Bab I Lengkapp
Bab I Lengkapp
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare menurut World Health Organisation (WHO) tahun 2011,
merupakan penyakit dimana buang air besar dalam bentuk cair sebanyak 3 kali
sehari atau lebih dari normal, terkadang dapat disertai olah darah. Diare
1,5 juta, kematian pada anak di bawah usia 5 tahun dan 1,1 juta kematian pada
masyarakat yang utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka
pada tahun 2006 jumlah kasus diare sebanyak 10.980 penderita dengan jumlah
pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000
kelompok usia baik laki-laki maupun perempuan, tetapi penyakit diare dengan
tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi
menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab
1
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya diare adalah
lingkungan yang buruk dan malnutrisi. Diare dapat menyebar melalui praktik-
praktik yang tidak higienis seperti menyiapkan makanan dengan tangan yang
belum dicuci, setelah buang air besar atau membersihkan tinja seorang anak
serta membiarkan seorang anak bermain di daerah dimana ada tinja yang
825.022 penderita, sedangkan jumlah kasus diare pada balita yaitu sebanyak
269.483 penderita. Jumlah kasus diare pada balita setiap tahunnya rata-rata di
atas 32,66%, hal ini menunjukkan bahwa kasus diare pada balita masih tetap
dengan angka kejadian diare pada balita tahun 2010 cukup tinggi yaitu
sebanyak 2.035 kasus, (Dinkes Kabupaten Buol, 2011). Pada tahun 2011
sebanyak 1.979 kasus dan pada tahun 2012 sebanyak 5.116 kasus, (Dinkes
penderita diare pada tahun 2010 sebanyak 524 penderita dan diare pada balita
sebanyak 301 penderita. Pada tahun 2011 sebanyak 642 penderita dengan
2
jumlah diare pada balita sebanyak 344 penderita. Pada tahun 2012 sebanyak
783 penderita, jumlah penderita diare pada balita tahun 2012 sebanyak 387
penderita.
Berdasarkan hasil survey PHBS yang dilaksanakan oleh Dinas
didapatkan hasil sebagai berikut 63% termasuk kriteria sehat dan sisanya
sebanyak 37% masuk kriteria tidak sehat. Berdasar pada angka hasil survey
PHBS tersebut ternyata masih ada sebagian dari penduduk yang masuk
pada balita dari tahun 2010 sebanyak 34 penderita. Pada tahun 2011 sebanyak
sebanyak 115 penderita. Hal ini menunjukkan bahwa kasus diare pada balita
diare pada balita tahun 2012 cukup tinggi yaitu sebanyak 115 kasus, dengan
3
Rumah Tangga dengan terjadinya diare pada balita di Desa Lokodidi
yaitu Apakah ada hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
dalam Rumah Tangga dengan terjadinya diare pada balita di Desa Lokodidi
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
a. Untuk mengetahui hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
4
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengembangan
2. Bagi Instansi
dalam Rumah Tangga dengan terjadinya diare pada balita, sehingga dapat
di terapkan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Diare
1. Definisi penyakit diare
Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja
yang frekwensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih
buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah
maupun tidak. Hingga kini diare masih menjadi child killer (pembunuh
oleh diare, baik balita, anak-anak dan orang dewasa. Menurut Depkes
(2010) diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal
keenceran, serta frekwensi lebih dari 3 kali sehari pada anak dan pada bayi
lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah. Menurut Mansjoer
A (2003), diare adalah buang air besar dengan konsistensi encer atau cair
dan lebih dari 3 kali sehari. Diare menurut Ngastiyah (2005) adalah
keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali sehari pada bayi dan
lebih dari 3 kali sehari pada anak, konsistensi faeces encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir
saja.
2. Etiologi
6
Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh faktor infeksi,
psikologis.
a. Faktor infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare
(disentri),
b) Infeksi virus rotavirus.
c) Infeksi parasit oleh cacing (Ascaris lumbricoides),
d) Infeksi jamur (Candida albicans).
e) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis dan
Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, dan sakit di
yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan
mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan
baik.
7
c. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang
8
Dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan
menyebabkan diare.
d. Faktor psikologis
Keadaan psikologis seseorang dapat mempengaruhi kecepatan
b. Disentri
Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat
nafsu makan berkurang atau tidak ada, tinja cair, warna tinja makin lama
9
kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu, anus dan daerah sekitar
dehidrasi berat.
Sebelum anak dibawa ke tempat fasilitas kesehatan untuk
tidak tersedia berikan cairan rumah tangga misalnya air tajin, kuah sayur,
penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui
makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung
kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak
suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan
10
sesudah buang air besar atau sesudah membuang tinja anak atau sebelum
makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang tinja dengan benar.
1) Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Faktor pada pejamu yang dapat meningkatkan insiden, beberapa
lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan
diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu
diare.
8. Pencegahan diare
Di bawah ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan untuk
adalah:
1. Memberikan ASI
Asi turut memberikan perlindungan terhadap terjadinya diare pada
11
dengan memberikan makanan lunak ketika anak berumur 6 bulan dan
makan lebih sering (4 kali sehari). Saat anak berumur 11 tahun berikan
(Depkes, 2010).
B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
1. Pengertian PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku
atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dalam hal kesehtan dan
12
hidup bersih dan sehat (PHBS) di Rumah Tangga adalah upaya untuk
melaksanakan Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta berperan aktif
pendapatan keluarga.
b. Bagi masyarakat
kesehatan.
13
4. Kriteria penilaian PHBS
Rumah tangga termasuk kriteria sehat apabila memenuhi nilai 10
dan dikatakan tidak sehat apabila salah satu dari sepuluh komponen PHBS
14
BAB III
KERANGKA KONSEP
tatanan rumah tangga, ada empat komponen yang berhubungan dengan diare
yaitu memberikan bayi ASI eksklusif menggunakan air bersih, mencuci tangan
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) dalam Rumah Tangga, dan variabel
C. Variabel Penelitian
1. Dalam penelitian ini variabel bebas (Independent) adalah Perilaku Hidup
pada Balita.
D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif
1. PHBS
15
Keadaan atau kondisi kehidupan ibu balita disekitar rumah tangga,
E. Hipotesis Penelitian
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) dalam rumah tangga dengan
Buol.
16
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
dengan jumlah relatif lebih banyak dibanding desa yang lain di wilayah
2. Waktu
17
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Mei sampai dengan bulan
Juni 2013.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang memiliki
Keterangan :
N = Jumlah Populasi (124)
n = Jumlah Sampel
d = Tingkat Kepercayaan / Ketepatan yang diinginkan (0,1)
124
n = 1+124 (0,1)2
124
n = 1+124 (0,1)
2
124
n = 1+1,24
124
n = 2,24
n = 55,3
Jadi, besar sampel yang didapat yaitu sebesar 55 sampel. Kemudian
18
Sampling (Riduwan dan kuncoro, 2007). Dengan menggunakan
rumus :
= n
N
Dimana:
N : Besar Sampel
ni : Jumlah sampel berdasarkan strata
Ni : Jumlah populasi pada setiap desa
N : Jumlah populasi keseluruhan
Diketahui jumlah populasi pada masing-masing desa Lokodidi adalah :
a. Dusun I : 29
b. Dusun II : 34
c. Dusun III : 27
d. Dusun IV : 34
a. Dusun I
29
= x 55=13
124
b. Dusun II
34
= x 55= 15
124
c. Dusun III
27
= x 55= 12
124
d. Dusun IV
34
= x 55= 15
124
19
D. Pengumpulan Data
langsung dengan personel yang tahu tentang obyek yang sedang diteliti.
2. Data sekunder
Data sekunder bersifat kualitatif serta informasi yang berkaitan
dengan topik yang akan diteliti. Untuk memperoleh fakta dari informasi
1. Editing, yaitu megkaji dan meneliti data yang telah terkumpul pada
kuisioner.
dianalisis selanjutnya.
20
Analisis universal ini adalah untuk mengatahui distribusi frekuensi
21
BAB V
tenaga kesehatan yang terdiri dari Dokter Umum, Dokter Gigi, Sarjana
dengan luas 1500 Ha dengan jumlah penduduk 1748 jiwa. Desa Lokodidi
terdiri dari empat dusun yaitu dusun Tabamuang, dusun Garen, dusun
berikut :
a. Sebelah utara : Laut Sulawesi
b. Sebelah timur : Desa Matinan
c. Sebelah selatan : Desa Nandu
d. Sebelah barat : Desa Ponipingan
B. Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Desa Lokodidi Kecamatan Gadung
22
No Jenis Kelamin Frekuensi (%)
1. Laki-Laki 43 78.2
2. Perempuan 12 21.8
Jumlah 55 100
Sumber : Data Primer 2013
2. Pendidikan
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Di Desa Lokodidi Kecamatan Gadung
3. Pekerjaan
23
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Di Desa Lokodidi Kecamatan Gadung
4. Umur
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Golongan Umur
Di Desa Lokodidi Kecamatan Gadung
24
1. < 25 Tahun 30 54.5
2. 26-30 Tahun 12 21.8
3. > 31 Tahun 13 23.7
Jumlah 55 100
Sumber : Data Primer 2013
persentase (23.7%).
C. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. PHBS
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan PHBS dalam rumah tangga
Di Desa Lokodidi Kecamatan Gadung
b. Kejadian Diare
Tabel 5.6
25
Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Diare Pada Balita
Di Desa Lokodidi Kecamatan Gadung
(34.5%).
26
2. Analisis Bivariat
Hubungan Perilaku Hidup Besih dan Sehat (PHBS) dengan
terjadinya Diare
Tabel 5.7
Hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Lokodidi
Kecamatan Gadung
Diare OR
Total % (95%
PHBS Tidak value
Menderita CI)
Menderita
f % %
Tidak Dilaksanakan 13 56,5 10 43,5 23 100 5.633
Dilaksanakan 6 18,8 26 81,2 32 100 0.009 (1.677-
Total 19 34,5 36 65,5 55 100 18.919)
nilai value = 0.009 (< 0,05), artinya bahwa ada hubungan antara
yang berarti bahwa yang tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) mempunyai resiko terjadinya diare 5.633 kali lebih besar
dari pada yang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
27
D. Pembahasan
Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam rumah tangga
(58.2%).
Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam rumah tangga dengan kejadian diare
pada balita dengan nilai P.Value =0.009(< 0,05). Nilai Odd rasio yang
terjadinya diare 5.633 kali lebih besar dari pada yang melaksanakan
28
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, dan menggunakan jamban
sehat. Adapun penyakit diare disebabkan oleh faktor lain yaitu faktor
makanan yang kurang mateng. Selain itu rasa takut, cemas dan tegang
antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian diare
bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan
menolong dirinya sendiri dalam hal kesehatan dan berperan aktif dalam
yang positif akan mengurangi tingkat resiko terkena penyakit diare dan
29
sebaliknya perilaku yang negatif akan semakin memperbesar resiko
30
BAB VI
PE N UTU P
A. Kesimpulan
1. Ada hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam
Tangga.
2. Bagi Institusi
Di harapkan dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama
mengidentifikasi permasalahan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam
31