Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare menurut World Health Organisation (WHO) tahun 2011,

merupakan penyakit dimana buang air besar dalam bentuk cair sebanyak 3 kali

sehari atau lebih dari normal, terkadang dapat disertai olah darah. Diare

menjadi penyebab kematian yang paling umum di negara berkembang antara

1,5 juta, kematian pada anak di bawah usia 5 tahun dan 1,1 juta kematian pada

orang diatas 5 tahun.


Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka

kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita.

Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat,

pada tahun 2006 jumlah kasus diare sebanyak 10.980 penderita dengan jumlah

kematian 277 (2,52%). Secara keseluruhan diperkirakan angka kejadian diare

pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000

sampai dengan 400.000 balita.


Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi

hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh

kelompok usia baik laki-laki maupun perempuan, tetapi penyakit diare dengan

tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi

pada bayi dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak

menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab

kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian (Depkes, 2010).

1
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya diare adalah

lingkungan yang buruk dan malnutrisi. Diare dapat menyebar melalui praktik-

praktik yang tidak higienis seperti menyiapkan makanan dengan tangan yang

belum dicuci, setelah buang air besar atau membersihkan tinja seorang anak

serta membiarkan seorang anak bermain di daerah dimana ada tinja yang

terkontaminasi bakteri penyebab diare (Depkes, 2010).


Upaya pencegahan diare meliputi : memberikan ASI, memperbaiki

makanan pendamping ASI, menggunakan air bersih yang cukup, mencuci

tangan, menggunakan jamban, membuang tinja bayi dengan benar dan

memberikan imunisasi campak karena pemberian imunisasi campak dapat

mencegah terjadinya diare yang lebih berat (Depkes, 2010).


Jumlah kasus diare di Sulawesi Tengah tahun 2011 yaitu sebanyak

825.022 penderita, sedangkan jumlah kasus diare pada balita yaitu sebanyak

269.483 penderita. Jumlah kasus diare pada balita setiap tahunnya rata-rata di

atas 32,66%, hal ini menunjukkan bahwa kasus diare pada balita masih tetap

tinggi dibandingkan golongan umur lainnya (Dinkes Sulawesi Tengah, 2012).

Kabupaten Buol merupakan salah satu dari 10 Kabupaten di Sulawesi Tengah

dengan angka kejadian diare pada balita tahun 2010 cukup tinggi yaitu

sebanyak 2.035 kasus, (Dinkes Kabupaten Buol, 2011). Pada tahun 2011

sebanyak 1.979 kasus dan pada tahun 2012 sebanyak 5.116 kasus, (Dinkes

Kabupaten Buol, 2013).


Kabupaten Buol terbagi menjadi 11 kecamatan dan salah satunya

adalah Kecamatan Gadung. Berdasarkan data dari Puskesmas Gadung

penderita diare pada tahun 2010 sebanyak 524 penderita dan diare pada balita

sebanyak 301 penderita. Pada tahun 2011 sebanyak 642 penderita dengan

2
jumlah diare pada balita sebanyak 344 penderita. Pada tahun 2012 sebanyak

783 penderita, jumlah penderita diare pada balita tahun 2012 sebanyak 387

penderita.
Berdasarkan hasil survey PHBS yang dilaksanakan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten Buol bersama dengan Puskesmas Gadung di Desa

Lokodidi, Kecamatan Gadung, Kabupaten Buol pada bulan Juli 2012

didapatkan hasil sebagai berikut 63% termasuk kriteria sehat dan sisanya

sebanyak 37% masuk kriteria tidak sehat. Berdasar pada angka hasil survey

PHBS tersebut ternyata masih ada sebagian dari penduduk yang masuk

kriteria tidak sehat sehingga dimungkinkan bisa menjadi penyebab tingginya

angka kejadian diare di desa tersebut.


Data jumlah kasus penderita diare di Desa Lokodidi pada tahun 2010

sebanyak 45 penderita, di tahun 2011 bertambah menjadi 87 penderita dan di

tahun 2012 mengalami peningkatan sebanyak 103 penderita, penderita diare

pada balita dari tahun 2010 sebanyak 34 penderita. Pada tahun 2011 sebanyak

39 penderita, pada tahun 2012 penderita diare pada balita meningkat

sebanyak 115 penderita. Hal ini menunjukkan bahwa kasus diare pada balita

masih tetap tinggi dibandingkan golongan umur lainnya. Desa Lokodidi

merupakan salah satu desa di Kecamatan Gadung dengan angka kejadian

diare pada balita tahun 2012 cukup tinggi yaitu sebanyak 115 kasus, dengan

kematian 3 kasus ( Pustu Lokodidi, 2013).


Berdasarkan data tersebut bahwa Desa Lokodidi merupakan salah satu

wilayah kerja Puskesmas Gadung yang mengalami Kejadian Luar Biasa

( KLB ) diare, sehingga peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

mengenai Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) dalam

3
Rumah Tangga dengan terjadinya diare pada balita di Desa Lokodidi

Kecamatan Gadung Kabupaten Buol.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini

yaitu Apakah ada hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

dalam Rumah Tangga dengan terjadinya diare pada balita di Desa Lokodidi

Kecamatan Gadung Kabupaten Buol?.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
a. Untuk mengetahui hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) dalam rumah tangga dengan memberikan bayi ASI eksklusif.


b. Untuk mengetahui hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) dalam rumah tangga dengan menggunakan air bersih.


c. Untuk mengetahui hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) dalam rumah tangga dengan mencuci tangan dengan air

bersih dan sabun.


d. Untuk mengetahui hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) dalam rumah tangga dengan menggunakan jamban.


2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) dalam rumah tangga dengan memberikan bayi ASI eksklusif.


b. Diketahuinya hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) dalam rumah tangga dengan menggunakan air bersih.


c. Diketahuinya hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) dalam rumah tangga dengan mencuci tangan dengan air

bersih dan sabun.


d. Diketahuinya hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) dalam rumah tangga dengan menggunakan jamban.


D. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi

4
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengembangan

ilmu pengetahuan tentang pentingnya Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

(PHBS) dalam Rumah Tangga.

2. Bagi Instansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam

membuat kebijkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada masyarakat khususnya dalam mengatasi masalah diare.

3. Manfaat bagi peneliti


Meningkatkan pengetahuan serta wawasan keilmuan penulis

khususnya tentang hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

dalam Rumah Tangga dengan terjadinya diare pada balita, sehingga dapat

di terapkan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Diare
1. Definisi penyakit diare

Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja

yang frekwensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih

dalam sehari). Sedangkan menurut Widjaja (2002), diare diartikan sebagai

buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah

maupun tidak. Hingga kini diare masih menjadi child killer (pembunuh

anak-anak) peringkat pertama diIndonesia. Semua kelompok usia diserang

oleh diare, baik balita, anak-anak dan orang dewasa. Menurut Depkes

(2010) diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal

atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume

keenceran, serta frekwensi lebih dari 3 kali sehari pada anak dan pada bayi

lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah. Menurut Mansjoer

A (2003), diare adalah buang air besar dengan konsistensi encer atau cair

dan lebih dari 3 kali sehari. Diare menurut Ngastiyah (2005) adalah

keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali sehari pada bayi dan

lebih dari 3 kali sehari pada anak, konsistensi faeces encer, dapat

berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir

saja.

2. Etiologi

6
Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh faktor infeksi,

malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan dan faktor

psikologis.

a. Faktor infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare

pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang antara lain:


a) Infeksi oleh bakteri: Escherichia colin, Salmonella thyposa, Vibrio

cholerae(kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya

berlebihan dan patogenik seperti pseudomonas. Infeksi basil

(disentri),
b) Infeksi virus rotavirus.
c) Infeksi parasit oleh cacing (Ascaris lumbricoides),
d) Infeksi jamur (Candida albicans).
e) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis dan

radang tenggorokan, dan


f) Keracunan makanan
b. Faktor malabsorpsi

Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi

karbohidrat dan lemak. Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi kepekaan

terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat menyebabkan diare.

Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, dan sakit di

daerah perut. Sedangkan malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam

makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida,

dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles

yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan

mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan

baik.

7
c. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang

tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan

kurang matang. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah

mengakibatkan diare pada anak dan balita.


d. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat

menyebabkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada balita, umumnya

terjadi pada anak yang lebih besar.


3. Patofisiologi
Menurut Depkes (2010) proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh

berbagai kemungkinan, diantaranya:


a. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali adanya mikroba atau kuman yang masuk

dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus

dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah

permukaan usus selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang

akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan

dan elektrolit atau juga dikatakan bakteri akan menyebabkan sistem

transporaktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang

kemudian sekresi cairan dan elektrolit meningkat.


b. Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang

mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan

isi rongga usus sehingga terjadi diare.


c. Faktor makanan

8
Dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan

penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian

menyebabkan diare.
d. Faktor psikologis
Keadaan psikologis seseorang dapat mempengaruhi kecepatan

gerakan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses

penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare.


4. Jenis diare
Penyakit diare menurut DepkesRI (2010), berdasarkan jenisnya dibagi

menjadi empat yaitu :


a. Diare Akut

Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari

(umumnya kurang dari 7 hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan

dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.

b. Disentri
Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat

disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan

kemungkinan terjadinnya komplikasi pada mukosa.


c. Diare persisten
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari

secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat

badan dan gangguan metabolisme.


d. Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten)

mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan

gizi atau penyakit lainnya.


5. Tanda-tanda diare
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,

nafsu makan berkurang atau tidak ada, tinja cair, warna tinja makin lama

9
kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu, anus dan daerah sekitar

lecet, ubun-ubun cekung, berat badan menurun, muntah, selaput lendir

mulut dan kulit kering.


6. Gejala diare
Menurut Widjaja (2002), gejala-gejala diare adalah sebagai berikut :
a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah.
b. Suhu badan meningkat,
c. Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah
d. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu,
e. Lecet pada anus,
f. Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang,
g. Muntah sebelum dan sesudah diare,
h. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah),
i. Dehidrasi (kekurangan cairan), dehidrasi ringan, dehidrasi sedang,

dehidrasi berat.
Sebelum anak dibawa ke tempat fasilitas kesehatan untuk

mengurangi resiko dehidrasi sebaiknya diberi oralit terlebih dahulu, bila

tidak tersedia berikan cairan rumah tangga misalnya air tajin, kuah sayur,

sari buah, air the, air matang dan lain-lain.


7. Epidemiologi penyakit diare
Menurut Depkes RI (2005), epidemiologi penyakit diare adalah

sebagai berikut: Penyebaran kuman yang menyebabkan diare. Kuman

penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui

makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung

dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran

kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak

memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan,

menggunakan botol susu yang kotor, menyimpan makanan masak pada

suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan

10
sesudah buang air besar atau sesudah membuang tinja anak atau sebelum

makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang tinja dengan benar.
1) Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Faktor pada pejamu yang dapat meningkatkan insiden, beberapa

penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah tidak

memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi, campak,

imunodefisiensi atau imunosupresi dan secara proposional diare lebih

banyak terjadi pada golongan balita.


2) Faktor lingkungan dan perilaku
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis

lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan

pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku

manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman

diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu

melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian

diare.
8. Pencegahan diare
Di bawah ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan untuk

mencegah agar anak-anak tidak terjangkit penyakit diare, hal-hal tersebut

adalah:
1. Memberikan ASI
Asi turut memberikan perlindungan terhadap terjadinya diare pada

balita karena antiboby dan zat-zat lain yang terkandung didalamnya


memberikan perlindungan secara immunologi
2. Memperbaiki makanan pendamping ASI
Perilaku yang salah dalam pemberian makanan pendamping ASI

dapat menyebabkan resiko terjadinya diare sehingga dalam

pemberiannya harus memperhatikan waktu dan jenis makanan yang

diberikan. Pemberian makanan pendamping ASI sebaiknya dimulai

11
dengan memberikan makanan lunak ketika anak berumur 6 bulan dan

dapat diteruskan pemberian ASI, setelah anak berumur 9 bulan atau

lebih, tambahkan macam makanan lain dan frekwensi pemberikan

makan lebih sering (4 kali sehari). Saat anak berumur 11 tahun berikan

semua makanan yang dimasak dengan baik, frekwensi pemberiannya

4-6 kali sehari.


3. Menggunakan air bersih yang cukup
Resiko untuk menderita diare dapat dikurangi dengan

menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari

kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanannya di rumah.


4. Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang

penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.


5. Menggunakan jamban
Upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam

penurunan resiko penularan diare karena penularan kuman penyebab

diare melalui tinja dapat dihindari.


6. Membuang tinja bayi dengan benar
Membuang tinja bayi ke dalam jamban sesegera mungkin sehingga

penularan kuman penyebab diare melalui tinja bayi dapat dicegah.


7. Memberikan imunisasi campak
Anak yang sakit campak sering disertai diare sehingga imunisasi

campak dapat mencegah terjadinya diare yang lebih parah lagi

(Depkes, 2010).
B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
1. Pengertian PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku

kesehatan yang dilakukan atas dasar kesadaran sehingga anggota keluarga

atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dalam hal kesehtan dan

berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Perilaku

12
hidup bersih dan sehat (PHBS) di Rumah Tangga adalah upaya untuk

memberdayakan anggota rumah tangga agar memahami dan mampu

melaksanakan Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta berperan aktif

dalam Gerakan Kesehatan di masyrakat.


2. Komponen PHBS
Rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang melakukan

komponen-komponen PHBS yang meliputi:


a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Memberi bayi ASI eksklusif
c. Menimbang bayi dan balita
d. Menggunakan air bersih
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
f. Menggunakan jamban sehat
g. Memberantas jentik nyamuk
h. Makan buah dan sayur setiap hari
i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
j. Tidak merokok di dalam rumah
3. Manfaat PHBS
a. Bagi keluarga
a) Menjadikan anggota keluarga lebih sehat dan tidak mudah sakit
b) Anggota keluarga lebih giat dalam bekerja
c) Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi

gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah

pendapatan keluarga.
b. Bagi masyarakat

a) Mampu mengupayakan lingkungan sehat.

b) Mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah

kesehatan.

c) Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

d) Mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber

Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin

(Tabulin), arisan jamban, ambulan desa.

13
4. Kriteria penilaian PHBS
Rumah tangga termasuk kriteria sehat apabila memenuhi nilai 10

(sepuluh) atau mempunyai perilaku positif pada setiap komponen PHBS

dan dikatakan tidak sehat apabila salah satu dari sepuluh komponen PHBS

ada yang nilai 0 (nol) atau perilaku negatif (DepkesRI, 2010).

14
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Kesepuluh komponen Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam

tatanan rumah tangga, ada empat komponen yang berhubungan dengan diare

yaitu memberikan bayi ASI eksklusif menggunakan air bersih, mencuci tangan

dengan air bersih dan sabun, dan menggunakan jamban sehat.

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah variabel independen yakni

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) dalam Rumah Tangga, dan variabel

dependen adalah terjadinya diare pada balita di Desa Lokodidi Kecamatan

Gadung Kabupaten Buol.

B. Alur Kerangka Konsep


Hubungan variabel independent dan variabel dependent :

Variabel independent (Bebas) Variabel dependent (Terikat)

Terjadinya Diare Pada


PHBS Balita
Gambar 3.1. Bagan Alur Kerangka Konsep

C. Variabel Penelitian
1. Dalam penelitian ini variabel bebas (Independent) adalah Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) dalam Rumah Tangga.


2. Dalam penelitian ini variabel terikat (Dependent) adalah terjadinya Diare

pada Balita.
D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif
1. PHBS

15
Keadaan atau kondisi kehidupan ibu balita disekitar rumah tangga,

tentang sanitasi lingkungan.


Alat ukur : Kuisioner
Cara ukur : Wawancara
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : Dilaksanakan , jika responden menjawab Yapada
semua poin pertanyaan
Tidak Dilakanakan, jika responden menjawab Tidak
pada sebagian atau semua poin pertanyaan
2. Terjadinya Diare
Buang air besar cair lebih dari 3-4 kali perhari yang dialami oleh

balita yang terpilih sebagai sampel.


Alat ukur : Kuisioner
Cara ukur : Wawancara
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : Menderita, jika jawaban responden Ya
Tidak Menderita, jika jawaban responden Tidak.

E. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) dalam rumah tangga dengan

terjadinya diare pada balita di desa Lokodidi Kecamatan Gadung Kabupaten

Buol.

16
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan rancangan Cross Sectional yaitu

suatu penelitian untuk mempelajari dinamika hubungan variabel independen

dengan variabel dependen.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Lokodidi, Kecamatan Gadung

Kabupaten Buol. Karena terdapat kasus diare khususnya pada balita

dengan jumlah relatif lebih banyak dibanding desa yang lain di wilayah

kerja Puskesmas Gadung Kabupaten Buol.

2. Waktu

17
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Mei sampai dengan bulan

Juni 2013.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang memiliki

balita di Desa Lokodidi sebanyak 124 orang.


2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu-ibu yang memiliki

balita, yang diambil dengan cara purposive sampling yaitu tehnik

pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya, peneliti menentukan

sendiri sampel yang di ambil karena ada pertimbangan tertentu . Untuk

menentukan besarnya sampel digunakan rumus Slovin :


Rumus :
N
n=
1+ N ( d )

Keterangan :
N = Jumlah Populasi (124)
n = Jumlah Sampel
d = Tingkat Kepercayaan / Ketepatan yang diinginkan (0,1)
124
n = 1+124 (0,1)2

124
n = 1+124 (0,1)
2

124
n = 1+1,24
124
n = 2,24

n = 55,3
Jadi, besar sampel yang didapat yaitu sebesar 55 sampel. Kemudian

dilanjutkan pendistribusian sampel berdasarkan metode pengambilan

sampel dengan menggunakan rumus Proportionate Random

18
Sampling (Riduwan dan kuncoro, 2007). Dengan menggunakan

rumus :

= n
N

Dimana:

N : Besar Sampel
ni : Jumlah sampel berdasarkan strata
Ni : Jumlah populasi pada setiap desa
N : Jumlah populasi keseluruhan
Diketahui jumlah populasi pada masing-masing desa Lokodidi adalah :

a. Dusun I : 29
b. Dusun II : 34
c. Dusun III : 27
d. Dusun IV : 34

a. Dusun I

29
= x 55=13
124

b. Dusun II

34
= x 55= 15
124

c. Dusun III

27
= x 55= 12
124

d. Dusun IV

34
= x 55= 15
124

19
D. Pengumpulan Data

Dalam rancangan penelitian ini, data yang digunakan meliputi dua

jenis sumber data yaitu :


1. Data primer
Data primer yang diperoleh dengan kuisioner atau angket secara

langsung dengan personel yang tahu tentang obyek yang sedang diteliti.
2. Data sekunder
Data sekunder bersifat kualitatif serta informasi yang berkaitan

dengan topik yang akan diteliti. Untuk memperoleh fakta dari informasi

yang dibutuhkan dilakukan dengan cara penulusuran data dengan

pengkajian laporan yang tercatat pada buku register didesa Lokodidi

wilayah Puskesmas Gadung, selain itu juga dilakukan dengan membaca

atau mempelajari buku-buku teks, catatan kuliah, makalah-makalah, bahan

seminar dan lain-lain.


E. Pengolahan Data

1. Editing, yaitu megkaji dan meneliti data yang telah terkumpul pada

kuisioner.

2. Coding, yaitu memberikan kode pada data untuk memudahkan dalam

memastikan data ke program komputer.

3. Entry, yaitu memasukkan data kedalam program komputer untuk

dianalisis selanjutnya.

4. Tabulating, yaitu setelah data masuk kemudian direkap dan disusun

dalam bentuk tabel agar dapat dibaca dengan mudah.


5. Scoring adalah penentuan jumlah skor bila ada jawaban ya diberi skor 1

dan bila tidak diberi skor 0.


F. Analisis Data
1. Analisis Univariat

20
Analisis universal ini adalah untuk mengatahui distribusi frekuensi

kejadian diare dari variabel-variabel yang diteliti dalam presentase

tunggal yang terkait dengan tujuan penelitian.


2. Analisis Bivariat
Analisis variabel dependen dan indenpenden dengan program

computer disertai uji hipotesis melalui uji Chi square.

21
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di desa Lokodidi wilayah kerja Puskesmas

Gadung dengan mengambil sampel sebagian masyarakat yang memiliki

anak dibawah 5 tahun. Sejauh ini Puskesmas Gadung memiliki beberapa

tenaga kesehatan yang terdiri dari Dokter Umum, Dokter Gigi, Sarjana

Kesehatan Masyarakat, Bidan, Perawat, Asisten Apoteker, Tenaga Sanitasi

dan beberapa pekarya kesehatan yang selalu memberikan pelayanan

kesehatan yang maksimal kepada individu, keluarga dan masyarakat.


Desa Lokodidi terletak di Kecamatan Gadung Kabupaten Buol

dengan luas 1500 Ha dengan jumlah penduduk 1748 jiwa. Desa Lokodidi

terdiri dari empat dusun yaitu dusun Tabamuang, dusun Garen, dusun

Ngune, dusun Sukamaju. Desa Lokodidi Berbatasan dengan sebagai

berikut :
a. Sebelah utara : Laut Sulawesi
b. Sebelah timur : Desa Matinan
c. Sebelah selatan : Desa Nandu
d. Sebelah barat : Desa Ponipingan

B. Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin

Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Desa Lokodidi Kecamatan Gadung

22
No Jenis Kelamin Frekuensi (%)
1. Laki-Laki 43 78.2
2. Perempuan 12 21.8
Jumlah 55 100
Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa responden yang

berjenis kelamin laki-laki berjumlah 43 responden dengan persentase

(78.2%), dan responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 12

responden dengan persentase (21.8%),

2. Pendidikan

Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Di Desa Lokodidi Kecamatan Gadung

No Pendidikan Frekuensi (%)


1. SD 28 50.9
2. SMP 10 18.2
3. SMA 12 21.8
4. SI 5 9.1
Jumlah 55 100
Sumber : Data Primer 2013

Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan

SD berjumlah 28 responden dengan persentase (50.9%), responden yang

berpendidikan SMP berjumlah 10 responden dengan persentase (18.2%),

responden yang berpendidikan SMA berjumlah 12 responden dengan

persentase (21.8%), dan responden yang berpendidikan SI berjumlah 5

responden dengan persentase (9.1%).

3. Pekerjaan

23
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Di Desa Lokodidi Kecamatan Gadung

No Pekerjaan Frekuensi (%)


1. PNS 5 9.1
2. Pedagang 6 10.9
3. Nelayan 16 29.1
4. Petani 28 50.9
Jumlah 55 100
Sumber : Data Primer 2013

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa responden yang berpekerjaan PNS

berjumlah 5 responden dengan persentase (9.1%), responden yang bekerja

sebagai pedagang berjumlah 6 responden dengan persentase (10.9%),

responden yang bekerja sebagai nelayan berjumlah 16 responden dengan

persentase (29.1%), dan responden yang bekerja sebagai petani berjumlah

28 responden dengan persentase (50.9%).

4. Umur

Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Golongan Umur
Di Desa Lokodidi Kecamatan Gadung

No Umur Frekuensi (%)

24
1. < 25 Tahun 30 54.5
2. 26-30 Tahun 12 21.8
3. > 31 Tahun 13 23.7
Jumlah 55 100
Sumber : Data Primer 2013

Dari tabel 5.4 menunjukkan bahwa responden yang berumur < 25

tahun berjumlah 30 responden dengan persentase (54.5%), responden yang

berumur 26-30 tahun berjumlah 12 responden dengan persentase (21.8%)

dan responden yang berumur > 31 tahun berjumlah 13 responden dengan

persentase (23.7%).

C. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

a. PHBS

Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan PHBS dalam rumah tangga
Di Desa Lokodidi Kecamatan Gadung

No PHBS Frekuensi (%)


1. Tidak Dilaksanakan 23 41.8
2. Dilaksanakan 32 58.2
Jumlah 55 100
Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa responden yang

tidak melaksanakan PHBS adalah sebanyak 23 responden dengan

persentase (41.8%) dan yang melaksanakan PHBS adalah sebanyak 32

responden dengan persentase (58.2%).

b. Kejadian Diare

Tabel 5.6

25
Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Diare Pada Balita
Di Desa Lokodidi Kecamatan Gadung

No Diare Frekuensi (%)


1. Tidak Menderita 36 65.5
2. Menderita 19 34.5
Jumlah 55 100
Sumber : Data Primer 2013

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden yang tidak menderita

diare adalah sebanyak 36 responden dengan persentase (65.5%) dan

yang menderita diare adalah sebanyak 19 responden dengan persentase

(34.5%).

26
2. Analisis Bivariat
Hubungan Perilaku Hidup Besih dan Sehat (PHBS) dengan

terjadinya Diare
Tabel 5.7
Hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Lokodidi
Kecamatan Gadung

Diare OR

Total % (95%
PHBS Tidak value
Menderita CI)
Menderita
f % %
Tidak Dilaksanakan 13 56,5 10 43,5 23 100 5.633
Dilaksanakan 6 18,8 26 81,2 32 100 0.009 (1.677-
Total 19 34,5 36 65,5 55 100 18.919)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, responden yang memilih

tidak melaksanakan PHBS dan menderita diare adalah 13 responden

(56.5%), Sedangkan responden yang memilih tidak melaksanakan

PHBS dengan tidak menderita diare adalah sebanyak 10 responden

(43.5%). Untuk responden yang memilih melaksanakan PHBS yang

menderita diare adalah 6 responden (18.8%), kemudian responden yang

memilih melaksanakan PHBS dengan tidak menderita diare sebanyak

26 responden (81.2%). Berdasarkan uji chi square menunjukkan bahwa

nilai value = 0.009 (< 0,05), artinya bahwa ada hubungan antara

PHBS dengan kejadian diare pada balita di desa Lokodidi Kecamatan

Gadung. Nilai Odd rasio yang diperoleh adalah 5.633 (1.677-18.919)

yang berarti bahwa yang tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS) mempunyai resiko terjadinya diare 5.633 kali lebih besar

dari pada yang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

27
D. Pembahasan
Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam rumah tangga

dengan terjadinya diare.


Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa responden yang tidak

melahsanakan PHBS lebih kurang dibandingkan responden yang memilih

melaksanakan PHBS, dimana responden yang memilih yang tidak

melahsanakan PHBS sebanyak 23 responden (41.8%), sedangkan

responden yang memilih melaksanakan PHBS sebanyak 32 responden

(58.2%).
Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam rumah tangga dengan kejadian diare

pada balita dengan nilai P.Value =0.009(< 0,05). Nilai Odd rasio yang

diperoleh adalah 5.633 (1.677-18.919) yang berarti bahwa yang tidak

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) mempunyai resiko

terjadinya diare 5.633 kali lebih besar dari pada yang melaksanakan

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Menurut peneliti, Perilaku seseorang di bidang kesehatan akan

berdampak pada kesehatannya. Semakin baik perilaku seseorang maka

akan semakin kecil resiko seseorang untuk terkena penyakit, demikian

sebaliknya perilaku yang buruk akan semakin memperbesar seseorang

untuk terkena penyakit. semakin baik perilaku hidup bersih masyarakat

maka semakin sempit pula peluang masyarakat akan terkena diare.

Sepuluh komponen Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam

tatanan rumah tangga, ada empat komponen yang berhubungan dengan

diare yaitu memberikan bayi ASI eksklusif, menggunakan air bersih,

28
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, dan menggunakan jamban

sehat. Adapun penyakit diare disebabkan oleh faktor lain yaitu faktor

maknan misalnyamakanan yang tercemar, terlalu banyak lemak, dan

makanan yang kurang mateng. Selain itu rasa takut, cemas dan tegang

pada anak dapat menyebabkan diare.

Hasil penelitian ini telah dibuktikan oleh Arie Kusumaningrum

(2011), yang telah membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian diare

pada balita di kelurahan Gandus Palembang dengan nilai p = 0,000.

Penelitian diatas didukung oleh teori Soekidjo (2011) dalam teori

adaptasinya dinyatakan bahwa semua kondisi lingkungan yang

mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan perilaku seseorang,

dengan lingkungan yang baik akan membantu masyarakat dalam

mengurangi resiko akibat dari lingkungan.

Menurut Depkes RI (2010) disebutkan bahwa Perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan

atas dasar kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat

menolong dirinya sendiri dalam hal kesehatan dan berperan aktif dalam

kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat disebutkan juga bahwa diare

adalah salah satu penyakit yang berbasis lingkungan yang juga

dipengaruhi oleh faktor perilaku masyarakat di bidang kesehatan, perilaku

yang positif akan mengurangi tingkat resiko terkena penyakit diare dan

29
sebaliknya perilaku yang negatif akan semakin memperbesar resiko

seseorang terkena penyakit.

30
BAB VI
PE N UTU P

A. Kesimpulan
1. Ada hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam

rumah tangga dengan terjadinya diare pada balita di desa Lokodidi

Kecamatan Gadung, dengan nilai P.Value = 0,009(< 0,05)


B. Saran
1. Bagi Instansi
Puskesmas untuk lebih efektif dalam melakukan penyuluhan

tentang pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat agar dapat

mengurangi frekuensi terjadinya diare kepada masyarakat dengan

meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam Rumah

Tangga.
2. Bagi Institusi
Di harapkan dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama

pendidikan juga menambah pengetahuan serta pengalaman dalam

mengidentifikasi permasalahan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam

mengenai masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang berhubungan

dengan terjadinya diare.

31

Anda mungkin juga menyukai