Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum Acara II Efisiensi Energi Panas Pada Proses
Pengolahan adalah:
1. Menentukan kebutuhan energi panas untuk pengolahan bahan
2. Menentukan panas yang diberikan oleh kompor listrik untuk pengolahan
bahan
3. Menentukan efisiensi pemanasan dan panas yang hilang
B. Tinjauan Pustaka
Semua zat mengambil kalor bila suhunya dinaikkan (variabel lain
tetap), dan mengeluarkan kalor dalam jumlah yang sama bila didinginkan
kembali ke suhu semula. Kalor selalu diserap bila zat padat meleleh atau
zat cair menguap. Kapasitas kalor (heat capacity) ialah kuantitas kalor
yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat 1 K. Kapasitas kalor itu sendiri
mungkin pula bergantung pada suhu. Seiring pula digunakan besaran-
besaran seperti kapasitas kalor molar (molar heat capacity) yaitu kapasitas
kalor per mol, dan kapasitas kalor spesifik yaitu kapasitas kalor per satuan
massa, yang kadang-kadang disebut kalor spesifik saja (Hill, 1996).
Kalor (heat) adalah energi yang ditransfer antara suatu sistem dan
sekelilingnya sebagai akibat dari perbedaan suhu. Energi, sebagai kalor
bergerak dari benda yang lebih hangat (dengan suhu lebih tinggi) ke benda
yang lebih dingin (dengan suhu lebih rendah). Pada tingkat molekul,
molekul-molekul pada benda yang lebih hangat, melalui benturan,
kehilangan energi kinetik dan mengalihkannya ke benda yang lebih dingin.
Energi termal ditransfer, atau kalor mengalir, sampai energi kinetik rerata
molekul diantara kedua benda menjadi sama, sampai menjadi suhu yang
sama. Kalor seperti halnya kerja, menjelaskan energi yang berpindah
antara suatu sistem dan sekelilingnya (Petrucci dkk, 1985).
Panas merupakan salah satu sifat material yang bersifat penting
sebagai salah satu kriteria aplikasi material. sifat panas, perlakuan panas,
perpindahan panas mempunyai dampak yang besar dalam sifat material
lainnya. Salah satu bagian dari sifat panas adalah kapasitas panas. Dari
kapasitas panas, ada banyak informasi yang dapat diperoleh. Salah satu
informasi tersebut adalah panas yang diserap atau dilepaskan selama
terjadi perpindahan panas maka jumlah panas yang diberikan atau
dilepaskan dapat diketahui. Kapasitas panas dibagi dua jenis ditinjau dari
keadaan sistem ketika menerima atau melepaskan panas, yaitu kapasitas
panas pada tekanan tetap (Cp) dan kapasitas panas pada volume tetap (Cv)
(Juarlin, 2010).
Energi yang berpindah karena perbedaan temperatur ini disebut
kalor. Bila suatu sistem menyerap kalor, sebagian energi yang diserap
digunakan untuk melakukan kerja, seperti mengangkat beban, memuai
melawan atmosfer, atau menjalankan baterai, sebagian lagi disimpan
dadalam sistem itu sendiri sebagai energi untuk gerakan dalam atom-atom
dan molekul-molekulnya, sebagai energi yang berhubungan dengan
penyusunan atom-atom dalam reaksi kimia, dan sebagai energi interaksi
antara atom-atom dan molekul-molekul. Bagian yang disimpan ini disebut
energi dalam. Kuantitas energi yang diserap oleh suatu sistem yang sedang
mengalami perubahan, seperti kenaikan suhu, perubahan wujud fisik, atau
kimia, sedikit banyak bergantung pada kondisi pada waktu berlangsungnya
proses itu (Cromer, 1994).
Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam
sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk
melakukan kerja atau usaha. Daya listrik biasanya dinyatakan dalam
satuan Watt atau Horsepower (HP), Horsepower merupakan satuan daya
listrik dimana 1 HP setara 746 Watt atau lbft/second. Sedangkan Watt
merupakan unit daya listrik dimana 1 Watt memiliki daya setara dengan
daya yang dihasilkan oleh perkalian arus 1 Ampere dan tegangan 1 Volt.
Daya dinyatakan dalam P. Daya aktif (Active Power) adalah daya yang
terpakai untuk melakukan energi sebenarnya. Satuan daya aktif adalah
Watt. Misalnya energi panas, cahaya, mekanik dan lain lain. Daya reaktif
adalah jumlah daya yang diperlukan untuk pembentukan medan magnet.
Dari pembentukan medan magnet maka akan terbentuk fluks medan
magnet. Contoh daya yang menimbulkan daya reaktif adalah
transformator, motor, lampu pijar dan lain lain (Suryanto, 2011).
Pengukuran kapasitas panas dilakukan pada rentang temperatur 30oC
hingga 450oC dengan variasi laju pemanasan 1oC/menit, 3oC/menit dan
5oC/menit. Kapasitas panas adalah laju reaksi, sensitivitas koefisien dan
temperatur koefisien. Faktor-faktor yang dapat memberikan kesalahan
yang sangat mempengaruhi penentuan kapasitas panas adalah linieritas
timbangan yang digunakan, pengambilan nilai benar harga H standar,
ketidakpastian dari penimbangan berulangkali sudah tercakup dalam
presisi metode (Ginting, 2005).
Pemanasan ohmik produk makanan melalui hubungan bolak-balik
arus listrik melewati produk makanan, sehingga menghasilkan panas
internal sebagai akibat dari hambatan listrik. Jumlah panas secara langsung
berkaitan dengan arus yang disebabkan oleh tegangan gradien di
permukaan dan konduktivitas listrik dari bahan makanan. Pemanasan
ohmik ini memberikan pemanasan cepat dan seragam ketika tidak adanya
permukaan yang panas dalam pemanasan ohmik mengurangi masalah dan
kerusakan panas ke Produk. Makanan yang mengandung garam air dan ion
dalam kelimpahan, adalah yang paling cocok untuk pemanasan ohmik
(Jakob, 2010).
Beberapa metode dapat digunakan untuk mengukur panas spesifik
(Cp) dari produk makanan, sebagai metode campuran, metode
perbandingan kalorimeter, metode adiabatik, atau menggunakan
Differential Scanning Calorimetri (DSC). Metode campuran adalah teknik
yang paling banyak digunakan untuk mengukur panas spesifik dari produk
makanan karena kesederhanaan dan akurasi. Oleh karena itu, metode
campuran terpilih untuk menentukan panas spesifik (Cp) dalam penentuan
metode ini (Oliveira, 2012).
Kapasitas panas adalah salah satu sifat thermophysical dan
termodinamika dasar bahan makanan. Hal ini terkait langsung dengan
turunan suhu termodinamika dasar fungsi dan karena itu sangat diperlukan
untuk perhitungan perbedaan fungsi-fungsi ini antara temperatur yang
berbeda. Hal ini digunakan untuk menetapkan kebutuhan energi, entropi
dan untuk menghitung perubahan entalpi reaksi dengan suhu. Variasi
dalam kapasitas panas berfungsi sebagai indikator yang sensitif dari fase
transisi dan merupakan alat penting untuk memahami perubahan dalam
struktur solusi cair seperti minyak goreng (Alkali, 2012).
Kopi (Coffea sp) merupakan tanaman yang menghasilkan sejenis
minuman. Minuman tersebut diperoleh dari seduhan kopi dalam bentuk
bubuk. Kopi bubuk adalah biji kopi yang telah disangrai, digiling atau
ditumbuk hingga menyerupai serbuk halus. Sebelum kopi dipergunakan
sebagai bahan minuman, terlebih dahulu dilakukan proses roasting.
"Flavor" kopi yang dihasilkan selama proses roasting tergantung pada
jenis kopi hijau yang dipergunakan, cara pengolahan biji kopi,
penyangraian, penggilingan, penyimpanan dan metode penyeduhannya.
Cita rasa kopi akan ditentukan akhirnya oleh cara pengolahan di pabrik-
pabrik. Penyang-raian biji kopi akan mengubah secara kimiawi
kandungan-kandungan dalam biji kopi, disertai susut bobotnya, bertambah
besarnya ukuran biji kopi dan perubahan warna bijinya. Kopi biji setelah
disangrai akan mengalami perubahan kimia yang merupakan unsur cita
rasa yang lezat (Hayati, 2012).
C. METODOLOGI
1. Alat
a. Kompor Listrik
b. Termometer
c. Sendok
d. Pengukur waktu
e. Gelas beker
f. Neraca Analitik
2. Bahan
a. Kopi
3. Cara kerja
Kopi
Penimbangan
Pengukuran Suhunya
E. Kesimpulan
Dari praktikum acara II Efisiensi Energi Panas Pada Proses Pengolahan
yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan antara lain:
1. Besar kebutuhan energi panas pada semua kelompok yaitu sebesar 3069,071
joule.
2. Besar panas yang diberikan oleh kompor listrik pada kelompok tiga sebesar
44400 joule.
3. Besar efisiensi pemanasan yang terbesar ada pada kelompok empat yaitu
9,560%. Sedangkan Besar efisiensi pemanasan yang terkecil ada pada
kelompok satu yaitu 3,528%,
4. Besar panas yang hilang pada kelompok tiga yaitu 41330,929.
DAFTAR PUSTAKA
Alakali, Joseph S., Eze, Sunday O and Michael O. Ngadi. 2012. Influence of
Variety and Processing Methods on Specific Heat Capacity of Crude Palm
Oil. International Journal of Chemical Engineering and Applications 3: 5.
Cromer, Alan H. 1994. Fisika Untuk Ilmu-Ilmu Hayati Edisi Kedua. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Ginting, Aslina Br., Indaryanti, Sutri dan Jan Setiawan. 2005. Penentuan
Parameter Uji dan Ketidakpastian Pengukuran Kapasitas Panas dan
Differential Scanning Calorimeter. Jurnal Teknologi Bahan Nuklir 1 (1):
1-57.
Hayati, Rita., Marliah, Ainun Dan Farnia Rosita. 2012. Sifat Kimia Dan Evaluasi
Sensori Bubuk Kopi Arabika. Journal Floratek 7: 66-75.
Hill, Mcgraw. 1996. Theory and Problem of Collage Chemistry 6th Edition.
Erlangga. Jakarta.
Jakob, Alina et al.. 2010. Inactivation Kinetics Of Food Enzymes During Ohmic
Heating. Journal of Food Chemistry 123: 369376.
Juarlin, E., Limbong, A dan P. L. Gareso. 2010. Integrasi Numerik Kapasitas
Panas Debye Material Logam Menggunakan Metode Newton-Cotes.
Jurnal SIGMA 13 (2): 107-113.
Manalu, Lambot P Dkk. 2009. Analisis Energi Dan Eksergi Pengeringan Lapisan
Tipis Temu Putih. Jurnal Pengeringan 31(5): 34-41.
Oliveira, J.M. 2012. Specific heat (Cp) of tropical fruits, Caj, Cashew Apple,
Cocoa, Kiwi, Pitanga, Soursop fruit and Yellow Melon. International Food
Research Journal. Vol 19 : 3.
Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern
Edisi Kesembilan Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Suryanto, Agus dan Samiyono. 2011. Implementasi Model Analisis Perbaikan
Faktor Daya Listrik Rumah Tangga Dengan Simulasi Perangkat Lunak.
Jurnal Kompetensi Teknik 3 (1).
LAMPIRAN
Q2 = P x t
= 600 watt x 0,024 jam
= 14,4 watt. jam
= 14,4 x 3600
= 51840 joule
Q = Q2 - Q1
= 51840 joule - 3680,246 joule
= 48159,754 joule
x 100%
= 7,099 %