Anda di halaman 1dari 14

CHRONIC RENAL FAILURE (CRF)

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Gagal Ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang
disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun,
berlangsung progresif, dan cukup lanjut (FKUI, 2001 : 427).
Gagal ginjal kronik (Chronic Renal Failure) adalah
kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai
dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang
beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak
dilakukan dialysis atau transplantasi ginjal) (Nursalam,
2006 : 47).
Gagal ginjal kronis adalah destruksi jaringan dan fungsi
ginjal yang progresif yang berakibat fatal dan disertai retensi
cairan dan nitrogen (Ovedoff, 2002 : 996).
B. Etiologi
Kondisi ini mungkin disebabkan oleh glomerulunefritis,
pielonefritis, hipertensi tidak terkontrol, lesi herediter,
kelainan vascular, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal
sekunder, penyakit sistemik (diabetes mellitus), infeksi,
obat-obatan, atau preparat toksik, preparat lingkungan dan
okupasi yang telah menunjukkan mempunyai dampak dalam
gagal ginjal kronis termasuk timah, kalium, merkuri dan
kromium.
C. Manifestasi Klinis
1) Sistem gastrointestinal
a. Anoreksia, mual, vomitus
b. Nafas berbau amoniak
c. stomatitis
2) Sistem Hematologi
a. Penurunan eritropoetin
b. Hemolisis
c. Defisiensi besi dan asam fola

1
d. Perdarahan saluran cerna
e. Fibrosis sumsum tulang
f. Gangguan fungsi leukosit
g. Gangguan fungsi trombosit
3) Sistem integumen
a. Kulit pucat kekuningan
b. Gatal-gatal
c. Eksoriasi
4) Sistem syaraf
a. Reterless leg syndrome
b. Burning feet syndrome
c. Ensepalopati metabolic ; lemah, tidak bisa tidur,
gangguan konsentrasi
d. miopati
5) Sistem kardiovaskular
a. Hipertensi
b. Nyeri dada dan sesak nafas
c. Oedema
d. Gangguan irama jantung
6) Sistem endokrin
a. Disfungsi sexual
b. Gangguan toleransi glukosa
c. Gangguan metabolic lemak, vitamin D.

D. Phatofisiologi

Obstruksi
saluran kemih
2
infeksi Vascular Zat toksik

Reaksi arteroklerosis Tertimbun Retensi urine


antigen- di ginjal
antibodi
Hidronefrosis
Suplai darah
ginjal turun

Glomerulus filtration rate menurun

Gagal ginjal kronis

Retensi natrium Sekresi eretropoetin


Sekresi protein
terganggu turun
Total CES
Syndrome uremik meningkat Produksi Hb turun

hiperpospatemia Gangguan Urokrom Tekanan Oksihemoglobin


keseimbangan tertimbun kapiler turun
asam-basa dikulit meningkat
Suplai O2 ke
Pruritis jaringan turun
Volume
Produksi asam intertisial
Perubahan meningkat
Gangguan meningkat warna kulit Gangguan perfusi
integritas kulit
jaringan.
Asam lambung Asidosis Oedema (kelebihan Intoleransi
meningkat aktivitas.
metabolik volume cairan)

Dikutip dari : DR. Nursalam, M.Nurs (Hons). 2006. Asuhan


Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.

E. Pemeriksaan penunjang
a) Urine
Volume : kurang dari 400ml/24 jam (oliguria) atau urine
tidak ada (anuria)

3
warna : keruh
Sedimen kotoran : kecoklatan menunjukkan adanya darah,
Hb, mioglobin, porfirin.
Berat Jenis : kurang dari 1.015 (menetap pada 1.010
menunjukkan kerusakan ginjal berat)
Osmolalitas : kurang dari 350 mOsm/kg
menunjukkan kerusakan tubular dan rasio
urine/serum sering 1:1
Klirens kreatinin : mungkin agak menurun
Natrium : lebih dari 40 m Ez/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorpsi natruim.
Protein : derajat tinggi protein urea (3-4 +) secara kuat
menunjukkan kerusakan glomerulus bila SDM dan
fragmen juga ada.
b) Darah
BUN/Kreatinin : biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar
kreatinin 10 mg/dL di duga tahap akhir (mungkin
rendah yaitu 5).
HDL: Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya
kurang dari 7-8 mg/dL.
SDM : waktu hidup menurun pada defiseiinsi eritropoetin
seperti pada azotemia.
GDA : pH : penurunan asidosis metabolic (kurang dari 7,2)
terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal
untuk mengekskresi hydrogen dan ammonia atau
hasil akhir katabolisme protein. Bikarbonat
menurun. Pa CO2 menurun.
Natrium serum : mungkin rendah (bila ginjal kehabisan
natrium atau normal (menunjukkan status dilusi
hipernatremia).
Kalium : meningkat sehubungan dengan retensi sesuai
dengan perpindahan seluler (asidosis) atau
pengeluaran jaringan (hemolisis SDM). Pada tahap

4
akhir, perubahan EKG mungkin tidak terjadi
sampai kalium 6,5 mEq atau lebih besar.
Magnesium/fosfat : meningkat
Kalsium : menurun
Protein (albumin) : kadar serum menurun dapat
menunjukkan kehilangan protein melalui urine,
perpindahan cairan, penurunan pemasukan atau
penurunan sintesis karena kurang asam amino
esensial.
Osmolalitas serum : lebih besar dari 285 mOsm/kg ; sering
sama dengan urine.
KUB foto : menunjukkan ukuran ginjal/ureter/kandung kemih
dan adanya obstruksi (batu).
Pielogram retrograd : menunjukkan abnormalitas pelvis
ginjal dan ureter.
Arteriogram ginjal : mengkaji sirkulasi ginjal dan
mengidentifikasi ekstravaskular, massa.
Sitouretrogram berkemih : menunjukkan ukuran kandung
kemih, refluks kedalaman ureter, retensi.
Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan
bagian atas.
Biopsy ginjal : mungkin dilakukan secara endoskopik untuk
menentukan sel jaringan untuk diagnosis
histologis.
Endoskopi ginjal, nefroskopi : dilakukan untuk menentukan
pelvis ginjal ; keluar batu, hematuria dan
pengangkatan tumor selektif.
EKG : mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan
elektrolit dan asam-basa.
Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal, dan tangan : dapat
menunjukkan demineralisasi, klasifikasi.

5
F. Penatalaksanaan Medis
a. Modifikasi diit ; pembatasan protein, natrium, air,
kalium, peningkatan kalori.
b. Farmakoterapi ; antihipertensi, agen antiemetik (suplemen
besi dan asam folat, androgen, vitamin B-kompleks dan C,
agen fosfat (antasida alumunium hidroksida), vitamin D dan
suplemen kalsium.
c. Dialysis
d. Transplantasi ginjal.

G. MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

6
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses
keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian pada pasien dengan chronic renal failure
menurut Marilynn E. Doenges (1999) adalah :
a) Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan ekstrem, kelemahan, malise.
Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan
rentang gerak.
b) Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi lama/berat. Palpitasi ; nyeri
dada (angina).
Tanda : hipertensi ; DJV, nadi kuat edema jaringan
umum dan pitting pada kaki, telapak tangan.
Disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi
ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang
jarang pada penyakit tahap akhir. Friction rub
pericardial (respons terhadap akumulasi sisa).
Pucat ; kulit coklat kehijauan, kuning.
Kecenderungan perdarahan.
c) Integritas ego
Gejala : factor stress, contoh ; finansial, hubungan dan
sebagainya.
Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah
terangsang, perubahan kepribadian.
d) Eleminasi
Gejala : penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria,
(gagal tahap lanjut).
Tanda : perubahan warna urine, contoh ; kuning pekat,
merah, coklat, berawan. Oliguria ; dapat
menjadi anuria.
e) Makanan/cairan
Gejala : peningkatan berat badan cepat (edema),
penurunan berat badan malnutrisi). Anoreksia,

7
nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak
sedap pada mulut (pernapasan amonia),
penggunaan diuretic.
Tanda : distensi abdomen/asites, pembesaran hati
(tahap akhir). Perubahan turgor
kulit/kelembaban. Edema (umum, tergantung).
Ulserasi gusi, perdarahan gusi, perdarahan
gusi/lidah. Penurunan otot, penurunan lemak
subcutan, penampilan tak bertenaga.
f) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, penglihatan kabur. Kram
otot/kejang ; syndrome kaki gelisah, kebas,
rasa terbakar pada telapak kaki.
Kebas/kesemutan dan kelemahan, khususnya
extremitas bawah (neuropati perifer).
Tanda : gangguan status mental, penurunan DTR,
tanda Chvostek dan trousseau positif, kejang,
fasikulasi otot, rambut tipis, kuku rapuh dan
tipis.

g) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri panggul, sakit kepala ; kram otot/nyeri
kaki (memburuk saat malam hari)
Tanda : perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah.
h) Pernapasan
Gejala : napas pendek, dispnea nocturnal paroxysmal;
batuk dengan/tanpa sputum kental dan
banyak.
Tanda : takipnea, dispnea, peningkatan
frekuensi/kedalaman pernapasan (pernapasan
kussmaul). Batuk produktif dengan sputum
merah muda-encer (edema paru).

8
i) Keamanan
Gejala : kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.
Tanda : pruritis, demam, ptekie, fraktur tulang (defosit
fosfat kalsium.
j) Interaksi social
Gejala :kesulitan menentukan kondisi, contoh : tak
mampu bekerja, mempertahankan
fungsi/peran biasanya dalam keluarga.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari
masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan
data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).
Diagnosa keperawatan NANDA pada pasien dengan
Cronic Renal Failure menurut Judith M. Wilkinson (2006 :
614-616) adalah :
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan asupan cairan akibat kelebihan asupan
natrium, retensi natrium, hiperglikemia, ketidakpatuhan
terhadap pembatasan cairan, pertukaran antara darah dan
dialisat.
b. vitas berhubungan dengan kelemahan/keletihanakibat
anemia, ketidakadekuatan oksigenasi akibat komplikasi
jantung dan paru.
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
pruritus, retensi cairan, muntah, kristal urat atau kalium
fosfat pada kulit.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan, efek samping
penanganan, penyakit kronis, pembedahan (insersi akses
darah hemodialisis atau kateter peritoneal, amputasi),
transplantasi ginjal.

9
e. Konstipasi berhubungan dengan pembatasan cairan dan
makanan yang kaya serat, penurunan aktivitas, adanya
ikatan agens dengan fosfat, pengobatan..
3. Intervensi / Implementasi
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi
masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan
(Boedihartono, 1994:20)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan (Effendi, 1995:40).
Intervensi / implementasi pada pasien dengan Chronic
Renal Failure (Wilkinson, 2006) :
a. Kelebihan volume cairan adalah kondisi peningkatan
retensi cairan isotonic pada seorang individu.
Tujuan : cairan, elektrolit dan asam basa tubuh dalam
keadaan seimbang.
Criteria hasil : kelebihan volume cairan dapat dikurangi yang
dibuktikan dengan keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa, dan indicator hidrasi
yang adekuat.

1) keseimbangan asupan dan haluaran selama 24 jam.

2) berat badan stabil.

3) lingkar perut normal (ascites tidak ada/berkurang).

4) pemeriksaan laboratorium urine dalam batas normal.


Intervensi dan Implementasi
a. Kaji dan tentukan lokasi adanya edema.
R : edema merupakan kelebihan (air dan natrium) dalam ruang
ekstraseluler.
b. Kaji komplikasi pulmoner dan atau kardiovaskuler yang
diindikasikan dengan meningkatnya frekuensi nadi, tekanan
darah, bunyi jantung, abnormal dan atau bunyi napas tidak
normal.

10
R : kelebihan volume cairan tubuh mempengaruhi kerja jantung
dan bisa terjadi edema paru.
Kaji edema ekstremitas atau bagian tubuh terhadap ganguan
sirkulasi dan integritas kulit.
R : edema bagian ekstremitas memerlukan pilihan intervensi
yang tepat, penekanan yang lama terhadap edema dapat
merusak integritas kulit, juga bahan buangan metabolisme
sebagian dibuang melalui keringat.
a. Pantau secara teratur lingkar abdomen atau tungkai bawah.
R : mengidentifikasi perubahan status kelebihan cairan.
b. Tinggikan ekstremitas yang mengalami edema.
R : meningkatkan aliran balik vena.
c. Ubah posisi secara periodic.
R : menghindari penekanan pada kulit terlalu lama,
meningkatkan
kenyamanan.
d. Pertahankan keakuratan catatan asupan dan haluaran.
R : memantau perkembangan pengelolaan cairan tubuh
yang
relevan.
e. Timbang berat badan setiap hari.
R : memantau kemajuan pengelolaan cairan.
f. Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap retensi
cairan (misal; perubahan elektrolit, peningkatan berat jenis
urine, peningkatan BUN, penurunan hematokrit dan
peningkatan osmolalitas urin).
R : memantau kemajuan pengolaan cairan.
g. Anjurkan pasien membatasi masukan dan haluaran cairan
jika di
indikasikan.
R : mengelola dan mengendalikan keseimbangan cairan
tubuh.
h. Kolaborasi pemberian diueretik.

11
R: meningkatkan haluaran adekuat, mempertahankan
keseimbangan cairan tubuh.

4. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan
dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan
keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker,
2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan chronic
renal failure adalah :
a.Cairan, elektrolit dan asam basa tubuh dalam keadaan
seimbang.
b. Pasien mampu mempertahankan/meningkatkan aktivitas
optimal.
c. Nyeri hilang atau berkurang
d. Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap
penampilan dan fungsi tubuh sendiri.
e. Pola eleminasi dalam rentang yang diharapkan; feses
lembut dan berbentuk.
f. Pasien akan memperlihatkan pengendalian/control
ketakutan.
g. Hidrasi adekuat dengan nilai laboratorium normal.
h. Individu/keluarga/komunitas mampu beradaftasi dan
mengatasi stessor yang membebani dengan mekanisme
koping yang efektif.
i. Pasien mampu mendapatkan kembali secara kognitif dan
melaporkan informasi yang disampaikan sebelumnya.
j. Mempertahankan/meningkatkan asupan zat gizi dengan
nilai laboratorium normal.
k. Mempertahankan/meningkatkan aktivitas kehidupan
sehari-hari (AKS) optimal.

12
l. Menunjukkan integritas jaringan : kulit dan
membrane mukosa mengalami keutuhan structural dan
fungsi fisiologis normal.

DAFTAR PUSTAKA

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta :


Sagung Seto.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31.
Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta :
EGC.
DR. Nursalam, M.Nurs (Hons). 2006. Asuhan Keperawatan Pada
Pasien
Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba
Medika.
Effendy, Nasrul. 1995. Pengantar Proses Perawatan. Jakarta :
EGC.
FKUI. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : FKUI.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Kperawatan
Ed.7. Jakarta : EGC.

13
14

Anda mungkin juga menyukai