SOSIS
Oleh
Nama : Ernalia Rosita
NRP : 133020175
Kelompok :G
Meja : 3 (Tiga)
Asisten : Faradilla Noor R.
Tanggal Praktikum : 25 April 2016
Tanggal Pengumpulan : 29 April 2016
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk diversifikasi produk olahan daging,
PRINSIP PERCOBAAN
protein yang berfungsi sebagai emulsifier yang dapat mengikat air dan lemak
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Sosis
Keterangan Hasil Pengamatan
Basis 200 gram
Bahan Utama 1. Daging ayam = 58,7 %
2. Tapioka = 7,13 %
Bahan Tambahan 1. Es batu = 10 %
5. Pala = 0,57%
6. Skim = 4,7 %
7. Garam = 0,63 %
8. Merica = 0,23 %
9. Minyak sayur = 10 %
1. Warna Putih
2. Rasa
3. Aroma Gurih
4. Tekstur
5. Kenampakan Khas sosis ayam
Lembut
Menarik
Gambar Produk
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil percobaan pembuatan sosis dapat diketahui bahwa sosis
tersebut memiliki berat produk 134,4 gram, % produk sebesar 67,2 %. Sosis yang
dihasilkan memiliki warna putih, rasa gurih, aroma khas sosis, teksturnya lembut
lemak, bahan pengikat, bahan pengisi, air, garam dapur dan bumbu. Bahan
sosis karena daging memiliki daya ikat terhadap air dan daya mengemulsi lemak.
Daging yang sangat baik memiliki sifat-sifat tersebut adalah jaringan daging yang
melekat pada tulang (daging kerangka) dari hewan. Kepala dan pipi memiliki
daya ikat terhadap air dan mengemulsi lemak sedang. Sedangkan jaringan-
jaringan seperti bibir, moncong dan kulit memiliki daya yang rendah dan
daging dengan cara mengekstrak protein miofibriler dari serabut daging selama
proses pengilingan dan pelunak daging. Garam berinteraksi dengan protein daging
selama pemanasan, sehingga protein membentuk massa yang kuat, dapat menahan
Tujuan penambahan air dalam pembuatan sosis adalah agar sosis yang
dihasilkan tidak terasa kering. Air biasanya ditambahkan dalam bentuk es.
Banyaknya air dalam produk akhir adalah 4P+10 = 4 x kadar protein ditambah
10%. Protein, air dan lemak harus merupakan suatu emulsi tiga fase.dalam hal ini
lemak merupakan fase diskontinu, dan air merupakan fase kotinu (Anjarsari,
2010).
Putih telur dalam pembuatan sosis yaitu sebagai sumber lemak untuk
sistem emulsi pada daging atau sosis. Jumlah lemak yang ditambahkan selain
tapioka dan STPP. Tujuan penambahan filler dan binder pada produk sosis adalah
untuk: (1) meningkatkan stabilitas emulsi, (2) meningkatkan daya ikat produk
(5) meningkatkan karakteristik irisan produk, dan (6) mengurangi biaya formulasi
(Anjarsari, 2010).
mengikat air oleh protein daging, mereduksi pengerutan daging dan menghambat
ketengikan. Jumlah penambahan fosfat dalam curing tidak boleh lebih dari 5%
dan produk akhir harus mengandung fosfat kurang dari 0.5 % (Anonim, 2011 ).
Bumbu bumbu yng digunakan dalam produk sosis adalah lada, bawang
putih dan pala. Pemakaian jumlah dan macam-macam bumbu terlebih dahulu
dihaluskan.. berfungsi sebagai penambah cita rasa dalam produk sosis (Anjarsari,
2010).
Penambahan bumbu pada pembuatan sosis terutama ditujukan untuk
dalam beberapa hal bumbu juga bersifat bakteriostatik dan antioksidan (Anonim,
2011 ).
kemudian.dicampur dengan air es, garam dan bumbu dan diaduk menggunakan
alat pengaduk chopper. Pencampuran ini dilakukan pada suhu 4-8C. Tujuan
utama proses ini adalah untuk mengekstrak protein dari dalam daging.
Penggunaan garam, selain untuk rasa iuga berfungsi untuk melarutkan protein
yang larut dalam garam. Protein inilah yang nantinya akan berfungsi sebagai
antara 18-20 C. Emulsi yang sudah terbentuk secara stabil ini kemudian
daging yang telah diberi selongsong ini dimasukkan ke dalam smoke house untuk
bubuk gergaji kayu. Apabila suhu yang digunakan untuk pengasapan terlalu
tinggi, maka sosis yang dihasitkan akan kering dan kurang enak (Hadiwiyoto,
1983).
terlalu cepat. pemuaian cepat ini bisa menyebabkan sosis pecah (Anjarsari,
2010).
protein, perbandingan lemak daging tidak berdaging dan jumlah pigment selain
sifat mengikatnya. Daging yang mempunyai daya ikat yang tinggi adalah jaringan
daging skeletal tidak berlemak. Daging dengan daya ikat rendah umumnya
mengandung sejumlah besar lemak dan merupakan jaringan non skeletal atau
Dalam pembuatan sosis, daging tak berlemak dan protein mempunyai arti
yang sama. Daging tak berlemak berperan besar dalam menentukan stabilitas
emulsi dan sifat fisik produk akhir. Produk daging berperan dalam dua tahap yaitu
mengemulsikan lemak dan mengikat. Bila salah satu dari dua hal tersebut tidak
dapat dipenuhi, maka emulsi menjadi tidak stabil dan mudah pecah selama
Sosis adalah makanan yang dibuat dari daging yang telah dicincang
dimasak. Menurut Kramlich (1971) dalam Fiqhi (2009), sosis adalah makanan
yang dibuat dari daging yang digiling dan dibumbui, umumnya dibentuk menjadi
Terdapat tiga jenis casing yang sering digunakan dalam pembuatan sosis,
yaitu alami, kolagen, serta selulosa. Casing alami biasanya terbuat dari usus alami
hewan. Casing ini mempunyai keuntungan dapat dimakan, bergizi tinggi, dan
melekat pada produk. Kerugian penggunaan casing ini adalah produk tidak awet.
Casing kolagen biasanya berbahan baku dari kulit hewan besar. Keuntungan dari
penggunaan casing ini adalah dapat diwarnai, bisa dimakan, dan melekat pada
adalah dapat dicetak atau diwarnai dan murah. Casing selulosa sangat keras dan
dianjurkan untuk tidak dimakan. Saat ini telah dikembangkan poly amid casing,
yaitu casing yang terbuat dari plastik. Casing jenis ini tidak bisa dimakan, dapat
dibuat berpori atau tidak, bentuk dan ukurannya dapat diatur, tahan terhadap
digunakan dalam pembuatan sosis, yaitu: 1) selongsong yang terbuat dari usus
hewan, 2) selongsong yang terbuat dari kolagen, 3) selongsong yang terbuat dari
selulosa,4) selongsong yang terbuat dari plastik, 5) selongsong yang terbuat dari
logam.
Bahan pengikat (binder) adalah material bukan daging yang dapat
meningkatkan daya ikat air, daging dan emulsifikasi lemak. Ada dua jenis bahan
pengikat alami dari hewan yaitu kasein dan skim, sedangkan yang berasal dari
tanaman misalnya pati dari umbi-umbian, tepung terigu dan isolat protein
(Marliyati, 1992).
SPI berfungsi sebagai bahan pengikat (binder) bukan bahan pengisi (filler).
dan memberikan warna yang khas. Terdapat dua macam SPI yang digunakan
dalam industri daging olahan yaitu SPI yang berbentuk tepung dan SPI yang
berbentuk granular atau butiran. Penggunaan SPI yang berbentuk tepung biasanya
langsung dicampurkan dengan bahan emulsi yang lain, sedangkan SPI yang
1 Sosis segar, yaitu jenis sosis yang dibuat dari daging yang tidak dimasak,
tidak dikuring, umumnya daging babi segar dan terkadang daging sapi.
Sosis jenis ini harus disimpan pada refrigator dan dimasak dahulu sebelum
dihidangkan.
2 Sosis asap tidak dimasak, yaitu sosis yang mempunyai karakteristik sama
dengan sosis segar, namun sosis ini diselesaikan dengan pengasapan untuk
memberikan flavor dan warna yang berbeda, serta harus dimasak dahulu
sebelum dikonsumsi.
3 Sosis masak, yaitu sosis yang dipersiapkan dari satu atau lebih macam-
by product atau variety meats. Sosis ini biasanya merupakan sosis dengan
5 Daging spesial, merupakan produk yang dibuat dari daging cacah yang
prosesnya. Pada tahap penghancuran terjadi perubahan fisika dimana daging ayam
berubah tekstur menjadi daging giling yang halus. Proses ini menggunakan es
batu sehingga terjadi perubahan kimia yaitu suhu menjadi dingin agar protein
pada daging tidak rusak. Pada proses pencampuran dengan bahan-bahan lain
seperti garam terjadi perubahan kimia dimana garam dapat mengekstrak protein
sehingga membantu proses emulsi. Penambahan bahan pengisi dan pengikat juga
diisi kedalam casing kemudian dilakukan pengukusan. Pada proses ini terjadi
perubahan kimia dimana sosis menjadi matang dan terjadi perubahan biologi yaitu
mikroba yang mungkin ada pada bahan dapat mati sehingga memperpanjang umur
simpan.
sosis yang didapat di laboratorium memiliki mutu yang sesuai dengan sifat
organoleptik yang ada dalam SNI 01-3820-1995 yaitu memiliki rasa, warna, dan
CCP pada proses pembuatan sosis ini terjadi pada saat pencucian sosis dan
ataupun adonan.
DAFTAR PUSTAKA
Anjasari, Bonita. 2010. Pangan Hewani Fisiologi Pasca Panen Mortem dan
27 April 2016.
Hadiwiyoto. 1983. Teknik Uji Mutu Susu, Ika, Daging, dan Telur, Edisi Kedua,
Kramlich, W.E, 1976. Sausage Products. Dalam The Science of Meat and Meat
Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Murwani, Retno, 1994. Pengaruh Formulasi terhadap Penilaian Fisik dan
W berat produk
% produk = W basis x 100%
134,4
= 200 x 100%
= 67,2 %
58,7
- Daging ayam = 100 x 200 = 117,4 gram
10
- Es batu = 100 x 200 = 20 gram
7,13
- Tapioka = 100 x 200 = 14,26 gram
0,63
- Garam = 100 x 200 = 1,26 gram
0,23
- Merica = 100 x 200 = 0,46 gram
10
- Minyak sayur = 100 x 200 = 20 gram
0,34
- STPP = 100 x 200 = 0,68 gram
0,91
- Bawang putih = 100 x 200 = 1,82 gram
3,96
- Bawang bombay = 100 x 200 = 7,9 gram
2,83
- Kuning telur = 100 x 200 = 5,66 gram
LAMPIRAN TABEL SNI
1. Apa yang dimaksud dengan high binding meat, low binding meat dan
medium binding meat? Dari ketiga jenis daging tersebut bagian mana yang
proses pengolahan secara kuat. Low binding meat adalah daya ikat daging
medium binding meat adalah daya ikat daging untuk mengikat bahan-bahan
dalam proses pengolahan secara biasa. Daging yang mempunyai daya ikat yang
tinggi adalah jaringan daging skeletal tidak berlemak. Daging dengan daya ikat
non skeletal atau protein halus. Protein daging berperan dalam dua hal, yaitu
mengemulsikan lemak dan mengikat air. Bila salah satu dari dua hal tersebut
tidak dapat dipenuhi, maka emulsi menjadi tidak stabil dan mudah pecah
selama pemasakan. Daging yang baik untuk digunakan dalam pembuatan sosis
yaitu daging yang mempunyai daya ikat yang tinggi adalah jaringan daging
alami, kolagen serta selulosa. Casing alami biasanya terbuat dari usus alami
hewan. Casing ini mempunyai keuntungan dapat dimakan, bergizi tinggi dan
melekat pada produk. Kerugian penggunaan casing ini adalah produk tidak
awet. Casing kolagen biasanya berbahan baku dari kulit hewan besar.
Keuntungan dari penggunaan casing ini adalah dapat diwarnai, bisa dimakan
dan melekat pada produk. Casing selulosa biasanya berbahan baku pulp.
Keuntungan casing selulosa adalah dapat dicetak atau diwarnai dan murah.
dihasilkan tidak terasa kering. Air biasanya ditambahkan dalam bentuk es.
Garam dapur (NaCl), merupakan bahan penolong dalam proses
pembentukan emulsi.