Anda di halaman 1dari 6

MENGHADAPI KRISIS ENERGI (Fosil Fuel) DI INDONESIA

Oleh :
Rahadian Febry Maulana (24011021)
Magister Studi Pembangunan
Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB
2012

Abstrak
Indonesia tidak kaya akan potensi minyak bumi yang berasal dari fosil (tidak terbarukan).
Jumlah cadangan terbutki minyak Indonesia hanya sebesar 4,4 milyar barel atau sekitar 0,4% dari
seluruh cadangan total dunia. Minyak Indonesia diperkirakan akan habis 12 tahun mendatang.
Proyeksi itu dengan asumsi tingkat produksi sebesar 900.000 barel per hari tidak ditemukan. Kita
wajib memahami bahwa minyak bumi itu berasal dari fosil yang dibentuk dari tumbuhan dan
binatang yang telah mati jutaan tahun yang lalu. Jika dibandingkan dengan rata-rata umur manusia,
maka proses pembentukan minyak bumi mustahil untuk ditunggu kemunculannya lagi oleh manusia
saat ini.
Sementara itu, Indonesia banyak memiliki potensi kekayaan sumber energi terbarukan.
Namun ironisnya, saat ini Indonesia masih menggunakan minyak yang berasal dari fosil sebagai
energi utama, terutama untuk transportasi. Untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri, Indonesia
melakukan kebijakan impor BBM dan memberikan subsidi BBM. Hampir 50% Indonesia mengimpor
BBM atau sekitar 900.000 barel/hari (500.000barel BBM, 400.000 barel minyak mentah). Jika
kebijakan terebut terus berlangsung, maka semakin lama akan semakin ketergantungan dengan impor
sehingga Indonesia semakin sulit keluar dari krisis energi. Oleh karena itu, pemerintah harus segera
melakukan program diversifikasi energi, serta harus diikuti dengan pengurangan subsidi BBM atau
mencabutnya. Karena harga BBM yang murah akan mengakibatkan kemustahilan bagi keberhasilan
diversifikasi energi

Kata kunci : Krisis energi, subsidi BBM, diversifikasi

PENDAHULUAN
Indonesia tidak kaya akan sumber daya energi yang tak terbarukan (yang berasal dari fosil).
Namun Indonesia kaya akan sumber daya energi yang dapat diperbaharui yaitu panas bumi, tenaga air,
biomas, dll. Sayangnya Indonesia tidak mempunyai kebijakan untuk menggunakan sebagian
pendapatan dari pengolahan sumber daya energinya untuk mengembangkan energi terbarukan. Justru
kebanyakan hasil dari migas digunakan untuk mensubsidi BBM yang menghambat pengembangan
energi lain. Sementara produksi minyak bumi terus berkurang dan konsumsi minyak (BBM) semakin
meningkat melebihi dari tingkat produksinya. Saat ini kebutuhan akan BBM kita mencapai 1,3 juta
barel/hari, sementara produksi minyak yang didapat pemerintah hanya 540.000 barel/hari, itu pun
tidak semua diolah menjadi BBM. Oleh karena itu pemerintah harus mengimpor minyak dalam bentuk
BBM sebesar 500.000 barel/hari (Ditjen Migas 2012). Menyikapi hal itu, maka diperlukan upaya
untuk mengatasi kekurangan energi, salah satunya dengan kebijakan diversifikasi (memakai energi
diluar minyak). Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2006 tentang
kebijakan energi nasional, pemerintah menetapkan kebijakan untuk mengembangkan sumber-sumber
alternatif sebagai pengganti BBM. Pada kebijakan tersebut ditekankan bahwa pemenuhan kebutuhan
energi dalam negeri perlu diarahkan kepada diversifikasi sumber-sumber energi selain minyak bumi
(20%) yang diantaranya adalah gas bumi (30%), batubara (33%), energi terbarukan (17%) yang
meliputi: bahan bakar nabati/biofuel (5%), panas bumi (5%), batubara yang dicairkan (5%), serta
energi baru dan terbarukan lainnya seperti biomassa, nuklir, tenaga air, tenaga surya dan tenaga angin
(5%). Langkah diversifikasi energi akan sangat membantu terlepasnya ketergantungan kita terhadap
konsumsi BBM, dan jika sudah berjalan, otomatis kebijakan impor BBM tidak diperlukan lagi.
Namun diversifikasi mengalami kendala dalam pelaksanaanya sehingga sulit berjalan dengan
baik. kendala tersebut akibat masih disubsidinya BBM oleh pemerintah. Kebijakan subsidi BBM yang
sudah lama dilaksanakan ternyata menjadi faktor penghambat dalam upaya mengatasi krisis energi.
Sebagai contoh ketika para petani mulai menanam pohon jarak, kemudian setelah panen dan diolah
menjadi biofuel, ternyata harga biofuel tidak bisa bersaing karena harga BBM lebih murah. Bahkan
bijinya saja hanya dihargai 1000 Rupiah/kg. Konsumen memilih membeli BBM bersubsidi, sehingga
petani pohon jarak merugi. Dampak lain yang dihasilkan dari disubsidinya BBM oleh pemerintah
adalah terkurasnya anggaran belanja pemerintah yang dipakai untuk meng impor BBM, sehingga tidak
ada dana untuk mengembangkan energi lain, minimnya pembangunan infrastruktur (terutama
pembangunan transportasi umum yang baik). Selain itu terjadi disparsitas harga di dalam dan diluar
negeri yang mengakibatkan adanya penyelundupan BBM keluar negeri oleh mafia minyak. Tidak
bijaksana jika kita masih menggantungkan pemakaian energi kepada minyak, apalagi mensubsidinya.
Mengingat kita bukan Negara yang kaya akan minyak bumi. Persediaan minyak kita sangat terbatas
dan minyak merupakan sumber energi yang mahal. Bahkan Iran yang kaya dengan minyak (cadangan
terbukti 138,4 milyar barel dan produksi 4,4 juta barel/hari pada tahun 2007), berusaha untuk
menggunakan nuklir untuk listrik, BBG untuk transportasi, LPG dan gas kota untuk keperluan rumah
tangga (memasak). Iran berusaha untuk mengexpor minyak sebanyak mungkin, karena hal tersebut
yang paling menguntungkan.
Sebaiknya, subsidi BBM dialihkan ke subsidi pengembangan energi alternatif (gas, CBM,
batubara kualitas rendah, panas bumi, biomass, microhydro, dan lain lain). Disamping ketidakpastian
tinggi minyak juga sangat tergantung pada impor. Sedangkan energi alternatif ketidakpastiannya lebih
rendah, lebih murah dari minyak (kalau tidak disubsidi) dan tersedia di dalam negeri sehingga lebih
mandiri. Sebaiknya kita lebih berfikir jangka panjang untuk pembangunan yang berkelanjutan.
Peningkatan kulitas sumber daya manusia juga penting dalam mewujudkan kemandirian energi dan
pembangunan yang berkelanjutan. Dalam kemandirian energi diperlukan penguasaan dibidang
teknologi untuk membuat energi. Sementara penguasaan teknologi sulit terjadi apabila sumber daya
manusianya kurang baik (banyaknya praktik KKN, rusaknya mental birokrat, sistim birokrasi yang
berbelit-belit, sistem informasi yang buruk, dan gaya hidup boros (energi)). Jika subsidi dialihkan,
maka pemerintah bisa menambah alokasi dana untuk berbagai pembangunan baik infrastruktur
maupun memperbanyak kesempatan beasiswa pendidikan.

KEKELIRUAN SUBSIDI DAN IMPOR BBM


Subsidi harga BBM adalah bentuk dari kebijakan transfer pemerintah (government transfer)
dalam upaya mendorong rakyat miskin agar lebih mudah dalam mencapai kemakmuran dan sebagai
kebijakan untuk menghidari kegagalan pasar (market failure). Namun, kebijakan tersebut harus
mempunyai batas waktu, tidak lantas diberlakukan untuk selamanya. Government Transfer dapat
membantu memulihkan perekonomian dalam jangka pendek (short term), tetapi jika diberlakukan
dalam jangka panjang (long term) akan bersifat menggangu perekonomian.1 Di Indonesia, kebijakan
subsidi BBM telah berlangsung lebih dari 40 tahun hingga saat ini. Hal tersebut merupakan salah satu
penyebab tertinggalnya Indonesia dibidang energi dibandingkan Negara tetangga (Malaysia,
Singapore, Thailand, Korea). Terdapat nasehat Confusius yang menyatakan, give a man a fish and
you fed him for a day. Teach him to fish and you feed him for life time. Dengan mensubsidi harga
BBM terus menerus maka Indonesia tidak akan membuat rakyat miskin menjadi kaya dan Indonesia
tidak akan menjadi bangsa yang mandiri.
Idealnya, ketika pemerintah pertama kali menjalankan kebijakan subsidi harga BBM, disaat
yang sama juga pemerintah harus memikirkan strategi untuk membangun ekonomi rakyat yang kuat,
sehingga jika subsidi BBM sudah tidak diperlukan lagi, maka bisa dicabut dan tidak terlalu
membebani rakyat (rakyat tidak akan bertambah miskin), namun hal ini nampaknya tidak dilakukan
oleh pemerintah pada masa awal pemberlakuan subsidi BBM hingga sekarang. Kebijakan subsidi
harga BBM di Indonesia cenderung dinikmati orang mampu daripada rakyat miskin. Seyogyanya
orang yang mampu biar saja membayar BBM yang bisa menjamin pasokan subsidi, dan hanya orang
yang tidak mampu yang diberi subsidi. tidak adanya peraturan tegas mengenai penggunaan BBM
bersubsidi menyebabkan subsidi tidak tepat sasaran. Sehingga pengurangan subsidi BBM secara
bertahap adalah justru demi keadilan, bukan sebaliknya.

1 Disertasi Nathan B. Forrester. A Dynamic Synthesis of Basic Macro Economics Theory: Implications For

Banyak peristiwa yang dapat dijadikan pembelajaran akibat dari subsidi BBM. Misalnya krisis
OPEC (tahun 70an) terjadi karena disubsidinya harga gas di Amerika Serikat. Gas yang harga
keekonomiannya US$2/MCF dijual US$1/MCF. Akibatnya, pengusaha tidak mau mengembangkan
lapangan gas apabila yang ditemukan lapangan menengah dan kecil. Hal ini mengakibatkan Amerika
Serikat tergantung kepada impor energi dari OPEC, sehingga mengakibatkan harga minyak naik dari
US$3/barel menjadi US$36/barel. Peristiwa itu membuat Amerika ingin keluar dari krisis, sehingga
mendorong Amerika untuk menciptakan Teknologi yang dapat menambah produksinya dan
meningkatkan cadangan terbuktinya (proven reserves). Kemudian munculah tekonologi Anjungan
Laut Dalam, pemboran mining dan seismic 3D, agar dapat menemukan minyak di laut dalam. Krisis
(cobaan) menyebabkan mereka berfikir menjadi lebih baik, tetapi yang tidak bisa berfikir biasanya
mudah putus asa. crisis is the mother of invention atau krisis adalah ibu dari penemuan.2
Di Indonesia dampak krisis energi tidak begitu terasa, karena masyarakat masih dapat
mengkonsumsi Bahan Bakar Minyak yang diperoleh dari impor dan dijual dengan harga murah
(disubsidi). Rasa nyaman yang dirasakan masyarakat sekarang, sesungguhnya mirip seperti bom
waktu, yang kapan saja bisa meledak dan bisa langsung menghilangkan seketika rasa nyaman tadi,
bahkan dapat mengakibatkan kegagalan pasar (market failure). Bagaimana tidak, saat ini 50% minyak
yang dikonsumsi didalam negeri berasal dari impor. Ketergantungan impor BBM kita lsebesar 900
ribu barel/hari (500 ribu barel BBM, 400 ribu barel minyak mentah) dengan harga fluktuatif yang
mengacu pada NYMEX (New York Mercantile Exchange). Ketika terjadi konflik di Negara yang
meng-expor minyaknya ke Indonesia, maka harga minyak dipastikan akan sangat mahal, bahkan tidak
menutup kemungkinan Negara pengexpor terancam tidak dapat mengexpor minyaknya kembali. Jika
hal itu terjadi, pertama pemerintah dapat dipastikan mencabut subsidinya, kedua kelangkaan minyak
terjadi didalam negeri dan rakyat Indonesia baru akan merasakan apa yang dinamakan krisis energi.
Dalam hal ini, kita dapat belajar dari krisis energi yang terjadi di Cuba pasca runtuhnya USSR.
Mengapa dalam tiga dekade Cuba bisa survive, tetapi kemudian tiba-tiba kelaparan terjadi bersamaan
dengan runtuhnya USSR?, inilah pelajarannya, yaitu karena Cuba terlalu bergantung pada impor,
kususnya impor minyak dari USSR dan negeri-negeri blok timur lainnya. Saat runtuhnya UUSR,
impor minyak Cuba turun dari 14 juta ton /tahun menjadi tinggal sekitar 4 juta ton/tahun. Dampak dari
penurunan supply minyak ini, berdampak pemadaman listrik 16 jam per hari. Transportasi tidak bisa
berjalan, mesin-mesin produksi dan pertanian berhenti karena semua tidak mendapatkan bahan
bakarnya secara cukup, toko-toko tidak beraktifitas. Keterbatasan bahan bakar minyak membuat
penduduk negeri itu meninggalkan mobil dan menggunakan kendaraan umum, jutaan sepeda menjadi
kendaraan baru bagi masyarakat, dan kendaraan-kendaraan pejabat pemerintah menjadi tumpangan
bagi rakyat yang memerlukannya. 3 Saat itu Cuba melakukan reformasi dalam berbagai bidang, masa
ini oleh rakyat Cuba disebut sebagai Special Period in a Peace of Time. Masa inilah yang menjadi
tonggak kemandirian Cuba untuk membangun Infra dan Suprastruktur kehidupan ekonomi, politik dan
sosial negaranya. Saat ini Cuba bangkit dengan pertaniannya yang bagi negeri-negeri lain yang maju
sekalipun masih berupa teori. Tidak kurang dari 80 % produk pertanian negeri itu kini organic,
dihasilkan melalui apa yang disebut permaculture dan community farm.4

DIVERSIFIKASI ENERGI
Indonesia merupakan Negara yang mempunyai berbagai macam potensi energi. Diantaranya ada
gas, batubara, air, angin, panas bumi dan biomas. Keragaman ini perlu didayagunakan, sehingga tidak
perlu membudidayakan semua harus menggunakan bahan bakar minyak. Minyak yang harganya
mahal idealnya di expor saja (dijual), karena hal itu yang paling menguntungkan. Untuk terciptanya
keragaman pemakaian energi di indoneisa, maka diperlukan diversifikasi. Diversifikasi akan
mendorong energi gas, batubara, air, panas bumi dan biomas masuk pasar.
Energi air sudah dimulai pemakaiannya untuk pembangkit listrik, begitu juga dengan panas
bumi dan batubara. Energi gas sudah dipakai sebagai pengganti minyak tanah di tahun 2006. Pada


3
WWW.bestcyrano.org/cameronMarce.TruthCuba.cfm. Green Left Weekly, 2005. Pada tanggal 17
Mei 2012.
4
Ada Apa Dengan Cuba, Sebuah Contoh Pemerintahan Rakyat Miskin, Terbitan Seruan Buruh
FNPBI, edisi XIX, 2002 hal. 18-19
tahun 90an energi gas sudah mulai dipakai untuk bahan bakar kendaraan bermotor, namun kemudian
tidak berjalan baik. Penggunaan energi gas untuk transportasi membutuhkan kerjasama dengan
produsen otomotif langsung. Kerjasama dapat berupa permintaan pembuatan kendaraan dengan
spesifikasi BBG (Bahan Bakar Gas). Karena jika dilihat dari segi keamanan, penggunaan konverter
tabung gas After Market cukup berbahaya. Dapat dilihat dari tempat peletakan yang cenderung tidak
memperhatikan keamanan, serta instalasi yang terlihat tidak memperhitungkan keselamatan. Kasus
meledaknya tabunga gas LPG 1.5 Kg untuk memasak pada awal dilaksanakannya konversi minyak
tanah dapat kita jadikan pelajaran. Bayangkan saja ketika tabung konverter kendaraan yang
berkapasitas diatas 10 Kg meledak akibat kualitas tabung dan kualitas instalasi yang buruk. Sekali
kasus ledakan terjadi, konsumen enggan untuk menggunakannya lagi.
Sumber energi yang berasal dari Biomas saat ini yang paling memungkinkan digunakan untuk
bahan bakar transportasi pengganti solar. Produksinya dapat dilakukan oleh industri skala kecil dan
menengah, relatif tidak membutuhkan biaya yang tinggi jika dibandingkan dengan produksi minyak
bumi. Namun produksi biomas dari tanaman jarak dan kina ini dapat terwujud ketika harga BBM
dinaikan. Oleh karena itu, sudah waktunya pemerintah mengurangi subsidi BBM dan mengalihkan
dana yang semula dipakai mensubsidi BBM untuk pembangunan infrastruktur atau program
pengembangan energi terbarukan. Dalam diversifikasi energi juga dibutuhkan usaha untuk
meningkatkan iklim investasi dan kemampuan nasional yang membutuhkan kebijakan pemerintah
yang mendukung harga dan road map serta pendanaan dari perbankan nasional.

REGULASI dan BIROKRAT


Regulasi seperti disubsidinya harga BBM atau tidak cukupnya regulasi yang mewajibkan
pemerintah untuk mengembangkan energi alternatif menyebabkan sektor energi terhambat
perkembangannya. Birokrat yang tidak professional, praktik KKN dan lemahnya sistem informasi
pendukung pengambilan keputusan, menyebabkan pelayanan publik di sektor energi tidak optimal.
Untuk keberhasilan program diversifikasi, disamping disyaratkan pengurangan subsidi harga BBM,
juga diperlukan insentif untuk pengembangan energi terbarukan seperti panas bumi, air dan biomas
dalam bentuk pengurangan pajak, asuransi atau kredit berbunga rendah untuk pengembangan energi
pedesaan. Perlu diketahui bahwa energi terbarukan relatif tidak mengotori lingkungan.

PARTISIPASI MASYARAKAT
Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam mengembangkan sumber energi terbarukan.
Globalisasi telah mengakibatkan perubahan strategi dari pendekatan top down menjadi pada partisipasi
masyarakat. Masyarakat perlu di ikut sertakan pada waktu pengambilan keputusan, pembuatan
kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan kontrol. Sebelumnya disebutkan bahwa jika
seseorang diberi ikan, maka dia hanya makan untuk hari ini, tetapi apabila diberi kail/pancingan maka
dia akan makan selamanya. Dana dari pengurangan subsidi BBM tersebut akan makin bermanfaat bila
digunakan untuk memberdayakan orang miskin, yaitu dengan pelatihan dan pendidikan, menyediakan
network antar mereka dan dengan yang bersedia membantu mereka (perguruan tinggi,LSM,dan lain
lain) menyediakan akses informasi dan sarana komunikasi. Dalam kebijakan pencabutan subsidi BBM
juga diperlukan sosialisasi yang benar kepada masyarakat. Seharusnya pemerintah betul-betul
melakukan pendekatan network kepada masyarakat, yaitu dengan melakukan diskusi, meminta
pendapat, dengan cara mengesampingkan gaya hierarkis dan mengedepankan gaya egalitarian.
Misalnya dalam pelaksanaan program penguasaan teknologi dan pengetahuan keuangan dan
distribusi dengan dana dari pengurangan subsidi BBM seyogyanya diberikan melalui kerjasama
dengan perguruan tinggi dan mahasiswanya, organisasi sosial (seperti muhammadiyah dan nahdatul
ulama), LSM, koperasi dan pesantren maupun lembaga keagamaan lainya. Perguruan tinggi dan
lembaga lain tersebut dapat bekerja sama dengan pemerintah dan bank untuk menangani sektor
financial (misalnya dengan kredit usaha mandiri) dan sektor distribusi tersebut sehingga terbebas dari
rente. Perlu perlindungan pemerintah untuk menjamin harga pangan yang menguntungkan pengusaha
kecil. Menurut John Naisbitt, organisasi yang lebih berhasil untuk menyelesaikan permasalahan dan
memberdayakan masyarakat adalah yang lebih demokratis (bottom up) serta berupa network dan
bukan birokratis yang hierarkis. Network adalah masyarakat yang berbicara satu sama lain, saling
membagi ide, informasi dan sumber daya. Network menawarkan apa yang tidak membeda bedakan
orang (egalitarian).5
Dalam melatih membangun network kita dapat mencontoh Amerika Serikat dengan organisasi
4-H nya (4-H Youth Development Organization). 4-H singkatan dari head, heart, hands, and health,
organisasi ini sebuah organisasi pemuda yang bertujuan untuk membentuk network guna
mempersiapkan putra putrid di pedesaan (country side). 4-H mendidik anggotanya untuk bertani,
beternak, mengusahakan industri pertanian dan industri rumah tangga secara professional. Selain itu 4-
H juga mendidik anggotanya berpidato, berdiskusi, berorganisasi, membentuk network dan mencintai
lingkungan. Setiap tahun meraka mengadakan state fairs dimana hasil pertanian, peternakan dan
industri kecil dikompetisikan. Dimana pemenangnya mendapatkan hadiah dari petani, peternak besar
dan industri. Sesungguhnya 4-H merupakan suatu jaringan yang sangat demokratis dan
mengutamakan persaudaraan, dimana yang berhasil akan membantu yang kurang berhasil dan yang
berprestasi akan bercerita tentang bagaimana dia mencapainya. Semboyannya adalah bekerja keras,
hidup sopan, dan fair play (kompetisi yang sehat) yang memang merupakakn persyaratan demokrasi.
Untuk menjad anggota, dengan persyaratan umur 10-20 tahun. Dan seseorang harus berjanji : I pledge,
My head for clearer thinking, My heart to greater loyalty, My hands to large service, for my club, my
community and my country.6 Walaupun sebagian besar anggota 4-H menjadi petani, peternak, dan
pengusaha yang mandiri tidak sedikit pula yang mendapatkan pekerjaan di peternakan, pertanian dan
perusahaan besar, dan banyak juga yang mendapatkan beasiswa perguruan tinggi karena keaktifannya
di 4-H. Program membantu masyarakat miskin idealnya digunakan untuk membentuk network
semacam 4-H, kemudian kredit usaha tani atau kredit usaha kecil diberikan secara berlanjut kepada
yang berprestasi sehingga terdapat kompetisi untuk berprestasi.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN NASIONAL


Untuk mengatasi permasalahan energi, diperlukan peningkatan kemampuan teknologi dan
kebijakan teknologi yang mendukung. Harga BBM yang rendah tidak mendorong investasi di bidang
energi, serta tidak pula mendorong peningkatan teknologi di bidang tersebut. Untuk meningkatkan
kemampuan dalam negeri di bidang pertambangan pemerintah perlu menggunakan depletion premium
dari pertambangan untuk dipinjamkan dengan bunga yang besar kepada perusahaan swasta nasional
yang sudah meningkatkan kemampuan mengelola tambang dalam skala yang lebih kecil secara
professional.
Masalah utama peningkatan kemampuan nasional Indonesia adalah keterbatasan modal. Namun,
sebetulnya terdapat uang yang tersedia di bank-bank Indonesia, tetapi mereka masih ragu untuk
memberikan modal pada proyek energi. Karena ada anggapan bahwa proyek energi termasuk kategori
high risk, anggapan itu sebenarnya hanya karena pihak bank belum terlalu mengenalnya. Perlu
pertemuan steakholders energi (pengusaha, pemerintah, kadin, dan pakar) untuk meningkatkan
investasi dibidang migas. Ada baiknya membuat lembaga konsultasi energi yang didanai oleh
konsorsium bank.
Bank dianjurkan memberikan pinjaman untuk kegiatan eksploitasi migas. Agar aman, pinjaman
bank tersebut dianjurkan digunakan langsung untuk membiayai kegiatan produksi. Kontraktor
membuat perjanjian kerja dengan sub kontraktor untuk kegiatan-kegiatan pengembangan lapangan
minyak. Kontraktor membuat perjanjian pinjaman uang kepada bank. Sub kontraktor melaporkan
pelaksanaan kegiatan kepada kontraktor dan bank, lalu bila disetujui, bank membayar tagihan sub
kontraktor. Kemudian, Departemen Keuangan atas usul BP Migas membayar hutang bank dengan
bunga yang disetujui dengan dana perolehan cost recovery awal dari produksinya. Akibatnya dana
tersebut tidak dipakai untuk kegiatan lain (tidak diselewengkan). Bank juga diharapkan untuk bisa
meminjamkan dana untuk pengembangan energi non migas (batubara,panas bumi, biodisel, dll).7
Indonesia perlu meningkatkan pendidikan, pelatihan dan penelitian migas untuk menjadikan Indonesia
terpandang di dunia internasional. Hal yang sama juga harus diberlakukan untuk mineral, batubara,
panas bumi, biodisel dan lain-lain.


6 www.4-H.org/about/youth-development-organization/ diakses pada tanggal 23 Mei 2012
DAFTAR PUSTAKA

Callon. M, Pierre. L, Yannick. B. 2001. Acting in an Uncertain World. The MIT Press.
Forrester, N.B. (1982) A System Synthesis of Basic Macroeconomic Theory: Implications for
Stabilization Policy Analysis. PhD Dissertation, MIT Sloan School of Management.
Partowidagdo, W. 2000. Jurnal Studi Pembangunan. Pengamanan Pasokan Energi&Pangan dalam
Pembangunan Manusia Indonesia. Vol.3,No.2: 69-82. Program Studi Pembangunan, Program
Pascasarjana ITB:Bandung
______________. 1999. Memahami Analisis Kebijakan: Kasus Reformasi Indonesia. Program Studi
Pembangunan, Program Pascasarjana ITB:Bandung
______________. 2009. Migas dan Energi di Indonesia. Development Studies Foundation:Bandung.

Sumber-sumber lainnya:
www.4-H.org/about/youth-development-organization/ diakses pada tanggal 23 Mei 2012
www.bestcyrano.org/cameronMarce.TruthCuba.cfm. Green Left Weekly, 2005. Diakses pada tanggal
17 Mei 2012.
www.bpmigas.go.id diakses pada tanggal 17-23 Mei 2012
www.esdm.go.id diakses pada tanggal 17-23 Mei 2012
www.oro.open.ac.uk/4159/1/DEVCOMP2.pdf diakses pada tanggal 22 Mei 2012

Anda mungkin juga menyukai