuk semua anggotanya
kurang. Peningkatan pengetahuan keluarga terhadap keseimbangan nutrisi sangat
mempengaruhi peningkatan status gizi pada anak. Oleh karena itu diperlukan
penyuluhan atau pendidikan kesehatan mengenai gizi seimbang kepada keluarga
dengan masalah kurang gizi.
Syafiq (2008) menyatakan salah satu strategi peningkatan status kesehatan dan
gizi pada anak yaitu dengan pendekatan berbasis komunitas. Perawat generalis
selain melakukan asuhan keperawatan di klinik, juga dapat melakukan asuhan
keperawatan pada keluarga. Perawat generalis dapat memberikan asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah gizi kurang pada anak usia sekolah.
Perawat keluarga dapat memberikan intervensi keperawatan mandiri untuk
mengatasi masalah gizi kurang pada anak usia sekolah.
Universitas Indonesia
keluarga dengan anak beresiko gizi kurang yaitu keluarga bapak E yang bertempat
tinggal di RW 03 cisalak pasar.
Salah satu anak bapak E yaitu An.S berusia 8.5 tahun tampak kurus, memiliki
berat badan 16 kg dan tinggi badan 113 cm dengan status antropometri antara -
3SD sampai -2SD. An.S jarang menghabiskan makanannya dan lebih menyukai
jajan diluar. Penyebab sulit makan pada an.S karena keluarga jarang masak
dirumah dan lebih sering membeli lauk siap saji. Implementasi yang telah
dilakukan yaitu memberikan pendidikan kesehatan mengenai gizi seimbang dan
gizi kurang, mendemonstrasikan triguna makanan serta implementasi unggulan
yaitu menyusun menu makan seimbang dan modifikasi perilaku. Evaluasi yang
didapat yaitu an.S mulai menghabiskan lebih banyak porsi makan nya namun
kebiasaan jajannya belum berubah. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk
membahas gambaran mengenai asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak
usia sekolah.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Data dari Riskesdas (2007) menyatakan bahwa masalah kesehatan yang banyak
terjadi di masyarakat perkotaan yaitu penyakit infeksi (TB, hepatitis, pneumonia),
penyakit tidak menular (stroke, diabetes melitus, hipertensi). Untuk agregat anak
usia sekolah, masalah kesehatan yang banyak terjadi diperkotaan yaitu kecelakaan
kendaraan bermotor, gangguan nutrisi baik nutrisi lebih maupun nutrisi kurang,
penganiayaan terhadap anak, penyakit kronis, perubahan perilaku (pola makan,
penyalahgunaan substansi-subtansi). Masalah kesehatan yang sering muncul di
perkotaan dapat dilihat pula dari jenis pelayanan yang terdapat di PUSKESMAS.
Pelayan yang ada dipuskesmas antara lain pelayanan TB, KIA, dan salah satunya
program gizi.
5 Universitas Indonesia
Masalah nutrisi yang sering muncul pada anak usia sekolah seperti gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan, KEP (kurang energi protein), gangguan akibat
kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A (KVA), dan anemia gizi besi (AGB),
yang dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang anak yang dinilai oleh
hasil pengukuran antropometri, seperti berat badan dan tinggi badan. Masalah
nutrisi juga dapat mengakibatkan anak rentan terkena penyakit infeksi karena
penurunan system imunnya sehingga anak mudah sakit. Selain itu, nutrisi yang
tidak adekuat juga dapat mempengaruhi prestasi anak di sekolah karena nutrisi ke
otak yang tidak adekuat. Berbagai akibat yang ditimbulkan karena nutrisi yang
kurang pada anak usia sekolah ini, tentunya akan menurunkan kualitas anak
bangsa yang kelak akan membangun negara.
Universitas Indonesia
Anak usia sekolah tumbuh lebih lambat dari balita dan bayi (Stanhope&Lancaster,
2004). Anak usia sekolah membutuhkan banyak kalori. Pemilihan makanan pada
usia ini dipengaruhi oleh teman. Disamping makanan utama, pada usia ini anak
suka jajan. Oleh karena itu pilihan jajanan atau makanan selingan yang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Menurut Almatsier (2004), fungsi zat gizi dalam tubuh dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Memberi energi
Zat- zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan
protein. Oksidasi zat- zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh
untuk melakukan kegiatan/ aktivitas. Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah
paling banyak dalam bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi,
ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembakar.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
KEMENKES (2010) membagi status gizi anak usia sekolah (5-18 tahun) menjadi
sangat kurus, kurus, normal, gemuk, dan obesitas dengan menggunakan indikator
IMT/ Umur. Dikatakan sangat kurus jika nilai Z-score <-3SD, kurus jika nilai Z-
score antara -3SD sampai <-2SD, normal jika nilai Z-score -2SD sampai 1SD,
gemuk jika nilai Z-score >1SD sampai 2SD dan dikatakan obesitas jika nilai Z-
Universitas Indonesia
score >2SD. Anak usia sekolah dikatakan gizi kurang jika status gizi kurus atau
sangat kurus.
Keseimbangan zat gizi yang pada anak tentunya sangat dipengaruhi oleh perilaku
makan anak. Lowe, dkk (2004) menyatakan bahwa perilaku makan anak
ditentukan oleh rasa makanan, paparan, model dan penghargaan. Peran orang tua
sangat berpengaruh terutama pada ibu, karena seorang ibu berperan dalam
pengelolaan rumah tangga dan berperan dalam mementukan jenis makanan yang
akan dikonsumsi keluarganya (Astuti dan Sulistyowati, 2012).
Penyajian hidangan yang bervariasi dan memiliki zat gizi yang cukup tentunya
sangat dipengaruhi oleh keluarga. Penyusunan menu makan dengan komposisi zat
gizi seimbang merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan akan gizi
pada anak. Saifah (2011) dalam tesisnya menyebutkan bahwa tugas keluarga
dalam praktik diet yaitu menyediakan jenis dan jumlah makanan bagi anggota
keluarga, mendorong anggota keluarga untuk menyimpan catatan makanan tiga
hari yang bermanfaat dalam mengkaji kualitas dan kebutuhan gizi keluarga.
Universitas Indonesia
kecukupan zat gizi yang dianjurkan. Hal tersebut dapat ditempuh dengan
penyajian hidangan bervariasi dan kombinasi. Namun hasil penelitian tersebut
menyebutkan tidak ada hubungan yang significant antara asupan makan dengan
status gizi anak sekolah dasar.
Menurut Almatsier (2004) akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung
pada zat-zat apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang
dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan,
produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, perilaku. Oleh karena
itu, masalah kurang gizi harus segera diatasi berdasarkan penyebabnya.
Universitas Indonesia
Salah satu penyebab gizi kurang yang dapat diatasi lebih dulu yaitu karena asupan
makanan. Salah satu tata laksana mengatasi kesulitan makan pada anak usia
sekolah yaitu dengan memperbaiki kekurangan makanan yang diperlukan
misalnya jenis makanan, jumah makanan, jadwal pemberian maakan, perilaku dan
suasana makan ( Sunarjo, 2012). Pembuatan menu makanan dengan gizi seimbang
yang bervariasi setiap harinya bisa menjadi salah satu implementasi yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah sulit makan pada anak. Hal ini dapat dilihat
melalui PUGS.
Pedoman umum gizi seimbang (PUGS) menurut Depkes (2002), gizi seimbang
sama seperti piramida makanan, namun dikelompokkan lagi berdasarkan fungsi
utama gizi yang sering disebut dengan istilah Tri Guna Makanan. Tri Guna
Makanan terdiri dari tiga pengelompokan makanan yaitu: sumber zat tenaga yaitu
padi-padian, dan umbi-umbian serta tepung-tepungan yang digambarkan didasar
kerucut, sumber zat pengatur yaitu sayur-sayuran digambarkan pada bagian
tengah kerucut dan sumber zat pembangun yaitu kacang-kacangan, makanan
hewani dan hasil olahan digambarkan pada bagian atas kerucut. Keseimbangan
gizi dapat diperoleh jika hidangan sehari-hari terdiri dari sekaligus tiga kelompok
bahan makanan.
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang dikeluarkan oleh Depkes (2002)
bertujuan untuk mengatur pola makan sehari-hari dengan gizi seimbang yang
tertuang dalam bentuk 13 pesan dasar yaitu: 1) konsumsi makanan yang beraneka
ragam; 2) Konsumsi makanan untuk memenuhi kecukupan enegi; 3) Makan-
makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhn energi; 5) Gunakan garam
beryodium; 6) Makan-makanan sumber zat besi; 7) Berikan ASI saja kepada bayi
sampai umur 4 bulan; 8) Biasakan makan pagi; 9) Minum air bersih yang aman
dan cukup jumlahnya; 10) Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur; 11)
Hindari minum-minuman beralkohol; 12) Makan-makanan yang aman bagi
kesehatan; 13) Baca label pada makanan yang dikemas. Kompas (2011) dalam
artikelnya menyebutkan bahwa Terdapat empat pilar gizi seimbang bagi anak
Universitas Indonesia
sekolah, yakni makanan bervariasi yang memadai secara kualitas dan kuantitas,
pola hidup bersih dan sehat, upaya menjaga berat badan ideal, dan aktivitas fisik
secara teratur.
Friedman, Bowden, dan Jones (2003) membagi fungsi keluarga sebagai berikut:
1) fungsi afektif, berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan
besar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikosial; 2)fungsi sosialisasi dimana keluarga merupakan tempat individu
melaksanakan sosialisasi dengan anggota keluarga dan belajar disiplin, norma
budaya dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga. 3)fungsi reprduksi,
meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.4)fungsi ekonomi, merupakan fungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti makan, pakian, perumahan dan lain-lain.5)fungsi perawatan
keluarga dimana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan dan
asuhan kesehatan/keperawatan
Friedman, Bowden, dan Jones (2003) menyatakan ada lima tugas keluarga dalam
bidang kesehatan, yaitu: 1)mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap
anggotanya ; 2) mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat,
memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang tertalu muda ;
3)mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan ;
4)perkembangan kepribadian anggota keluarga; 5)mempertahankan hubungan
Universitas Indonesia
Keluarga dengan anak usia sekolah dimulai pada saat anak yang tertua memasuki
sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun (Friedman, Bowden, &
Jones (2003). Pada fase ini umumnya keluarga telah mencapai anggota keluarga
maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas disekolah, masing-
masing anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang
mempunyai aktivitas berbeda dengan anak. Untuk itu keluarga perlu bekerjasama
untuk mencapai tugas perkembangannya.
.
Fungsi perawat pada keluarga dengan anak usia sekolah yaitu melakukan
perawatan dan konsultasi baik dalam keluarga maupun disekolah, misalnya pada
anak yang mengalami gangguan kesehatan. Perawat bekerjasama dengan guru
sekolah dan orang tua anak.
Teori Model Family Centre Nursing Friedman dalam Friedman, Bowden, dan
Jones (2003) menyatakan keluarga merupakan sekumpulan orang yang
dihubungkan karena perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan social individu yang didalamnya
terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan
bersama.
Universitas Indonesia
Tahap yang terakhir yaitu tahap evalusi. Tahap evaluasi untuk melihat
keberhasilan dari rencana tindakan yang telah dibuat. Evaluasi terdiri dari evaluasi
kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Pada evalusi kualitatif terdapat 3 dimensi yang
dilihat yaitu struktur atau sumber, proses dan hasil.
Universitas Indonesia
Menurut ibu S dalam keluarga yang paling tampak kurus adalah an.S. Ibu S
mengatakan An.S sulit makan dirumah, makan hanya 1-2x sehari , setiap makan
hanya 1 centong nasi ditambah lauk. Ibu S mengatakan An. S tidak pernah
menghabiskan makanannya. Ibu S mengatakan jarang masak dirumah karna
bingung dengan menu masakan. Ibu S mengatakan jika tidak masak dirumah,
beliau akan membeli ayam siap saji atau menggoreng nuggets untuk makan anak
anaknya. Ibu S mengatakan jika masak dirumah, memasak nasi ditambah 1
macam lauk ikan atau ayam, terkadang ditambah sayur. Ibu S mengatakan
meskipun An.S tampak kurus, namun An.S termasuk anak yang aktif dan jarang
19 Universitas Indonesia
sakit. Ibu S mengatakan An.S sering jajan diluar dan disekolah. Ibu S
mengatakan selalu menuruti An.S jika ingin jajan. Ibu S mengatakan tidak pernah
membawakan bekal ke sekolah. Ibu S mengatakan meskipun An.S kurus tapi
tidak ada massalah dalam belajar.
An.S (8.5th) mengatakan bosan makan dirumah karna lauknya itu itu saja. An.
S mengatakan senang jajan chiki dan mie instan dan es di warung. Bapak E
mengatakan An.S memang kurus karna BB lahirnya juga kecil. Bapak E
mengatakan merasa penasaran apakah benar anaknya kurang gizi atau tidak.
Keluarga bapak E mengatakan belum mengetahui pengertian gizi kurang,
penyebab serta tanda dan gejalanya. Keluarga juga mengatakan tidak tahu jumlah
takaran makanan yang sesuai untuk anak usia sekolah. Bapak E mengatakan jika
ada keluarga yang sakit maka akan segera membawa ke puskesmas. Ibu S
mengatakan ingin mengetahui mengenai gizi seimbang agar an.S bisa gemuk.
0
Dari pemeriksaan fisik An.S didapatkan data nadi 100 x/mnt, Suhu 36,2 C,
pernapasan 20 x/mnt, TB113 cm, LLA 15 cm, BB 16 kg , IMT 12.5, status
antropometri antara-3SD s/d -2SD, Rambut terdistribusi secara merata berwarna
hitam kemerahan, tebal. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Perut tidak
buncit, oedema pada tungkai tidak ada.
Masalah kesehatan lain terdapat pada An.A (12 tahun) dan Bapak E (38tahun).
An.A memiliki riwayat penyakit ISPA yang selalu muncul jika daya tahan
tubuhnya menurun dan terdapat orang disekitarnya yang sedang batuk pilek maka
akan mudah tertular. Sedangkan bapak E memiliki kebiasaan merokok 1 bungkus
perhari. Bapak E juga memiliki kebiasaan minum kopi 2 gelas perhari. Saat
ditanya mengenai akibat dari merokok dan minum kopi, bapak E mengatakan
menyadari bahwa minum kopi dan merokok tidak baik untuk kesehatan. Tingkat
kemandirian keluarga berada pada tingkat I.
Universitas Indonesia
Tujuan khusus yang kedua yaitu keluarga dapat mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kurang gizi pada anak sekolah. Adapun indikatornya yaitu
keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 akibat dari kurang gizi pada anak dan
keluarga dapat memutuskan untuk mengatasi masalah kurang gizi.
Universitas Indonesia
3.2 Implementasi
Pada kunjungan pertama dan kedua perawat telah melakukan pengkajian keluarga
baik penjajakan tahap 1 maupun penjajakan tahap 2. Pada pertemuan kedua
perawat telah menegakkan diagnosa keperawatan dan telah melakukan skoring.
Diagnosa utama yang didapat yaitu perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh.
Implementasi untuk TUK 1 dan 2 dilakukan pada pertemuan ketiga. TUK 3 untuk
demonstrasi menyusun triguna makanan dilakukan pada pertemuan ketiga juga.
Setelah keluarga diberi penjelasan mengenai gizi seimbang termasuk didalamnya
mengenai triguna makanan, kemudian keluarga diminta mengelompokkan food
Universitas Indonesia
model yang terdiri dari berbagai macam contoh sumber bahan makanan kedalam
kelompok sumber energi, zat pengatur dan pembangun.
3.3 Evaluasi
Setelah 7x kunjungan keluarga telah mencapai TUK 1 sampai TUK 5. Pada
kunjungan ke empat keluarga mampu mendemonstrasikan ulang cara mengolah
makanan dan dapat menyusun menu makan selama 1 hari. Karena saat kunjungan
keluarga hanya mampu membuat menu makan seimbang selama 1 hari, sehingga
perawat meminta keluarga untuk menyusun menu kembali selama perawat tidak
berkunjung.
Universitas Indonesia
4.2 Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan konsep
kasus terkait.
Kota Depok merupakan salah satu wilayah perkotaan yang terdapat di area
Jabodetabek. RW 03 yang merupakan wilayah dari kelurahan Cisalak Pasar
terletak berdekatan dengan pasar Cisalak memungkinkan dapat membuat
masyarakat yang tinggal didaerah tersebut lebih rentan terhadap penyakit.
Banyaknya pedagang jajanan dipinggir jalan sepanjang jalan disekitar wilayah
RW 03 membuat anak usia sekolah yang tinggal diwilayah tersebut lebih rentan
24 Universitas Indonesia
mengalami resiko perubahan nutrisi. Seperti data rikesda (2007) yang menyatakan
bahwa salah satu masalah kesehatan dikota besar yaitu masalah gizi baik gizi
kurang ataupun lebih.
Penyebab gizi kurang pada An.S yaitu karena An.S sulit makan. An.S selalu tidak
pernah menghabiskan makanannya. An.S hanya makan 1-2x perhari dan An.S
lebih banyak jajan diluar. Setelah ditanya kepada An.S apa yang menyebabkan dia
Universitas Indonesia
Kebutuhan makan untuk anak usia sekolah 1800kkall sampai 2000 kkall dan
harus seimbang komposisi zat makanan yang dimakan antara zat energi, pengatur
dan pembangun (Judarwanto, 2006). Sedangkan pada An.S pemenuhan akan zat
energi, pengatur dan pembangun tidak seimbang karena ibu S jarang masak
dirumah, dan jikalau memasak hanya 1 macam lauk saja.
Menurut Almatsier (2009) akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung
pada zat-zat apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang
dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan,
produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, perilaku. Namun
pada an.S keluarga mengatakan An.S memang kurus tetapi an.S jarang sakit dan
dalam hal belajar, an.S cepat menangkap pelajaran.
4.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait
Penyebab kurang gizi pada an.S karena sulit makan yang disebabkan karena menu
makan dirumah yang tidak bervariasi dan tidak seimbang komposisi zat gizinya,
dan juga karena pola asuh orang tua yang selalu menuruti an.s untuk jajan. Oleh
karena itu, perawat melakukan intervensi unggulan yaitu penyusunan menu
makan seimbang dan modifikasi lingkungan atau perilaku. Modifikasi perilaku
yang dimaksud yaitu dengan menjelaskan kepada keluarga cara merubah sikap
terhadap an. S agar an. S dapat mengurangi kebiasaan jajannya, selain itu juga
menjelaskan kepada keluarga hal hal yang dapat dilakukan oleh keluarga agar
meningkatkan nafsu makan an.S. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Sunarjo
(2012) bahwa Salah satu tata laksana mengatasi kesulitan makan pada anak usia
sekolah yaitu dengan memperbaiki kekurangan makanan yang diperlukan
Universitas Indonesia
misalnya jenis makanan, jumah makanan, jadwal pemberian maakan, perilaku dan
suasana makan. Hal tersebut dapat ditempuh dengan penyajian hidangan
bervariasi dan kombinasi melalui pembuatan menu makan seimbang setiap
harinya.
Pembuatan menu makan dengan kadar zat gizi seimbang tentunya tidak lepas dari
peran serta keluarga. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Astuti dan Sulistyowati
(2012) dalam penelitiannya mengenai hubungan tingkat pendidikan ibu dan
tingkat pendapatan keluarga dengan status gizi anak prasekolah dan sekolah dasar
di kecamatan Godean, peran orang tua sangat berpengaruh terutama pada ibu,
karena seorang ibu berperan dalam pengelolaan rumah tangga dan berperan dalam
mementukan jenis makanan yang akan dikonsumsi keluarganya. Bahabol (2013)
dalam penelitiannya mengenai hubungan asupan makan dengan status gizi anak
sekolah dasar di kecamatan dekai suku momuna propinsi papua mengatakan pola
konsumsi makanan harus memperhatikan nilai gizi makanan dan kecukupan zat
gizi yang dianjurkan. Namun hasil penelitian tersebut menyebutkan tidak ada
hubungan yang significant antara asupan makan dengan status gizi anak sekolah
dasar.
Evaluasi hasil yang didapat untuk penyusunan menu makan seimbang, keluarga
menyatakan telah membuat menu makan 1 minggu untuk An.S. Keluarga
menyatakan telah mulai membuat masakan sesuai menu yang dibuat. Keluarga
menyatakan porsi makanan yang dihabiskan an.S mulai bertambah, meskipun
masih belum menghabiskan 1 porsi makan yang disediakan. Saat kunjungan
rumah, tampak tersaji masakan nasi, sayur bayam, ikan kembung, tempe goreng
dan ada buah pisang. Tampak tertempel di dinding menu makanan untuk 3 hari.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian
nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Nutrisi kurang pada
An.S disebabkan karena asupan makan yang kurang. Selain itu juga disebabkan
karena pola asuh orang tua yang kurang tepat.
Intervensi yang diberikan merupakan intervensi keluarga yang terdiri dari TUK 1
sampai TUK 5. Intervensi unggulan yang diberikan yaitu penyusunan menu
seimbang dan modifikasi perilaku. Intervensi ini menjadi unggulan karena salah
satu penyebab gizi kurang pada An.S yaitu karena kurang variasi makanan yang
diberikan dirumah.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan
permasalahan ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yaitu:
5.2.1 Keluarga
Keluarga lebih mengoptimalkan dalam pemberian nutrisi yang cukup bagi anak
usia sekolah dengan memberikan menu makan yang bervariasi dengan nilai gizi
seimbang.
5.2.2 Puskesmas / Perawat Komunitas
Meningkatkan upaya pencegahan terjadinya masalah gizi kurang pada anak usia
sekolah, diantaranya dengan pembinaan dan pemberdayaan keluarga yang
memiliki resiko gizi kurang pada anak. Pemberdayaan dan pembinaan keluarga
ini dapat dilakukan oleh puskesmas setempat dengan melibatkan perawat
komunitas dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait gizi seimbang.
29 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Achadi, E., et al. (2007). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Departemen. Gizi
Kesmas DKM-UI. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Almatsier, S. (2004). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Astuti, F.D., Sulistyowati, T.F. (2012). Hubungan tingkat pendidikan ibu dan
tingkat pendapatan keluarga dengan status gizi anak prasekolah dan
sekolah dasar di kecamatan godean. Jurnal KESMAS. Yogyakarta :
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan.
Bahabol, M. (2013). Hubungan asupan makan dengan status gizi anak sekolah
dasar (Studi kasus siswa SD kelas v kecamatan Dekai suku Momuna
Kabupaten Yahukimo) propinsi Papua. Tugas akhir. Program Studi Ilmu
Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya.
Bapenas (2006). Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010. Juni 22,
2013. http://ntt-academia.org/Pangantt/RAN-Pangan-Nutrisi-Bahasa.pdf.
30 Universitas Indonesia
Dinas Kominfo Kota Depok. (2013). Profil kota depok. Juli 03, 2013.
www.depok.go.id
Friedman, M., Bowden, V.R., Jones, E.G. (2003). Family nursing: research,
theory & pravtice. 4th Ed. Ner Jersey: Person Education Inc.
Universitas Indonesia
Kompas (2011). Gizi Anak Usia Sekolah Memprihatinkan. Artikel kesehatan anak..
Diunduh 1 juli 2013 melalui
http://health.kompas.com/read/2011/01/25/0416225/Gizi.Anak.Usia.Sekolah.Memprih
atinkan.
Lowe, C. F., Horne, P.J., Tapper, K., Bowdery, M., & Egerton, C. (2004). Effects
of peer modelling and rewards based intervention to increase fruit and
vegetable comsumption in children. European journal of crinical nutrition,
58, 510-522.
Mubarak, W.I., Santoso, B.A., Rozikin, K., Patonah, S. (2005). Buku ajar ilmu
keperawatan komunitas : Teori dan aplikasi dalam praktik. Jakarta :
Sagung Seto.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2006). Fundamental keperawatan konsep, proses, dan
praktik (Edisi 4). Jakarta : EGC.
Saifah, A (2011). Hubungan peran keluarga, guru, teman sebaya dan media
massa dengan perilaku gizi anak usia sekolah dasar di wilayah kerja
puskesmas Mabelopura Kota Palu. Tesis. Program Pascasarjana FIK UI.
Schroeder, D.G. ( 2001). Malnutrition, Edited Samba R.D., and Bluem M.W.L.,
Nutrition and Health in Development countries. Tatawa New Jersey:
Humania Press.
Universitas Indonesia
Syafiq, A, (2008). Tinjauan Atas Kesehatan dan Gizi Anak Usia Dini. Jakarta :
Mercy Corp.
Wong,D.L., et all. (2009). Wong buku ajar keperawatan pediatrik (Edisi 6).
(Agus Sutarna, Neti Juniarti, dan Kuncara, Penerjemah ). Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Universitas Indonesia
Genogram
33
36
Bp. E Ibu S
8.5
8.5 9 bln
12
Keterangan
Keluarga ini terdiri dari Bapak E, Ibu S, dan tiga orang anaknya. Bapak E berusia
38 tahun sedangkan ibu S berusia 36 tahun. Anak pertama An.A berusia 12 tahun,
anak ke dua An.S berusia 8.5 thn, anak ke tiga An.R berusia 17 bulan. Port de
entry pada keluarga ini adalah An.S dengan masalah nutrisi.
3.1.2 Suku
Bapak E dan ibu S berasal dari Kuningan Jawa barat, suku sunda.. Bahasa
dominan yang mereka gunakan adalah bahasa Indonesia. Terkait budaya, keluarga
Bapak E tidak memiliki ritual khusus untuk mengatasi penyakit yang ada pada
keluarga. Keluarga sudah bisa menggunakan fasilitas kesehatan dengan baik.
3.1.3 Keyakinan/Agama
Bapak E dan Ibu S beragama Islam. Keluarga bapak E sehari-hari mejalankan
ajaran Islam sholat 5 waktu, puasa Ramadhan, dan mengaji. Ibu S mengatakan
tidak ada permasalahan pada diri dan keluarganya untuk menjalankan ibadah, dan
tidak ada keyakinan dalam agamanya yang mengganggu kesehatan keluarganya.
Ketika ada anggota keluarga yang sedang sakit, keluarga juga selalu mendoakan
untuk kesembuhan anggota keluarga yang sakit tersebut.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bapak E dan Ibu S menikah pada tahun 2000. Ibu S dan Bapak E mengaku saling
mencintai. Setelah satu tahun menikah lahirlah anak pertama. 2004 kemudian
anak kedua lahir. Kemudian pada januari 2012 lahirlah anak ketiga.
3.3 Ligkungan
3.3.1 Karakteristik rumah
Keluarga bapak E tinggal dirumah kontrakkan yang berukuran 3X6 m 2 yang
berada di RT 05 RW 03 kelurahan Cisalak Pasar. Rumah ini bertipe permanen,
dengan lantai keramik. Kamar mandi ada di dalam rumah. Pencahayaan pada
malam hari menggunakan listrik. Rumah terdiri dari 3 ruang yaitu ruang tamu,
ruang tidur dan dapur. Di dapur, terdapat kamar mandi dan tempat mencuci
pakaian. Pada ruang tamu terdapat dua buah jendela. Pencahayaan dan sirkulasi
udara pada rumah Bapak E baik karena semua jendela dibuka pada siang hari.
Rumah terlihat rapih dan bersih.
R. tamu
utara
Km tdr
Kmr tidur
Dapur
kamar
mandi
Wc Dpr
wc Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Ibu S mengatakan saat ini tidak memiliki keluhan masalah kesehatan. Ibu S
mengatakan memliki riwayat sakit maag. Sakit maag akan kambuh jika ibu S telat
makan. Ibu S mengatakan selalu makan teratur agar sakit maag nya tidak kambuh.
Ibu S mengatakan saat ini sakit maag nya bukanlah masalah kesehatan utama
dikeluarganya.Saat ini ibu S menggunakan KB suntik 3 bulan sekali.
An.A saat ini dalam kondisi sehat, namun ibu S mengatakan An.A yang paling
mudah terserang penyakit batuk pilek jika terlalu capek atau jika ada orang lain
yang batuk pilek. Ibu S mengatakan An.A mengalami penyakit ISPA yang
muncul jika daya tahan tubuh menurun. Ibu S mengatakan selalu memberi obat
batuk yang dibeli diapotik jika An.A batuk pilek. Ibu S mengatakan akan
membawa An.A ke puskesmas jika batuk pilek sudah 1 minggu tak sembuh.
An. S saat ini tidak ada keluhan masalah kesehatan. Menurut ibu S dalam
keluarga yang paling tampak kurus adalah an.S. Ibu S mengatakan An.S sulit
makan dirumah, makan hanya 1-2x sehari , setiap makan hanya 1 centong nasi
ditambah lauk. Ibu S mengatakan An. S tidak pernah menghabiskan makanannya.
Ibu S mengatakan jarang masak dirumah karna bingung dengan menu masakan.
Ibu S mengatakan jika tidak masak dirumah, beliau akan membeli ayam siap saji
atau menggoreng nuggets untuk makan anak anaknya. Ibu S mengatakan jika
masak dirumah, memasak nasi ditambah 1 macam lauk ikan atau ayam, terkadang
ditambah sayur. Ibu S mengatakan meskipun An.S tampak kurus, namun An.S
termasuk anak yang aktif dan jarang sakit. Ibu S mengatakan An.S sering jajan
diluar dan disekolah. Ibu S mengatakan selalu menuruti An.S jika ingin jajan. Ibu
S mengatakan tidak pernah membawakan bekal ke sekolah. Ibu S mengatakan
meskipun An.S kurus tapi tidak ada massalah dalam belajar.
An.S (8.5th) mengatakan bosan makan dirumah karna lauknya itu itu saja. An.
S mengatakan senang jajan chiki dan mie instan dan es di warung. Bapak E
mengatakan An.S memang kurus karna BB lahirnya juga kecil. Bapak E
mengatakan merasa penasaran apakah benar anaknya kurang gizi atau tidak.
Keluarga bapak E mengatakan belum mengetahui pengertian gizi kurang,
Universitas Indonesia
penyebab serta tanda dan gejalanya. Keluarga juga mengatakan tidak tahu jumlah
takaran makanan yang sesuai untuk anak usia sekolah. Bapak E mengatakan jika
ada keluarga yang sakit maka akan segera membawa ke puskesmas. Ibu S
mengatakan ingin mengetahui mengenai gizi seimbang agar an.S bisa gemuk.
An.R (17 bulan) saat ini tidak memiliki keluhan kesehatan. Riwayat imunisasi
lengkap. BB lahir 2800gr. Saat ini An. R sudah dapat berjalan, bicara 2 suku kata.
Tidak ada masalah dalam tumbuh kembang.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pemeriksaan Fisik
a. Bapak E
No. Pemeriksaan Hasil
1. Tanda-tanda TD: 120/80 mmHg; Nadi: 84 x/mnt
vital: RR: 18 x/mnt; Suhu: 36,3 0 C
2. TB 168 cm
3. BB 50 kg
4. Kepala Rambut terdistribusi secara merata, rambut sudah
beruban, kulit kepala berminyak, benjolan (-), sakit
kepala (-)
5. Mata Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
6. Telinga Simetris, nyeri (-), pembengkakan (-), pengeluaran
cairan (-), serumen (-), berdengung (-)
7. Hidung Tidak ada pengeluaran cairan atau lendir, mukosa
lembab, tidak ada pembengkakan
8. Mulut & gigi Mukosa lembab, mulut dan gigi bersih, tidak ada karies
gigi, kesulitan menelan (-)
9. Leher Pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB (-)
10. Dada/thorak Dada simetris, BJ I & II normal, murmur (-), gallop (-),
suara napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-, sesak (-)
11. Abdomen Datar, lemas, BU (+)( N,6x/ menit) , nyeri tekan (-),
nyeri ulu hati (-), pembesaran hepar (-)
12. Ekstremitas Edema (-), nyeri tekan (-), rentang gerak sempurna (+),
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
13. Kulit Warna sawo matang, turgor kulit elastis, lembab, tidak
ada lesi, integritas kulit utuh
Universitas Indonesia
b. Ibu S
No. Pemeriksaan Hasil
1. Tanda Vital: TD: 110/70mmHg; Nadi: 88 x/mnt
RR: 22 x/mnt Suhu: 36,5 0 C
2. TB 150 cm
3. BB 50 kg
4. Kepala Rambut terdistribusi secara merata, kulit kepala bersih,
benjolan (-), lesi (-), sakit kepala (-)
5. Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
6. Telinga Simetris, nyeri (-), pembengkakan (-), pengeluaran cairan
(-), serumen (-), berdengung (-)
7. Hidung Mukosa lembab, tidak ada pengeluaran cairan atau
lendir, tidak ada pembengkakan
8. Mulut & gigi Mukosa kering, mulut dan gigi bersih, karies gigi (-),
bibir kering, kesulitan menelan (-), mulut lebih mencong
ke arah kiri
9. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB
10. Dada/thorak Dada simetris, ronchi -/-, wheezing -/-, BJ I & II normal,
mur-mur (-), gallop (-), sesak (-)
11. Abdomen Datar, lemas, BU (+) (N,6x/ menit), nyeri tekan (-),
nyeri ulu hati (-)
12. Ekstremitas Edema (-), rentang gerak sempurna, kekuatan otot:
5555 5555
5555 5555
13. Kulit Warna sawo matang, lesi (-), integritas kulit utuh, turgor
kulit elastis, lembab
Universitas Indonesia
c. An. A
No. Pemeriksaan Hasil
1. Tanda Vital: Nadi: 100 x/mnt
RR: 21 x/mnt Suhu: 36.2 0 C
2. TB 150cm
3. BB 31 kg
5. Kepala Rambut terdistribusi secara merata, kuat/tidak mudah
dicabut
6. Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
7. Telinga Simetris, serumen (-), pembengkakan (-), nyeri tekan (-)
8. Hidung Mukosa hidung lembab, tidak ada pengeluaran cairan
atau lendir, pembengkakan (-)
9. Mulut & gigi Mulut dan gigi bersih, caries gigi (-), mukosa lembab,
kesulitan menelan (-)
10. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB
11. Dada/thorak BJ I & II normal, mur-mur (-), gallop (-), ronchi -/-,
wheezing -/-, suara napas vesikuler, sesak (-)
12. Abdomen Datar, lemas, BU (+) (N,6x/ menit), nyeri tekan (-)
13. Ekstremitas Edema (-), rentang gerak sempurna,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
14. Kulit Lesi (-), integritas kulit utuh, turgor kulit elastis, lembab,
warna sawo matang
Universitas Indonesia
d. An. S
No. Pemeriksaan Hasil
1. Tanda Vital: Nadi: 100 x/mnt
Suhu: 36,2 0 C RR: 20 x/mnt
2. TB 113 cm, LLA 15 cm
3. BB 16 kg , IMT 12.5
Status antropometri antara-3SD s/d -2SD (Buku
Antropometri, 2010)
5. Kepala Rambut terdistribusi secara merata, berwarna hitam
kemerahan, tebal, kulit kepala bersih, lesi (-), benjolan (-
), sakit kepala (-). Rambut tidak mudah patah.
6. Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
7. Telinga Pembengkakan (-), nyeri tekan (-), simetris, serumen (-)
8. Hidung Pembengkakan (-), mukosa hidung lembab, tidak ada
pengeluaran cairan atau lendir.
9. Mulut & gigi Mulut dan gigi bersih, mukosa lembab, karies gigi (-)
gigi geraham bawah kanan, kesulitan menelan (-)
10. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB
11. Dada/thorak BJ I & II normal, mur-mur (-), gallop (-), ronchi -/-,
wheezing -/-, suara napas vesikuler
12. Abdomen supel, BU (+) (N,6x/ menit) , nyeri tekan (-), buncit (-)
13. Ekstremitas Odema (-), rentang gerak sempurna,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
14. Kulit Lesi (-), turgor kulit elastis, lembab, warna sawo
matang, integritas kulit utuh
Universitas Indonesia
e. An. R
No. Pemeriksaan Hasil
1. Tanda Vital: Nadi: 107 x/mnt
Suhu: 36,2 0 C RR: 20 x/mnt
2. TB 82 cm
3. BB 16 kg
5. Kepala Rambut terdistribusi secara merata, berwarna hitam,
tebal, kulit kepala bersih, lesi (-), benjolan (-), sakit
kepala (-). Rambut tidak mudah patah.
6. Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
7. Telinga Pembengkakan (-), nyeri tekan (-), simetris, serumen (-)
8. Hidung Pembengkakan (-), mukosa hidung lembab, tidak ada
pengeluaran cairan atau lendir.
9. Mulut & gigi Mulut dan gigi bersih, mukosa lembab, karies gigi (+)
gigi geraham bawah kanan, kesulitan menelan (-)
10. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB
11. Dada/thorak BJ I & II normal, mur-mur (-), gallop (-), ronchi -/-,
wheezing -/-, suara napas vesikuler
12. Abdomen supel, BU (+) (N,6x/ menit) , nyeri tekan (-)
13. Ekstremitas Odema (-), rentang gerak sempurna,
14. Kulit Lesi (-), turgor kulit elastis, lembab, warna sawo
matang, integritas kulit utuh
Universitas Indonesia
ANALISA DATA
No Data Masalah
1. Data Subjektif: Perubahan nutrisi :
Ibu S mengatakan dalam keluarga, An. S (8.5th) kurang dari
yang tampak paling kurus kebutuhan tubuh
Ibu S mengatakan An.S sulit makan dirumah, pada An. S
makan hanya 1-2x sehari , setiap makan hanya 1
centong nasi dditambah lauk
Ibu S mengatakan An. S tidak pernah
menghabiskan makanannya
Ibu S mengatakan jarang masak dirumah karna
bingung dengan menu masakan
Ibu S mengatakan jika tidak masak dirumah,
beliau akan membeli ayam siap saji atau
menggoreng nuggets untuk makan anak
anaknya
Ibu S mengatakan jika masak dirumah, memasak
nasi ditambah 1 macam lauk ikan atau ayam,
terkadang ditambah sayur
Ibu S mengatakan meskipun An.S tampak kurus,
namun An.S termasuk anak yang aktif dan
jarang sakit
Ibu S mengatakan An.S sering jajan diluar dan
disekolah
Ibu S mengatakan selalu menuruti An.S jika
ingin jajan
Ibu S mengatakan tidak pernah membawakan
bekal ke sekolah
Ibu S mengatakan meskipun An.S kurus tapi
tidak ada massalah dalam belajar
An.S mengatakan bosan makan dirumah karna
lauknya itu itu saja
An. S mengatakan senang jajan chiki dan mie
instan dan es di warung
Data Objektif:
An.S tampak kurus
Rambut An.S tampak merah
BB 16 kg, TB 113cm, IMT 12.5, LLA 15 cm
antropometri (IMT/U) An. Sa tergolong kurus
dengan nilai standar deviasi antara -3SD sampai
-2SD
konjungtiva tidak anemis, perut tidak buncit
kedua kaki tidak edema
Universitas Indonesia
Data Objektif
Pernapasan: 21 x/mnt, Suhu: 36.2 0 C, Nadi:
100 x/mnt
Ronchi -/- , suara napas vesikular, otot bantu
napas tidak ada.
Tak tampak pengeluaran lendir dari hidung
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
TUK 3.4
mendemonstrasikan pengelompokan
sumber / bahan makanan berdasarkan
kelompok zat energi, zat pembangun dan
zat pengatur
meminta keluarga mendemonstrasikan
ulang pengelompokan sumber / bahan
makanan berdasarkan triguna makanan
memberi reinforcement positif atas
jawaban keluarga
TUK 3.5
Universitas Indonesia
Objektif :
tampak tertempel didinding
menu makan untuk 1 minggu
Analisa
Keluarga mampu menyusun
menu makan untuk 1 minggu
Keluarga mau memodifikasi
lingkungan dan keluarga
TUK 3 dan TUK 5 tercapai,
TUK 4 belum tercapai
Planing
Melanjutkan intervensi pada
TUK 4 dengan
mengevaluasi perilaku orang
tua dan An.S
Obektif :
Saat kunjungan rumah,
tampak tersaji masakan nasi,
sayur bayam, ikan kembung,
tempe goreng dan ada buah
pisang
Tampak tertempel di dinding
menu makanan untuk 3 hari
Analisa :
Modifikasi perilaku belum
tercapai sepenuhnya
TUK 3 dan 5 tercapai
Planing :
Evaluasi TUK 4 dan lanjut
intervensi diagnosa ke 2
Dx2 Pertemuan 7 TUK 4 dx 1: S:
Ketidakmampuan 10 juni 2013 Menanyakan kepada keluarga apakah Ibu S mengatakan sudah
keluarga Pukul 11.00- sudah memodifikasi perilaku atau
merawat anggota 11.30 membatasi jajan an.S
belum
keluarga dengan Ibu S mengatakan hari ini
ISPA pada An.A Mengevaluasi apakah keluarga sudah
membuat bubur kacang
membuat masakan sesuai menu yang
hijau sebagai makanan
disusun
selingan
Memberi reinforcement posiitif atas
jawaban keluarga Ibu S mengatakan hari ini
TUK 1 dx2 : masak sesuai menu yang
Menjelaskan pengertian, penyebab dan disusun untuk hari ini
tanda gejala ISPA Ibu S mengatakan
Memotivasi keluarga untuk pengertian ISPA yaitu
menyebutkan ulang pengertian, infeksi pernapasan batuk
penyebab dan tanda gejala ISPA pilek
Beri reinforcement positif atas jawaban Ibu S mengatakan
keluarga
penyebab ISPA karna virus
Menjelaskan cara penularan dan
Ibu S mengatakan tanda
pencegahan ISPA
dan gejala ISPA yaitu
Memotivasi keluarga untuk
menjelaskan ulang cara penularan dan pilek, batuk, bersin
pencegahan ISPA Ibu S mengatakan cara
Memberi reinforcement positif atas penularan ISPA melalui
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pisang 1 buah
jeruk 1 buah
jeruk 1 buah